Penderitaan Mengejar Status

21 Januari 2022

Oleh Saudari Zheng Yuan, Tiongkok

Pada tahun 2017, aku terpilih sebagai pemimpin gereja, dan aku bekerja sama dengan dua saudari untuk mengawasi pekerjaan dari beberapa gereja. Ketika para saudariku melihat bahwa aku bekerja lebih cepat daripada mereka dan memberikan beberapa saran yang masuk akal ketika kami mendiskusikan pekerjaan, mereka merasa sangat iri, berkata bahwa aku memiliki kualitas dan kemampuan yang baik untuk bekerja. Aku sangat senang mendengar para saudariku mengatakan ini. Kupikir, "Dahulu, atasanku menghargaiku di perusahaan tempatku bekerja, dan setelah aku percaya kepada Tuhan, saudara-saudariku mendukungku. Sekarang, dalam tugasku sebagai pemimpin, rekan sekerjaku juga menghormatiku. Sepertinya aku memang berbakat. Ketika para pemimpin di atasku melihat kemampuanku, mereka pasti akan mengatakan aku lebih baik daripada rekan sekerjaku." Dengan pemikiran ini, aku merasa jauh lebih bersemangat dalam tugasku. Seiring waktu, aku membuat sebagian besar keputusan tentang pekerjaan gereja. Saudari-saudariku melakukan apa pun yang kuatur untuk mereka, dan aku sangat menikmati perasaan itu.

Kemudian, para pemimpin mengatur agar Saudari Chen bergabung dengan kami. Di pertemuan, aku melihat bahwa persekutuannya sangat praktis. Aku merasa bisa mendapatkan manfaat dari menjadi rekan sekerjanya, jadi aku sangat senang. Namun setelah itu, di setiap pertemuan, ketika aku melihat betapa praktis dan terangnya persekutuan Saudari Chen dan melihat saudara-saudari mendengarkan dengan penuh perhatian dan menerimanya, aku mulai khawatir. Kupikir, "Dahulu aku mendominasi pertemuan dan persekutuan, tetapi sekarang semua orang ingin mendengar persekutuannya, jadi siapa yang akan menghormatiku kelak?" Aku merasa sangat iri karena aku takut dia akan mengungguliku. Setelah itu, aku melihat bahwa ketika saudara-saudari mengalami kesulitan dalam tugas mereka, Saudari Chen dapat segera menawarkan persekutuan untuk membantu mereka, dan dia melaksanakan pekerjaan dengan sangat cepat. Sebelumnya, sebuah kelompok tidak dibentuk karena personel yang cocok tidak dapat ditemukan, tetapi tak butuh waktu lama bagi dia untuk membentuknya. Ketika para pemimpin kami datang ke pertemuan, dia juga memberikan saran yang bagus mengenai pekerjaan gereja. Semua ini membuatku merasa cemburu sekaligus iri. Aku berharap memiliki tingkat kualitas yang sama sehingga saudara-saudari akan lebih memperhatikanku. Aku bahkan berharap para pemimpin kami akan memindahkannya ke tempat lain agar tak seorang pun yang bisa mencuri pusat perhatianku dan saudara-saudari akan melihatku sebagai yang terbaik. Kemudian, beberapa gereja mengadakan pemilihan dan para pemimpin selalu meminta Saudari Chen untuk membantu mengelolanya. Ini membuatku merasa sangat tidak nyaman. Mereka yang diminta untuk menyelenggarakan pemilihan adalah orang cakap yang mampu membedakan orang lain. Sebelumnya, para pemimpin selalu memintaku untuk membantu mereka. Sekarang, mereka meminta Saudari Chen. Sepertinya dia sangat penting bagi para pemimpin, dan bahwa aku sama sekali tidak penting bagi para pemimpin. Khususnya setelah gereja memiliki beberapa tugas penting, para pemimpin kami menugaskan Saudari Chen sebagai pemimpinnya, yang terasa makin tidak adil bagiku.

