Penghakiman dan Hajaran adalah Kasih Tuhan

21 Januari 2022

Oleh Saudari Rebecca, Amerika Serikat

Firman Tuhan katakan: "Kesaksian apa yang akhirnya diberikan manusia kepada Tuhan? Ia bersaksi bahwa Tuhan adalah Tuhan yang benar, bahwa watak-Nya adalah kebenaran, murka, hajaran, dan penghakiman; manusia bersaksi tentang watak benar Tuhan. Tuhan menggunakan penghakiman-Nya untuk menyempurnakan manusia, Dia telah mengasihi manusia, dan menyelamatkan manusia—tetapi seberapa banyak yang terkandung dalam kasih-Nya? Ada penghakiman, kemegahan, murka, dan kutukan. Walaupun Tuhan mengutuk manusia di masa lalu, Dia tidak sepenuhnya melemparkan manusia ke jurang maut, tetapi menggunakan sarana itu untuk memurnikan iman manusia; Dia tidak menghukum mati manusia, tetapi bertindak untuk menjadikan manusia sempurna. Esensi daging adalah apa yang berasal dari Iblis—Tuhan mengatakannya dengan tepat—tetapi fakta yang dilaksanakan oleh Tuhan belum dilengkapi menurut firman-Nya. Dia mengutukmu agar engkau bisa mengasihi-Nya, sehingga engkau bisa mengenal esensi daging; Dia menghajarmu agar engkau terbangun, agar engkau mengenal kekurangan-kekurangan di dalam dirimu, dan mengenal ketidaklayakan manusia. Maka, kutukan Tuhan, penghakiman-Nya, dan kemegahan serta murka-Nya—semua itu ditujukan untuk membuat manusia sempurna. Semua yang dilakukan Tuhan saat ini, dan watak benar yang diperjelas-Nya di dalam engkau semua—ini semua untuk menjadikan manusia sempurna. Demikianlah kasih Tuhan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Dengan Mengalami Ujian-Ujian yang Menyakitkan Engkau Semua Bisa Mengenal Keindahan Tuhan"). Ketika orang menyebut kasih Tuhan, dahulu yang terlintas dalam benakku adalah belas kasihan dan kasih sayang-Nya, kasih karunia dan berkat-Nya. Aku tidak benar-benar memahami bahwa penghakiman dan hajaran yang dilakukan-Nya adalah kasih-Nya. Namun, setelah mengalami sendiri, aku mendapatkan sedikit pemahaman dan menyadari bahwa firman Tuhan adalah kebenaran, dan semuanya sangat nyata, dan bahwa penghakiman dan hajaran adalah kasih Tuhan dan keselamatan bagi umat manusia.

Dahulu aku memimpin pekerjaan penyiraman, dan kemudian, pada September 2020, aku diberhentikan karena tidak melakukan pekerjaan nyata. Pemimpin gereja mengatur agar Saudari Joyce mengambil alih pekerjaanku. Itu meninggalkanku dengan perasaan yang tak mampu kuungkapkan dengan kata-kata. Aku telah mengawasi pekerjaan Joyce sebelumnya, dan sekarang dia akan mengawasi pekerjaanku. Bukankah itu membuatku terlihat tidak kompeten? Aku telah beralih dari seorang pemimpin menjadi anggota biasa tim penyiraman. Bukankah akan memalukan jika hal ini diketahui saudara-saudari yang mengenalku? Pemikiran ini benar-benar membuatku menyesal tidak melakukan tugasku dengan baik. Kemudian dalam diskusi tim tentang pekerjaan kami, semua orang terdiam cukup lama. Kupikir meskipun aku tidak memimpin lagi, aku telah memiliki sedikit pengalaman dalam hal menyirami para petobat baru, jadi seharusnya aku menanggung beban dan mengutarakan pendapatku. Jadi, semua orang akan melihat aku tetap berperan penting, dan semua orang mungkin menghormatiku. Jadi, aku mulai secara proaktif mengutarakan pemikiran dan gagasanku, dan setelah beberapa diskusi, kebanyakan orang setuju dengan pendapatku. Di hampir setiap diskusi, kami mengikuti gagasanku, jadi aku merasa kemampuanku benar-benar menonjol dalam tim. Aku tidak berperan sebagai pengawas, tetapi masih mampu menangani pekerjaan semacam itu. Kupikir orang lain akan menghormatiku, dan kemudian suatu hari aku mungkin akan kembali dipromosikan. Setelah itu, aku mulai berkontribusi lebih aktif, dan sebelum setiap pertemuan, aku selalu berusaha memahami keadaan para petobat baru dan mencari firman Tuhan yang relevan. Dibutuhkan banyak waktu dan tenaga, tetapi kupikir, melakukan pekerjaan dengan baik akan membuktikan kemampuanku, jadi membayar harga layak dilakukan. Aku bersikap proaktif dalam tugasku, mampu menemukan beberapa masalah dalam pekerjaan kami, dan orang lain setuju dengan solusi dan saran yang kuberikan. Aku merasa sepertinya semua orang bisa melihat betapa kerasnya aku bekerja, jadi aku mungkin akan dipromosikan ketika pemimpin