Ujian dari Lingkungan yang Sulit

16 September 2022

Oleh Saudara Junior, Afrika

Aku selalu dipengaruhi masyarakat sejak kecil. Aku suka rukun dengan orang lain dalam segala hal. Orang di sekitarku menganut Kristen, jadi aku juga. Namun, saat ingin belajar dan mencari informasi tentang Tuhan, aku mulai merenungkan beberapa pertanyaan: Kenapa kita percaya kepada Tuhan? Bagaimana kita bisa mengenal Tuhan? Di dunia yang gelap dan jahat ini, di manakah kebenaran? Kenapa orang menghadapi kesulitan dalam hidup? Pertanyaan-pertanyaan ini misteri bagiku, dan aku tak pernah menemukan jawaban. Untungnya, setelah menerima Injil Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman, kutemukan jawaban dari semua hal membingungkan ini dalam firman Tuhan Yang Mahakuasa. Kudapati dalam iman, orang bisa mendapat pengetahuan tentang Tuhan, ketundukan dan kasih kepada Tuhan dengan mengalami pekerjaan dan firman Tuhan. Aku juga tahu pada akhir zaman, Tuhan memakai penghakiman, hajaran, ujian, dan pemurnian untuk menyempurnakan dan mentahirkan kerusakan orang. Jadi, aku berdoa agar ujian datang kepadaku. Aku bahkan berharap lahir di Tiongkok agar bisa menjalani penindasan dan persekusi dari iblis seperti saudara-saudari Tionghoa, juga bisa memberikan kesaksian luar biasa dan dijadikan pemenang oleh Tuhan melalui kesulitan. Begitu mengalami penyadaran itu, sesuatu terjadi kepadaku tak lama kemudian.

Karena pandemi, perusahaan tempatku bekerja gulung tikar dan aku kehilangan pekerjaan. Kucoba mencari pekerjaan di banyak perusahaan lain, tapi tak pernah dipanggil untuk wawancara. Seiring waktu, keadaan terus memburuk. Aku tak punya penghasilan atau uang untuk membeli makanan. Aku tak tahu harus bagaimana. Sebelum itu, aku ikut pertemuan daring, membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa, menonton film gereja, dan melakukan tugasku bersama yang lain sepulang kerja. Semua ini hal terpenting bagiku dan merasa itu cara bagus untuk menerapkan iman. Namun, setelah melalui cobaan ini, kupikir karena aku percaya kepada satu Tuhan yang benar, Dia pasti akan menjaga dan membantuku. Aku juga berdoa kepada Tuhan, meminta diberikan pekerjaan. Kupikir karena aku orang percaya, Tuhan akan memberi apa pun yang kuminta, tapi bukan itu yang Tuhan lakukan. Aku merasakan kelemahan dan kebingungan. Aku membaca firman Tuhan dan berdoa setiap hari, kenapa Tuhan tak membantuku saat aku menderita? Saat itu terlintas, aku teringat Ayub. Saat dia kehilangan semua hartanya, dia masih bisa berdiri teguh dalam kesaksiannya. Ayub yakin bahwa segala sesuatu, baik dan buruk, adalah pengaturan Tuhan, dan dia tak pernah mengeluh. Dia bersyukur kepada Tuhan karena memberinya berkat materi, dan saat Tuhan mengambil berkat itu, dia tetap memuji nama Tuhan Yahweh. Merenungkan dengan cermat iman dan doa Ayub, kusadari betapa kecilnya imanku, tak bisa dibandingkan dengan iman Ayub. Aku tahu harus mengikuti teladan Ayub, serta tunduk pada aturan dan pengaturan Tuhan seperti dia. Namun, memikirkan kemungkinan tak bisa makan, aku tak tahu harus berbuat apa. Yang terpenting, aku baru menerima Tuhan Yang Mahakuasa tiga bulan lalu, dan tak banyak memahami firman Tuhan. Kuota internetku habis, jadi tak bisa ikut pertemuan daring. Yang bisa kulakukan hanyalah memohon kepada Tuhan, "Tuhan, entah aku mati kelaparan atau tidak, ada di tangan-Mu. Meskipun mati, aku akan tunduk pada aturan dan pengaturan-Mu." Berdoa seperti itu memberiku kedamaian. Pada hari yang sama, setelah berdoa, sesuatu tiba-tiba terjadi. Pamanku menelepon dan bertanya apa aku ingin bekerja di perusahaan konstruksinya. Meskipun kerja konstruksi melelahkan, setelah seminggu bekerja, aku mendapat cukup uang untuk mencukupiku sementara waktu. Aku sungguh berterima kasih kepada Tuhan! Dalam situasi ini, aku mulai memikirkan kenapa Tuhan tak melakukannya saat aku meminta Dia membantuku menemukan pekerjaan, tapi saat berdoa bahwa aku siap tunduk, Dia membantuku.