Pernah, ketika sebuah gereja harus memilih kembali para pemimpin dan diakennya, dan Saudari Chen tidak memahami detail tentang personel di gereja ini, diaken penyiraman yang terpilih sedang berada dalam keadaan yang buruk dan pasif serta lalai dalam tugasnya. Aku tahu betul bahwa saudari ini tidak layak untuk menjadi diaken penyiraman, tetapi karena merasa iri kepada Saudari Chen, aku tak mau mengatakan apa pun. Kupikir, "Kau yang memilih saudari ini, jadi itu kesalahanmu karena membuat pilihan yang salah. Mari kita lihat apakah orang yang kaupilih benar-benar dapat melakukan pekerjaan itu." Dia mengelola penyiraman selama beberapa bulan sebelum disalahkan karena ketidakmampuan dan mengundurkan diri. Kemudian, Saudari Chen mengkritikku dua kali, karena menjadi orang yang suka menyenangkan semua orang dan tidak menunjukkan masalah yang kuketahui, Meskipun tidak membantah, kupikir, "Kau yang memimpin pekerjaan ini, dan kau yang mendapatkan pujian ketika itu dilakukan dengan baik. Untuk apa aku harus bicara banyak?" Selama waktu itu, aku tak tahan melihat Saudari Chen, dan aku sangat membencinya. Aku membencinya karena mencuri pancaran kemuliaan dariku, dan aku merasa menderita. Kemudian, Saudari Chen mengalami masalah dalam pekerjaannya dan meminta pendapatku, dan aku memberikan jawaban asal-asalan. Dengan begitu, di luarnya, aku melaksanakan tugasku bersamanya, tetapi sama sekali tidak ada komunikasi tentang pekerjaan atau kerja sama yang harmonis. Suatu kali, ada masalah dalam pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Saudari Chen, dan pemimpin kami mengkritiknya karena hal itu di sebuah pertemuan. Saat Saudari Chen menangis menyalahkan diri sendiri, aku merasa senang, dan bangga pada diriku sendiri, "Sekarang saudara-saudari melihat kemampuanmu yang sebenarnya. Kau tidak terlihat begitu hebat lagi, dan sepertinya kesempatanku untuk menunjukkan bakatku sudah tiba." Kemudian, aku terkejut melihat betapa para pemimpin kita tetap menghargai Saudari Chen. Dia masih bertanggung jawab atas beberapa tugas penting gereja, dan hatiku benar-benar hancur. Aku kehilangan semua minat pada tugasku. Aku bahkan mulai merasa frustrasi terhadap mereka. Suatu ketika, tim video mengalami beberapa kesulitan, dan Saudari Chen memintaku untuk menyelesaikannya. Aku tidak mau buang waktu. Kupikir, "Jika aku melakukan ini, pujiannya tetap diberikan kepadamu, dan tak seorang pun yang akan melihatku. Kau telah bertanggung jawab atas pekerjaan ini sejak kau datang, jadi tanganilah sendiri." Sebuah ide jahat juga tersingkap dalam diriku, "Kuharap kau gagal dalam pekerjaanmu agar tak seorang pun yang menghormatimu." Aku berkata dengan sangat tegas, "Aku tak mau pergi." Pada saat itu, aku melihat Saudari Chen duduk di sana tak berdaya dan diam, dan aku juga merasa sedikit tidak nyaman, karena aku tahu pekerjaan gereja adalah tugas kami bersama, dan aku seharusnya melakukan hal ini, jadi aku dengan enggan setuju untuk pergi. Namun, niatku salah, aku ingin membuktikan bahwa aku lebih baik daripada Saudari Chen, jadi aku tidak memiliki perlindungan dan bimbingan Tuhan dalam tugasku, dan masalah tim video tidak pernah terselesaikan. Selama waktu itu, aku hidup dalam keadaan berjuang mengejar ketenaran dan kekayaan, rohku makin gelap, dan aku selalu tak mampu membuat kemajuan. Aku tidak berani mengatakannya karena takut dipandang rendah. Tidak ada pekerjaan yang kupimpin yang berhasil Waktu itu aku sangat menderita. Kupikir, "Dahulu aku melaksanakan tugasku dengan sangat baik, saudara-saudariku mendukungku, dan rekan sekerjaku biasanya mendengarkanku, tetapi sekarang, aku hanya merasa sengsara. Karena Saudari Chen berada di sini, aku merasa tidak dapat melakukan apa pun dengan baik." Pada waktu itu, aku merasa jijik melihat Saudari Chen. Aku hanya ingin pergi ke suatu tempat di mana aku tidak perlu melihatnya.