meninjau pekerjaan kami dan melihat bagaimana kinerjaku. Namun, beberapa waktu berselang, pemimpin tampaknya tidak berniat mempromosikanku. Kuperhatikan bahwa semakin banyak petobat baru yang bergabung dengan gereja, semakin banyak orang yang dibutuhkan untuk mengambil kedudukan itu, tetapi sepertinya tidak ada pemikiran untuk mempromosikanku. Melihat hal ini membuatku agak kecewa. Aku merasa telah membuat beberapa perubahan dan melakukan tugasku dengan cukup baik. Karena gereja sangat kekurangan bantuan, mengapa aku tidak mendapatkan kesempatan lain? Setelah diberhentikan sekali, akankah aku tak pernah lagi memiliki kesempatan untuk memimpin? Itu tidak masuk akal bagiku. Aku tidak tahu mengapa semua kerja kerasku tidak membuahkan hasil. Apa kurangnya diriku? Kemudian, kupikir aku pasti tidak bekerja cukup keras atau cukup baik, atau hasilnya tidak cukup baik. Kupikir aku harus terus bekerja keras, dan tidak hanya berfokus pada pencapaian dalam tugasku, tetapi juga pada jalan masuk kehidupan dan mengejar kebenaran, sehingga orang lain dapat melihat kemajuan pribadiku. Kemudian Tuhan pasti akan mengasihaniku dan memberiku kesempatan. Kupikir dengan pengejaran yang "benar", suatu hari pasti ada perubahan, dan meskipun aku tidak dipromosikan, aku bisa menonjol di tim kami dan dikagumi saudara-saudari lainnya. Jadi, kuabdikan diriku dalam pekerjaan penyiraman tim kami, dan ketika para petobat baru memiliki masalah, aku selalu memikirkannya masalah-masalah mereka dengan saksama, mencari firman Tuhan untuk dipersekutukan. Jika aku tidak memahami sesuatu, aku selalu berdoa dan mencari dengan sungguh-sungguh. Setelah beberapa waktu, aku semakin berhasil dalam menyirami para petobat baru. Beberapa waktu kemudian, dalam sebuah pertemuan, pemimpin tim menyebutkan bahwa aku telah memikul beban untuk tugasku, dan cakap menyelesaikan masalah petobat baru. Aku merasa sangat bangga dengan diriku sendiri. Kupikir semua orang pasti mulai melihat betapa baiknya kinerjaku, dan jika aku bisa lebih meningkatkan kinerjaku, aku bisa mendapatkan kekaguman semua orang. Maka aku akan memiliki kesempatan untuk dipromosikan. Setelah itu, aku benar-benar mengabdikan diriku ke dalam tugasku. Selain tanggung jawabku sendiri, aku juga melakukan sebanyak mungkin pekerjaan tim lainnya, dan memberikan umpan balik dan bantuan kepada pengawas ketika aku menemukan masalah. Aku juga tidak mengendur dalam mengejar kebenaran, tetapi membaca firman Tuhan di setiap waktu luang. Aku selalu datang ke hadapan Tuhan dalam doa dan mencari kapan pun aku merasa lemah Dan terlibat secara aktif bersekutu dalam pertemuan. Namun, aku agak kecewa ketika tetap tidak dipromosikan setelah bekerja keras beberapa lama. Aku merasa sepertinya sekeras apa pun aku bekerja atau sebaik apa pun hasilnya, pemimpin tak akan pernah mempromosikanku. Jadi, apa gunanya semua ini? Setelah itu, aku berhenti berupaya keras, dan ketika melihat para petobat baru tidak bisa berkumpul secara teratur, aku hanya menanyakannya sambil lalu tanpa ada pertanyaan terperinci atau dukungan apa pun. Terkadang, ketika Joyce memintaku mencari firman Tuhan untuk masalah-masalah khusus atau kelemahan saudara-saudari sebelum pertemuan, aku merasa itu bukan pekerjaanku, dan tak seorang pun akan memperhatikan sebaik apa pun aku melakukannya, jadi aku selalu membuat alasan untuk menghindarinya. Keadaanku sendiri mulai memburuk dan aku tidak tahu harus berkata apa dalam doa. Membaca firman Tuhan tidak terasa mencerahkan, dan terkadang aku suka mengantuk. Aku merasakan kegelapan yang nyata dalam rohku dan tak mampu merasakan pekerjaan Roh Kudus. Tak lama kemudian, aku melihat saudara-saudari lainnya dipromosikan, sementara aku tetap menjadi anggota tim penyiraman yang rendahan. Aku menjadi makin berkecil hati. Aku telah bekerja sangat keras begitu lama, tetapi tidak mencapai apa pun. Sepertinya aku tak punya harapan untuk dipromosikan. Orang percaya yang seperti diriku mampu menjadi pengawas dan pemimpin tim, serta dikagumi orang lain, tetapi aku tidak pernah dipromosikan. Apakah itu berarti aku gagal sebagai orang percaya? Aku menjadi sangat negatif sehingga tak mampu mengumpulkan motivasi untuk melakukan apa pun.

