Panen yang Dituai melalui Penyakit

06 Agustus 2021

Oleh Saudari Zhang Li, Tiongkok

Tahun 2007 merupakan titik balik yang sangat besar dalam hidupku. Tahun itu, suamiku mengalami kecelakaan mobil dan harus terbaring di tempat tidur. Kedua anak kami masih kecil, dan itu adalah masa sulit bagi keluarga kami. Itu sangat berat bagiku, dan aku tidak tahu bagaimana kami akan melewatinya. Lalu, aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Aku mengetahui dari membaca firman Tuhan bahwa kita semua berutang hidup kita kepada Tuhan, nasib kita ada di tangan-Nya, dan kita harus menyembah serta percaya kepada Tuhan untuk mendapatkan nasib yang baik. Aku merasa telah menemukan sesuatu yang bisa kuandalkan. Sejak itu, aku mulai menghadiri pertemuan secara teratur serta mengajak anak-anakku membaca firman Tuhan dan berdoa. Tak lama kemudian, aku melakukan tugasku di gereja.

Kemudian, aku terpilih sebagai pemimpin gereja dan bersyukur kepada Tuhan atas kasih karunia-Nya. Aku berpikir, "Aku telah dipilih sebagai pemimpin gereja meskipun baru beriman. Aku harus pandai mengejar kebenaran. Aku harus melakukan tugasku dengan baik dan melakukan apa pun yang dibutuhkan, maka aku pasti akan diselamatkan." Pemikiran ini benar-benar memberiku motivasi dalam tugas. Aku menghabiskan sebagian besar waktuku memberitakan Injil dan melaksanakan tugasku. Teman-teman dan kerabatku menentang imanku, para tetanggaku pun memfitnah dan mengejekku. Aku mulai sedikit melemah pada saat itu, tetapi itu tidak menghentikanku melakukan tugasku. Suamiku juga menerima pekerjaan akhir zaman Tuhan dan kelak mulai melakukan tugasnya juga. Ini membuatku sangat bahagia. Kupikir, "Selama kita melakukan tugas dengan baik dan berkorban untuk Tuhan, kita akan diberkati oleh-Nya." Terutama saat mendengar saudara-saudari mengatakan aku telah menderita dan membayar harganya, serta aku pasti akan diselamatkan oleh Tuhan, aku sangat bahagia dan memiliki lebih banyak motivasi untuk bekerja bagi Tuhan.

Suatu hari pada tahun 2012, aku menemukan benjolan di payudaraku yang sedikit sakit. Aku mulai khawatir itu mungkin sesuatu yang serius. Namun, aku berpikir, "Tidak, itu mustahil. Aku melakukan tugasku di gereja setiap hari. Tuhan tidak akan melakukan itu kepada seseorang yang membuat pengorbanan nyata untuk-Nya. Dengan perlindungan Tuhan, aku tidak akan sakit parah." Memikirkan ini, kecemasanku lenyap dan aku terus melakukan tugasku seperti sebelumnya. Penganiayaan Partai Komunis Tiongkok terhadap orang percaya memburuk pada tahun 2013. Aku dan suamiku terkenal di daerah kami karena menyebarkan Injil dan kami terus terancam ditangkap. Kami meninggalkan rumah dan pindah jauh agar bisa terus melakukan tugas kami. Aku kemudian mendapati benjolan di payudaraku tumbuh dan khawatir itu mungkin semacam penyakit. Namun, aku teringat bagaimana tidak ada hal buruk terjadi selama bertahun-tahun, dan bahwa Tuhan pasti melindungiku. Asalkan melakukan tugas dengan baik dan lebih banyak berkorban, kupikir Tuhan akan mengasihani aku, dan aku tidak akan sakit parah.

Pada tahun 2018, aku mulai merasa tidak sehat, dan suamiku membawaku untuk pemeriksaan. Dokter berkata benjolan di payudaraku telah tumbuh sebesar telur angsa dan itu tidak terlihat bagus. Dia berkata menjalani operasi saat ini akan sangat berisiko, dan aku harus menjalani kemoterapi terlebih dahulu untuk mengecilkan benjolan itu sebelum bisa dioperasi. Mendengar kata-kata "tidak terlihat bagus" dan "kemoterapi" membuatku panik. Aku berpikir, "Hanya penderita kanker yang menjalani kemoterapi. Apakah aku menderita kanker? Apakah aku akan mati begitu muda?" Aku tidak bisa memercayainya. Aku terduduk lemas di bangku di koridor rumah sakit dan menangis.

Suamiku mencoba menghiburku, berkata, "Pemeriksaan awal ini belum tentu benar. Kita akan memeriksakanmu di rumah sakit lain besok."

Keesokan harinya, kami pergi ke rumah sakit lain, dan aku menjalani biopsi. Dokter memberi tahu suamiku bahwa kondisiku serius dan itu mungkin kanker. Dia berkata kami tidak bisa menunggu lebih lama dan aku harus dioperasi dalam waktu dua hari.