Setelah itu, ada banyak masalah di gereja-gereja yang kupimpin. Setiap aspek pekerjaan gereja tidak efektif, hampir lumpuh, dan aku merasa sangat bersalah akan hal ini, tetapi tidak pernah mencari kebenaran untuk menyelesaikan keadaanku. Pemimpin kami meminta kami untuk merenungkan mengapa pekerjaan kami tidak efektif, tetapi aku tidak mengenal diriku sendiri, jadi aku menyalahkan Saudari Chen. Kupikir sebelum dia datang, ketika aku yang memimpin, pekerjaan kami tidak terlalu buruk, tetapi sekarang setelah dia yang memimpin, dialah yang membuatnya menjadi seperti ini. Suatu ketika, saat aku dan seorang saudari sedang mendiskusikan hal-hal ini, kusampaikan ketidakpuasanku terhadap Saudari Chen, dan berkata dengan intrik bahwa Saudari Chen tidak baik. Setelah itu, aku merasa sedikit bersalah: bukankah aku sedang mengkritik dia di belakangnya? Ini sesuatu yang Tuhan benci! Namun pada saat itu, ini hanyalah pemikiran sepintas lalu, dan aku tidak dengan serius merenungkan diriku sendiri. Sejujurnya, aku benar-benar sangat mati rasa dan keras. Butuh diberhentikan untuk benar-benar menyentuh hatiku. Pemimpin kami datang menemui kami dan mengatakan efektivitas pekerjaan gereja menurun, dan juga bahwa aku dan Saudari Chen tidak bekerja sama dengan baik. Aku merasa sedikit tidak nyaman, tetapi tidak mengenal diriku sendiri, jadi pandanganku masih tertuju kepada Saudari Chen. Kupikir pekerjaan kami menjadi seburuk ini setelah dia datang. Melihat bahwa aku tidak mengenal diriku sendiri, pemimpin kami menanganiku, mengatakan aku berjuang mengejar ketenaran dan kekayaan dalam tugasku, aku tidak merenungkan diriku sendiri meskipun pekerjaanku tidak efektif, bahwa mengingat keadaanku, aku tidak cocok untuk menjadi pemimpin, dan membutuhkan masa perenungan rohani.

Diberhentikan sangat menyakitkan bagiku. Aku tidak tahu bagaimana saudara-saudariku akan melihatku, dan makin kupikirkan, makin gelap rohku. Aku nyaris tertidur saat membaca firman Tuhan, tak mampu menenangkan hatiku di hadapan Tuhan, dan aku melewati masa berikutnya dalam keadaan kacau ini. Kemudian, aku sadar ada sesuatu yang salah dengan keadaanku, jadi aku berdoa kepada Tuhan memohon bimbingan-Nya untuk mengenal diriku sendiri. Suatu hari, aku melihat dua bagian firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Antikristus menganggap status dan reputasi mereka sendiri lebih penting daripada apa pun. Orang-orang ini tidak hanya curang, licik dan jahat, tetapi pada dasarnya juga ganas. Apa yang mereka lakukan ketika mereka mendeteksi bahwa status mereka sedang berada dalam bahaya, atau ketika mereka kehilangan tempat di hati orang-orang, ketika mereka kehilangan dukungan dan kasih sayang orang-orang ini, ketika orang-orang tidak lagi memuja dan menghormati mereka, dan kehilangan reputasi mereka? Mereka tiba-tiba berubah. Begitu mereka kehilangan status mereka, mereka tidak mau melakukan apa pun, dan semua yang mereka lakukan buruk. Mereka tidak berminat untuk melaksanakan tugas mereka. Namun, ini bukan perwujudan yang terburuk. Apa perwujudan terburuknya? Begitu orang-orang ini kehilangan status mereka, dan tak seorang pun menghormati mereka, dan tak seorang pun tertipu oleh mereka, muncullah kecemburuan dan balas dendam, dan muncullah kebencian. Mereka bukan hanya tidak takut akan Tuhan, tetapi juga tidak memiliki ketaatan dan pengetahuan yang benar. Di dalam hatinya, mereka cenderung membenci rumah Tuhan dan gereja; di dalam hatinya, mereka berharap pekerjaan gereja mengalami masalah atau terhenti; mereka ingin menertawakan rumah Tuhan dan saudara-saudari. Mereka juga membenci siapa pun yang mengejar kebenaran dan takut akan Tuhan. Mereka menyerang dan mencemooh siapa pun yang setia pada tugas mereka dan rela membayar harga. Inilah watak antikristus—dan bukankah itu kejam?" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri ... (Bagian Dua)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). "Jika mereka melihat seseorang yang lebih baik daripada mereka, mereka menekannya, mulai membuat kabar bohong tentang dirinya, atau menggunakan beberapa cara yang jahat sehingga orang lain tidak memandang tinggi dirinya, dan bahwa tidak ada seorang pun yang lebih baik daripada orang lain. Maka, inilah watak rusak berupa kecongkakan dan sikap merasa diri benar, serta kebengkokan, kelicikan dan hati yang busuk, dan tidak sesuatu pun dapat menghentikan orang-orang ini untuk mencapai tujuan mereka. Mereka hidup seperti ini tetapi tetap berpikir bahwa mereka hebat dan bahwa mereka adalah orang baik. Namun, apakah mereka memiliki hati yang takut akanTuhan? Pertama-tama, berbicara dari sudut pandang natur dari persoalan ini, bukankah orang-orang yang bertindak dengan cara seperti ini hanya berbuat sesuka hati mereka? Apakah mereka mempertimbangkan kepentingan keluarga Tuhan? Mereka hanya memikirkan perasaan mereka sendiri dan mereka hanya ingin mencapai tujuan mereka sendiri, terlepas dari kerugian yang ditanggung oleh pekerjaan keluarga Tuhan. Orang-orang semacam ini bukan saja congkak dan merasa diri benar, mereka juga egois dan hina; mereka sama sekali tidak mempertimbangkan maksud Tuhan, dan orang-orang seperti ini, tanpa diragukan lagi, tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Inilah sebabnya mereka melakukan apa pun yang mereka inginkan dan bertindak ceroboh, tanpa rasa bersalah, tanpa rasa takut, tanpa kekhawatiran atau kecemasan, dan tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Inilah yang seringkali mereka lakukan, dan cara mereka selalu berperilaku. Apa konsekuensi yang dihadapi oleh orang-orang semacam itu? Mereka akan berada dalam masalah, bukan? Secara halus dapat dikatakan, orang-orang semacam itu amat sangat dengki dan memiliki hasrat yang sangat kuat untuk mengejar ketenaran dan status pribadi; mereka sangat curang dan culas. Secara kasar dapat dikatakan, masalah pokoknya adalah bahwa hati orang-orang semacam itu sama sekali tidak takut akan Tuhan. Mereka tidak takut akan Tuhan, mereka percaya diri merekalah yang terpenting, dan mereka menganggap setiap aspek dari diri mereka lebih tinggi daripada Tuhan dan lebih tinggi daripada kebenaran. Dalam hati mereka, Tuhan adalah yang paling tidak layak disebutkan dan paling tidak penting, dan Tuhan tidak memiliki kedudukan dalam hati mereka sama sekali. Apakah mereka yang tidak memiliki tempat bagi Tuhan di dalam hati mereka, dan yang tidak menghormati Tuhan, telah mendapatkan jalan masuk ke dalam kebenaran? (Tidak.) Jadi, pada saat mereka biasanya menyibukkan diri ke sana kemari dengan gembira dan mengeluarkan banyak energi, apa yang sedang mereka lakukan? Orang-orang semacam itu bahkan mengeklaim telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengorbankan diri bagi Tuhan dan telah sangat menderita, tetapi sebenarnya, motif, prinsip, dan tujuan semua tindakan mereka adalah demi menguntungkan diri mereka sendiri; mereka hanya berusaha melindungi semua kepentingan mereka sendiri. Menurutmu apakah orang seperti ini baik atau tidak baik? Orang macam apa yang telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, tetapi tidak memiliki rasa takut akan Tuhan? Orang yang congkak. Dan hal-hal apa sajakah yang tidak memiliki rasa takut akan Tuhan? Selain binatang, itu adalah orang jahat, antikristus, setan, dan Iblis. Mereka memiliki keberanian untuk bersaing dengan Tuhan; mereka tidak memiliki rasa takut akan Tuhan" ("Lima Keadaan Manusia Sebelum Mereka Memasuki Jalur yang Benar dalam Kepercayaan Mereka kepada Tuhan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Melihat firman ini menghunjam hatiku. Antikristus menghargai kedudukan dan reputasi di atas segalanya. Mereka merasa iri saat melihat orang lain mengejar kebenaran, jadi mereka menyerang dan mengucilkan mereka karena takut dilampaui. Mereka akan melakukan kejahatan apa pun demi mempertahankan status mereka, bahkan berharap saudara-saudari mereka gagal dalam tugas dan pekerjaan mereka. Makin baik rumah Tuhan melakukan tugasnya, makin buruk perasaan mereka. Mereka memiliki watak yang ganas dan adalah setan-setan. Perilakuku selama masa ini sama dengan antikristus. Ketika melihat Saudari Chen memiliki kualitas yang baik, melakukan pekerjaannya dengan baik, mempersekutukan kebenaran lebih baik daripadaku, dan mendapatkan kekaguman semua orang, aku merasa iri karena dia mencuri pusat perhatianku dan berharap para pemimpin akan memindahkannya sehingga aku tetap bisa menonjol di gereja. Ketika melihat para pemimpin menghargai dan membinanya, aku menjadi iri dan kesal. Aku tahu dia baru datang, tidak familier dengan staf gereja, dan bahwa diaken penyiraman tidak cocok untuk pekerjaan itu, tetapi aku tidak mengatakan apa pun. Aku hanya diam dan menunggu dia gagal. Ketika dia berusaha mendiskusikan pekerjaan denganku, aku mengabaikannya. Aku berharap pekerjaannya akan buruk sehingga dia akan diberhentikan dan tak seorang pun yang akan mengaguminya. Aku bahkan menghakimi dan mengkritik dia di belakangnya, meremehkannya, dan meninggikan diriku sendiri untuk mewujudkan keinginanku sendiri untuk menonjol. Aku sadar, meskipun telah lama beriman, aku telah mengabaikan jalan masuk kehidupan, aku tidak mengutamakan pekerjaan rumah Tuhan, dan kuhabiskan seluruh waktuku untuk berjuang mengejar reputasi dan status. Jika aku tidak mendapatkannya, rasanya seperti kehilangan hidupku. Itu membuatku merasa sangat iri sehingga membalas saudariku dan mengabaikan pekerjaan gereja. Aku begitu takut Saudari Chen melakukan pekerjaannya dengan baik sehingga tega merugikan kepentingan rumah Tuhan demi kepentinganku sendiri. Aku sama sekali tidak memiliki rasa takut akan Tuhan atau tempat untuk Tuhan di hatiku. Yang kulakukan adalah bertindak sebagai hamba Iblis, mengganggu pekerjaan rumah Tuhan, dan merintangi pekerjaan gereja sampai pada titik kelumpuhan. Aku sama sekali tidak melaksanakan tugasku! Aku seperti rubah di kebun anggur, mencuri anggur dan menginjak-injak tanaman anggur. Naturku sama persis dengan antikristus yang disingkapkan oleh Tuhan! Aku teringat antikristus di sekitarku yang dikeluarkan. Mereka memanfaatkan tugas mereka untuk pamer dan mengangkat diri mereka sendiri dengan angan-angan untuk memiliki hati orang dan mendapatkan dukungan mereka. Jika mereka melihat saudara atau saudari yang mengungguli mereka dan mengancam status mereka, mereka menyerang dan membalas, tanpa perasaan merusak pekerjaan rumah Tuhan, akhirnya menyinggung watak Tuhan, serta disingkapkan dan disingkirkan. Akhirnya aku menyadari bahwa mengejar status sangat berbahaya! Hanya ketika menyadari hal ini barulah aku merasa takut. Aku berdoa kepada Tuhan memohon bimbingan-Nya untuk mengenal diriku sendiri, bertobat, dan berubah. Setelah berdoa, aku merenung, "Mengapa aku selalu berjuang mengejar status dan memegang erat kedudukanku? Kita selalu mengejar status, jadi apa sumber masalahnya?"

Kemudian, aku melihat satu bagian firman Tuhan, dari "Memiliki Watak yang Tidak Berubah Berarti Memusuhi Tuhan". "Sumber penentangan dan pemberontakan manusia terhadap Tuhan adalah perusakan dirinya oleh Iblis. Karena kerusakan yang Iblis lakukan, hati nurani manusia telah menjadi mati rasa; dia tidak bermoral, pikirannya bobrok, dan dia memiliki pandangan mental terbelakang. Sebelum dirinya dirusak oleh Iblis, manusia tentu saja mengikuti Tuhan dan menaati firman-Nya setelah mendengarkannya. Dia tentu saja memiliki akal dan hati nurani yang sehat, dan kemanusiaan yang normal. Setelah dirusak Iblis, akal, hati nurani, dan kemanusiaan manusia yang semula menjadi tumpul dan dilemahkan oleh Iblis. Dengan demikian, manusia telah kehilangan ketaatan dan kasihnya kepada Tuhan. Akal manusia telah menyimpang, wataknya telah menjadi sama seperti watak binatang, dan pemberontakannya terhadap Tuhan menjadi jauh lebih sering dan memilukan. Namun, manusia tetap saja tidak tahu, juga tidak mengakui hal ini, dan hanya menentang dan memberontak secara membabi buta. Watak manusia tersingkap melalui diungkapkannya akal, wawasan, dan hati nuraninya; dan karena akal dan wawasannya tidak sehat, dan hati nuraninya telah menjadi sangat tumpul, maka wataknya pun menjadi suka memberontak terhadap Tuhan" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia). Setelah membaca firman Tuhan, aku menemukan sumber masalahnya. Aku begitu dirusak oleh Iblis sehingga tidak tahu bagaimana harus hidup atau berperilaku. Aku hanya tahu bagaimana mengejar ketenaran dan kekayaan, dan memandang falsafah iblis seperti "Unggul dari yang lain", "Akulah yang berkuasa", "Hanya boleh ada satu laki-laki alfa", dan "Orang harus selalu berusaha menjadi lebih baik dari rekan seangkatannya", sebagai hukum untuk dijalani. Ketika aku melihat bahwa Saudari Chen mengungguliku dalam semua aspek, bahwa saudara, saudari, dan pemimpin semuanya menghormati dan menghargainya, kupikir dia merampas pusat perhatianku, dan memperlakukannya sebagai duri dalam mata dan dagingku. Ketika saudariku memintaku untuk mendiskusikan pekerjaan, aku ingin mengabaikannya. Aku bahkan menghakiminya, mengkritiknya, dengan sengaja meremehkannya, berharap dia akan diberhentikan karena ceroboh dalam tugasnya, dan sebesar apa pun kerugian pekerjaan rumah Tuhan, aku tidak peduli. Aku sadar bahwa ketika aku hidup dengan pemikiran dan pandangan Iblis ini, aku menjadi congkak, egois, dan kejam, dan kemanusiaanku menyimpang. Aku akan melakukan apa pun demi reputasi dan status, seperti para pejabat si naga merah yang sangat besar. Jika ada yang mengungguli atau mengancam status mereka, mereka akan menyebut orang tersebut musuh politik dan menghancurkannya. Tuhan, yang mahatinggi, datang berinkarnasi dan mengungkapkan kebenaran untuk menyelamatkan umat manusia, tetapi PKT takut jika orang menerima jalan yang benar dan mengikuti Tuhan Yang Mahakuasa, tak seorang pun yang akan mengikuti atau menyembah mereka lagi, jadi mereka mulai dengan gila-gilaan memburu Kristus dan dengan kejam menganiaya orang Kristen dengan angan-angan untuk membangun daerah tak bertuhan di mana orang hanya memuja dan mematuhi PKT. Membandingkan diriku terhadap kejahatan, tirani, kekejaman, dan kekerasan si naga merah yang sangat besar, aku merasa ketakutan. Apakah ada perbedaan antara watakku dan si naga merah yang sangat besar? Demi status, aku mengucilkan para pembangkang dan kehilangan semua hati nurani dan nalar. Tuhan telah meninggikanku dengan tugas seorang pemimpin. Seharusnya aku bekerja sama dengan saudariku untuk melakukan tugas kami dan membalas kasih Tuhan, tetapi aku terpesona oleh statusku dan membandingkan diriku dengan saudariku. Aku menjadi negatif dan lalai ketika tak mampu mengungguli dia atau mendapatkan ketenaran, kekayaan, dan status, dan aku benar-benar merugikan pekerjaan rumah Tuhan. Aku benar-benar lalai dalam tugasku dan menempuh jalan yang salah!

Aku merenung dan menyadari ada juga sudut pandang yang keliru dalam diriku. Aku selalu berpikir memiliki status di rumah Tuhan membuatku menjadi orang yang berguna, dan aku akan diselamatkan dan disempurnakan, tetapi aku tidak tahu bahwa Tuhan tidak memandang statusmu di gereja atau apakah orang mengagumimu atau tidak. Tuhan melihat hatimu dan sikapmu terhadap tugasmu. Di rumah Tuhan, jika kau menerima kebenaran, memiliki niat yang benar dan bertindak dengan prinsip dalam tugasmu, menaati Tuhan, dan setia kepada Tuhan, baru setelah itulah Tuhan akan memperkenan dirimu. Aku benar-benar bodoh. Aku tidak mencari kehendak Tuhan, aku hidup menurut falsafah dan pandangan iblis, aku mengejar ketenaran dan kekayaan, dan ingin memiliki status yang tinggi. Namun, mencari hal-hal itu adalah sebuah kesalahan. Aku sedang menempuh jalan antikristus, dan jika tidak berbalik kepada Tuhan, aku akan disingkirkan dan dimusnahkan oleh Tuhan. Aku diberhentikan karena kebenaran Tuhan dan perlindungan Tuhan atasku. Tuhan berulang kali menggunakan firman-Nya untuk membangunkan hatiku yang mati rasa dan membuatku melihat kebenaran tentang kerusakanku. Saat itulah aku menyadari niat baik Tuhan. Satu-satunya yang Tuhan lakukan hanyalah menuntunku ke jalan yang benar. Dalam hati, aku berdoa kepada Tuhan untuk bertobat dan memohon Dia membimbingku untuk mengubah jalanku.

Setelah itu, aku melihat bagian firman Tuhan yang lain. "Status dan gengsi tidak mudah dikesampingkan. Bagi orang yang agak berbakat, memiliki taraf kualitas tertentu, atau memiliki pengalaman kerja tertentu, mengesampingkan status dan gengsi itu jauh lebih sulit. ... Ketika mereka tidak memiliki status, dorongan kompetitif mereka berada pada tahap baru lahir; setelah mereka memperoleh status, ketika rumah Tuhan telah memercayakan tugas penting tertentu kepada mereka, dan terutama jika mereka telah bekerja selama bertahun-tahun dan memiliki banyak pengalaman dan modal, dorongan kompetitif itu tidak lagi berada dalam keadaan baru lahir, tetapi sudah berakar, berbunga, dan akan menghasilkan buah. Ketika seseorang selalu memiliki keinginan dan ambisi untuk melakukan hal-hal besar, menjadi terkenal, menjadi sosok yang hebat, maka tamatlah riwayat mereka. Jadi, sebelum ini mengarah pada malapetaka, engkau harus segera membalikkan keadaan tersebut dan mengesampingkan hal-hal ini. Setiap kali engkau melakukan sesuatu—dan apa pun konteksnya—engkau harus berlatih untuk melatih dirimu untuk mencari kebenaran, menjadi orang yang jujur dan taat kepada Tuhan, dan tidak boleh hanya berhenti memperjuangkan hal-hal itu, tetapi juga harus mengesampingkannya. Engkau harus menyadari ketika engkau selalu memiliki keinginan untuk bersaing. Jika tidak diselesaikan, keinginan untuk bersaing hanya dapat mengarah pada hal-hal buruk, jadi segeralah mencari kebenaran, segeralah menghentikan sikapmu yang suka bersaing, dan menggantikan sikap kompetitif ini dengan menerapkan kebenaran. Ketika engkau menerapkan kebenaran, sikap kompetitif, keinginan liar, dan hasratmu akan berkurang sepenuhnya, dan tidak akan lagi mengganggu pekerjaan rumah Tuhan. Dengan demikian, tindakanmu akan dikenang dan dipuji oleh Tuhan. Jadi, yang ingin Kutekankan adalah, engkau harus melenyapkan keinginan dan ambisimu yang kompetitif sebelum semua itu berbunga dan berbuah. Beberapa orang bertanya, 'Bagaimana aku bisa melenyapkan semua itu? Haruskah aku menahannya pada tahap yang baru lahir?' Ini tergantung pada bagaimana engkau mengalaminya, ini tergantung pada apa yang kaurasakan tentang hal ini, pada seberapa kuatnya tekadmu. Beberapa orang berkata, 'Aku bahkan tidak akan membiarkan dorongan itu bertunas.' Itu bagus. Engkau tidak berusaha untuk menjadi orang yang terhormat dengan memiliki status dan kedudukan, tetapi menjadi orang biasa; bahkan jika Tuhan berkata bahwa engkau tidak berharga, itu tidak masalah, engkau merasa bahagia menjadi orang yang hina di mata Tuhan, seorang pengikut yang kecil dan tak berarti, tetapi orang yang pada akhirnya disebut sebagai makhluk ciptaan yang layak oleh Tuhan. Orang semacam itu adalah orang yang baik" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri ... (Bagian Tiga)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Firman Tuhan membuatku memahami bahwa aku seharusnya tidak mengejar hal-hal seperti menjadi mulia atau yang terbaik. "Unggul dari yang lain" dan "Akulah yang berkuasa" adalah kebohongan iblis. Jika segala sesuatunya benar-benar berkembang ke arah itu, aku akan menjadi setan, bukan manusia. Tuhan menuntut kita untuk menjadi orang biasa, menjadi pengikut terkecil, dan melakukan tugas makhluk ciptaan untuk mendapatkan perkenanan-Nya. Inilah hal yang terpenting. Pada saat yang sama, aku memahami bahwa ketika sesuatu terjadi, kita harus berdoa kepada Tuhan, dengan sadar menyangkali diri kita sendiri, dan menerapkan kebenaran, maka ambisi serta keinginan kita akan berkurang seiring waktu. Dahulu, aku tidak mengenal diriku sendiri atau mengejar kebenaran. Aku selalu merasa berbakat serta ingin dikagumi dan dihargai. Ambisiku membuatku tak terkendali sehingga aku bersaing dengan orang lain demi ketenaran dan kekayaan. Aku jelas lebih rendah tetapi tak tahan melihat orang lain mengungguliku. Aku begitu congkak sehingga kehilangan semua nalar. Aku berdoa kepada Tuhan dan berkata aku tidak mau ketenaran dan kekayaan lagi, Aku hanya ingin menjadi orang biasa dan bekerja sama dengan baik dengan rekan sekerjaku dalam tugasku. Aku tahu rekan sekerjaku telah dipilih oleh kedaulatan Tuhan dan ada pelajaran untuk kupetik. Saudari Chen memiliki kualitas yang baik, pengalaman, dan dapat mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan masalah, yang sangat membantu pekerjaan rumah Tuhan dan jalan masuk kehidupan saudara-saudari kita. Aku seharusnya telah belajar dari kelebihannya untuk melengkapi kekuranganku dan bekerja secara harmonis dengannya untuk melakukan pekerjaan gereja.

Segera, pemimpin mengatur agar aku menjadi diaken penyiraman. Pada pertemuan rekan sekerja, aku membuka diri kepada Saudari Chen tentang kerusakanku selama masa ini. Dia tidak memandang rendah diriku, dan juga mempersekutukan firman Tuhan denganku. Kerengganganku dengannya lenyap, dan aku merasakan perasaan bebas yang luar biasa. Selanjutnya, aku berusaha mendiskusikan segala sesuatu dengannya selama bekerja dan melakukan yang terbaik untuk bekerja sama dengannya. Ketika berfokus pada tugasku, aku merasakan bimbingan Tuhan. Aku mulai mendapatkan hasil yang lebih baik di bidang pekerjaanku, dan aku merasa bersyukur kepada Tuhan.

Setelah diberhentikan, aku memahami bahwa kasih Tuhan kepadaku sangat nyata. Penghakiman dan hajaran dalam firman Tuhan memperlihatkan kerusakanku. Itu memampukanku untuk melihat dengan jelas esensi dan akibat dari mengejar ketenaran dan status. Pada saat yang sama, firman Tuhan membimbingku ke jalan yang benar dan mengizinkanku untuk menyangkali diriku sendiri dan menerapkan kebenaran. Tanpa itu, aku pasti tidak mengenal diriku sendiri, aku pasti tetap bersaing dengan orang lain demi ketenaran dan kekayaan, dan aku pasti dipermainkan oleh Iblis saat melakukan kejahatan dan menentang Tuhan. Aku bersyukur kepada Tuhan karena telah menyelamatkanku!

Selanjutnya: Belajar dari Kritik

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait