Konsekuensi dari Memercayai Orang Secara Membabi Buta

16 September 2022

Oleh Saudari Li Shuang, Filipina

Pada November 2020, beberapa saudara-saudari menuduh rekan sekerjaku, Saudari Wang, tidak melakukan pekerjaan nyata dan menjadi pemimpin palsu. Atasan kami mengonfirmasi ini benar setelah memverifikasinya, lalu memberhentikannya. Setelah itu, dia bertanya kepadaku, "Kau rekan sekerjanya. Tahukah kau Saudari Wang tidak melakukan pekerjaan nyata?" Aku ragu dan tak mampu menjelaskan dengan jelas, jadi dia menanganiku karena hanya berfokus pada pekerjaanku sendiri dalam tugasku, mengabaikan pekerjaan lain, dan karena bersikap egois, hina, dan tak bertanggung jawab. Kemudian, yang lainnya berkata aku melindungi dan menutupi Saudari Wang. Menghadapi keadaan semacam itu, aku tahu pasti ada pelajaran untuk kupetik, jadi aku mulai merenungkan diriku sendiri. Sebelum Saudari Wang diberhentikan, aku telah menerima laporan yang menuduhnya. Surat itu, yang ditulis oleh para penginjil, melaporkan dia tidak melakukan pekerjaan nyata, tidak mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan segala sesuatu ketika para penginjil mengalami kesulitan, dan hanya menanyakan kemajuan pekerjaan. Selain itu, dia jarang menanyakan keadaan saudara-saudari yang melaksanakan tugas mereka, dan kalaupun bertanya, dia hanya bertanya seadanya. Di pertemuan, ketika saudara-saudari mengajukan pertanyaan kepadanya, dia hanya menjawab seadanya dan pergi, tanpa menyelesaikan masalah yang sebenarnya .... Aku tak terlalu memercayainya pada waktu itu. Bagaimana mungkin Saudari Wang tidak melakukan pekerjaan nyata? Dia bukan saja bertanggung jawab untuk pekerjaan penginjilan, tapi juga untuk pekerjaan video. Kupikir dia mungkin sibuk menindaklanjuti pekerjaan video, jadi tak punya waktu menyelesaikan masalah saudara-saudari yang melakukan pekerjaan penginjilan. Saudari Wang bertanggung jawab atas banyak aspek pekerjaan, jadi kupikir wajar dia tak mampu menangani setiap pekerjaan dengan baik. Setiap kali atasan kami datang untuk menanyakan kemajuan pekerjaan, dia bisa menjawab dengan lancar. Bagaimana mungkin dia menangani keadaan ini jika dia tidak melakukan pekerjaan nyata? Mungkinkah mereka tak memperlakukan Saudari Wang dengan benar dan tak mempertimbangkan kesulitannya? Selain itu, dia bukan manusia super. Dia tak bisa melakukan semuanya dengan baik. Mereka tak boleh menimpakan semua kesalahan padanya. Ketika memikirkannya seperti ini, aku tak menanggapi laporan itu dengan serius. Aku hanya memberi tahu pengawas penginjilan tentang keadaan tersebut. Dia kemudian memberitahuku isi surat itu pada dasarnya benar, tapi aku tetap tak menganggapnya serius. Aku merasa tak ada pemimpin atau pekerja yang sempurna dalam pekerjaannya. Ini bukan masalah besar, jadi tak perlu membesar-besarkannya, dan kuanggap tak ada masalah. Memikirkannya sekarang sungguh menakutkan. Setelah menerima laporan, mengapa aku tak menyelidiki dan memverifikasi secara detail? Aku tak mendiskusikan bagaimana menanganinya bersama rekan kerjaku, aku juga tak memberi tahu atasanku. Aku hanya diam-diam menyimpan surat itu. Bukankah ini sama saja menutupi Saudari Wang? Makin kupikirkan, makin aku merasa sedih. Aku juga bertanya pada diriku sendiri: mengapa aku tak berprinsip dalam tindakanku? Dalam masalah yang serius seperti saudara-saudari melaporkan pemimpin palsu, bagaimana aku bisa mengabaikannya begitu saja? Mengapa aku begitu yakin Saudari Wang mampu melakukan pekerjaan nyata? Atas dasar apa aku berpikir demikian?

Kemudian, setelah membaca satu bagian firman Tuhan, aku mendapatkan sedikit pemahaman mengenai masalah ini. "Bagaimana agar bisa menilai apakah seorang pemimpin sedang memenuhi tanggung jawabnya atau tidak, apakah mereka adalah pemimpin palsu atau bukan? Hal paling mendasar adalah dengan melihat apakah mereka mampu melakukan pekerjaan nyata atau tidak, apakah mereka memiliki kualitas ini atau tidak. Kedua, lihatlah apakah mereka benar-benar melakukan pekerjaan nyata. Jangan melihat apa yang mulut mereka katakan dan pemahaman tentang kebenaran macam apa yang mereka miliki; ketika mereka melakukan pekerjaan yang sifatnya dangkal, jangan berfokus melihat apakah mereka memiliki kualitas atau tidak, apakah mereka berbakat dan berkarunia atau tidak, apakah mereka melakukan pekerjaan ini dengan baik atau tidak—hal-hal ini tidak penting. Yang penting adalah lihatlah apakah mereka mampu melaksanakan pekerjaan gereja yang paling mendasar dengan benar, apakah mereka mampu menyelesaikan masalah dengan menggunakan kebenaran, apakah mereka mampu memimpin orang ke dalam kenyataan kebenaran atau tidak. Pekerjaan inilah yang paling mendasar dan esensial. Jika mereka tidak mampu melakukan pekerjaan nyata ini, maka sebagus apa pun kualitas mereka, betapapun berbakatnya mereka, semampu apa pun mereka menanggung kesukaran dan membayar harga, mereka tetaplah pemimpin palsu. Sebagian orang berkata, 'Lupakan bahwa mereka belum melakukan pekerjaan nyata. Mereka memiliki kualitas yang baik dan cakap. Latihlah mereka selama beberapa waktu dan mereka pasti akan mampu melakukan pekerjaan nyata. Selain itu, mereka juga tidak melakukan hal buruk, atau melakukan kejahatan atau menyebabkan gangguan dan kekacauan apa pun—bagaimana engkau bisa berkata mereka adalah pemimpin palsu?' Bagaimana menjelaskan pertanyaan ini? Lupakan seberapa berbakatnya dirimu, seberapa hebatnya kualitasmu, atau seberapa terpelajarnya dirimu; yang penting adalah apakah engkau melakukan pekerjaan nyata atau tidak, dan apakah engkau memenuhi tanggung jawab seorang pemimpin atau tidak. Selama menjadi pemimpin, apakah engkau berpartisipasi dalam setiap bagian pekerjaan tertentu dalam lingkup tanggung jawabmu, berapa banyak masalah yang muncul selama pekerjaan yang telah kauselesaikan secara efektif, berapa banyak orang yang, karena pekerjaanmu, kepemimpinanmu, bimbinganmu, menjadi paham akan prinsip-prinsip kebenaran, berapa banyak pekerjaan gereja yang dikembangkan dan mengalami kemajuan? Inilah yang penting. Lupakan berapa banyak slogan yang dapat kauulangi, berapa banyak firman dan doktrin yang telah kaukuasai, lupakan berapa jam yang kauhabiskan dengan bekerja keras setiap hari, seberapa lelahnya dirimu, dan lupakan berapa banyak waktu yang telah kauhabiskan di jalan, berapa banyak gereja yang telah kaukunjungi, berapa banyak risiko yang telah kauambil, seberapa banyak engkau telah menderita—lupakan semua ini. Lihat saja pada seberapa efektif pekerjaan dalam lingkup tanggung jawabmu, apakah pekerjaan itu telah memperoleh hasil atau tidak, berapa banyak dari pengaturan rumah Tuhan dan target yang seharusnya kaucapai telah kaucapai, berapa banyak dari hal-hal itu yang telah kaulaksanakan, seberapa baik engkau telah melaksanakannya, seberapa baik hal-hal itu telah ditindaklanjuti, berapa banyak masalah yang berkaitan dengan masalah kelalaian, penyimpangan, atau pelanggaran prinsip yang muncul dalam pekerjaan yang kauselesaikan, perbaiki, benahi, dan berapa banyak masalah yang berkaitan dengan SDM, admin, atau berbagai tugas spesialis yang kaubantu selesaikan, dan apakah engkau menyelesaikannya sesuai prinsip dan tuntutan rumah Tuhan, dan sebagainya—semua ini adalah standar yang digunakan untuk menguji apakah pemimpin atau pekerja memenuhi tanggung jawab mereka atau tidak" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 4, Tanggung jawab para pemimpin dan pekerja). Setelah merenungkan firman Tuhan, aku mengerti, menilai apakah seorang pemimpin memenuhi syarat atau tidak, prinsip terpenting adalah melihat apakah mereka mampu melakukan pekerjaan nyata, apakah mereka benar-benar melakukan pekerjaan nyata, apakah pekerjaan mereka dapat memberi orang jalan, dan apakah mereka mampu menyelesaikan masalah nyata dalam jalan masuk kehidupan orang lain dan tugas mereka atau tidak. Jika mereka tak mampu melakukan hal ini, setinggi apa pun kualitas dan bakat atau sebaik apa pun mereka dapat berbicara, mereka pemimpin palsu, dan harus diberhentikan. Melihat Saudari Wang, meskipun dia melakukan beberapa pekerjaan nyata di masa lalu, setelah beban kerja meningkat, dia mulai memanjakan daging dan mendambakan kenyamanan. Dia tak pernah benar-benar membimbing pekerjaan saudara-saudari, dan meskipun terkadang dia bertanya tentang pekerjaan, dia hanya bertanya seadanya. Dia tak berfokus mencari masalah, dia hanya menanyakan kemajuan pekerjaan, jadi ketika ada masalah dan penyimpangan dalam pekerjaan saudara-saudari, dia sama sekali tak memahaminya. Ketika mereka mengalami kesulitan dan kenegatifan dalam tugas mereka, dia jarang memberikan bantuan atau persekutuan, yang secara langsung memengaruhi kemajuan pekerjaan penginjilan. Ketika beberapa saudara-saudari menyingkapkan watak yang rusak dan meminta bantuan darinya, responsnya asal-asalan, dia tak peduli atau berusaha menyelesaikan masalah mereka, dan mereka tak pernah mendapatkan apa pun darinya. Dilihat dari perilaku Saudari Wang, dia hanya ingin melakukan hal-hal yang membuatnya terlihat baik. Namun, jika dia harus menderita, membayar harga, dan menyelesaikan masalah nyata, dia menghindarinya. Dia benar-benar tidak melakukan pekerjaan nyata. Aku menilai dia berdasarkan evaluasi dan kesanku sebelumnya terhadapnya. Aku hidup dalam gagasan dan imajinasi. Aku sangat bodoh.

Kemudian, aku merenungkan diriku sendiri, dan heran mengapa aku bisa begitu percaya pada diriku sendiri dan Saudari Wang. Apa sumber dari masalah ini? Aku membaca satu bagian firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Pemimpin palsu tidak akan menyelidiki para pengawas yang tidak melakukan pekerjaan nyata, atau yang melalaikan tanggung jawabnya. Menurut mereka mereka hanya perlu memilih pengawas dan semuanya akan baik-baik saja; setelah itu, pengawas tersebut akan menangani semua masalah pekerjaan, dan yang perlu mereka lakukan hanyalah sering-sering mengadakan pertemuan, mereka tak perlu mengawasi pekerjaan atau bertanya bagaimana perkembangannya, mereka bisa tetap lepas tangan. Jika seseorang melaporkan ada masalah dengan seorang pengawas, pemimpin palsu akan berkata, 'Ini hanya masalah kecil, tidak masalah. Engkau bisa menanganinya sendiri. Jangan tanya aku.' Orang yang melaporkan masalah itu berkata, 'Pengawas itu seorang pemalas yang rakus. Dia tidak melakukan apa pun selain makan dan bersenang-senang, dan dia sangat malas. Dia tak mau mengalami kesulitan sedikit pun dalam tugasnya, dan selalu mencari cara untuk menipu dan mencari-cari alasan untuk menghindari pekerjaan dan tanggung jawabnya. Dia tidak memenuhi syarat untuk menjadi pengawas.' Pemimpin palsu akan menjawab, 'Kualitasnya bagus ketika dia dipilih sebagai pengawas. Apa yang kaukatakan tidak benar, atau sekalipun itu benar, itu hanyalah perwujudan sementara.' Para pemimpin palsu tidak berusaha mencari tahu tentang keadaan pengawas itu, tetapi menilai dan menentukan masalah itu berdasarkan kesan masa lalu mereka terhadap pengawas tersebut. Siapa pun yang melaporkan masalah dengan pengawas itu, pemimpin palsu mengabaikannya. Pengawas itu tidak memiliki pemahaman dan kemampuan, mereka tidak cukup kompeten untuk menyelesaikan pekerjaan mereka, dan sudah hampir mengacaukan semuanya—tetapi pemimpin palsu tidak peduli. Sudah cukup buruk ketika ada orang melaporkan masalah pengawas, mereka berpura-pura tidak melihatnya. Namun, apa yang paling hina dari semuanya? Ketika orang memberi tahu mereka tentang masalah sangat serius yang pengawas miliki, mereka tidak berusaha menyelesaikannya, dan bahkan memunculkan berbagai alasan: 'Aku kenal pengawas ini, mereka benar-benar percaya kepada Tuhan, mereka tidak akan pernah memiliki masalah. Meskipun ada masalah, Tuhan akan melindungi mereka dan mendisiplinkan mereka. Jika mereka melakukan kesalahan, itu antara mereka dan Tuhan—kita tak perlu khawatir.' Beginilah cara pemimpin palsu bekerja: menurut gagasan dan imajinasi mereka sendiri. Mereka berpura-pura memahami kebenaran dan memiliki iman—akibatnya mereka mengacaukan pekerjaan gereja, atau bahkan menghentikannya, sambil berpura-pura tidak tahu. Bukankah mereka hanya para birokrat? Pemimpin palsu tidak mampu melakukan pekerjaan nyata, mereka juga tidak memperlakukan pekerjaan pemimpin kelompok dan pengawas dengan serius. Pandangan mereka tentang orang hanya didasarkan pada kesan dan imajinasi mereka sendiri. Melihat seseorang berperilaku baik selama beberapa waktu, mereka yakin orang ini akan selalu bersikap baik, bahwa orang ini tidak akan berubah; mereka tidak memercayai siapa pun yang mengatakan ada masalah dengan orang ini, mereka mengabaikan ketika ada orang yang menunjukkan sesuatu tentang orang tersebut. ... Pemimpin palsu terlalu sombong, bukan? Yang mereka pikirkan adalah, 'Aku tidak salah ketika melihat orang ini. Tidak akan pernah ada masalah nantinya; mereka pasti bukan orang yang suka bermain-main, yang suka bersenang-senang dan membenci kerja keras. Mereka benar-benar dapat diandalkan dan dapat dipercaya. Mereka tidak akan berubah; jika mereka berubah, itu pasti berarti aku keliru tentang mereka, bukan?' Logika macam apa ini? Apakah engkau sejenis orang yang ahli? Apakah engkau memiliki penglihatan sinar-x? Inikah keahlian khususmu? Engkau bisa saja hidup bersama orang ini selama satu atau dua tahun, tetapi akankah engkau mampu melihat siapa diri mereka yang sebenarnya tanpa lingkungan yang cocok untuk menyingkapkan natur dan esensi mereka sepenuhnya? Jika mereka tidak disingkapkan oleh Tuhan, engkau bisa saja hidup berdampingan dengan mereka selama tiga atau bahkan lima tahun dan pasti tetap bergumul untuk melihat natur dan esensi seperti apa yang mereka miliki. Dan betapa lebih sulit lagi jika engkau jarang bertemu dengan mereka, jarang bersama dengan mereka? Engkau dengan begitu saja memercayai mereka berdasarkan kesan sekilas atau penilaian positif orang lain tentang mereka, dan berani memercayakan pekerjaan gereja kepada orang-orang semacam itu. Dalam hal ini, bukankah engkau terlalu buta? Bukankah engkau bersikap terburu nafsu? Dan bukankah para pemimpin palsu bersikap sangat tidak bertanggung jawab ketika mereka bekerja seperti ini?" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 4, Tanggung jawab para pemimpin dan pekerja). Dari firman Tuhan aku mengerti, pemimpin palsu sering kali menilai orang berdasarkan gagasan dan imajinasi mereka. Mereka memercayai orang hanya berdasarkan perilaku sementara orang, lalu menyerahkan pekerjaan gereja sepenuhnya kepada orang itu dan mulai melepaskannya, dan selama masa ini, mereka tak pernah mencari prinsip kebenaran atau mendengarkan orang lain yang melaporkan masalah. Mereka hanya memercayai diri mereka sendiri dan berpegang teguh pada pendapat mereka sendiri. Mereka sangat congkak, dan sama sekali tak bertanggung jawab. Bukankah perilakuku sama dengan apa yang Tuhan singkapkan? Kupikir Saudari Wang bertanggung jawab atas banyak tugas dan sibuk setiap hari, tapi bisa menjawab dengan lancar ketika atasan kami menanyakan pekerjaan itu, jadi aku meyakini dia melakukan pekerjaan nyata. Ketika saudara-saudari melaporkannya, aku tak menganggapnya serius. Aku merasa mereka meminta terlalu banyak darinya dan menyalahkannya. Kemudian, aku mengetahui Saudari Wang memang menunjukkan beberapa tanda tidak melakukan pekerjaan nyata, tapi kupikir, "Tak ada manusia yang sempurna, jadi pasti ada alasan bagus mengapa beberapa pekerjaan tak dilakukan dengan baik, dan itu bukan masalah besar." Karena kecongkakan, sikap merasa diri benar, dan kepercayaan diriku, masalah Saudari Wang tak terselesaikan untuk waktu yang lama, yang menghambat pekerjaan gereja dan membahayakan jalan masuk kehidupan saudara-saudari. Ketika melihat Tuhan menyingkapkan bahwa para pemimpin palsu itu sombong dan menghakimi orang lain berdasarkan gagasan mereka, hatiku hancur. Aku benar-benar terlalu sombong. Aku tak memiliki kenyataan kebenaran, aku tak mampu membedakan orang, dan terlebih lagi, aku tak dapat melihat esensi orang. Selain itu, aku tak pernah benar-benar mengawasi atau memeriksa pekerjaan Saudari Wang, bagaimana dia melaksanakan atau menindaklanjuti berbagai tugas gereja, apakah masalah nyata telah diselesaikan, atau apakah pekerjaan nyata telah dilakukan atau tidak. Aku tak tahu apa pun mengenai hal-hal ini, dan jarang bertanya tentang semua itu. Bagaimana aku bisa memercayainya dengan begitu gegabah? Bahkan ketika aku meminta temanku untuk membantuku membeli barang sebelumnya, aku tak yakin. Aku khawatir ketika membantuku memilih barang, dia tak hati-hati memeriksa kualitas barang. Bagaimana jika dia membeli produk cacat yang tak bertahan lama? Jadi, aku sering memperingatkannya. Ketika dia membawa pulang barang-barang itu, aku tetap memeriksanya dengan saksama. Jika barangnya tak sesuai, aku ingin segera mengembalikannya agar menghindari kerugian apa pun. Dalam hal kepentingan pribadiku, aku tak berani begitu saja memercayai siapa pun. Namun, dalam masalah besar di mana saudara-saudariku melaporkan pemimpin palsu, aku memercayai Saudari Wang secara membabi buta berdasarkan kesan sementaraku tentang dia. Aku sama sekali tak memedulikan pekerjaannya, dan tak menganggapnya serius ketika seseorang menuduhnya. Aku sangat tak bertanggung jawab dengan pekerjaan gereja. Jika saja aku bertanggung jawab dan terbeban dengan pekerjaan gereja, aku pasti telah benar-benar mengawasi dan memeriksa pekerjaan Saudari Wang alih-alih hanya mendengarkan hal-hal baik yang dia katakan, memercayainya secara membabi buta, dan menyimpan surat laporan itu. Selama proses ini, aku bahkan tak memiliki sikap mencari kebenaran. Betapa congkak dan tak masuk akal diriku karena hanya percaya pada pendapatku sendiri. Aku memperlakukan pekerjaan gereja dengan sangat tak bertanggung jawab.

Kemudian, aku membaca bagian lain firman Tuhan, "Jika, di dalam hatimu, engkau benar-benar memahami kebenaran, engkau akan tahu bagaimana menerapkan kebenaran dan menaati Tuhan, dan secara alami engkau akan mampu memulai jalan mengejar kebenaran. Jika jalan yang kautempuh adalah jalan yang benar dan sesuai dengan kehendak Tuhan, maka pekerjaan Roh Kudus tidak akan meninggalkanmu—dan dengan demikian akan semakin kecil kemungkinan engkau mengkhianati Tuhan. Tanpa kebenaran, akan mudah bagimu untuk melakukan kejahatan, dan engkau akan melakukannya meskipun engkau sendiri tidak mau. Misalnya, jika engkau memiliki watak yang congkak dan sombong, maka diberi tahu untuk tidak menentang Tuhan tidak ada bedanya, engkau tidak mampu menahan diri, itu berada di luar kendalimu. Engkau tidak akan melakukannya dengan sengaja; engkau akan melakukannya di bawah dominasi naturmu yang congkak dan sombong. Kecongkakan dan kesombonganmu akan membuatmu memandang rendah Tuhan dan menganggap-Nya tak berarti; itu akan mengakibatkanmu meninggikan diri sendiri, membuatmu selalu menonjolkan diri; itu akan membuatmu memandang rendah orang lain dan hanya memikirkan dirimu sendiri; itu akan merebut posisi Tuhan di hatimu, dan akhirnya menyebabkanmu mengambil posisi Tuhan dan menuntut agar orang tunduk kepadamu, dan membuatmu memuja pemikiran, ide, dan gagasanmu sendiri sebagai kebenaran. Begitu banyak kejahatan yang dilakukan manusia di bawah dominasi natur mereka yang congkak dan sombong!" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 2, Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya). Setelah membaca firman Tuhan, aku merasa sangat malu. Akulah orang congkak yang disingkapkan dalam firman Tuhan. Dalam menangani laporan, orang yang rasional dengan hati yang takut akan Tuhan akan bersikap hati-hati, melihat masalah dari perspektif yang adil, tak dengan gegabah memercayai salah satu pihak, juga tak sembarangan memutuskan suatu kasus. Mereka selalu memeriksa dan memverifikasi masalah yang disingkapkan saudara-saudari, dan kemudian menangani segala sesuatu sesuai prinsip. Namun, setelah aku menerima laporan, aku sama sekali tak mencari prinsip penanganan laporan, dan tak menyelidiki apakah masalah yang dilaporkan itu benar. Sebaliknya, aku berdiri di pihak Saudari Wang dan mengkritik mereka yang menulis surat tuduhan. Bahkan ketika pengawas mengetahui masalah yang dilaporkan itu benar, dan fakta-fakta ada di depanku, aku tetap mengabaikannya, dan meremehkan apa yang telah diverifikasi orang lain. Aku benar-benar congkak dan keras kepala. Aku sama sekali tak takut akan Tuhan. Aku sangat percaya pada diriku sendiri sehingga dengan gegabah mengesampingkan surat itu tanpa memverifikasi atau menanganinya. Bukankah ini artinya berdiri di pihak pemimpin palsu untuk melindunginya? Saudara-saudariku telah memiliki keberanian untuk melaporkan pemimpin palsu. Mereka memiliki rasa keadilan, dan menjunjung tinggi pekerjaan gereja. Sebagai pemimpin, aku seharusnya mendukung mereka dan memverifikasi laporan sesuai prinsip, dan jika diputuskan Saudari Wang pemimpin palsu, aku harus segera memindahkan atau memberhentikannya. Namun, aku menganggap laporan yang sah ini sebagai permintaan yang terlalu banyak dari para pemimpin dan pekerja. Intinya, aku melindungi pemimpin palsu, menekan saudara-saudariku. Bukankah ini sama dengan para pejabat si naga merah yang sangat besar yang saling melindungi? Di dunia sekuler, di mana para pejabat memerintah dan memutuskan, rakyat jelata tak punya hak untuk berbicara. Mereka bahkan tak berani berkata "tidak" kepada pemimpin, karena takut hidup mereka akan dipersulit. Dalam kasus yang parah, orang bahkan disiksa. Namun di rumah Tuhan, kebenaran berkuasa, dan Tuhan-lah yang memegang kekuasaan. Rumah Tuhan memperlakukan orang sesuai prinsip. Apa pun status seseorang, jika mereka tidak melakukan pekerjaan nyata atau menerapkan kebenaran, rumah Tuhan akan memverifikasi, menyelidiki, dan menangani masalah sesuai prinsip. Ini memperlihatkan keadilan Tuhan, yang sama sekali berbeda dari dunia sekuler. Namun aku, sebagai pemimpin, tak menangani atau menyelesaikan laporan setelah menerimanya. Sebaliknya, dalam kecongkakanku, aku membela siapa pun yang kuinginkan, dan tak memiliki prinsip kebenaran. Ini perilaku pemimpin palsu dan artinya Iblis memegang kekuasaan. Pemikiran itu membuatku gemetar ketakutan. Karena aku telah bertindak tanpa prinsip, saudara-saudari telah hidup di bawah pemimpin palsu, keadaan dan kesulitan mereka tak dapat diselesaikan, dan mereka hidup dalam penderitaan dan kegelapan. Bukankah aku hanya merugikan saudara-saudariku? Aku benar-benar menjijikkan! Aku datang ke hadapan Tuhan dan berdoa, "Ya Tuhan, aku tak mau lagi melakukan segala sesuatu sesuka hatiku. Kumohon bimbinglah aku untuk menyelesaikan watak congkakku."

Kemudian, aku mencari jalan penerapan untuk menyelesaikan watak congkakku dalam firman Tuhan. Dalam firman Tuhan, aku membaca, "Bagaimana seharusnya engkau merenungkan dirimu sendiri, dan berusaha mengenal dirimu sendiri, ketika engkau telah melakukan sesuatu yang melanggar prinsip kebenaran dan yang tidak menyenangkan Tuhan? Ketika engkau hendak melakukan hal tersebut, apakah engkau berdoa kepada-Nya? Pernahkah engkau memikirkan, 'Apakah melakukan segala sesuatu dengan cara ini sesuai dengan kebenaran? Bagaimana Tuhan akan memandang hal ini jika perkara ini dibawa ke hadapan-Nya? Akankah Dia senang atau kesal saat mengetahui tentang hal ini? Akankah Dia benci atau muak karenanya?' Engkau tidak mencari tahu tentang hal ini, bukan? Meskipun orang lain mengingatkanmu, engkau pasti masih berpikir bahwa hal tersebut bukanlah masalah besar dan tidak bertentangan dengan prinsip apa pun dan bukan merupakan suatu dosa. Akibatnya, engkau menyinggung watak Tuhan dan memancing kemarahan Tuhan, bahkan sampai ke titik Dia membencimu. Ini diakibatkan oleh pemberontakan manusia. Oleh karena itu, engkau harus mencari kebenaran dalam segala sesuatu. Inilah yang harus kauikuti. Jika engkau dapat dengan sungguh-sungguh datang ke hadapan Tuhan untuk berdoa terlebih dahulu, dan kemudian mencari kebenaran sesuai dengan firman Tuhan, engkau tidak akan salah. Engkau mungkin sedikit menyimpang ketika menerapkan kebenaran, tetapi hal ini sulit dihindari, dan engkau akan mampu melakukan penerapan dengan benar setelah engkau memperoleh beberapa pengalaman. Namun, jika engkau tahu bagaimana bertindak sesuai dengan kebenaran, tetapi tidak menerapkannya, masalahnya adalah engkau membenci kebenaran. Orang yang tidak mencintai kebenaran tidak akan pernah mencari kebenaran, apa pun yang terjadi pada mereka. Hanya orang yang mencintai kebenaran yang memiliki hati yang takut akan Tuhan, dan ketika terjadi hal-hal yang tidak mereka pahami, mereka mampu mencari kebenaran. Jika engkau tidak mampu memahami kehendak Tuhan dan tidak tahu bagaimana menerapkannya, engkau harus mencari kebenaran melalui persekutuan dengan seseorang yang memahami kebenaran. Jika engkau tidak dapat menemukan orang yang memahami kebenaran, engkau harus mencari beberapa orang untuk berdoa kepada Tuhan bersama-sama dengan sehati sepikir, mencari dari Tuhan, menunggu waktu Tuhan, dan menantikan Tuhan membuka jalan bagimu. Asalkan engkau semua merindukan kebenaran, mencari kebenaran, dan mempersekutukan kebenaran bersama-sama, akan tiba waktunya ketika salah seorang dari antaramu menemukan solusi yang baik. Jika engkau semua menemukan solusi yang sesuai dan itu adalah cara yang baik, ini mungkin karena pencerahan dan penerangan Roh Kudus. Jika kemudian engkau terus bersekutu bersama-sama untuk menghasilkan jalan penerapan yang lebih akurat, ini pasti akan sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III"). Firman Tuhan menunjukkan jalan penerapan. Untuk melaksanakan tugas sesuai dengan kehendak Tuhan, kita harus memiliki hati yang takut akan Tuhan. Ketika kita melakukan segala sesuatu, kita harus mampu mencari, dan mencari tahu apakah ada dasar dalam firman Tuhan, apakah itu sesuai dengan prinsip atau tidak, dan apa kehendak Tuhan. Dengan cara seperti ini, dengan sering memeriksa diri sendiri, kita dapat terhindar dari menempuh jalan kita sendiri dan melakukan hal-hal yang mengganggu pekerjaan gereja. Selain itu, kita harus mampu menyangkali diri kita sendiri, dan mendengarkan saran saudara-saudari kita dengan pikiran terbuka. Khususnya dalam hal-hal yang kita tak jelas dan yang melibatkan pekerjaan gereja yang penting, kita harus mencari dan bersekutu dengan rekan kerja, dan bertindak dengan prinsip setelah mencapai mufakat. Jika kita percaya pada diri kita sendiri secara membabi buta dan melakukan apa yang kita inginkan, akan mudah untuk melakukan hal-hal yang menyinggung Tuhan. Melalui kegagalan ini, aku sadar aku tak memiliki kenyataan kebenaran, juga tak mampu membedakan orang. Ketika sesuatu menimpaku setelah itu, aku tak berani secara membabi buta bersikeras pada pendapatku sendiri, dan mampu dengan sadar menyangkali diriku sendiri dan mencari prinsip kebenaran.

Kemudian, aku mulai menyirami petobat baru, dan bertanggung jawab atas pekerjaan sebuah kelompok. Suatu kali, pemimpin memintaku mengawasi dan memeriksa pekerjaan beberapa saudara-saudari. Aku mengenal semua orang ini, dan mereka semua cukup jujur, jadi kupikir mungkin aku tak perlu terlalu sering menyelidiki, dan seharusnya tak ada masalah besar. Namun kemudian kupikir, "Aku belum benar-benar menyelidiki atau menindaklanjuti pekerjaan itu, tapi aku cukup yakin takkan ada masalah. Bukankah ini masih melaksanakan tugasku dari watak congkakku?" Kemudian, setelah benar-benar menyelidiki, aku mendapati masih banyak masalah dan penyimpangan dalam pekerjaan, dan melalui persekutuan dan penyelesaian masalah, pekerjaan secara berangsur meningkat. Ini membuatku memahami bahwa hanya dengan tak mengandalkan watak congkakku dan mampu mencari prinsip kebenaran dalam segala sesuatu, barulah aku dapat memperoleh hasil dalam tugasku.

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait