Setelah Gempa Bumi

04 April 2022

Oleh Saudari Jane, Filipina

Pada Juli 2019, aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Kemudian, aku banyak membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa, dan setiap kali membacanya, aku merasa Tuhan sedang berbicara kepadaku berhadapan muka. Itu sangat membekaliku dan aku sangat menikmatinya. Itu adalah perasaan yang belum pernah kurasakan sepanjang hidupku. Melalui persekutuan aku memahami bahwa selama hidup, kita harus percaya kepada Tuhan, membaca firman Tuhan, dan melaksanakan tugas makhluk ciptaan. Dan meskipun ayahku menentang kepercayaanku dan sering marah kepadaku, aku terus pergi ke pertemuan, karena aku tahu itulah satu-satunya jalan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang firman Tuhan. Hidupku begitu hampa sebelum aku dapat membaca firman Tuhan. Itulah yang memuaskanku dan memberiku arah dalam hidup. Aku tahu betapa pentingnya pertemuan dan membaca firman-Nya bagiku.

Namun tak lama kemudian, aku dihadapkan dengan pencobaan. Tetanggaku memintaku bekerja sebagai pramuniaga di toko tempatnya bekerja, mengatakan aku bisa menghasilkan lebih dari 500 peso sehari. Dia berkata dia yakin mereka akan mempekerjakanku. Kedengarannya seperti penghasilan yang bagus bagiku. Aku bisa membeli barang-barang yang kuinginkan dengan uang itu, dan juga bisa membantu orang tuaku. Namun, jika menerima pekerjaan itu, aku mungkin tak bisa menghadiri pertemuan secara teratur. Namun, aku menginginkan uang itu dan tidak mau melewatkan kesempatan itu. Pada akhirnya aku tak mampu mengalahkan pencobaan itu dan mau menerima pekerjaan itu. Aku hanya menandatangani kontrak satu bulan, berpikir setelah itu aku bisa menghadiri pertemuan secara teratur dan sementara itu, aku akan berusaha keras untuk tetap menghadirinya. Namun, segala sesuatunya tidak berjalan seperti yang kuharapkan. Ternyata tidak mungkin menghadiri pertemuan seperti yang kuharapkan. Aku tak diperbolehkan membawa ponselku ke tempat kerja dan baru selesai bekerja sampai pukul 6 sore. Perjalanan pulang sangat jauh, jadi aku merasa sangat lelah sesampainya di rumah. Aku tak punya tenaga. Jika aku tidak tiba di rumah tepat waktu, sudah terlambat untuk hadir. Seiring waktu, aku merasa makin jauh dari Tuhan, dan merasakan ketakutan dan kegelisahan yang tak dapat dijelaskan. Aku tidak tahu sebabnya, tetapi aku selalu merasa sangat sedih. Aku tetap bisa tersenyum, tetapi merasa sedih di dalam hati. Aku merasa semua terang dalam hidupku telah lenyap. Terkadang, aku merasakan kegelapan seperti itu dan selalu mulai menangis. Aku sangat rindu pergi ke pertemuan. Ketika sedang tidak ada pelanggan, aku selalu menuliskan firman Tuhan yang dapat kuingat di buku catatanku, dan membaca serta merenungkannya jika ada kesempatan. Aku bisa merasakan pertolongan dan bimbingan Tuhan. Aku selalu melihat kalender, menghitung hari-hari yang tersisa dalam kontrakku. Aku ingin menyelesaikan pekerjaan itu dan mulai datang ke pertemuan lagi.

Suatu hari, aku membuka Facebook dan melihat beberapa bagian firman Tuhan yang dikirim oleh seorang saudara. "Segala bencana akan terjadi susul menyusul; semua bangsa dan semua tempat akan mengalami bencana: wabah, kelaparan, banjir, kekeringan, dan gempa bumi di mana-mana. Bencana-bencana ini terjadi bukan di satu atau dua tempat saja, juga tidak akan berakhir dalam satu atau dua hari; sebaliknya, bencana-bencana ini akan meluas ke wilayah yang lebih besar lagi, dan akan bertambah parah. Selama waktu ini, segala macam wabah serangga akan muncul berturut-turut, dan fenomena kanibalisme akan terjadi di semua tempat. Inilah penghakiman-Ku atas semua suku dan bangsa" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 65"). "Belas kasihan-Ku Kuungkapkan kepada orang-orang yang mengasihi Aku dan menyangkal dirinya sendiri. Sementara itu, hukuman menimpa orang-orang jahat, yang justru merupakan bukti dari watak-Ku yang benar dan bahkan lebih dari itu, merupakan kesaksian akan murka-Ku. Ketika bencana datang, semua orang yang menentang Aku akan menangis saat mereka menjadi korban kelaparan dan wabah. Mereka yang telah melakukan segala macam kejahatan, tetapi telah mengikuti Aku selama bertahun-tahun, tidak akan luput membayar dosa-dosa mereka; mereka juga akan dilemparkan ke dalam bencana, seperti yang jarang terlihat selama jutaan tahun, dan mereka akan hidup dalam keadaan panik dan ketakutan terus-menerus. Dan, para pengikut-Ku, yang telah menunjukkan kesetiaan kepada-Ku, akan bersukacita dan mengelu-elukan keperkasaan-Ku. Mereka akan mengalami kepuasan yang tak terlukiskan dan hidup di tengah sukacita seperti yang belum pernah Kuanugerahkan sebelumnya kepada umat manusia. Karena Aku menghargai perbuatan baik manusia dan membenci perbuatan jahat mereka. Sejak pertama kali Aku mulai memimpin umat manusia, Aku telah sangat berharap untuk mendapatkan sekelompok orang yang sepikiran dengan-Ku. Sementara itu, mereka yang tidak sepikiran dengan-Ku, tidak akan pernah Kulupakan; Aku selalu membenci mereka dalam hati-Ku, menunggu kesempatan untuk memberi pembalasan kepada mereka, yang akan membuat-Ku senang melihatnya. Sekarang, hari-Ku akhirnya tiba, dan Aku tidak perlu lagi menunggu" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Persiapkan Perbuatan Baik yang Cukup demi Tempat Tujuanmu"). Aku mampu merasakan kebenaran firman Tuhan, dan benar-benar merasa takut. Aku bisa melihat apa yang Dia firmankan sedang digenapi. Di Mindanao, makin banyak terjadi bencana seperti letusan gunung berapi, angin topan, gempa bumi, dan pandemi, dan itulah yang terjadi di seluruh dunia. Namun, aku memutuskan untuk mencari uang dan menjauh dari Tuhan. Aku takut Tuhan tidak mau melindungiku dalam bencana, dan aku pasti kehilangan nyawaku. Jadi aku berdoa, "Tuhan, ampuni aku karena lebih memilih uang daripada diri-Mu. Aku tahu aku telah menentang kehendak-Mu, tetapi aku mau bertobat." Aku berkata pada diriku sendiri bahwa belum terlambat untuk bertobat, aku masih memiliki kesempatan untuk kembali ke pertemuan. Aku menantikan kontrakku segera berakhir sehingga bisa melaksanakan tugas lagi.

Aku ingat merasa sangat gelisah pada 15 Desember 2019. Aku tak tahu kenapa, tetapi aku punya firasat buruk. Aku ingin pulang ke rumah dan meninggalkan mal, tidak melanjutkan bekerja. Kemudian, seorang rekan sekerja memintaku untuk pergi ke kamar kecil bersamanya. Beberapa menit kemudian, tepat saat kami berjalan kembali ke dalam mal, tanah tiba-tiba mulai berguncang. Aku melihat orang-orang berlarian keluar dari mal. Beberapa orang terpaku ketakutan. Barang-barang berjatuhan dari rak di mana-mana. Untungnya, kami tepat berada di dekat pintu keluar, jadi kami segera keluar dari gedung. Getarannya begitu keras sehingga aku merasa seperti berada di dalam ayunan dan sulit untuk sampai ke tempat yang aman. Mengingat kembali semua itu, aku kebetulan keluar dari mal untuk pergi ke kamar kecil tepat sebelum gempa terjadi, dan ada banyak orang di kamar kecil, jadi kami harus menunggu di luar sebentar. Gempa dimulai saat aku kembali masuk ke dalam mal. Waktunya sangat tepat, jadi perlindungan Tuhan-lah yang menyelamatkanku dari bahaya. Aku sangat tersentuh. Bukan karena aku selamat, tetapi karena melihat kasih Tuhan dan penyertaan-Nya. Dia menyelamatkanku dari gempa itu. Aku berulang kali berseru kepada Tuhan di dalam hatiku, "Syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa, engkau telah menyelamatkanku!" Banyak pemikiran berkecamuk di benakku saat aku berdiri di luar mal. Aku tahu bahwa aku telah menghasilkan uang, tetapi aku merasa sedih dan suram. Uang tidak penting. Itu tidak ada gunanya dalam gempa bumi. Datang ke hadapan Tuhan dan menerima keselamatan-Nya adalah yang terpenting. Aku sangat ingin pulang dan datang ke pertemuan. Aku ingin memberi tahu saudara-saudari tentang bagaimana Tuhan memimpinku lolos dari bencana, dan bagaimana aku menyaksikan kasih dan perbuatan-Nya.

Dalam perjalanan pulang hari itu, aku bertanya-tanya mengapa Tuhan masih melindungiku bahkan setelah aku menjauh dari-Nya. Aku membuka aplikasi gereja dan melihat satu bagian firman Tuhan Yang Mahakuasa. "Kasih Tuhan itu nyata: melalui kasih karunia Tuhan, manusia terhindar dari bencana demi bencana, dan sementara itu, Tuhan berulang kali menunjukkan toleransi atas kelemahan manusia. Penghakiman dan hajaran Tuhan memungkinkan manusia untuk secara berangsur-angsur mengetahui kerusakannya dan esensi jahat dalam dirinya. Hal-hal yang Tuhan sediakan, yaitu, pencerahan-Nya bagi manusia serta bimbingan-Nya, semuanya itu memungkinkan manusia untuk semakin mengenal esensi kebenaran dan untuk semakin mengetahui apa yang mereka butuhkan, jalan apa yang harus mereka tempuh, untuk apa mereka hidup, apa nilai dan makna hidup mereka, dan cara menempuh jalan di depan. Segala sesuatu yang Tuhan lakukan ini tidak dapat dipisahkan dari satu tujuan-Nya yang semula. Lalu, apakah tujuan ini? Mengapa Tuhan memakai cara-cara ini untuk melakukan pekerjaan-Nya dalam diri manusia? Hasil apa yang ingin dicapai-Nya? Dengan kata lain, apa yang ingin dilihat-Nya dalam diri manusia? Apa yang ingin Dia dapatkan dari manusia? Yang ingin Tuhan lihat adalah agar hati manusia dapat dihidupkan kembali. Cara-cara yang Dia gunakan untuk bekerja dalam diri manusia ini merupakan upaya yang terus-menerus untuk membangkitkan hati manusia, membangkitkan roh manusia, memampukan manusia untuk memahami dari mana dia berasal, siapa yang membimbing, mendukung, dan membekali dirinya, dan siapa yang telah mengizinkan manusia untuk hidup sampai saat ini; semua itu adalah cara untuk memampukan manusia memahami siapa Sang Pencipta, siapa yang harus dia sembah, jalan seperti apa yang harus dia tempuh dan dengan cara apa manusia harus datang ke hadapan Tuhan; semua itu adalah cara untuk secara terus-menerus menghidupkan kembali hati manusia, sehingga manusia mengenal hati Tuhan, memahami hati-Nya, dan mengerti kepedulian Tuhan yang besar serta pemikiran di balik pekerjaan-Nya menyelamatkan manusia. Ketika hati manusia dihidupkan kembali, manusia tidak lagi ingin hidup dengan wataknya yang rusak dan merosot, melainkan ingin mengejar kebenaran untuk memuaskan Tuhan. Setelah hati manusia dihidupkan, barulah manusia mampu melepaskan diri sepenuhnya dari Iblis. Dia tidak akan lagi dilukai oleh Iblis, tidak akan lagi dikendalikan atau dibodohi olehnya. Sebaliknya, manusia dapat secara proaktif bekerja sama dalam pekerjaan Tuhan dan firman-Nya untuk memuaskan hati Tuhan, dan dengan demikian mencapai takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Inilah tujuan semula pekerjaan Tuhan" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"). Ini sangat menyentuh bagiku. Aku bisa melihat kasih dan belas kasihan Tuhan. Aku memilih untuk meninggalkan pertemuan dan tugasku untuk kesenangan daging, jadi kupikir Tuhan pasti tidak menyelamatkanku. Namun, Dia secara ajaib melindungiku dari gempa bumi itu, bukannya menyingkirkanku. Tuhan ingin aku sadar dan berhenti mengingini uang, kembali ke hadapan-Nya, mengejar kebenaran, dan melaksanakan tugas. Aku merasa sangat beruntung. Aku tak boleh menyia-nyiakan kesempatan itu dari Tuhan, tetapi aku harus bertobat, melepaskan kesenangan daging dan kembali melakukan tugas makhluk ciptaan di gereja.

Setelah kontrakku berakhir pada akhir Desember, kuberikan hampir seluruh waktu dan tenagaku untuk tugasku. Aku merasakan sedikit kelemahan ketika menghadapi masalah, dan terkadang merasa sangat lelah, tetapi kemudian aku selalu berpikir tentang bagaimana Tuhan melindungiku selama gempa bumi. Sebanyak apa pun kesulitan yang kuhadapi, aku tahu aku harus bekerja keras dan melakukan tugasku untuk membalas kasih Tuhan. Menurutku itulah satu-satunya jalan untuk selamat dari penderitaan karena bencana dan memiliki tempat tujuan yang baik. Kemudian suatu hari, aku menonton sebuah kesaksian yang berjudul Melalui Penyakit Motivasiku untuk Berkat Disingkap. Ini video seorang saudara yang sudah lama percaya kepada Tuhan, yang juga banyak memberi dan bekerja keras, melakukan tugasnya sampai dia menderita sakit parah. Dia sangat menderita dan bahkan menyalahkan Tuhan. Dia merasa telah membayar harga, jadi seharusnya tidak sakit parah, dan tidak memahami mengapa Tuhan tidak memberkati dan melindunginya. Setelah membaca firman Tuhan dia menyadari bahwa dia melaksanakan tugasnya bukan untuk mengejar kebenaran dan menaati Tuhan, tetapi agar diberkati dan masuk ke dalam kerajaan Tuhan. Pengalamannya memperlihatkan kepadaku bahwa motifku dalam tugasku pun mungkin tercemar, karena selalu berharap bahwa Tuhan akan menyelamatkanku dari bencana. Aku khawatir aku sedang berusaha bertransaksi dengan Tuhan, sama seperti dia. Aku bertanya pada diriku sendiri malam itu, apakah tugasku untuk memuaskan Tuhan, atau apakah itu untuk mendapatkan anugerah Tuhan? Aku teringat perlindungan yang kudapatkan selama gempa bumi dan kengerian yang kurasakan setelah kejadian itu. Aku takut kelak akan jatuh ke dalam bencana. Jadi kerinduanku untuk kembali melaksanakan tugas adalah karena aku berharap Tuhan akan menyelamatkanku dari bencana. Aku memiliki motif dan pandangan yang sama dengan saudara dalam video tersebut. Dia mengalami penyakit, dan aku mengalami gempa bumi. Pengorbananku bukanlah untuk tunduk kepada Tuhan dan memuaskan Dia, tetapi hanya agar Dia melindungiku dari bencana sehingga aku akan memiliki tempat tujuan yang baik dan masuk ke dalam kerajaan-Nya. Malam itu, aku benar-benar merasa sedih. Aku benar-benar tidak dapat menerima bahwa aku hanya melaksanakan tugasku demi imbalan menerima berkat Tuhan. Aku ingin melaksanakan tugasku dengan tulus. Namun kenyataannya, imanku adalah demi keuntunganku sendiri. Aku tak punya hati yang takut akan Tuhan, dan tidak menaati serta menyembah Tuhan sebagai Pencipta kita.

Kemudian, aku mencari beberapa kebenaran tentang hal ini, dan menemukan satu bagian firman Tuhan. "Perbuatan-perbuatan-Ku lebih banyak daripada butiran pasir di pantai, dan hikmat-Ku melampaui semua keturunan Salomo, tetapi manusia hanya menganggap-Ku sebagai tabib yang tak berarti dan guru manusia yang tak dikenal! Begitu banyak orang percaya kepada-Ku hanya agar Aku dapat menyembuhkan mereka. Begitu banyak orang percaya kepada-Ku hanya agar Aku dapat menggunakan kuasa-Ku untuk mengusir roh-roh najis dari tubuh mereka, dan begitu banyak orang percaya kepada-Ku hanya supaya mereka dapat menerima damai dan sukacita dari-Ku. Begitu banyak orang percaya kepada-Ku hanya untuk menuntut lebih banyak kekayaan materi dari-Ku. Begitu banyak orang percaya kepada-Ku hanya untuk menjalani hidup ini dengan damai dan agar aman dan selamat di dunia yang akan datang. Begitu banyak orang percaya kepada-Ku untuk menghindari penderitaan neraka dan menerima berkat-berkat surga. Begitu banyak orang percaya kepada-Ku hanya demi kenyamanan sementara, tetapi tidak berusaha memperoleh apa pun dari dunia yang akan datang. Saat Aku menjatuhkan murka-Ku ke atas manusia dan mengambil semua sukacita dan damai yang pernah mereka miliki, manusia menjadi bimbang. Saat Aku memberi kepada manusia penderitaan neraka dan menarik kembali berkat-berkat surga, rasa malu manusia berubah menjadi amarah. Saat manusia meminta-Ku untuk menyembuhkan mereka, Aku tidak memedulikan dan merasakan kebencian terhadap mereka; manusia meninggalkan-Ku untuk mencari cara pengobatan lewat perdukunan dan ilmu sihir. Saat Aku mengambil semua yang telah manusia tuntut dari-Ku, semua orang menghilang tanpa jejak. Maka dari itu, Aku berkata bahwa manusia beriman kepada-Ku karena Aku memberi terlalu banyak kasih karunia, dan ada terlalu banyak yang bisa didapatkan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Apa yang Kauketahui tentang Iman?"). Firman Tuhan menyingkapkan keadaanku dengan tepat. Imanku hanyalah untuk menikmati anugerah-Nya, agar Dia menyelamatkanku dari bencana. Setelah gempa bumi, aku melepaskan keinginanku akan uang dan kesenangan, dan kembali melaksanakan tugasku, tetapi sekeras apa pun aku bekerja, motifku adalah agar Tuhan menyelamatkan dan melindungiku dari bencana. Aku mau menggunakan kesempatan melaksanakan tugasku demi imbalan berkat kerajaan Tuhan. Aku melaksanakan tugas hanya untuk keuntunganku sendiri—aku sedang bertransaksi dengan Tuhan. Aku merasa sangat malu dan bersalah ketika menyadari motifku yang egois dan pandanganku yang keliru. Aku berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku sangat rusak. Semua upayaku transaksional. Selama ini aku menipumu. Tuhan, aku bersyukur karena Engkau menyingkapkan kerusakanku dan memampukanku mengenal diriku sendiri. Aku tidak mau lagi melaksanakan tugasku hanya demi berkat. Aku hanya ingin menyenangkan-Mu."

Tak lama kemudian, seorang saudari mengirimiku beberapa firman Tuhan yang membantuku memahami tentang pengejaranku yang keliru. Firman Tuhan katakan: "Dalam kepercayaanmu kepada Tuhan, jalan apa yang kautempuh sekarang? Jika engkau tidak seperti Petrus, tidak mencari kehidupan, dan memahami dirimu sendiri, serta mengenal Tuhan, itu artinya engkau tidak sedang menempuh jalan Petrus. Zaman sekarang, kebanyakan orang berada dalam keadaan seperti ini: 'Untuk mendapatkan berkat, aku harus mengorbankan diriku bagi Tuhan dan membayar harga bagi-Nya. Untuk mendapatkan berkat, aku harus meninggalkan segalanya bagi Tuhan; Aku harus menyelesaikan apa yang telah Dia percayakan kepadaku, dan melaksanakan tugasku dengan baik.' Ini didominasi oleh niat untuk mendapatkan berkat; yang adalah contoh mengorbankan diri sendiri sepenuhnya dengan tujuan memperoleh upah dari Tuhan dan mendapatkan mahkota. Orang semacam itu tidak memiliki kebenaran di dalam hati mereka, dan pemahaman mereka pasti hanya terdiri dari beberapa kalimat doktrin yang mereka pamerkan ke mana pun mereka pergi. Jalan mereka adalah jalan Paulus. Iman orang semacam itu adalah tindakan kerja keras yang terus-menerus, dan di lubuk hati mereka, mereka merasa bahwa semakin banyak mereka melakukannya, semakin itu akan membuktikan kesetiaan mereka kepada Tuhan; juga, bahwa semakin banyak mereka melakukannya, semakin Dia pasti akan dipuaskan; dan bahwa semakin banyak mereka melakukannya, semakin mereka akan layak diberikan mahkota di hadapan Tuhan, dan mereka pasti akan menerima berkat terbesar di dalam rumah-Nya. Mereka berpikir bahwa jika mereka dapat menanggung penderitaan, berkhotbah, dan mati bagi Kristus, jika mereka dapat mengorbankan hidup mereka sendiri, dan jika mereka dapat menyelesaikan semua tugas yang dipercayakan Tuhan kepada mereka, mereka akan berada dalam kumpulan orang yang paling diberkati Tuhan—yaitu yang mendapatkan berkat terbesar—dan kemudian mereka pasti akan diberikan mahkota. Inilah tepatnya yang Paulus bayangkan dan apa yang dicari olehnya; inilah tepatnya jalan yang ditempuh olehnya, dan di bawah tuntunan pemikiran seperti itulah dia bekerja untuk melayani Tuhan. Bukankah pemikiran dan niat seperti itu berasal dari natur jahat?" ("Cara Menempuh Jalan Petrus" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Semua manusia yang rusak hidup untuk diri mereka sendiri. Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri—inilah ringkasan dari natur manusia. Orang percaya kepada Tuhan demi diri mereka sendiri; mereka meninggalkan segala sesuatu, mengorbankan diri mereka bagi Dia, dan setia kepada Dia, tetapi mereka tetap melakukan semua hal ini demi diri mereka sendiri. Singkatnya, semua itu dilakukan dengan tujuan mendapatkan berkat bagi diri mereka sendiri. Di masyarakat, segala sesuatu dilakukan demi keuntungan pribadi; percaya kepada Tuhan semata-mata dilakukan untuk mendapatkan berkat. Demi mendapatkan berkat, orang meninggalkan segalanya dan mampu menanggung banyak penderitaan: semua ini merupakan bukti empiris dari natur manusia yang rusak" ("Perbedaan antara Perubahan Lahiriah dan Perubahan Watak" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Dari firman Tuhan aku memahami bahwa banyak orang sanggup menyerahkan segalanya untuk membayar harga bagi-Nya, tetapi hati mereka bukan untuk memuaskan Tuhan, tetapi untuk mendapatkan berkat. Mereka sama seperti Paulus. Paulus banyak menderita dan bepergian untuk mengabarkan Injil, tetapi dia hanya ingin menukar pekerjaan dan upaya itu dengan berkat Tuhan. Setelah dia melakukan banyak pekerjaan, dia berkata, "Aku sudah melakukan pertandingan yang baik. Aku sudah menyelesaikan perlombaanku, aku sudah menjaga imanku: Mulai dari sekarang sudah tersedia bagiku mahkota kebenaran" (2 Timotius 4:7-8). Semua yang Paulus lakukan sangat transaksional. Semuanya demi berkat, demi upah, demi sebuah mahkota. Dia hanya peduli pada pekerjaan, tidak menerapkan kebenaran atau masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan. Itulah sebabnya wataknya tidak pernah berubah. Itulah sebabnya Tuhan tidak pernah memberikan perkenanan-Nya meskipun dia mengabarkan Injil dan memenangkan banyak orang. Setelah merenungkan diriku sendiri, aku sadar aku sama seperti Paulus. Aku berhenti bekerja dan memberikan hampir seluruh waktu dan tenagaku untuk tugasku, terkadang hanya makan satu kali sehari ketika sedang sibuk. Namun, itu bukan untuk mengejar kebenaran atau untuk memuaskan Tuhan, melainkan untuk mendapatkan berkat-Nya. Aku tidak berusaha mengenal diriku sendiri atau menyelesaikan kerusakanku, tetapi hanya ingin Tuhan melihat seberapa banyak yang kulakukan, untuk menyelamatkanku dari bencana agar mendapatkan tempat tujuan yang baik dan masuk ke dalam kerajaan-Nya. Aku menyadari betapa sedemikian dalamnya aku telah dirusak oleh Iblis, betapa egoisnya diriku, dan semua yang kulakukan adalah untuk diriku sendiri. Aku tidak memiliki kesetiaan atau kasih sejati kepada Tuhan. Aku hanya mencintai diriku sendiri. Menyadari hal ini membuatku sedih. Aku berdoa, "Tuhan, kumohon tolong aku mengubah motif dan perspektifku yang keliru dalam tugasku. Aku ingin melaksanakan tugasku seperti yang Engkau tuntut, bukan untuk diriku sendiri."

Tak lama kemudian, aku membaca bagian lain firman Tuhan yang benar-benar menyentuhku. Firman Tuhan berkata, "Aku tidak punya pilihan lain dan telah dengan sepenuh hati mengabdi kepadamu, tetapi engkau semua memiliki niat jahat dan setengah hati terhadap-Ku. Inilah jangkauan tugasmu, satu-satunya fungsi engkau semua. Bukan begitu? Tidakkah engkau semua tahu bahwa engkau sama sekali telah gagal menjalankan tugas makhluk ciptaan? Bagaimana bisa engkau semua dianggap sebagai makhluk ciptaan? Tidakkah jelas bagimu apa yang engkau semua ungkapkan dan hidupi? Engkau semua telah gagal dalam memenuhi tugasmu, tetapi masih berusaha untuk mendapatkan toleransi dan anugerah berlimpah dari Tuhan. Anugerah seperti itu tidak disiapkan bagi mereka yang tidak berharga dan hina sepertimu, melainkan disiapkan bagi mereka yang tidak meminta apa pun dan dengan senang hati berkorban. Orang-orang sepertimu, yang biasa-biasa saja, sama sekali tidak layak menerima anugerah surga. Hanya penderitaan dan hukuman kekal yang akan menyertai hari-harimu! Jika engkau semua tidak bisa setia kepada-Ku, maka nasibmu adalah mengalami salah satu penderitaan. Jika engkau tidak dapat bertanggung jawab atas firman dan pekerjaan-Ku, kesudahanmu adalah mengalami salah satu hukuman. Semua anugerah, berkat, dan cara hidup kerajaan yang indah tidak akan ada kaitannya denganmu. Inilah akhir yang layak engkau semua dapatkan dan akibat dari perbuatanmu sendiri! Mereka, yang bodoh dan sombong, bukan hanya tidak berusaha melakukan yang terbaik atau melaksanakan tugasnya, mereka juga mengulurkan tangan meminta anugerah, seolah-olah apa yang mereka minta memang pantas. Dan jika mereka tidak mendapatkan apa yang dimintanya, mereka menjadi semakin tidak setia. Bagaimana bisa orang-orang semacam itu dianggap masuk akal? Engkau semua berkualitas rendah dan tak bernalar, sama sekali tidak mampu memenuhi tugas yang seharusnya engkau semua penuhi selama pekerjaan pengelolaan. Harga dirimu sudah anjlok! Kegagalanmu untuk membalas budi-Ku karena menunjukkan anugerah seperti itu kepadamu sudah merupakan tindakan pemberontakan yang ekstrem, cukup untuk mengutukmu dan menunjukkan kepengecutanmu, ketidakmampuan, kehinaan, dan ketidaklayakanmu. Apa hak engkau semua untuk tetap mengulurkan tanganmu?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perbedaan antara Pelayanan Tuhan yang Berinkarnasi dan Tugas Manusia"). Aku tidak menyadari betapa serakahnya diriku sampai aku membacanya. Aku telah meluangkan banyak waktu untuk tugasku, tetapi sebenarnya mengejar berkat dari Tuhan dan bertransaksi dengan-Nya. Aku sebenarnya tidak sedang melaksanakan tugasku dan bukan makhluk ciptaan yang sejati. Apa hakku untuk menuntut kasih karunia Tuhan, menuntut agar Dia menyelamatkanku dari bencana sehingga bisa masuk ke dalam kerajaan-Nya? Tanpa penyingkapan firman Tuhan, aku pasti tetap tidak sadar betapa memberontak dan rusaknya diriku, atau betapa Tuhan membenci motif hinaku yang mengejar berkat. Aku hanya memikirkan diriku sendiri, bukan memikirkan kehendak Tuhan. Orang sepertiku tidak layak menerima berkat dan keselamatan Tuhan. Tuhan itu benar dan kudus, dan Dia menyukai orang-orang yang setia kepada-Nya, yang mampu melaksanakan tugas dengan hati yang murni. Namun, apakah aku memiliki hati yang murni dan tulus? Sama sekali tidak. Aku sangat malu dengan motifku yang hina dan keinginan yang berlebihan. Aku tidak layak mendapatkan kasih karunia Tuhan. Aku ingin mengubah diriku dan motifku yang salah, serta mampu berupaya sebaik mungkin melaksanakan tugasku untuk memuaskan Tuhan.

Dalam sebuah pertemuan aku membaca satu bagian firman Tuhan yang benar-benar membantuku. Firman Tuhan katakan: "Tidak ada hubungan antara tugas manusia dan apakah dia diberkati atau dikutuk. Tugas adalah apa yang manusia harus penuhi; itu adalah panggilan surgawinya, dan seharusnya tidak bergantung pada imbalan jasa, kondisi, atau nalar. Baru setelah itulah dia bisa dikatakan melakukan tugasnya. Diberkati adalah ketika orang disempurnakan dan menikmati berkat Tuhan setelah mengalami penghakiman. Dikutuk adalah ketika wataknya tidak berubah setelah mereka mengalami hajaran dan penghakiman, itu adalah ketika mereka tidak mengalami proses disempurnakan tetapi dihukum. Namun terlepas dari apakah mereka diberkati atau dikutuk, makhluk ciptaan harus memenuhi tugasnya, melakukan apa yang seharusnya dilakukan, dan melakukan apa yang mampu dilakukannya; inilah yang setidaknya harus dilakukan oleh orang yang mengejar Tuhan. Engkau tidak seharusnya melakukan tugasmu hanya untuk diberkati, dan engkau tidak seharusnya menolak untuk bertindak karena takut dikutuk. Kuberitahukan satu hal kepadamu: pelaksanaan tugas manusia adalah apa yang harus dia lakukan, dan jika dia tidak mampu melaksanakan tugasnya, maka ini adalah pemberontakannya. Melalui proses melakukan tugasnyalah manusia secara berangsur-ansur akan diubahkan, dan melalui proses inilah dia menunjukkan kesetiaannya. Karena itu, semakin banyak tugas yang mampu kaulakukan, semakin banyak kebenaran yang akan kauterima, dan akan semakin nyata pengungkapanmu" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perbedaan antara Pelayanan Tuhan yang Berinkarnasi dan Tugas Manusia"). Setelah membaca firman Tuhan aku bisa memahami bahwa karena aku adalah makhluk ciptaan, aku harus melaksanakan tugasku—itu tanggung jawabku. Aku seharusnya tidak menuntut upah atau berkat dari Tuhan, dan seharusnya tidak memikirkan apakah aku akan diselamatkan atau dihukum. Aku hanya harus memikirkan bagaimana melaksanakan tugasku dengan baik. Dahulu kupikir Tuhan pasti tidak menghukumku asalkan aku melaksanakan tugas, dan aku juga pasti tidak jatuh ke dalam bencana. Kupikir Dia hanya akan menghukum orang yang tidak mengikuti-Nya atau tidak melaksanakan tugas jadi aku mencoba menggunakan tugasku untuk ditukar dengan perlindungan Tuhan. Kemudian aku memahami bahwa melaksanakan tugas adalah hal minimal yang harus dilakukan makhluk ciptaan. Ini tidak ada kaitannya dengan diberkati atau dikutuk. Entah pada akhirnya aku diselamatkan atau dihukum, Tuhan melihat apakah aku telah memperoleh kebenaran, apakah aku telah berubah atau tidak. Itulah keadilan Tuhan. Dalam bencana, sekalipun aku terluka atau mati, aku harus tetap tunduk pada aturan Tuhan dan tidak pernah menyalahkan Tuhan. Dan aku seharusnya tidak pernah menggunakan pelaksanaan tugas untuk berusaha selamat dari bencana. Itu bukan melaksanakan tugas makhluk ciptaan. Aku harus mempersembahkan diriku kepada Tuhan dan melakukan tugas tanpa imbalan apa pun, karena Dialah yang menciptakanku. Setelah itu dalam tugasku, aku sering memeriksa diri sendiri dan mengingatkan diri sendiri. Aku tidak boleh melakukan tugas untuk tujuan yang egois, tetapi harus memuaskan Tuhan dan membawa sukacita bagi-Nya.

Syukur kepada Tuhan! Tuhan memakai keadaan ini untuk menyingkapkan kerusakan dan pengejaranku yang salah, untuk membuatku menyadari motif hinaku yang mengejar berkat dan membuat sedikit perubahan dalam pengejaranku yang salah dalam iman kepada Tuhan. Kini aku tidak melaksanakan tugas demi mendapatkan lebih banyak anugerah dari Tuhan atau lolos dari bencana, tetapi hanya ingin sungguh-sungguh mengejar kebenaran dan melaksanakan tugasku untuk membalas kasih Tuhan.

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Bagaimana Aku Berhenti Berbohong

Oleh Saudari Maria Ksatria, Prancis Sebelum menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, aku berbohong dan menjilat orang tanpa ragu karena...

Tinggalkan Balasan