Beberapa waktu kemudian, aku bertanya-tanya mengapa aku merasa sangat negatif. Mengapa aku hanya hidup untuk status? Apakah aku hanya mengejar status selama bertahun-tahun imanku? Bagaimana aku bisa begitu menyedihkan? Mengapa aku begitu terobsesi dengan status? Aku sangat membenci diriku sendiri. Aku berlutut di hadapan Tuhan dan berdoa, "Tuhan, aku ingin mengejar kebenaran dalam imanku, membalas kasih-Mu, dan melakukan tugas sebagai makhluk ciptaan. Namun, saat ini aku tersiksa oleh keinginanku akan status, membuatku sedih dan tertekan. Aku tidak mau hidup dengan cara ini, tetapi aku tak berdaya. Keinginanku akan status telah mencengkeram diriku. Tuhan, kumohon berikan pencerahan dan selamatkan diriku, agar aku dapat memahami masalahku dan menyelesaikannya." Setelah berdoa, aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Antikristus memiliki watak dan esensi antikristus, dan inilah yang membedakan mereka dari orang normal. Meskipun di luarnya mereka tidak mengatakan apa pun setelah diberhentikan, di dalam hatinya, mereka terus menentang. Mereka tidak mengakui kesalahan mereka, dan berapa lama pun waktu berlalu, mereka tidak akan pernah mampu sungguh-sungguh mengenal diri mereka sendiri. Ini sudah lama terbukti. Ada juga hal lain yang tentangnya antikristus yang tidak pernah berubah: di mana pun mereka melakukan sesuatu, mereka ingin terlihat berbeda, ingin dihormati dan dihargai oleh orang lain; sekalipun mereka tidak memiliki kedudukan dan jabatan yang sah sebagai pemimpin gereja atau pemimpin tim, mereka tetap ingin menjadi lebih unggul dalam hal kedudukan dan nilai diri mereka. Entah mereka dapat melakukan pekerjaan atau tidak, seperti apa pun kemanusiaan atau pengalaman hidup yang mereka miliki, mereka akan merancang berbagai macam cara dan berusaha keras mencari kesempatan untuk pamer, untuk mendapatkan perkenanan orang lain, memenangkan hati orang, dan memikat serta menyesatkan orang, demi mendapatkan penghargaan mereka. Hal apa yang antikristus inginkan untuk orang kagumi tentang diri mereka? Meskipun mereka telah diberhentikan, mereka berpikir 'beruang yang sudah dilemahkan pun masih lebih kuat daripada rusa' dan mereka tetaplah elang yang terbang di atas ayam-ayam. Bukankah ini kecongkakan dan sikap merasa diri benar dari antikristus, dan merupakan hal berbeda tentang mereka? Mereka tidak tahan jika tidak memiliki status, menjadi orang percaya biasa dan orang biasa, hanya melaksanakan tugas mereka dengan baik dengan praktis dan realistis, tetap di posisi mereka, atau hanya melakukan pekerjaan dengan baik, memperlihatkan kesetiaan mereka, melakukan yang terbaik dalam pekerjaan yang dipercayakan kepada mereka. Hal-hal ini sama sekali tidak memuaskan mereka. Mereka tidak mau menjadi orang semacam itu atau melakukan hal-hal semacam itu. Apa 'cita-cita besar' mereka? Mereka ingin dihargai dan dihormati, dan memegang kekuasaan. Jadi, sekalipun mereka tidak memiliki gelar tertentu pada nama mereka, seorang antikristus akan berjuang untuk kepentingannya sendiri, berbicara untuk kepentingannya sendiri dan membenarkan diri mereka sendiri, melakukan semua yang mereka bisa untuk memamerkan diri mereka, takut tak seorang pun akan melihat atau tak seorang pun akan memperhatikan mereka. Mereka akan berupaya keras pada setiap kesempatan untuk menjadi lebih dikenal, meningkatkan gengsi mereka, membuat lebih banyak orang melihat bakat dan kelebihan mereka, dan memperlihatkan bahwa mereka unggul daripada orang lain. Sementara melakukan hal-hal ini, antikristus bersedia membayar berapa pun harganya untuk memamerkan dan memuji diri mereka sendiri, untuk membuat semua orang berpikir bahwa, meskipun mereka bukan pemimpin dan tidak memiliki status, mereka tetap unggul daripada orang biasa. Dengan demikian, antikristus telah mencapai tujuan mereka. Mereka tidak mau menjadi orang kebanyakan, orang biasa; mereka menginginkan kekuasaan dan gengsi, dan ingin terlihat paling menonjol" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Dua Belas: Mereka Ingin Mundur Ketika Tidak Memiliki Status atau Tidak Ada Harapan untuk Memperoleh Berkat"). Saat membaca firman Tuhan, aku merasa sepertinya Tuhan ada di sana, menyingkapkanku. Tuhan berfirman, orang-orang seperti antikristus menginginkan reputasi dan status, ingin mendapatkan kekuasaan dan kekaguman orang lain apa pun yang terjadi. Untuk memenuhi ambisi liar itu, antikristus akan membayar berapa pun harganya demi mendapat perhatian, meninggikan diri, dan merebut hati orang. Aku dapat memahami bahwa pengejaranku persis sama dengan pengejaran antikristus. Dalam imanku, aku ingin memiliki status, menjadi pemimpin atau pengawas. Aku ingin unggul dalam kelompokku, dan dikagumi serta didukung oleh orang lain. Setelah diberhentikan, aku tidak menangani keinginanku untuk menjadi pengawas. Aku secara aktif berpartisipasi dalam diskusi kerja dan memberikan saran, serta melapor kepada pengawas segera setelah menemukan masalah, agar dia tahu bahwa aku tidak hanya dapat menemukan masalah, tetapi juga memberikan solusi, bahwa aku cerdas. Maka aku akan diproyeksikan untuk menerima promosi. Aku bekerja keras dalam tugasku, agar saudara-saudari lainnya melihatku mampu melakukan pekerjaan nyata, lalu aku pasti mendapat kesempatan untuk dipromosikan. Aku bersikap proaktif dalam pekerjaan bahkan ketika itu bukan tanggung jawab utamaku, siap untuk mengerahkan banyak waktu dan tenagaku, ingin semua orang melihatku terbeban untuk tugasku dan dapat mengerjakan banyak hal. Aku juga tidak mengendur dalam mengejar kebenaran sehingga mereka akan memujiku. Aku mencari setiap kesempatan untuk membuktikan diri dan pamer. Bukankah itu sejenis perilaku antikristus yang Tuhan singkapkan?

Aku membaca beberapa bagian firman Tuhan yang benar-benar menggambarkan sepenuhnya esensi rusak antikristus. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Bagi antikristus, jika reputasi atau status mereka diserang dan diambil, itu adalah masalah yang bahkan jauh lebih serius daripada berusaha mengambil nyawa mereka. Sebanyak apa pun khotbah yang mereka dengar atau sebanyak apa pun firman Tuhan yang mereka baca, mereka tidak akan merasakan kesedihan atau penyesalan karena tidak pernah menerapkan kebenaran dan karena telah menempuh jalan antikristus, dan karena memiliki esensi natur antikristus. Sebaliknya, mereka selalu memeras otak mencari cara untuk mendapatkan status dan meningkatkan reputasi mereka. Dapat dikatakan bahwa segala sesuatu yang antikristus lakukan dilakukannya untuk pamer di depan orang lain, dan bukan dilakukan di hadapan Tuhan. Mengapa Kukatakan hal ini? Karena orang-orang semacam itu sangat mencintai status sehingga mereka memperlakukannya sebagai hidup mereka sendiri, sebagai tujuan seumur hidup mereka. Selain itu, karena mereka sangat mencintai status, mereka tidak pernah percaya bahwa kebenaran itu ada, dan bahkan dapat dikatakan bahwa mereka sama sekali tidak percaya bahwa Tuhan itu ada. Jadi, bagaimanapun mereka berencana untuk mendapatkan reputasi dan status, dan bagaimanapun mereka berusaha menggunakan penampilan palsu untuk menipu manusia dan Tuhan, di lubuk hatinya, mereka tidak memiliki kesadaran atau teguran, apalagi kecemasan sedikit pun. Dalam pengejaran mereka yang konsisten akan reputasi dan status, mereka juga tanpa alasan menyangkali apa yang telah Tuhan lakukan. Mengapa Kukatakan hal itu? Di lubuk hatinya, antikristus percaya, 'Semua reputasi dan status diperoleh oleh upaya sendiri. Hanya dengan memperoleh pijakan yang kokoh di antara orang-orang dan mendapatkan reputasi serta status, barulah mereka dapat menikmati berkat-berkat tuhan. Hidup hanya bermakna ketika orang mendapatkan kekuasaan mutlak dan status. Hanya inilah hidup seperti manusia itu. Sebaliknya, tidak ada gunanya hidup dengan cara yang diucapkan dalam firman tuhan, untuk tunduk pada kedaulatan dan pengaturan tuhan dalam segala hal, dengan rela berdiri pada posisinya sebagai makhluk ciptaan, dan hidup seperti manusia normal sebagaimana—tak seorang pun akan menghormati orang semacam itu. Status, reputasi, dan kebahagiaan seseorang harus diperoleh melalui perjuangan mereka sendiri; semua itu harus diperjuangkan dan diraih dengan sikap positif dan proaktif. Tidak ada orang lain yang akan memberikan semua itu kepadamu—menunggu dengan pasif hanya dapat menyebabkan kegagalan.' ... Antikristus sangat yakin di dalam hatinya bahwa hanya dengan memiliki reputasi dan status, mereka memiliki martabat dan menjadi makhluk ciptaan yang sejati, dan hanya dengan memiliki status, mereka akan dihargai dan dihormati, memenuhi syarat untuk memperoleh perkenanan Tuhan, mendapatkan segalanya, dan menjadi manusia sejati. Apa arti status bagi antikristus? Mereka memandangnya sebagai kebenaran; mereka menganggapnya sebagai tujuan tertinggi yang harus dikejar orang. Bukankah itu masalah? Orang yang bisa terobsesi dengan status dengan cara seperti ini adalah antikristus sejati. Mereka adalah jenis orang yang sama seperti Paulus. Mereka yakin bahwa mengejar kebenaran, mengejar ketundukan kepada Tuhan, dan mengejar kejujuran semuanya itu adalah proses yang membawa orang kepada status yang setinggi mungkin; semua itu hanyalah proses, bukan tujuan dan standar menjadi manusia, dan itu dilakukan sepenuhnya agar Tuhan melihatnya. Pemahaman ini tidak masuk akal dan menggelikan! Hanya orang-orang tak masuk akal yang membenci kebenaran yang dapat menghasilkan pemikiran yang menggelikan seperti itu" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tiga)). Membaca bagian firman Tuhan ini benar-benar menyentuh hatiku. Rasanya apa yang kusembunyikan di dalam hatiku telah disingkapkan oleh Tuhan. Aku merasa tak punya tempat untuk bersembunyi. Aku mulai merenungkan diriku sendiri, dan semakin merenung, semakin aku merasa bahwa pemikiranku sama seperti pemikiran antikristus. Semua perkataan dan tindakanku berpusat pada status, dan semua yang kulakukan adalah untuk mendapatkan kekaguman. Status lebih penting bagiku daripada apa pun. Sebelum percaya kepada Tuhan, aku selalu ingin terlihat paling menonjol dan aku suka mendapatkan dukungan dan persetujuan orang lain. Setelah percaya kepada Tuhan, aku terus mengejar posisi kepemimpinan agar aku dihormati dan berperan penting di gereja. Setelah aku diberhentikan, aku sama sekali tidak menyesali pelanggaran masa laluku dan tidak berpikir tentang bagaimana sungguh-sungguh bertobat dan melaksanakan tugasku dengan baik untuk membayar utangku kepada Tuhan. Sebaliknya, aku menggunakan kesempatan itu untuk melaksanakan tugas sebagai kesempatan untuk pamer. Aku mengabdikan diri ke dalam tugasku dan bekerja keras untuk mendapatkan kembali statusku. Ketika tidak mendapatkan status setelah bekerja keras, aku menjadi putus asa. Aku merasa tak seorang pun memperhatikan, sebesar apa pun upaya yang kuberikan dalam tugasku, sebaik apa pun aku melakukannya. Kupikir upayaku tidak ada artinya. Aku kehilangan dorongan untuk melakukan tugas dengan baik ketika tidak mendapatkan status apa pun. Aku bahkan salah paham dan menyalahkan Tuhan, bernalar dengan-Nya dan bersikap menentang. Aku terbawa oleh pemikiran akan reputasi dan status. Aku telah kehilangan hati nurani dan nalar yang seharusnya dimiliki makhluk ciptaan. Aku mengejar status dengan sepenuh hati dan tidak puas menjadi anggota biasa dalam tim. Aku jahat dan tidak tahu malu sama seperti antikristus, sama sekali tak bernalar. Firman dari Tuhan ini sangat membantuku: "Mereka yakin bahwa mengejar kebenaran, mengejar ketundukan kepada Tuhan, dan mengejar kejujuran semuanya itu adalah proses yang membawa orang kepada status yang setinggi mungkin; semua itu hanyalah proses, bukan tujuan dan standar menjadi manusia, dan itu dilakukan sepenuhnya agar Tuhan melihatnya." Bagiku, ini sungguh terasa seperti tamparan di wajah. Mengejar dan menerapkan kebenaran adalah hal yang positif, dan itu adalah tugas kita sebagai manusia. Kita harus mengejar kebenaran dalam hidup kita, dan hidup menurut firman