Kemudian suatu hari, aku membaca firman Tuhan yang memberiku pemahaman tentang ini. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Begitu banyak orang percaya kepada-Ku hanya agar Aku dapat menyembuhkan mereka. Begitu banyak orang percaya kepada-Ku hanya agar Aku dapat menggunakan kuasa-Ku untuk mengusir roh-roh najis dari tubuh mereka, dan begitu banyak orang percaya kepada-Ku hanya supaya mereka dapat menerima damai dan sukacita dari-Ku. Begitu banyak orang percaya kepada-Ku hanya untuk menuntut lebih banyak kekayaan materi dari-Ku. Begitu banyak orang percaya kepada-Ku hanya untuk menjalani hidup ini dengan damai dan agar aman dan selamat di dunia yang akan datang. Begitu banyak orang percaya kepada-Ku untuk menghindari penderitaan neraka dan menerima berkat-berkat surga. Begitu banyak orang percaya kepada-Ku hanya demi kenyamanan sementara, tetapi tidak berusaha memperoleh apa pun dari dunia yang akan datang. Saat Aku menjatuhkan murka-Ku ke atas manusia dan mengambil semua sukacita dan damai yang pernah mereka miliki, manusia menjadi bimbang. Saat Aku memberi kepada manusia penderitaan neraka dan menarik kembali berkat-berkat surga, rasa malu manusia berubah menjadi amarah. Saat manusia meminta-Ku untuk menyembuhkan mereka, Aku tidak memedulikan dan merasakan kebencian terhadap mereka; manusia meninggalkan-Ku untuk mencari cara pengobatan lewat perdukunan dan ilmu sihir. Saat Aku mengambil semua yang telah manusia tuntut dari-Ku, semua orang menghilang tanpa jejak. Maka dari itu, Aku berkata bahwa manusia beriman kepada-Ku karena Aku memberi terlalu banyak kasih karunia, dan ada terlalu banyak yang bisa didapatkan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Apa yang Kauketahui tentang Iman?"). "Hubungan manusia dengan Tuhan semata-mata demi kepentingan diri sendiri. Hubungan ini adalah hubungan antara penerima dan pemberi berkat. Sederhananya, hubungan ini seperti hubungan antara karyawan dan majikan. Karyawan bekerja hanya untuk menerima upah yang diberikan oleh majikannya. Dalam hubungan semacam ini, tidak ada kasih sayang, hanya ada transaksi. Tidak ada tindakan mencintai dan dicintai, hanya ada derma dan belas kasihan. Tidak ada pengertian, hanya ada kemarahan terpendam dan tipu daya. Tidak ada keintiman, hanya ada jurang yang tak bisa diseberangi. Sekarang setelah segala sesuatunya telah sampai pada titik ini, siapakah yang mampu membalikkan arah semacam ini? Dan berapa banyakkah orang yang benar-benar mampu memahami betapa buruknya hubungan ini? Aku yakin bahwa ketika orang membenamkan diri dalam kegembiraan karena diberkati, tak seorang pun yang dapat membayangkan betapa memalukan dan tidak sedap dipandangnya hubungan dengan Tuhan yang seperti ini" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Lampiran 3: Manusia Hanya Dapat Diselamatkan di Tengah Pengelolaan Tuhan"). Firman Tuhan mengungkapkan motivasi kita untuk berkat dan keadaan yang rusak. Banyak orang sebenarnya hanya mencari penghiburan Tuhan dalam iman. Mereka tak ingin mengalami kemalangan dan berharap Tuhan akan memberi semua yang mereka mau, tapi tak pernah peduli apakah mereka memuaskan Tuhan. Bagi mereka, tunduk kepada Tuhan dan memenuhi tuntutan-Nya tidaklah penting. Yang terpenting adalah Tuhan memberikan yang mereka mau. Dalam imanku kepada Tuhan, para pendeta dan penatua sering berkhotbah, kita harus minta berkat Tuhan, tapi pengejaran seperti itu menodai hubungan kita dengan Tuhan. Sama seperti firman Tuhan yang mengungkapkan: "Hubungan manusia dengan Tuhan semata-mata demi kepentingan diri sendiri. Hubungan ini adalah hubungan antara penerima dan pemberi berkat. Sederhananya, hubungan ini seperti hubungan antara karyawan dan majikan. Karyawan bekerja hanya untuk menerima upah yang diberikan oleh majikannya. Dalam hubungan semacam ini, tidak ada kasih sayang, hanya ada transaksi." Firman Tuhan adalah kebenaran, jadi aku merenungkan diri. Kulihat imanku juga demi mendapatkan berkat Tuhan. Niat itu tersembunyi jauh di lubuk hatiku. Kupikir karena Tuhan telah datang kembali ke bumi, Dia pasti akan memberkati setiap orang yang menerima-Nya. Kupikir karena aku menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, berkat pasti kudapat, hidupku akan lebih baik. Namun, keadaan tak menjadi seperti itu. Aku mengalami kesulitan dan hidupku makin sulit, jadi aku lemah dan negatif. Aku tak punya penghasilan, makanan, tak bisa menggunakan internet untuk ikut pertemuan daring. Bagaimana aku bisa terus menerapkan imanku? Aku marah dan merasa Tuhan tak peduli kepadaku. Aku mondar-mandir mencari pekerjaan dan berdoa memohon bantuan Tuhan, tapi Tuhan tak pernah menjawab, juga tak mengabulkan doaku. Aku meragu tentang Tuhan: Apakah Dia Tuhan yang benar? Seperti firman Tuhan: "Saat Aku menjatuhkan murka-Ku ke atas manusia dan mengambil semua sukacita dan damai yang pernah mereka miliki, manusia menjadi bimbang." Penyingkapan firman Tuhan membuatku malu dengan yang kutunjukkan. Firman Tuhan juga menunjukkan bahwa beriman demi berkat adalah pandangan yang salah, karena aku melihat Tuhan sebagai pemberi berkat dan melihat diriku sebagai penerima berkat. Saat Tuhan tak memberiku pekerjaan bagus seperti mauku, kusalahkan Dia dan berpikir Dia tak peduli kepadaku. Aku melihat betapa konyol, bebal, dan bodohnya sudut pandangku tentang iman. Kuingat bagaimana aku ikut pertemuan sejak kecil, dan yang kudengar hanyalah, "Tuhan akan memberimu berkat yang luar biasa! Tuhan akan memberkatimu jika kau orang percaya. Berdoa dan memintalah kepada Tuhan, dan Dia pasti akan menjawab." Hal-hal yang kudengar dari dunia agama, orang tua, dan orang lain di sekitarku berdampak besar kepadaku, dan membuatku merasa hanya perlu percaya untuk mendapatkan berkat Tuhan serta bebas dari penderitaan duniawi. Sebelumnya aku tak pernah berpikir punya hasrat untuk berkat dalam iman itu salah, juga tak melihat bahwa itu adalah watak iblis. Aku tak memahami ini sampai membaca firman Tuhan yang menyingkap kerusakan manusia. Aku bertanya kepada diriku, apa iman benar-benar hanya untuk menerima berkat materi? Apa orang yang cukup uang dan harta benda adalah orang yang diperkenankan Tuhan? Jika begitu, kenapa Tuhan Yesus berfirman dalam Yohanes 6:27, "Bekerjalah bukan untuk daging yang akan dapat binasa, tetapi untuk daging yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu: karena Dia telah dimeteraikan oleh Allah Bapa"? Dia juga berkata, "Jangan kumpulkan harta bagimu di bumi; di mana ngengat dan karat merusakkannya, dan pencuri membobol serta mencurinya. Tetapi kumpulkan bagimu harta di surga; di mana ngengat dan karat tidak merusakkannya, dan pencuri tidak membobol dan mencurinya: Sebab di mana hartamu berada, di situlah hatimu berada" (Matius 6:19-21). Lalu, aku sadar selalu meminta berkat materi kepada Tuhan adalah hasrat berlebihan manusia—itu kerusakan dan Tuhan membencinya. Itu sepenuhnya karena Iblis menyesatkan manusia dan menghalangi kita mengetahui identitas Tuhan, terutama tahu bahwa Tuhan mengatur nasib kita, agar tak bisa tunduk kepada Pencipta kita. Saat semuanya berjalan lancar, kita bersyukur kepada Tuhan dan memuji Dia, tapi saat menghadapi kesulitan dalam hidup, saat Tuhan tak memenuhi tuntutan kita, kita menghindari Tuhan dan menyalahkan Dia. Ini mengingatkanku kepada Abrahim. Dia rela tunduk pada apa pun dari Tuhan. Baik atau buruk, dia tak punya pilihan pribadi. Saat Tuhan menyuruh Abraham mengurbankan anaknya, Abraham siap melakukan itu, seperti yang Tuhan minta. Itu sangat menyakitkan baginya, tapi dia tak bertanya kepada Tuhan, "Kenapa Kau minta ini dariku? Bagaimana Kau bisa memperlakukanku seperti ini?" Abraham percaya apa pun yang diminta Tuhan, dia harus taat. Dia tahu Tuhan adalah Pencipta, dia adalah makhluk ciptaan, jadi dia harus tunduk tanpa syarat dan menerima perintah atau tuntutan apa pun dari Tuhan. Iman Abraham mendapatkan perkenanan Tuhan. Namun, orang zaman sekarang sangat berbeda dari Abraham. Pikiran kita selalu disibukkan dengan berkat materi dan mengabaikan kehendak Tuhan. Tuhan Yesus menasihati kita, "Carilah terlebih dahulu kerajaan Tuhan dan kebenaran-Nya; dan semuanya ini akan ditambahkan kepadamu" (Matius 6:33). Kita tak boleh mencari berkat materi, tapi harus berusaha melakukan kehendak Tuhan, mengejar kebenaran dan melakukan tugas dengan baik. Itulah yang penting. Tuhan adalah Sang Pencipta. Dia paling tahu pikiran kita, juga paling tahu yang kita butuhkan. Namun, karena dirusak Iblis, pikiran umat manusia dikotori keserakahan dan berkat materi, jadi kita bukan percaya Tuhan untuk menaati dan memuaskan Dia, tapi hanya demi mendapatkan berkat dan memuaskan keinginan sendiri. Sama seperti firman Tuhan Yang Mahakuasa, "Semua manusia yang rusak hidup untuk diri mereka sendiri. Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri—inilah ringkasan dari natur manusia. Orang percaya kepada Tuhan demi diri mereka sendiri; ketika mereka meninggalkan segala sesuatu dan mengorbankan diri mereka untuk Tuhan, tujuannya adalah untuk diberkati, dan ketika mereka setia kepada-Nya, tujuannya adalah untuk mendapatkan upah. Singkatnya, semua itu dilakukan dengan tujuan untuk diberkati, diberi upah, dan masuk ke dalam kerajaan surga. Di tengah masyarakat, orang bekerja untuk keuntungan diri mereka sendiri, dan di rumah Tuhan, mereka melaksanakan tugas dengan tujuan untuk diberkati. Demi mendapatkan berkat, orang meninggalkan segalanya dan mampu menanggung banyak penderitaan: tidak ada bukti yang lebih kuat mengenai natur Iblis dalam diri manusia dibandingkan hal ini" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III"). Firman Tuhan menyingkap kebenaran yang tepat tentangku. Aku melihat kebodohan dan keegoisanku, serta tahu saat menghadapi hal yang tak kusukai, aku harus berdoa dan tunduk kepada Tuhan, serta tak boleh hanya mengejar kasih karunia dan berkat. Namun, aku mengalami masalah yang sama tak lama kemudian. Karena aku bekerja hanya seminggu di tempat pamanku, lalu berhenti, dan setelah itu hanya di rumah fokus pada tugas, aku kehabisan uang cukup cepat. Aku tak tahu dari mana makananku berikutnya akan datang atau bagaimana harus mencari pekerjaan karena tak punya gelar atau kualifikasi apa pun untuk pekerjaan. Aku tak punya harta atau uang untuk membeli kuota internet di ponselku. Aku sangat butuh internet untuk ikut pertemuan dan melakukan tugas. Memikirkan ini membuatku merasa lemah lagi dan rasanya kehilangan harapan. Saat itu, ibuku memberitahuku karena pandemi, mereka tak punya apa-apa untuk hidup dan berharap aku bisa memberi mereka sedikit. Tahu ibuku mengalami kesulitan yang sama denganku rasanya melemahkan hati dan menyakitkan. Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku merasa jauh lebih menderita daripada orang lain, hidupku sangat sulit. Aku tak bisa memahami kehendak Tuhan dengan jelas. Kupikir karena sibuk dengan tugasku setiap hari, Tuhan seharusnya menjagaku, jadi kenapa situasiku terus memburuk?

Selama masa itu, aku banyak membaca firman Tuhan dan mendengarkan lagu pujian. Dua kutipan firman Tuhan membantuku memahami kehendak-Nya. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, yang orang cari adalah mendapatkan berkat untuk di masa depan; inilah tujuan dalam iman mereka. Semua orang memiliki niat dan harapan ini. Walaupun demikian, kerusakan di dalam natur manusia harus diselesaikan melalui ujian. Dalam aspek mana saja engkau tidak dimurnikan dan menyingkapkan kerusakan, dalam aspek-aspek inilah engkau harus dimurnikan—ini adalah pengaturan Tuhan. Tuhan menciptakan sebuah lingkungan untukmu, yang memaksamu dimurnikan di sana untuk mengetahui kerusakanmu sendiri. Pada akhirnya, engkau mencapai titik di mana engkau lebih suka mati dan meninggalkan rencana dan keinginanmu, dan tunduk pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan. Jadi, jika orang tidak mengalami beberapa tahun pemurnian, jika mereka tidak menanggung tingkat penderitaan tertentu, mereka tidak akan dapat menyingkirkan ikatan kerusakan daging dalam pikiran dan hati mereka. Dalam aspek mana pun orang masih tunduk pada perbudakan Iblis, dan dalam aspek mana pun mereka masih memiliki keinginan dan tuntutan mereka sendiri, dalam aspek-aspek inilah mereka harus menderita. Hanya melalui penderitaan, pelajaran dapat dipetik, yang berarti orang bisa mendapatkan kebenaran dan memahami kehendak Tuhan. Sebenarnya, banyak kebenaran dapat dipahami dengan mengalami ujian yang menyakitkan. Tidak ada orang yang dapat memahami kehendak Tuhan, mengakui kemahakuasaan dan hikmat Tuhan atau menghargai watak Tuhan yang benar ketika berada di lingkungan yang nyaman dan mudah, atau ketika keadaan baik. Itu tidak mungkin!" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III"). "Di dalam hatinya, orang selalu mengajukan tuntutan yang berlebihan terhadap Tuhan. Mereka selalu berpikir, 'Karena kami telah meninggalkan keluarga kami dan melaksanakan tugas, sudah seharusnya Tuhan memberkati kami; karena kami melakukan apa yang Tuhan tuntut, sudah seharusnya Tuhan memberi kami upah.' Hal-hal seperti itulah yang ada dalam hati banyak orang pada saat mereka percaya kepada Tuhan. ... Orang begitu tak masuk akal. Mereka tidak menerapkan kebenaran, tetapi mereka menyalahkan Tuhan. Mereka tidak melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Orang sudah seharusnya memilih jalan mengejar kebenaran, tetapi mereka muak akan kebenaran dan mendambakan kesenangan daging. Mereka selalu mengejar berkat dan kenikmatan anugerah, dan selalu mengeluh bahwa tuntutan Tuhan terhadap manusia terlalu berat. Mereka terus berusaha membuat Tuhan memperlakukan mereka dengan baik, dan menganugerahkan kepada mereka lebih banyak anugerah, dan membiarkan mereka menikmati kesenangan daging. Apakah mereka orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan? ... Orang yang mengatakan hal-hal ini, sama sekali tidak berakal sehat dan tidak memiliki iman. Semua ini berasal dari ketidakpuasan manusia terhadap Tuhan karena tuntutan mereka yang berlebihan tidak terkabul; semua ini adalah hal-hal yang tercurah dari hati manusia, dan sepenuhnya merepresentasikan natur manusia. Hal-hal ini ada dalam diri manusia, dan jika mereka tidak menyingkirkannya, semua itu akan menyebabkan mereka, di mana pun dan kapan pun, menyalahkan Tuhan dan salah paham terhadap-Nya. Manusia juga akan cenderung menghujat Tuhan, dan di mana pun dan kapan pun, mereka mungkin akan menyimpang dari jalan yang benar. Inilah kejadian yang biasanya terjadi" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III"). Aku belajar dari firman Tuhan. Fokus pada tugas setiap hari, sampai-sampai tak memperhatikan keluargaku, kupikir dengan mengorbankan diri, Tuhan pasti mengupahiku, melimpahkan berkat. Aku tak ingin mendapatkan upah luar biasa dari Tuhan, hanya pekerjaan yang cukup bagiku untuk bertahan, lalu setelah mendapat pekerjaan, aku akan bisa bekerja lebih baik dalam tugasku. Aku merasa itu permintaan masuk akal yang tak berlebihan. Namun, merenungkan firman Tuhan, kulihat punya keinginan dan hasrat berlebihan itu menunjukkan aku tak tunduk kepada Tuhan. Aku menuntut agar Tuhan melakukan ini dan itu untukku. Firman Tuhan juga menunjukkan kepadaku jika seseorang selalu punya tuntutan tak masuk akal kepada Tuhan, mereka sulit menerapkan kebenaran, serta cenderung mengkhianati dan meninggalkan Tuhan saat tuntutannya tak dipenuhi. Aku pun mengerti kesulitan yang kuhadapi, dari luar aku tampak sangat menderita, seperti sangat menyedihkan, tapi sesungguhnya, aku sedang ditempa lewat penderitaan. Aku merasa tak bisa menanggungnya, tapi Tuhan tak meninggalkanku. Itu agar aku bisa melihat motivasi keliruku dan pemalsuan dalam imanku, serta mengembalikannya ke arah yang benar yang Tuhan ingin manusia ikuti. Aku tak bisa menahan diri bertanya-tanya, bukankah aku ingin pekerjaan bagus yang memberiku lebih banyak uang? Bukankah aku ingin lebih banyak kuota internet dan kebutuhan dasarku tercukupi? Bukankah aku ingin lakukan tugasku tanpa hambatan, tanpa masalah? Ya, benar. Jadi, karena aku ingin mencapai semua ini, kenapa Tuhan tak mengatur agar aku memilikinya? Apa aku memang tak beruntung? Sama sekali tidak—aku sangat beruntung. Ini kasih Tuhan yang menyiramiku. Tuhan mengatur situasi itu untukku agar aku mencari kebenaran, memetik pelajaran, dan metahirkan kepalsuan dalam imanku. Jika aku menerapkan iman di lingkungan yang baik dan nyaman tanpa mengalami kesulitan dan situasi tak menyenangkan, iman dan kasihku kepada Tuhan akan punya motivasi, hasrat, dan pemalsuan, yang tak akan diperkenankan Tuhan. Tuhan berharap agar manusia tulus kepada-Nya dalam keadaan apa pun, setia dan taat kepada-Nya. Seperti anak kecil. Jika hanya mencintai ayahnya saat dia memberikan kehidupan materi yang nyaman, tapi jika tidak, membenci ayahnya dan berkata, "Jika kau tak memberi semua yang kuinginkan, aku tak akan menghormati atau mengakuimu sebagai ayahku." Anak macam apa itu? Itu anak tak berbakti yang tak punya hati nurani dan nalar. Syukur kepada Tuhan! Itu situasi yang kuhadapi juga. Menghadapi semua itu adalah yang kubutuhkan untuk mentahirkan pemalsuan dalam imanku.

Aku membaca hal lain dalam firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Apa yang dimaksud dengan kepercayaan yang sejati kepada Tuhan sekarang ini? Itu adalah penerimaan terhadap firman Tuhan sebagai kenyataan hidup dan mengenal Tuhan dari firman-Nya untuk mencapai kasih sejati kepada-Nya. Lebih jelasnya: kepercayaan kepada Tuhan adalah agar engkau bisa menaati Tuhan, mengasihi-Nya, dan melakukan tugas yang seharusnya dilakukan oleh makhluk ciptaan Tuhan. Inilah tujuan percaya kepada Tuhan. Engkau harus mencapai pengetahuan tentang keindahan Tuhan, tentang betapa Tuhan layak untuk dihormati, tentang bagaimana Tuhan melakukan pekerjaan keselamatan dalam diri semua makhluk ciptaan dan menyempurnakan mereka—inilah inti dari kepercayaanmu kepada Tuhan. Kepercayaan kepada Tuhan pada dasarnya adalah peralihan dari hidup dalam daging kepada hidup yang mengasihi Tuhan; dari hidup dalam kerusakan menjadi hidup dalam firman Tuhan; ini berarti keluar dari wilayah kekuasaan Iblis dan hidup di bawah pemeliharaan dan perlindungan Tuhan; ini berarti mampu mencapai ketaatan kepada Tuhan dan bukan ketaatan kepada daging; ini berarti mengizinkan Tuhan mendapatkan seluruh hatimu, mengizinkan Tuhan menyempurnakanmu, dan membebaskan dirimu sendiri dari watak jahat yang rusak. Kepercayaan kepada Tuhan pada prinsipnya adalah agar kuasa dan kemuliaan Tuhan termanifestasi dalam dirimu, sehingga engkau bisa melakukan kehendak Tuhan, dan menyelesaikan rencana Tuhan, dan bisa menjadi kesaksian bagi Tuhan di hadapan Iblis. Kepercayaan kepada Tuhan seharusnya tidak berputar di sekitar keinginan untuk melihat tanda dan mukjizat, ataupun untuk kepentingan dagingmu sendiri. Kepercayaan itu seharusnya tentang pengejaran pengenalan akan Tuhan, dan mampu menaati Tuhan, dan sama seperti Petrus, menaati Dia sampai mati. Inilah tujuan utama percaya kepada Tuhan. Orang makan dan minum firman Tuhan supaya mengenal Tuhan dan memuaskan Dia. Makan dan minum firman Tuhan memberimu pengenalan yang lebih besar tentang Tuhan, dan baru setelah itulah engkau mampu menaati Dia. Dengan pengenalan akan Tuhan barulah engkau bisa mengasihi Dia, dan inilah tujuan yang manusia harus miliki dalam kepercayaannya kepada Tuhan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Segala Sesuatu Terlaksana oleh Firman Tuhan"). Aku membaca kutipan firman Tuhan ini tepat setelah mendapatkan iman kepada Tuhan Yang Mahakuasa, tapi saat itu aku tak benar-benar memahaminya. Baru setelah melalui semua masa sulit itu, aku punya sedikit pemahaman tentang kehendak Tuhan. Iman sejati tak seperti yang kupikirkan, yaitu selama aku mengorbankan diri untuk Tuhan, Dia harus mengawasi dan melindungiku, juga memenuhi kebutuhanku. Pandangan tentang iman seperti itu tak benar. Dalam iman, kita harus mengalami firman Tuhan dan memuaskan Dia dalam segala hal. Entah Tuhan memberi atau mengambil, kita harus tunduk kepada-Nya dan dengan tulus memberikan diri kita. Jika dalam iman yang dikejar adalah mengenal Tuhan melalui firman-Nya, tunduk pada aturan dan pengaturan-Nya, Tuhan memperkenankan iman semacam itu. Orang yang bisa mengasihi Tuhan sepenuhnya dan taat sampai mati seperti Petrus adalah orang yang Tuhan sempurnakan. Untungnya Tuhan mencerahkanku untuk mengetahui sudut pandang yang tepat tentang iman melalui situasi ini, ini memberiku kedamaian dan ketenangan yang tulus. Kupanjatkan doa ketundukan kepada Tuhan, meminta Dia memberiku kekuatan untuk menanggung kesulitan itu.

Tak disangka, esok harinya, pamanku mengirimiku sedikit uang, aku bisa membeli makanan dan kuota internet. Aku bersyukur sepenuh hati kepada Tuhan karena memberiku jalan.

Selain itu, aku berhasil mendapat pekerjaan paruh waktu. Itu bukan pekerjaan mudah, tapi aku bisa mendapatkan cukup uang untuk memenuhi kebutuhan dasarku. Aku tahu Tuhan telah mengatur itu untukku. Aku benar-benar mengalami bahwa menerima dan tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan adalah pelajaran dasar yang harus kita pelajari melalui kehidupan nyata yang bisa membantu kita mengetahui aturan Tuhan dan cara-cara misterius melalui pengalaman kita. Ini sikap yang harus kita miliki terhadap segala macam masalah dalam hidup. Itu mengingatkanku kepada sebuah kutipan firman Tuhan. "Ketika menghadapi masalah kehidupan nyata, bagaimana seharusnya engkau mengenal dan memahami otoritas Tuhan dan kedaulatan-Nya? Ketika engkau dihadapkan dengan masalah-masalah ini dan tidak tahu bagaimana memahami, menangani dan mengalami hal-hal ini, sikap apa yang harus engkau ambil untuk menunjukkan niatmu untuk tunduk, keinginanmu untuk tunduk, dan realitas ketundukanmu pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan? Pertama-tama, engkau harus belajar menunggu; lalu, engkau harus belajar mencari; kemudian engkau harus belajar tunduk. 'Menunggu' berarti menantikan waktu Tuhan, menantikan orang-orang, peristiwa, dan hal-hal yang telah Dia atur bagimu, menantikan kehendak-Nya untuk secara berangsur-angsur terungkap dengan sendirinya bagimu. 'Mencari' berarti mengamati dan memahami maksud Tuhan yang bijaksana bagimu melalui orang-orang, peristiwa, dan hal-hal yang telah Dia persiapkan, memahami kebenaran melalui semua itu, memahami apa yang harus manusia capai dan jalan-jalan yang harus ia patuhi, memahami hasil seperti apa yang ingin Tuhan capai dalam diri manusia dan pencapaian seperti apa yang ingin Dia dapatkan dalam diri mereka. 'Tunduk,' tentu saja, berarti menerima orang-orang, peristiwa, dan hal-hal yang telah Tuhan atur, menerima kedaulatan-Nya, dan melalui itu, mengetahui bagaimana Tuhan mengatur nasib manusia, bagaimana Dia membekali manusia dengan hidup-Nya, bagaimana Dia mengerjakan kebenaran dalam diri manusia. Segala sesuatu di bawah pengaturan dan kedaulatan Tuhan menaati hukum-hukum alam, dan jika engkau bertekad untuk membiarkan Tuhan mengatur dan menentukan segala sesuatu bagimu, engkau harus belajar menunggu, engkau harus belajar mencari, dan engkau harus belajar tunduk. Inilah sikap yang harus dimiliki setiap orang yang ingin tunduk pada otoritas Tuhan, inilah kualitas dasar yang harus dimiliki setiap orang yang ingin menerima kedaulatan dan pengaturan Tuhan. Untuk memiliki sikap seperti itu, memiliki kualitas seperti itu, engkau harus bekerja lebih keras. Inilah satu-satunya cara engkau dapat masuk ke dalam realitas yang sebenarnya" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III"). Aku sudah membaca kutipan firman Tuhan ini, tapi rasanya berbeda membacanya lagi setelah melalui masa sulit. Aku bisa lihat dari firman Tuhan bahwa mencari kehendak Tuhan, menunggu dan tunduk adalah pendekatan pertama yang harus dimiliki saat seseorang menghadapi masalah. Namun, itu bukan menunggu yang pasif. Ini termasuk berdoa, membaca firman Tuhan, mencari kehendak Tuhan, dan merenungkan diri. Dengan cara ini, kau bisa tahu tentang keadaanmu yang sebenarnya dan pemaham apa yang harus kau masuki. Melalui pencarian dan pengalaman semacam ini, kita bisa lihat aturan Tuhan yang mahakuasa dan perbuatan Dia yang sebenarnya.

Awalnya aku hanya ingin melakukan pekerjaan paruh waktu itu satu bulan, agar bisa menghasilkan uang yang cukup untuk bertahan dan menggunakan sisa waktuku untuk tugasku. Namun, ada masalah dengan ponselku. Kupikir jika bekerja sebulan lagi, aku bisa beli ponsel dan laptop lagi. Namun, aku pemimpin gereja, jadi ada banyak pekerjaan gereja yang harus ditangani. Melakukan tugasku adalah hal terpaling penting bagiku—itu prioritasku, jadi kuputuskan untuk berhenti dari pekerjaanku. Setelah pemimpin tingkat atas tahu tentang situasiku, dia memberitahuku untuk membantuku melakukan tugas dengan baik, gereja bisa membantuku membeli laptop dan kuota internet. Aku sangat senang mendengarnya—aku amat sangat bersemangat. Aku tahu ini sepenuhnya kasih karunia Tuhan, Tuhan membuka jalan bagiku agar aku bisa melakukan tugasku dengan baik. Aku juga melihat bahwa Tuhan tak mempersulitku sama sekali. Tuhan hanya ingin aku bersikap tulus dan taat. Aku mengalami kasih Tuhan lewat masa sulit. Sebelumnya, bayanganku tentang kasih Tuhan kepada manusia itu samar dan tak sesuai kenyataan. Namun, setelah mempelajari semua ini lewat situasi kehidupan nyata, aku benar-benar melihat Tuhan berulang kali mengujiku, menoleransi kebodohan dan keegoisanku, menuntunku perlahan mengubah sudut pandang keliruku tentang iman dan menempuh jalan yang benar adalah kasih-Nya untukku. Aku juga memahami sikap yang benar untuk melewati masa sulit dan cara mendekati Tuhan. Sebelumnya aku selalu berpikir asalkan beriman, Tuhan pasti menyediakan segalanya untukku. Kini aku tahu bahwa dalam iman, kita tak boleh selalu menuntut Tuhan, justru harus tunduk dan memenuhi kehendak-Nya dalam segala hal.

Aku menghadapi ujian lain tak lama kemudian. Setelah satu bulan bekerja, pada hari gajian, aku tiba-tiba dirampok di jalan. Mereka membawa kabur setengah dari gajiku. Namun, berkat Tuhan, meskipun mereka punya pisau, mereka tak melukaiku. Aku segera berpikir Tuhan membiarkan itu terjadi karena niat baik-Nya. Aku ingat Ayub sangat kaya, tapi saat semua miliknya diambil dan semua anaknya meninggal, dia tunduk tanpa syarat, tak mengeluh, dan tetap memuji nama Tuhan. Aku tak kaya—hanya orang biasa. Sedikit uangku dicuri, meskipun membutuhkannya dan punya banyak rencana untuk uang itu, aku siap mengikuti teladan Ayub dalam iman dan ketaatan. Aku berdoa, "Ya Tuhan, Engkau tak terselami. Aku tak bisa sepenuhnya paham apa yang terjadi, tapi aku percaya kehendak-Mu tersembunyi di dalamnya. Aku siap tunduk pada pengaturan-Mu. Tolong gerakkan hatiku dan bimbing aku agar tak tenggelam dalam keadaan negatif." Aku merasa sangat tenang setelah berdoa, seolah tak terjadi apa-apa. Aku terus melakukan tugasku dengan tenang seperti biasa, tanpa merasa khawatir atau cemas. Dibandingkan sikapku sebelum memahami aturan Tuhan, kini sangat jauh berbeda. Karena aku tahu Tuhan mengatur keadaan itu untuk mentahirkan dan menyelamatkanku. Itu juga memperdalam pemahamanku tentang kasih Tuhan. Ungkapan kasih Tuhan tak semata-mata dengan memberi kita berkat materi, karena barang hanya bisa memuaskan keinginan daging kita. Kasih Tuhan dan berkat-Nya yang sejati adalah agar kita mempelajari kebenaran melalui pengalaman penghakiman firman-Nya, ujian, dan pemurnian, tahu kenapa kita beriman, bagaimana menghormati Tuhan dan menghindari kejahatan, bagaimana mencintai dan memuaskan Tuhan, lalu akhirnya tunduk pada semua pengaturan Tuhan. Itu mengingatkanku kepada firman Tuhan. "Kasih manusia akan Tuhan dibangun atas dasar pemurnian dan penghakiman Tuhan. Jika engkau hanya menikmati kasih karunia Tuhan, memiliki kehidupan keluarga yang penuh damai atau berkat secara materi, berarti engkau belum mendapatkan Tuhan, dan keyakinanmu kepada Tuhan tidak bisa dikatakan berhasil. Tuhan telah menjalankan satu tahap pekerjaan kasih karunia dalam daging, dan telah memberikan berkat-berkat materi kepada manusia, tetapi manusia tidak bisa disempurnakan hanya dengan kasih karunia, kasih, dan belas kasih saja. Dalam pengalaman-pengalamannya, manusia mengalami sebagian kasih Tuhan, dan melihat kasih dan belas kasih Tuhan, tetapi setelah mengalaminya selama beberapa waktu, ia melihat bahwa kasih karunia dan kasih dan belas kasih Tuhan tidak mampu membuat manusia sempurna, tidak mampu menyingkapkan apa yang rusak dalam diri manusia, dan tidak mampu menghilangkan watak manusia yang rusak, atau menyempurnakan kasih dan imannya. Pekerjaan kasih karunia Tuhan adalah pekerjaan satu periode, dan manusia tidak dapat menggantungkan diri pada menikmati kasih karunia Tuhan untuk mengenal-Nya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Dengan Mengalami Ujian-Ujian yang Menyakitkan Engkau Semua Bisa Mengenal Keindahan Tuhan"). "Melalui apa penyempurnaan Tuhan atas manusia bisa dicapai? Ini dicapai melalui watak benar-Nya. Watak Tuhan terutama terdiri atas kebenaran, murka, kemegahan, penghakiman, dan kutuk, dan Dia menyempurnakan manusia terutama melalui penghakiman-Nya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Dengan Mengalami Ujian-Ujian yang Menyakitkan Engkau Semua Bisa Mengenal Keindahan Tuhan"). Membaca firman Tuhan, aku merasakan pekerjaan penghakiman Tuhan pada akhir zaman bertujuan mentahirkan semua ketidakbenaran kita. Ketidakmurnian dalam iman dan watak rusak kita hanya bisa ditahirkan melalui penghakiman firman Tuhan, ujian dan pemurnian. Itu tak bisa dicapai hanya dengan mengandalkan kasih karunia Tuhan. Aku tak akan pernah memahami ini tanpa firman Tuhan, tanpa pengalaman sulit ini. Syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa!

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Tinggalkan Balasan