Aku benar-benar lemas saat mendengar dia mengatakan ini dan hatiku berubah menjadi es. Aku pikir, "Apakah itu benar-benar kanker? Orang meninggal karena kanker! Bagaimana ini bisa terjadi kepadaku?" Namun, aku berpikir, "Tidak mungkin. Aku selalu melakukan tugasku, berkorban, menderita, dan membayar harga sejak menjadi orang percaya. Aku telah menanggung derita diejek dan difitnah oleh orang lain, dianiaya dan diburu oleh PKT. Aku tidak pernah membiarkan apa pun mengganggu tugasku. Bagaimana aku bisa terkena kanker? Bukankah itu berarti aku tidak memiliki harapan untuk diselamatkan dan masuk ke kerajaan surga? Apakah semua pengorbananku selama ini sia-sia?" Aku sangat sedih.

Aku berbaring di tempat tidur malam itu, gelisah, tidak bisa tidur sekejap pun. Aku tidak bisa memahaminya. Aku telah begitu banyak mengorbankan diri, bagaimana aku bisa sakit sangat parah? Mengapa Tuhan tidak melindungiku? Lalu, aku teringat operasi yang harus kulakukan dalam waktu dua hari. Aku tidak tahu apakah itu akan berhasil atau tidak ... Aku benar-benar tersiksa, jadi aku berdoa dalam hati kepada Tuhan: "Ya Tuhan, aku sangat tertekan. Aku tidak tahu bagaimana melewati situasi ini. Tolong beri aku pencerahan dan bimbing aku ..." Lalu, aku membaca dalam sebelas tuntutan terakhir Tuhan bagi manusia: "5. Jika engkau selalu sangat setia kepada-Ku dan sangat mengasihi-Ku, tetapi engkau menanggung siksaan penyakit, kemiskinan, dan ditinggalkan teman-teman dan saudaramu, atau jika engkau menanggung kemalangan lain dalam hidupmu, akankah kesetiaanmu dan kasihmu kepada-Ku tetap berlanjut? 6. Jika tak satu pun dari apa yang kaubayangkan di hatimu sesuai dengan apa yang telah Kulakukan, bagaimanakah engkau akan menjalani langkahmu di kemudian hari? 7. Jika engkau tidak menerima apa pun yang kauharapkan, dapatkah engkau tetap menjadi pengikut-Ku?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Masalah yang Sangat Serius: Pengkhianatan (2)"). Merenungkan tuntutan-tuntutan ini, aku menyadari bahwa penyakit ini adalah Tuhan yang memberiku ujian untuk melihat apakah aku benar-benar setia kepada-Nya dan sungguh mengasihi-Nya atau tidak. Aku teringat saat Ayub menjalani ujiannya. Dia kehilangan harta, anak-anaknya, dan menderita bisul di sekujur tubuhnya. Meskipun tidak memahami kehendak Tuhan, dia lebih memilih mengutuk dirinya daripada menyalahkan Tuhan, dia juga memuji nama Tuhan Yahweh. Ayub mempertahankan imannya kepada Tuhan dan tetap taat serta menjadi kesaksian bagi Tuhan di hadapan Iblis. Namun, aku telah percaya selama bertahun-tahun dan menikmati begitu banyak penyediaan dari firman Tuhan, tetapi sama sekali tidak memahami pekerjaan Tuhan. Saat tahu menderita kanker, kupikir aku tidak bisa diselamatkan atau menikmati berkat kerajaan surga. Aku salah paham dan menyalahkan Tuhan. Karena telah memercayai Tuhan selama bertahun-tahun dan begitu banyak berkorban, kupikir Tuhan seharusnya tidak membiarkan aku sakit. Setelah Tuhan menyingkapku, aku baru melihat semua pengorbananku bukanlah berdasarkan pertimbangan akan kehendak-Nya, atau menerapkan kebenaran dan memuaskan Tuhan, melainkan untuk berkat dan agar masuk ke kerajaan-Nya. Aku telah membuat kesepakatan dengan Tuhan. Yang kusebut kesetiaan dan kasih kepada Tuhan hanyalah cerita rekaan. Itu sama sekali tidak tulus. Aku benar-benar menyakiti dan mengecewakan Tuhan.

Kemudian aku membaca firman Tuhan: "Siapakah dari seluruh umat manusia yang tidak diperhatikan di mata Yang Mahakuasa? Siapakah yang tidak hidup menurut apa yang telah ditentukan dari semula oleh Yang Mahakuasa? Apakah kehidupan dan kematian manusia terjadi karena pilihannya sendiri? Apakah manusia mengendalikan nasibnya sendiri? Banyak orang menginginkan kematian, tetapi kematian menjauh dari mereka; banyak orang ingin menjadi orang yang kuat dalam kehidupan dan takut akan kematian, tetapi tanpa sepengetahuan mereka, hari kematian mereka semakin mendekat, menjerumuskan mereka ke dalam jurang maut; banyak orang menatap ke langit dan menghela napas panjang; banyak orang menangis tersedu-sedu; banyak orang jatuh di tengah ujian; dan banyak orang menjadi tawanan pencobaan. Meskipun Aku tidak menampakkan diri secara langsung agar manusia dapat melihat-Ku secara jelas, banyak orang takut melihat wajah-Ku, sangat takut bahwa Aku akan membunuh mereka, bahwa Aku akan menghabisi mereka. Apakah manusia benar-benar mengenal-Ku, atau tidak?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta, Bab 11"). Firman Tuhan menunjukkan kepadaku bahwa daging dan jiwa manusia bersumber dari Tuhan. Hidup dan mati ada di tangan Tuhan, dan kita tidak dapat mencampuri hal itu. Sebagai makhluk ciptaan, kita harus tunduk pada pengaturan Tuhan. Menyadari hal ini, aku tidak lagi merasa takut mati. Aku diam-diam bertekad: "Bagaimanapun jalannya operasiku, entah aku hidup atau mati, aku menyerahkan hidupku kepada Tuhan dan tunduk pada kekuasaan-Nya."