Tuhan. Namun, aku menggunakan pengejaran dan penerapan kebenaran sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk mendapatkan keuntungan demi status pribadi. Memiliki motif yang keji dalam tugasku tidak pernah bisa mendapatkan perkenanan Tuhan. Firman Tuhan menunjukkan betapa kelirunya pandanganku tentang segala sesuatu. Kupikir hanya dengan memiliki status dan kekuasaan, dihormati, terkenal, dan dikagumi barulah hidupku dapat memiliki nilai. Tanpa status sebagai orang percaya, menjadi pengikut biasa adalah cara hidup yang menyedihkan, dan sebuah kegagalan. Sungguh pandangan yang menggelikan! Tuhan menuntut kita untuk menjadi makhluk ciptaan yang layak, tetap berada di posisi kita sendiri, tunduk pada aturan dan pengaturan Tuhan dengan patuh, untuk melaksanakan tanggung jawab sebagai makhluk ciptaan. Namun, aku tidak mau tetap berada di posisiku, tetapi ingin menjadi orang hebat yang melakukan pekerjaan penting, ingin memiliki kedudukan tinggi dan dengan demikian mendapatkan lebih banyak kekaguman. Itu adalah watak iblis. Sebenarnya, dalam pekerjaan penyiraman, sebesar apa pun harga yang kubayar atau peran sepenting apa pun yang kumainkan, itu hanyalah tugas yang harus kulaksanakan. Itu adalah tanggung jawabku, tetapi aku ingin menunjukkan diriku untuk mendapatkan status tertentu. Ketika ambisi gilaku tidak terpenuhi, aku kehilangan minat pada tugasku. Aku mengira ambisiku adalah kesetiaan kepada Tuhan. Apa yang disebut kesetiaan itu adalah ketidakjujuran dan transaksional. Bagaimana itu bisa dikatakan menerapkan kebenaran dan melakukan tugas? Itu berarti berusaha memperalat dan menipu Tuhan, dan aku tepat berada di jalan antikristus. Tuhan itu benar dan kudus dan Dia melihat ke dalam hati dan pikiran kita. Aku sedang menuju jalan yang salah. Bagaimana mungkin aku mendapatkan pekerjaan Roh Kudus? Keadaanku memburuk dan aku berada dalam kegelapan. Ini adalah Tuhan yang sedang mengesampingkan dan menghajarku. Saat itulah aku sadar betapa menakutkannya pengejaran reputasi dan status. Aku tidak mengenal diriku sendiri, atau mengetahui apakah aku bisa melakukan pekerjaan nyata atau tidak. Aku hanya terus mengejar status, berharap untuk dipromosi. Aku kehilangan kemanusiaan yang normal dan nalar serta tidak memiliki kesadaran diri. Aku teringat satu bagian firman Tuhan: "Engkau semua suatu hari nanti akan menyadari bahwa ketenaran dan keuntungan adalah belenggu mengerikan yang Iblis gunakan untuk mengikat manusia. Ketika hari itu tiba, engkau akan sepenuhnya menentang kendali Iblis dan sepenuhnya menentang belenggu yang Iblis gunakan untuk mengikatmu. Ketika saatnya tiba di mana engkau ingin membuang semua hal yang telah Iblis tanamkan dalam dirimu, engkau kemudian akan memutuskan dirimu sepenuhnya dari Iblis, dan engkau akan dengan sungguh-sungguh membenci semua yang telah Iblis bawa kepadamu. Baru setelah itulah, umat manusia akan memiliki kasih dan kerinduan yang nyata kepada Tuhan" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"). Firman Tuhan sangat benar. Aku mengejar status tanpa henti, dipermainkan dan disiksa oleh Iblis. Aku telah kehilangan bimbingan Roh Kudus dan hidup dalam kegelapan. Keinginanku itu sebenarnya sedang membuatku menderita. Aku tak mampu menghentikan air mataku yang mengalir dan aku benci betapa keras kepala, betapa kakunya aku dahulu. Sepanjang waktu itu, aku telah mengejar reputasi dan status, berada di jalan antikristus. Namun, Tuhan tetap menggunakan firman-Nya untuk memperingatkan dan menyingkapkanku agar aku mampu melihat masalah dalam pengejaranku dan berbalik. Namun, aku tidak mengerti. Aku salah paham dan menyalahkan Tuhan, bersikap negatif dan menentang Tuhan. Aku sangat tak bernalar. Aku diliputi rasa bersalah ketika menyadari hal itu, dan aku memanjatkan doa ini, "Tuhan, aku tidak mau lagi mengejar reputasi dan status, tetapi mencari kebenaran untuk menyelesaikan kerusakanku, dan sungguh-sungguh bertobat. Kumohon cerahkan dan bimbinglah aku, tunjukkanlah jalan kepadaku."