Setelah tunduk, aku merasakan kedamaian mengalir di hatiku. Aku berdoa tanpa henti saat dibawa ke ruang operasi. Setelah itu, dokter berkata operasinya berjalan sangat lancar, tetapi benjolan yang diangkat itu masih harus diuji untuk mengetahui diagnosisnya. Aku berpikir, "Operasi berjalan lancar karena Tuhan melindungiku." Aku melihat pasien lain kembali dari operasi mereka merasa sangat lemah dan bingung, sedangkan aku merasa baik-baik saja dan bersemangat. Orang lain di bangsalku berkata aku sama sekali tidak terlihat seperti baru menjalani operasi. Aku terus bersyukur kepada Tuhan dalam hatiku untuk ini. Aku juga berpikir, "Aku menemukan benjolan di payudaraku enam tahun lalu. Seandainya itu kanker, pasti sudah memburuk bertahun-tahun lalu. Namun, aku merasa sehat selama ini. Mungkin itu bukan kanker. Meskipun itu kanker, aku percaya Tuhan itu mahakuasa dan Dia akan membuat semuanya baik-baik saja." Aku pernah mendengar tentang saudara-saudari yang bergantung kepada Tuhan saat mereka sakit parah dan menyaksikan perbuatan ajaib Tuhan. Aku selalu berkorban untuk Tuhan, jadi Dia pasti akan melindungiku.

Tiga hari kemudian, aku mengambil hasil tesku, penuh harapan, tetapi semua harapanku menjadi keputusasaan: itu benar-benar kanker.

Aku hanya duduk di sana, tidak bergerak, menatap hasil tes itu, membacanya berulang kali seraya terus menangis. Butuh waktu lama sebelum aku menenangkan diri. Aku berpikir, "Apakah Tuhan menggunakan penyakit ini untuk menyingkapkan dan menyingkirkanku? Apakah aku bahkan tidak lagi memenuhi syarat untuk memberikan pelayanan bagi-Nya? Aku telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, mengorbankan diri, dan memberitakan Injil apa pun keadaannya. Tidakkah Tuhan mengingat semua ini? Beginikah caranya imanku kepada Tuhan berakhir?" Aku makin sedih dan merasa benar-benar kehabisan tenaga.

Setelah itu, aku tidak mau makan, minum, atau bahkan berbicara. Dokter menyuruhku mengonsumsi suplemen nutrisi dan lebih banyak berolahraga. Kupikir, "Aku telah dijatuhi hukuman mati. Apa gunanya suplemen nutrisi dan berolahraga? Cepat atau lambat aku akan mati." Aku merasa sangat tertekan dan tidak bisa berhenti berpikir, "Banyak saudara-saudari yang jatuh sakit sebelum beriman, tetapi kondisi mereka membaik setelah mulai percaya. Namun, aku telah melakukan tugasku setiap hari sejak menemukan iman kepada Tuhan. Bagaimana aku bisa terkena kanker? Aku dahulu berpikir mengorbankan diri adalah tiketku menuju keselamatan. Namun, kini aku bukan hanya tidak akan diselamatkan, tetapi juga akan mati karena kanker." Perasaan menyalahkan dan kesalahpahamanku terhadap Tuhan mengalir dari diriku, tidak terkendali. Dalam keputusasaan, aku berbicara sambil menangis kepada Tuhan, berkata, "Ya Tuhan, aku sangat kesakitan. Aku jatuh sakit dan tidak memahami kehendak-Mu. Tolong cerahkan dan bimbing aku untuk memahami kehendak-Mu."

Lalu, aku membaca firman Tuhan ini: "Bagi semua orang, pemurnian sungguh menyiksa, dan sangat sulit untuk diterima—tetapi, selama pemurnianlah Tuhan menjadikan watak-Nya yang adil dapat dipahami dengan jelas oleh manusia, dan membuat tuntutan-Nya terhadap manusia terbuka, dan memberikan lebih banyak pencerahan, dan lebih banyak pemangkasan dan penanganan yang nyata; lewat pembandingan antara fakta dan kebenaran, Dia memberi kepada manusia pengetahuan yang lebih besar tentang dirinya sendiri dan tentang kebenaran, dan memberi kepada manusia pemahaman yang lebih besar tentang kehendak Tuhan, sehingga manusia dapat memiliki kasih akan Tuhan yang lebih benar dan lebih murni. Itulah tujuan-tujuan Tuhan dalam menjalankan pemurnian. Semua pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan dalam diri manusia memiliki tujuan dan makna penting; Tuhan tidak melakukan pekerjaan yang tidak berarti, dan Dia juga tidak melakukan pekerjaan yang tidak bermanfaat bagi manusia. Pemurnian bukan berarti menyingkirkan manusia dari hadapan Tuhan, dan juga bukan berarti menghancurkan mereka di neraka. Sebaliknya, pemurnian berarti mengubah watak manusia selama pemurnian, mengubah niat-niatnya, pandangan-pandangan lamanya, mengubah kasihnya kepada Tuhan, dan mengubah seluruh hidupnya. Pemurnian merupakan ujian nyata manusia, dan suatu bentuk pelatihan yang nyata, dan hanya selama pemurnianlah kasih manusia dapat memenuhi fungsinya yang inheren" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya dengan Mengalami Pemurnian, Manusia Dapat Memiliki Kasih Sejati"). Firman Tuhan membantuku memahami kehendak-Nya. Tuhan memakai penyakit untuk menyingkapkan kerusakan batin, pemberontakan, dan motifku yang ternoda agar aku dapat mengenal diriku sendiri, menyingkirkan kerusakan, dan memperoleh keselamatan dari Tuhan. Namun, kupikir Tuhan ingin mengambil nyawaku dan menyingkirkanku. Jadi, aku salah paham dan menyalahkan Tuhan, benar-benar menyerah dan jatuh dalam keputusasaan. Aku mencoba memberi harga untuk pengorbananku, menuntut pujian untuk itu, dan berdebat dengan Tuhan. Aku bahkan ingin menggunakan kematianku untuk mengonfrontasi Tuhan. Aku telah kehilangan hati nurani! Aku merasa sangat berutang kepada Tuhan, jadi aku datang ke hadapan-Nya untuk berdoa dan mencari tahu mengapa aku tidak bisa tunduk saat jatuh sakit, malah salah paham dan menyalahkan Tuhan.

Kemudian aku membaca firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Begitu banyak orang percaya kepada-Ku hanya agar Aku dapat menyembuhkan mereka. Begitu banyak orang percaya kepada-Ku hanya agar Aku dapat menggunakan kuasa-Ku untuk mengusir roh-roh najis dari tubuh mereka, dan begitu banyak orang percaya kepada-Ku hanya supaya mereka dapat menerima damai dan sukacita dari-Ku. Begitu banyak orang percaya kepada-Ku hanya untuk menuntut lebih banyak kekayaan materi dari-Ku. Begitu banyak orang percaya kepada-Ku hanya untuk menjalani hidup ini dengan damai dan agar aman dan selamat di dunia yang akan datang. Begitu banyak orang percaya kepada-Ku untuk menghindari penderitaan neraka dan menerima berkat-berkat surga. Begitu banyak orang percaya kepada-Ku hanya demi kenyamanan sementara, tetapi tidak berusaha memperoleh apa pun dari dunia yang akan datang. Saat Aku menjatuhkan murka-Ku ke atas manusia dan mengambil semua sukacita dan damai yang pernah mereka miliki, manusia menjadi bimbang. Saat Aku memberi kepada manusia penderitaan neraka dan menarik kembali berkat-berkat surga, rasa malu manusia berubah menjadi amarah. Saat manusia meminta-Ku untuk menyembuhkan mereka, Aku tidak memedulikan dan merasakan kebencian terhadap mereka; manusia meninggalkan-Ku untuk mencari cara pengobatan lewat perdukunan dan ilmu sihir. Saat Aku mengambil semua yang telah manusia tuntut dari-Ku, semua orang menghilang tanpa jejak. Maka dari itu, Aku berkata bahwa manusia beriman kepada-Ku karena Aku memberi terlalu banyak kasih karunia, dan ada terlalu banyak yang bisa didapatkan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Apa yang Kauketahui tentang Iman?"). "Orang-orang semacam itu memiliki satu tujuan yang sangat sederhana dalam mengikut Tuhan, dan tujuan itu adalah untuk memperoleh berkat. Orang-orang semacam itu tidak bisa diminta untuk memperhatikan hal lain yang tidak melibatkan tujuan ini secara langsung. Bagi mereka, tidak ada tujuan yang lebih sah daripada percaya kepada Tuhan untuk memperoleh berkat—inilah inti dari iman mereka. Jika sesuatu tidak berkontribusi untuk tujuan ini, mereka tetap tidak tergerak olehnya. Inilah yang terjadi dengan kebanyakan orang yang percaya kepada Tuhan pada masa kini. Tujuan dan niat mereka kelihatannya benar, karena bersamaan dengan percaya kepada Tuhan, mereka juga mengorbankan diri untuk Tuhan, mempersembahkan diri mereka kepada Tuhan, dan melaksanakan tugas mereka. Mereka meninggalkan masa muda mereka, meninggalkan keluarga dan pekerjaan, dan bahkan menghabiskan waktu bertahun-tahun menyibukkan diri jauh dari rumah. Demi tujuan akhir mereka, mereka mengubah minat mereka, pandangan mereka tentang hidup, dan bahkan mengubah arah yang mereka tempuh, tetapi mereka tidak dapat mengubah tujuan kepercayaan mereka kepada Tuhan. Mereka sangat sibuk menggapai cita-cita mereka sendiri; sejauh apa pun jalannya, dan sebanyak apa pun kesulitan dan rintangan yang ada di sepanjang jalan, mereka tetap tekun dan tidak takut mati. Kekuatan apa yang mendorong mereka untuk terus mendedikasikan diri mereka seperti ini? Apakah hati nurani mereka? Apakah karakter mereka yang agung dan mulia? Apakah tekad mereka untuk melawan kekuatan jahat sampai pada akhirnya? Apakah iman mereka yang membuat mereka memberikan kesaksian tentang Tuhan tanpa mencari upah? Apakah kesetiaan mereka yang membuat mereka rela menyerahkan segalanya untuk melakukan kehendak Tuhan? Ataukah semangat pengabdian mereka yang membuat mereka selalu meninggalkan keinginan pribadi mereka yang berlebih-lebihan? Bagi seseorang yang tidak pernah memahami pekerjaan pengelolaan Tuhan, untuk tetap berkorban begitu banyak, sungguh sebuah keajaiban yang menakjubkan! Untuk saat ini, kita tidak perlu membahas berapa banyak yang telah diberikan oleh orang-orang ini. Meskipun demikian, perilaku mereka sangat layak untuk dianalisis. Selain dari keuntungan yang berhubungan sangat erat dengan mereka, mungkinkah ada alasan lain mengapa orang-orang yang tidak pernah memahami Tuhan mau berkorban begitu banyak bagi-Nya? Dalam hal ini, kita menemukan masalah yang sebelumnya tidak teridentifikasi: hubungan manusia dengan Tuhan semata-mata demi kepentingan diri sendiri. Hubungan ini adalah hubungan antara penerima dan pemberi berkat. Sederhananya, hubungan ini seperti hubungan antara karyawan dan majikan. Karyawan bekerja hanya untuk menerima upah yang diberikan oleh majikannya. Dalam hubungan semacam ini, tidak ada kasih sayang, hanya ada transaksi. Tidak ada tindakan mencintai dan dicintai, hanya ada derma dan belas kasihan. Tidak ada pengertian, hanya ada kemarahan terpendam dan tipu daya. Tidak ada keintiman, hanya ada jurang yang tak bisa diseberangi. Sekarang setelah segala sesuatunya telah sampai pada titik ini, siapakah yang mampu membalikkan arah semacam ini? Dan berapa banyakkah orang yang benar-benar mampu memahami betapa buruknya hubungan ini? Aku yakin bahwa ketika orang membenamkan diri dalam kegembiraan karena diberkati, tak seorang pun yang dapat membayangkan betapa memalukan dan tidak sedap dipandangnya hubungan dengan Tuhan yang seperti ini" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Lampiran 3: Manusia Hanya Dapat Diselamatkan di Tengah Pengelolaan Tuhan"). Firman Tuhan menusuk hatiku seperti pedang, dan aku merasa sangat malu. Bukankah motif di balik imanku adalah untuk mendapatkan berkat masa depan, seperti yang Tuhan katakan? Sebesar apa pun tampaknya pengorbananku, aku hanya membuat kesepakatan dengan Tuhan untuk mendapatkan berkat. Aku tidak benar-benar menaati Tuhan atau melakukan tugas makhluk ciptaan. Saat baru beriman, aku dahulu berpikir tidak akan pernah ada melapetaka yang menimpaku, bahwa aku akan diberkati dan masuk ke dalam kerajaan Tuhan. Jadi, aku mengerahkan segenap kemampuan dan tidak membiarkan apa pun menghalangiku menjalankan tugas. Aku bahkan tidak punya waktu mengantar-jemput anak-anakku ke sekolah. Diejek dan difitnah oleh orang lain, dianiaya dan diburu oleh PKT, tidak ada yang menghalangi aku dan tugasku. Semua ini membuatku berpikir aku setia kepada Tuhan, dan Dia pasti akan memuji serta memberkatiku. Saat tahu menderita kanker, aku merasa inilah akhir dari diriku, bahwa semua impianku untuk masuk ke dalam kerajaan surga telah lenyap. Aku dipenuhi kesalahpahaman, menyalahkan, aku juga berdebat dengan Tuhan, bahkan ingin menggunakan kematianku sendiri untuk mengonfrontasi Tuhan. Dihadapkan pada fakta, aku sadar bahwa aku melakukan tugasku, menderita, dan mengorbankan diri adalah untuk mendapatkan tempat tujuan yang baik sebagai balasannya. Hubunganku dengan Tuhan adalah "hubungan antara karyawan dan majikan." Aku menginginkan upah untuk setiap harga yang kubayarkan. Aku tidak benar-benar mengasihi Tuhan. Aku memanfaatkan Dia, mencoba menipu Dia. Dengan sudut pandang seperti itu dalam imanku, Tuhan hanya bisa geram dan membenciku. Jika Tuhan tidak menggunakan penyakit itu untuk membangunkanku, aku akan terus berpedoman pada pandanganku yang keliru tentang iman, dan Tuhan akan meninggalkan serta menyingkirkanku pada akhirnya. Menyadari hal ini membuatku menyesal dan mencela diri. Aku berlutut dan berdoa kepada Tuhan. Aku mengatakan, "Ya Tuhan, jika Engkau tidak menyingkapku melalui penyakit ini, aku tidak akan pernah memahami pandanganku yang keliru tentang iman. Penghakiman dan pengungkapan firman-Mu telah membangkitkan semangatku. Aku ingin memperbaiki motifku yang keliru dan melepaskan hasratku akan berkat. Entah aku membaik atau tidak, hidup atau mati, aku ingin tunduk kepada-Mu." Aku merasa jauh lebih damai setelah berdoa, dan keadaanku membaik. Di hari-hari berikutnya, aku terus berolahraga dan mengonsumsi suplemen nutrisi, kesehatanku pun makin meningkat hari demi hari. Tak lama kemudian, aku bisa meninggalkan rumah sakit.

Di rumah, aku melihat suami dan anak-anakku pergi memberitakan Injil dan melakukan tugas mereka, tetapi aku hanya bisa berbaring di tempat tidur, tidak bisa melakukan tugas apa pun. Aku mulai merasa sedikit sedih. Entah kapan aku akan pulih sepenuhnya atau apakah aku bisa melakukan tugasku lagi suatu hari nanti. Jika tidak bisa melakukan tugas, bukankah aku tidak akan berguna? Lalu, bagaimana aku bisa diselamatkan? Ketika bepikir seperti ini, aku sadar bahwa hasratku akan berkat telah muncul lagi. Aku segera berdoa kepada Tuhan, lalu membaca ini dalam firman-Nya: "Apa dasar yang dahulu dipakai manusia untuk menjalani hidup? Semua orang hidup untuk diri mereka sendiri. Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri—inilah ringkasan dari natur manusia. Orang percaya kepada Tuhan demi diri mereka sendiri; mereka meninggalkan segala sesuatu, mengorbankan diri mereka bagi Dia, dan setia kepada Dia, tetapi mereka tetap melakukan semua hal ini demi diri mereka sendiri. Singkatnya, semua itu dilakukan dengan tujuan mendapatkan berkat bagi diri mereka sendiri. Di masyarakat, segala sesuatu dilakukan demi keuntungan pribadi; percaya kepada Tuhan semata-mata dilakukan untuk mendapatkan berkat. Demi mendapatkan berkat, orang meninggalkan segalanya dan mampu menanggung banyak penderitaan: semua ini merupakan bukti empiris dari natur manusia yang rusak" ("Perbedaan antara Perubahan Lahiriah dan Perubahan Watak" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan membantuku menyadari alasanku membuat kesepakatan dengan Tuhan dalam imanku serta memberontak dan menentang Tuhan saat keadaan tidak berjalan sesuai keinginanku adalah karena segala jenis racun iblis telah mengendalikanku. "Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri" dan "Jangan pernah bangun pagi kecuali ada untungnya". Aku hidup berpedoman pada falsafah iblis ini. Semua yang kulakukan adalah untuk diriku sendiri, demi keuntunganku. Aku sangat egois dan hina. Bahkan dalam imanku, aku bekerja keras dan menyibukkan diri hanya untuk mendapatkan berkat dan upah. Aku tidak berfokus mengejar kebenaran atau mengubah watak sama sekali. Saat tidak mendapatkan berkat yang kuinginkan, naturku yang jahat muncul, lalu aku salah paham dan menyalahkan Tuhan, serta menyesali semua yang telah kulakukan untuk Tuhan. Paulus bekerja untuk Tuhan dan sangat menderita, tetapi dia tidak mencintai kebenaran dan tidak berusaha mengenal Tuhan atau mengubah wataknya. Dia hanya menginginkan mahkota kebenaran sebagai imbalan atas penderitaan dan pengorbanannya. Pada akhirnya, watak jahatnya tidak berubah, jadi kecongkakannya menyingkirkan semua nalar, dia bersaksi bahwa dia sendiri adalah Kristus dan membawa orang kepada dirinya. Itu menyinggung watak Tuhan dan membuatnya dijatuhi hukuman kekal. Aku tahu jika terus hidup berpedoman pada racun Iblis, aku hanya akan berakhir seperti Paulus. Tuhan akan menghukumku karena menentang-Nya. Aku melihat betapa berbahayanya mencari berkat dan tidak mengejar kebenaran. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan. Aku bersyukur kepada-Nya karena memakai penyakit ini untuk memberiku kesempatan merenungkan dan mengenal diriku agar aku bisa melihat sudut pandangku yang keliru tentang pengejaran dalam imanku, dan bahwa aku sedang melangkah di jalan yang bertentangan dengan Tuhan.

Kemudian aku membaca firman Tuhan: "Tuhan selamanya tertinggi dan selamanya mulia, sedangkan manusia selamanya rendah dan tidak berharga. Ini karena Tuhan selamanya berkorban dan menyerahkan diri-Nya sendiri bagi umat manusia; sedangkan manusia selamanya hanya mengambil dan berjuang demi dirinya sendiri. Tuhan selamanya bersusah payah demi kelangsungan hidup umat manusia, tetapi manusia tidak pernah bersumbangsih apa pun demi terang atau untuk kebenaran. Sekalipun manusia berupaya selama beberapa waktu, upaya itu sangatlah lemah sehingga tidak sanggup menahan satu hantaman pun, karena upaya manusia selalu demi dirinya sendiri dan bukan untuk orang lain. Manusia selalu egois, sedangkan Tuhan selamanya tidak pernah mementingkan diri sendiri. Tuhan adalah sumber segala sesuatu yang adil, baik, dan indah, sedangkan manusia adalah pihak yang berhasil melakukan dan mewujudkan segala keburukan dan kejahatan. Tuhan tidak akan pernah mengubah hakikat-Nya yang adalah kebenaran dan keindahan, tetapi manusia sangat mampu, kapan pun dan dalam situasi apa pun, mengkhianati kebenaran dan menyimpang jauh dari Tuhan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Sangatlah Penting untuk Memahami Watak Tuhan"). Aku sangat tersentuh saat merenungkan firman ini. Tuhan telah membayar harga yang sangat mahal untuk menyelamatkan umat manusia yang telah dirusak begitu dalam oleh Iblis. Dua ribu tahun yang lalu, Tuhan menjadi daging untuk pertama kalinya di Yudea demi menebus umat manusia. Dia menanggung ejekan, fitnah, dan dikejar serta dianiaya oleh pengikut Yudaisme. Akhirnya, Dia dipaku di kayu salib, dengan demikian menyelesaikan pekerjaan penebusan. Sekarang, Tuhan telah menjadi daging untuk kedua kalinya di Tiongkok demi mentahirkan dan menyelamatkan umat manusia untuk selamanya. Dia diburu dan dianiaya oleh PKT tanpa tempat untuk menyandarkan kepala-Nya, tanpa tempat beristirahat, dan Dia juga harus menanggung disalahpahami, disalahkan, tidak ditaati, dan ditentang oleh kita, para orang percaya. Namun, Tuhan tidak pernah berhenti mencoba menyelamatkan umat manusia, justru diam-diam mengerahkan segala upaya-Nya untuk kita, tidak pernah meminta imbalan apa pun. Sedangkan aku membuat pengorbanan dalam tugasku serta mengharapkan berkat dan tempat tujuan sebagai imbalannya. Aku melawan hati nuraniku untuk tawar-menawar dengan Tuhan. Aku sangat egois dan hina! Aku bukan orang percaya sejati. Menyadari hal ini, aku pergi ke hadapan Tuhan dalam doa, bersedia untuk bertobat.

Selama perenunganku suatu hari, aku membaca ini dalam firman Tuhan: "Iman yang sejati kepada Tuhan berarti sebagai berikut: orang mengalami firman dan pekerjaan-Nya atas dasar kepercayaan bahwa Tuhan memegang kedaulatan atas segala sesuatu, membersihkan watak rusak orang, memenuhi kehendak Tuhan, dan akhirnya mengenal Tuhan. Hanya perjalanan semacam inilah yang disebut 'iman kepada Tuhan'" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan). "Tujuan percaya kepada Tuhan adalah untuk memuaskan-Nya dan hidup dalam watak yang Dia inginkan, sehingga tindakan dan kemuliaan-Nya dapat terwujud lewat sekelompok orang yang tidak layak ini. Inilah cara pandang yang benar untuk percaya kepada Tuhan, dan ini juga merupakan tujuan yang harus engkau capai. Engkau harus memiliki cara pandang yang benar dalam memercayai Tuhan dan engkau harus berusaha mendapatkan firman Tuhan. Engkau perlu makan dan minum firman Tuhan dan harus bisa hidup dalam kebenaran dan terutama engkau harus mampu melihat perbuatan-perbuatan-Nya yang nyata, perbuatan-Nya yang menakjubkan di seluruh alam semesta, juga pekerjaan nyata yang Dia lakukan dalam daging. Melalui pengalaman praktis mereka, manusia bisa menghargai bagaimana Tuhan melakukan pekerjaan-Nya dalam diri mereka dan apa yang menjadi kehendak-Nya bagi mereka. Tujuan semua ini adalah untuk menyingkirkan watak mereka yang rusak dan jahat. Setelah engkau menyingkirkan dari dalam dirimu kecemaran dan ketidakbenaran, dan setelah engkau membersihkan niatmu yang salah dan setelah engkau mengembangkan imanmu yang sejati kepada Tuhan—hanya dengan iman sejatilah engkau bisa benar-benar mengasihi Tuhan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mereka yang Akan Disempurnakan Harus Mengalami Pemurnian"). Firman Tuhan menunjukkan tujuan yang benar yang harus kita kejar dalam iman kita. Bagaimanapun kita didisiplinkan dalam pengalaman kita, Tuhan mengatur segala sesuatu secara khusus untuk mentahirkan dan mengubah kita. Aku tahu harus mengalami semuanya dengan penerimaan dan ketaatan, mencari kebenaran dalam masalah untuk menyelesaikan watak rusakku, serta memuaskan Tuhan dan membalas kasih-Nya dalam segala hal. Hanya inilah pengejaran yang benar. Aku tidak lagi ingin membuat kesepakatan dengan Tuhan untuk berkat. Bagaimanapun kelanjutan penyakitku sejak saat itu, aku akan menyembah Tuhan sampai napas terakhirku. Jika Tuhan memberiku kesempatan lagi untuk melakukan tugasku, aku tidak akan tawar-menawar dengan-Nya demi mendapatkan berkat. Aku hanya ingin mengejar kebenaran dalam tugasku dan mencari perubahan dalam watakku.

Tak lama kemudian, Tuhan mengujiku.

Suatu hari, putriku kembali dari pertemuan gereja dan berkata Saudari Wang, yang menyirami orang percaya, diikuti oleh polisi dan belum ada orang yang menggantikan dia. Dia bertanya kepadaku siapa di gereja yang bisa melakukan pekerjaan itu. Aku pernah melakukan tugas ini dan menguasainya dengan baik, jadi kupikir akulah yang paling cocok. Namun, aku berpikir tentang operasiku yang baru sekitar 20 hari yang lalu. Sayatannya belum sembuh sepenuhnya dan cuacanya makin panas. Di rumah, aku harus membersihkan sayatan itu beberapa kali sehari. Jika mengambil tugas ini dan aku terlalu sibuk untuk menjaga kebersihan lukaku, itu bisa meradang. Pergerakan lenganku masih terbatas, dan jika aku mondar-mandir dengan skuter listrik setiap hari, sayatannya tidak akan sembuh, lalu aku benar-benar akan sakit. Mengingat situasinya, mengambil tugas itu tidak akan membantu kesehatanku. Namun, aku berpikir, "Orang yang tepat untuk tugas ini belum ditemukan. Jika aku tidak mengambilnya, bukankah pekerjaan rumah Tuhan akan tertunda? Apa yang harus kulakukan?" Kemudian satu bagian firman Tuhan muncul di benakku: "Jika, dalam imanmu kepada Tuhan dan pengejaran kebenaran, engkau dapat berkata, 'Apa pun penyakit atau kejadian tidak menyenangkan yang Tuhan ijinkan untuk menimpaku—apa pun yang Tuhan lakukan—aku harus taat dan tetap pada posisiku sebagai makhluk ciptaan. Pertama dan terutama, aku harus menerapkan aspek kebenaran ini—ketaatan—aku menerapkannya dan hidup dalam kenyataan ketaatan kepada Tuhan. Selain itu, aku tidak boleh mengesampingkan apa yang telah Tuhan amanatkan kepadaku dan tugas yang harus kulaksanakan. Bahkan di akhir napasku, aku harus mempertahankan tugasku.' Bukankah ini arti menjadi kesaksian?" ("Hanya dengan Sering Merenungkan Kebenaran Engkau Dapat Memiliki Jalan untuk Maju" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan memberiku jalan penerapan. Meskipun sayatanku belum sepenuhnya sembuh, aku tidak ingin bersikap egois dan kejam lagi, hanya memikirkan diriku sendiri dan tidak memikirkan rumah Tuhan. Selama bertahun-tahun, aku melakukan tugasku untuk mendapatkan berkat, membuat kesepakatan dengan Tuhan. Aku tidak pernah memedulikan kehendak Tuhan atau melakukan apa pun untuk memuaskan Tuhan. Aku benar-benar berutang kepada Tuhan! Seseorang sangat dibutuhkan untuk melakukan tugas ini, dan aku ingin melakukannya. Apa pun yang terjadi dengan kesehatanku, aku hanya meminta agar aku dapat memberikan penghiburan kepada Tuhan. Dibimbing oleh firman Tuhan, penyakitku tidak lagi membatasiku dan aku mengajukan diri untuk mengambil pekerjaan itu.

Aku menyaksikan perlindungan Tuhan yang ajaib saat mengerahkan segenap kemampuanku untuk tugas ini. Seminggu kemudian, sayatanku bukan hanya tidak memburuk, tetapi sembuh total. Dokter berkata, "Limfedema di lengan sering terjadi setelah operasi semacam ini, dan setelah lebih dari sebulan pemulihan, si pasien masih membutuhkan kemoterapi." Namun, sejak aku memulai tugas itu, sayatanku tidak lagi sakit, tidak ada limfedema di lenganku, dan aku tidak menjalani kemo. Kini sudah lebih dari setahun sejak operasi dan aku baik-baik saja. Syukur kepada Tuhan atas perbuatan-Nya yang ajaib. Aku secara pribadi mengalami firman-Nya yang mengatakan: "Setiap dan segala hal, apakah hidup atau mati, akan berganti, berubah, diperbarui, dan lenyap sesuai dengan pemikiran Tuhan. Begitulah cara Tuhan memimpin segala sesuatu" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan adalah Sumber Kehidupan Manusia"). Begitu melepaskan tuntutanku yang tidak masuk akal dan tidak lagi membuat kesepakatan dengan Tuhan, aku benar-benar melihat otoritas dan kuasa Tuhan, serta menyaksikan perbuatan-Nya yang ajaib!

Ujian dari penyakit ini secara lahiriah tampak seperti malapetaka, tetapi kasih Tuhan tersembunyi di dalamnya. Pencerahan dan bimbingan dari firman Tuhan memberiku cukup pengenalan atas motifku untuk mendapatkan berkat dan ketidakmurnianku. Aku membangun cukup ketaatan kepada Tuhan dan benar-benar belajar bahwa mengalami penyakit adalah berkat dari Tuhan, bahwa itu adalah untuk mentahirkan dan mengubahku. Syukur kepada Tuhan atas keselamatan-Nya!

Selanjutnya: Ditahirkan Dengan Ujian

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Aib dari Masa Laluku

Oleh Saudari Li Yi, TiongkokPada Agustus 2015, aku dan keluargaku pindah ke Xinjiang. Aku pernah mendengar bahwa Partai Komunis telah...

Iman Berarti Mengandalkan Tuhan

Oleh Saudari Cheng Cheng, ItaliaTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Hanya dari dalam imanmulah, engkau akan bisa melihat Tuhan, dan ketika...