Setelah itu, aku membaca bagian lain firman Tuhan: "Ketika Tuhan menuntut agar orang-orang melaksanakan tugas mereka dengan baik, Dia tidak meminta mereka untuk menyelesaikan sejumlah tugas atau melakukan upaya besar apa pun, atau melakukan hal-hal besar apa pun. Yang Tuhan inginkan adalah agar orang melakukannya semampu mereka dengan praktis dan realistis, dan hidup sesuai dengan firman-Nya. Tuhan tidak menginginkanmu menjadi orang yang hebat atau mulia, atau melakukan mukjizat apa pun, dan Dia juga tidak ingin melihat kejutan yang menyenangkan dalam dirimu. Dia tidak membutuhkan hal-hal seperti itu. Yang Tuhan butuhkan adalah agar engkau dengan teguh melakukan penerapan sesuai dengan firman-Nya. Ketika engkau mendengarkan firman Tuhan, lakukanlah apa yang telah kaupahami, laksanakanlah apa yang telah kaupahami, ingatlah baik-baik apa yang telah kaudengar, dan kemudian, ketika tiba waktunya untuk menerapkannya, terapkanlah sesuai dengan firman Tuhan. Biarkan semua itu menjadi hidupmu, menjadi kenyataanmu, dan menjadi apa yang kaujalani. Dengan demikian, Tuhan akan dipuaskan. Engkau selalu mencari kebesaran, kemuliaan, dan status; engkau selalu mencari keagungan. Bagaimana perasaan Tuhan ketika Dia melihat hal seperti ini? Dia membencinya, dan Dia akan menjauhkan diri-Nya darimu. Makin engkau mengejar hal-hal seperti kebesaran, kemuliaan, dan menjadi lebih unggul daripada orang lain, terkemuka, luar biasa, dan patut diperhatikan, makin Tuhan menganggapmu menjijikkan. Jika engkau tidak merenungkan dirimu sendiri dan bertobat, Tuhan akan membencimu dan meninggalkanmu. Janganlah menjadi seseorang yang menurut Tuhan menjijikkan; jadilah orang yang Tuhan kasihi. Jadi, bagaimana orang dapat memperoleh kasih Tuhan? Dengan menerima kebenaran secara patuh, berdiri pada posisi sebagai makhluk ciptaan, bertindak berdasarkan firman Tuhan dengan jujur dan terbuka, melaksanakan tugas dengan benar, menjadi orang yang jujur, dan hidup dalam keserupaan dengan manusia. Ini sudah cukup, Tuhan akan dipuaskan. Orang tidak boleh berambisi atau memiliki impian yang tidak realistis, mencari ketenaran, keuntungan, dan status atau ingin terlihat paling menonjol. Terlebih lagi, mereka tidak boleh berusaha menjadi orang yang hebat atau manusia super, unggul di antara manusia dan membuat orang lain memuja mereka. Itu adalah keinginan manusia yang rusak, dan ini adalah jalan Iblis; Tuhan tidak menyelamatkan orang-orang semacam itu. Jika orang-orang tak henti-hentinya mengejar ketenaran, keuntungan, dan status dan tidak mau bertobat, maka tidak ada harapan bagi mereka, dan hanya satu kesudahannya: mereka akan disingkirkan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Penyelesaian Tugas yang Benar Membutuhkan Kerja Sama yang Harmonis"). Dari firman Tuhan aku memahami bahwa Dia tidak ingin kita menjadi terkenal, hebat, atau mulia. Dia berharap kita dapat rendah hati dan melaksanakan tugas kita, dan hanya tunduk pada pengaturan-Nya. Namun, aku tidak melakukan tugasku dengan setia. Aku tidak puas menjadi orang biasa. Aku hanya menginginkan kedudukan yang lebih tinggi dan terlihat paling hebat. Aku begitu congkak. Tuhan adalah Sang Pencipta, dan Dia begitu agung dan mulia. Dia secara pribadi telah menjadi daging, datang ke bumi untuk mengungkapkan kebenaran, tetapi Dia tak pernah pamer. Sebaliknya, Dia secara diam-diam melakukan pekerjaan-Nya untuk menyelamatkan umat manusia. Tuhan begitu rendah hati dan tersembunyi, dan sangat indah. Aku merasa sangat malu ketika memikirkannya seperti itu, dan bertekad bahwa aku harus meninggalkan dagingku sepenuhnya dan menerapkan kebenaran.

Setelah itu, aku mengabdikan diriku dengan sepenuh hati ke dalam tugasku dan benar-benar berpikir tentang bagaimana menyirami para petobat baru. Aku lupa tentang statusku, tetapi merasa senang menjadi orang biasa dan melakukan tugasku sebaik mungkin. Menerapkan hal ini benar-benar membuatku merasa tenang. Saat aku melakukan tugasku dengan sungguh-sungguh, Tuhan mencerahkanku, memberiku jalan dalam pekerjaan penyiramanku. Tanpa disadari, aku melakukan tugasku dengan lebih baik. Aku teringat suatu kali kami mengadakan pertemuan untuk para petobat baru, saudari yang baru di tim penyiraman tidak familier dengan para petobat baru dan tidak tahu bagaimana mendekati mereka. Aku tahu aku harus membantu, tetapi terpikir olehku bahwa melakukan pekerjaan persiapan untuk berhubungan dengan orang-orang sebenarnya adalah tugas kecil yang sederhana. Bukankah itu akan membuatku lebih rendah jika aku menawarkan diri untuk melakukan pekerjaan itu? Pada saat itu aku sadar bahwa aku salah, bahwa tugas tidak berbeda dalam hal kepentingannya, dan komunikasi juga merupakan sebuah tugas. Jadi, mengapa aku tidak mampu melakukan hal itu? Kemudian aku menawarkan diri untuk membantu dengan menghubungi saudara-saudari. Ketika aku melakukan hal itu, aku sadar bahwa apa pun tugasnya, asalkan kita mampu menerima pemeriksaan Tuhan, memiliki niat yang benar, dan melaksanakan tugas dengan segenap hati kita, kita akan merasa tenang, damai. Terkadang, ketika saudara-saudari bertanya tentang rincian pekerjaan penyiraman dan pengawas terlalu sibuk untuk menjawab pertanyaan mereka, aku selalu berusaha semampuku untuk bersekutu dengan mereka dan menyelesaikan segala sesuatu. Aku tak akan memikirkan tentang apakah mereka akan menghormatiku atau apakah itu akan meningkatkan statusku, tetapi hanya ingin bekerja dengan baik bersama orang lain dan melakukan tugasku dengan baik. Setelah kusingkirkan ambisi liarku dan menerapkan sesuai firman Tuhan, semuanya berubah dalam tugasku. Aku merasa lebih bertanggung jawab dan mendapati keadaanku dan juga lebih banyak masalah menjadi berangsur-angsur membaik. Aku juga merasa lebih cerah dan nyaman, dan merasa bertindak seperti ini sangatlah baik. Aku mengerti bahwa firman Tuhan sunguh-sungguh adalah kebenaran dan firman Tuhan mampu mengubah dan menyucikan manusia. Hanya bertindak sesuai dengan firman Tuhan dan kebenaran serta menaati pengaturan Sang Pencipta-lah yang membentuk fondasi hidupku sebagai makhluk ciptaan. Sejak saat itu, entah aku memiliki status atau tidak, dan di mana pun Tuhan menempatkanku, aku bersedia menempatkan diriku dalam belas kasihan Tuhan dan dengan jujur melaksanakan tugasku sebagai makhluk ciptaan.

Dahulu aku selalu tanpa henti mengejar reputasi dan status, yang membuatku tersiksa dan kelelahan. Tanpa penghakiman dan penyingkapan firman Tuhan, aku tak akan pernah menyadari seberapa dalamnya Iblis merusakku atau seberapa pedulinya aku akan status. Aku pasti terus berjuang untuk hal-hal itu, dipermainkan oleh Iblis, tanpa keserupaan dengan manusia. Melalui hal ini, aku benar-benar merasakan bahwa penghakiman dan hajaran Tuhan adalah perlindungan dan keselamatan terbaik-Nya, dan itu adalah kasih-Nya. Sebagaimana Tuhan berfirman: "Dalam hidupnya, jika manusia ingin ditahirkan dan mencapai perubahan dalam wataknya, jika ia ingin hidup dalam kehidupan yang bermakna dan memenuhi tugasnya sebagai makhluk ciptaan, ia harus menerima hajaran dan penghakiman Tuhan dan tidak membiarkan disiplin Tuhan dan pukulan-Nya menjauh darinya, agar ia dapat membebaskan diri dari manipulasi dan pengaruh Iblis, dan hidup di dalam terang Tuhan. Ketahuilah bahwa hajaran dan penghakiman Tuhan adalah terang, serta terang keselamatan manusia, dan tidak ada berkat, kasih karunia, atau perlindungan yang lebih baik bagi manusia" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman").

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait