Setelah Aku Dilaporkan

19 Maret 2022

Oleh Saudari Xin Rui, Korea

Pada tahun 2016 tiba-tiba aku menerima surat yang melaporkanku. Itu ditulis oleh dua saudari yang sebelumnya telah kuberhentikan. Mereka melaporkan bahwa aku bertindak sewenang-wenang dalam tugasku di gereja mereka, memilih dua pemimpin palsu, dan salah satu dari pemimpin palsu itu, Zhang, adalah pelaku kejahatan, yang gangguannya hampir melumpuhkan pekerjaan seluruh gereja. Mereka juga mengatakan seandainya aku mendengarkan saran mereka pada waktu itu atau lebih banyak bertanya di antara saudara-saudari, aku pasti tidak memilih dua pemimpin palsu atau menyebabkan kerugian besar pada pekerjaan gereja. Pada waktu itu, aku tercengang. Kupikir, "Bagaimana ini bisa terjadi? Ini pasti kekeliruan." Aku benar-benar merasa takut, tetapi masih belum bisa menerima kenyataan ini. Aku berprasangka buruk terhadap kedua saudari yang menulis surat itu, dan mengira mereka sengaja berusaha membalas dendam terhadapku. Mereka awalnya adalah pemimpin gereja, tetapi mereka memiliki kualitas yang rendah dan tidak melakukan pekerjaan nyata. Mereka melindungi para pemimpin palsu, dan mengutuk orang-orang yang melaporkan mereka, jadi akhirnya aku memberhentikan mereka. Aku ingat saat meminta pendapat mereka ketika aku memilih Zhang. Mereka hanya berkata bahwa Zhang memiliki kemanusiaan yang buruk dan tidak mampu bekerja sama dengan orang lain. Mereka tidak pernah secara khusus mengatakan dia adalah pelaku kejahatan. Namun, sekarang setelah Zhang tersingkap, mereka melaporkanku. Nah, setelah mengingatnya, baru kupahami. Kupikir mereka tidak senang karena diberhentikan dan ingin membalasku. Selain itu, penangkapan PKT pada waktu itu sangat parah sehingga kami tidak bisa mengadakan pemilihan, dan tidak ada calon yang cocok. Zhang memiliki kualitas yang relatif lebih baik dan lebih arif daripada yang lain, jadi dalam situasi itu, siapa lagi yang bisa kupilih? Seseorang harus dipilih sebagai pemimpin. Aku juga bertanya kepada beberapa orang tentang Zhang, dan tak seorang pun yang mengatakan dia adalah pelaku kejahatan. Semua orang melakukan kesalahan dalam tugasnya. Siapa yang mampu melihat esensi seseorang yang sebenarnya pada pandangan pertama? Adalah wajar jika pemimpin yang tidak sesuai terpilih. Siapa yang mampu menjamin orang yang tepat selalu terpilih? Bagiku, keduanya hanya mencari-cari kesalahan, berusaha menimbulkan masalah. Pada waktu itu, aku terus berusaha membenarkan diriku sendiri. Aku sangat menentang surat laporan itu. Namun, surat laporan itu dengan jelas menyatakan bahwa keduanya memang telah disingkapkan sebagai pemimpin palsu, dan Zhang sebagai pelaku kejahatan, dan sebagai pemimpin, mereka sangat merugikan pekerjaan gereja dan merusak jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan. Dihadapkan dengan fakta itu, aku tak bisa menghindarinya. Dengan enggan mengakui bahwa aku tak mampu melihat diri mereka yang sebenarnya, bahwa aku congkak, dan memperalat orang secara membabi buta. Namun, aku tidak benar-benar merenungkan atau berusaha memahami masalahku sendiri, dan akhirnya masalah itu berlalu.

Setelah Aku Dilaporkan

Kemudian, ketika pemimpinku mengetahui tentang hal ini, dia menyingkapkanku karena memakai pelaku kejahatan sebagai pemimpin, tidak mau diingatkan, dan bersikap congkak. Pada waktu itulah akhirnya aku mulai menyadarinya. Apakah aku benar-benar melakukan kesalahan? Apakah aku benar-benar terlalu congkak dan merasa diri penting? Namun dalam situasi itu, bagaimana mungkin aku melakukan yang sebaliknya? Aku tidak mengerti di mana kesalahanku. Kemudian, aku teringat satu bagian firman Tuhan: "Semakin engkau merasa bahwa di bidang-bidang tertentu engkau telah berhasil atau telah melakukan hal yang benar, dan semakin engkau berpikir engkau dapat memuaskan kehendak Tuhan atau mampu menyombongkan dirimu dalam bidang-bidang tertentu, semakin penting bagimu untuk mengenal dirimu sendiri dalam bidang-bidang tersebut dan semakin penting bagimu untuk menggalinya secara mendalam untuk melihat ketidakmurnian apa yang ada di dalam dirimu, serta hal-hal apa di dalam dirimu yang tidak dapat memuaskan kehendak Tuhan. ... Ini karena engkau pasti belum menggali, memperhatikan, atau menyelidiki aspek-aspek dari dirimu yang engkau yakini sebagai hal yang baik, untuk melihat apakah aspek-aspek tersebut sesungguhnya mengandung sesuatu yang menentang Tuhan" ("Hanya dengan Mengenali Pandanganmu yang Salah Engkau Dapat Mengenal Dirimu Sendiri" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan menyadarkanku, dan memberiku jalan penerapan. Kemudian, ketika ada waktu, aku merenungkan hal ini, dan setelah merenung beberapa waktu, aku sadar bahwa aku memang terlalu congkak. Sejak menerima surat itu, aku bersikap defensif. Aku merasa penganiayaan PKT sangat parah sehingga kami tidak bisa mengadakan pemilihan secara normal, dan tidak ada calon yang sesuai. Dalam situasi itu, Zhang-lah calon terbaik yang ada, dan tanpa adanya bukti bahwa dia adalah pelaku kejahatan, kupikir aku telah membuat pilihan terbaik. Tak seorang pun yang bisa menduga bahwa kelak dia akan tersingkap sebagai pelaku kejahatan. Aku tentu saja tidak dengan sengaja menunjuk pelaku kejahatan untuk mengganggu pekerjaan rumah Tuhan. Jadi, pertama kali melihat surat itu, aku merasa tidak melakukan kesalahan dan tidak merenungkan atau berusaha mengenal diriku sendiri, dan menentang serta membenci kedua saudari yang menulisnya. Aku bahkan mengutuk mereka karena berusaha membalas dendam dan dengan sengaja mencari-cari kesalahan dalam diriku. Merenungkannya sekarang, ketika aku memilih Zhang, kedua saudari ini menunjukkan bahwa Zhang memiliki kemanusiaan yang buruk. Aku tahu mereka khawatir salah memilih orang sebagai pemimpin akan merugikan pekerjaan rumah Tuhan, tetapi mereka tak mampu melihat esensi Zhang yang sebenarnya, sehingga mereka tidak berani mengutuknya sebagai pelaku kejahatan. Namun, aku terlalu congkak pada waktu itu dan memandang rendah mereka. Aku merasa selama menjadi pemimpin, kebanyakan orang yang mereka pilih tidak sesuai, dan tidak mampu mengenali orang, jadi tidak ada gunanya mempertimbangkan nasihat mereka. Setelah berupaya keras, ketika akhirnya aku menemukan seseorang untuk mengambil alih pekerjaan, mereka bersikap memilih-milih dan tidak mau menyetujuinya. Jadi, aku sama sekali tidak mendengarkan mereka. Kemudian, setelah mengesampingkan diriku sendiri, merenungkan, dan mencari kebenaran, aku sadar memang ada masalah dalam caraku memilih pemimpin. Bahkan tanpa pemilihan, aku seharusnya meminta persetujuan dari mereka yang memahami kebenaran sebelum memilih Zhang. Pada waktu itu, aku hanya mendiskusikannya dengan rekan sekerjaku, dan bertanya kepada beberapa orang lainnya bagaimana perasaan mereka tentang Zhang. Dari antara mereka, dua saudari yang menulis surat untuk melaporkanku itu tidak setuju dengan pilihanku, tetapi aku tidak menyelidiki lebih lanjut. Aku hanya mengandalkan gagasan dan asumsi subjektifku sendiri dengan berpikir bahwa Zhang adalah pemimpin yang sesuai. Dalam hal ini, di satu sisi, aku tidak meminta mereka yang tahu untuk mempelajari lebih lanjut tentang perilaku konsisten Zhang, dan di sisi lain, aku tidak mencari dari mereka yang memahami kebenaran atau dari Yang di Atas. Lebih penting lagi, ketika diberikan saran yang berbeda, aku menolak dan mengabaikan pendapat orang lain dan secara sewenang-wenang menunjuk Zhang sebagai pemimpin berdasarkan gagasanku sendiri. Aku benar-benar bertindak liar. Selain itu, rumah Tuhan telah berulang kali menekankan bahwa pelaku kejahatan dan penipu tidak boleh dipilih sebagai pemimpin. Ketika dua saudariku mengatakan Zhang memiliki kemanusiaan yang buruk, jika benar-benar memiliki rasa takut akan Tuhan di hatiku, aku pasti bertanya kepada orang-orang yang mengenalnya, mencari tahu fakta tentang kemanusiaan Zhang, dan memastikan apakah dia adalah pelaku kejahatan atau bukan. Jika aku tetap tidak yakin setelah menyelidiki dan tidak ada orang lain yang sesuai, dan Zhang tampaknya benar-benar calon terbaik, aku bisa memakai dia sambil mengamatinya, kemudian memberhentikannya begitu mendapati dia jahat dan tidak berada di jalan yang benar. Dengan cara ini, tidak akan ada gangguan terhadap pekerjaan rumah Tuhan. Kejadiannya pasti tidak seperti yang telah kulakukan, hanya memilih seseorang, merasa puas, lalu tidak memedulikannya. Yang kuanggap benar didasarkan sepenuhnya pada ide, gagasan, dan imajinasiku sendiri. Aku telah bersikap merasa diri benar dan dengan keras kepala berpegang pada gagasanku sendiri, dan akibatnya, aku membiarkan pelaku kejahatan menjadi pemimpin selama lebih dari setahun, yang menyebabkan semua pekerjaan gereja hampir lumpuh. Pada waktu itulah akhirnya aku sadar, aku bukan hanya melakukan kesalahan kecil dalam memilih pemimpin, tetapi juga telah melakukan kejahatan, sesuatu yang sangat menentang Tuhan. Agar umat pilihan Tuhan mengikuti Tuhan, mengejar kebenaran dan diselamatkan, mereka harus memiliki pemimpin yang baik, tetapi aku sama sekali tidak memperlakukan pemilihan pemimpin sebagai masalah serius. Aku tak punya rasa takut akan Tuhan di hatiku. Aku tidak hanya gagal memilih pemimpin yang baik untuk saudara-saudariku, tetapi juga memakai pelaku kejahatan dan merugikan umat pilihan Tuhan. Aku sama sekali tidak bertanggung jawab atau memedulikan kehidupan saudara-saudariku. Dengan sikapku terhadap tugasku, bagaimana bisa aku layak menjadi pemimpin? Dalam memilih pemimpin, aku sangat gegabah, sembrono dan ceroboh, serta sangat congkak dan merasa diri benar dan ketika orang lain berusaha mengingatkanku, aku tidak memedulikan mereka. Aku mendominasi dan sewenang-wenang, dan akibatnya, pekerjaan gereja dan jalan masuk kehidupan saudara-saudariku sangat dirugikan. Tidak mungkin aku mampu menebus apa yang telah kulakukan. Aku memilih pemimpin yang jahat untuk saudara-saudariku dan melakukan begitu banyak kejahatan, tetapi ketika dua saudariku melaporkan dan menyingkapkanku, aku tidak merasa bersalah atau menyesal, tetapi malah membela diri. Aku sangat keras kepala dan hina!

Setelah itu, aku merenungkan diriku sendiri: mengapa aku begitu congkak dan mendominasi serta tidak mampu menerima nasihat atau mencari prinsip kebenaran? Watak macam apa ini? Bagaimana Tuhan memandang hal ini? Suatu hari, aku menemukan bagian firman Tuhan ini: "Ada orang-orang yang selalu merasa diri benar dan bersikeras pada cara mereka sendiri, dengan berkata, 'Aku tidak mau mendengarkan siapa pun. Kalaupun aku melakukannya, itu hanya demi penampakan luar—aku tidak akan berubah. Aku akan melakukan segala sesuatu dengan caraku; Aku merasa bahwa aku benar, bahwa aku sepenuhnya dibenarkan.' Engkau mungkin memang dibenarkan dan mungkin tidak ada kesalahan besar dalam apa yang kaulakukan; engkau mungkin tidak membuat kesalahan sedikit pun, dan engkau mungkin memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai suatu aspek teknis dari suatu masalah ketimbang orang lain, tetapi, begitu orang lain melihatmu berperilaku dan bertindak seperti itu, mereka akan berkata: 'Watak orang ini tidak baik! Ketika sesuatu terjadi pada mereka, mereka mengabaikan pendapat orang lain, entah pendapat itu benar atau salah, tidak mau menerimanya, menentang sepenuhnya. Orang semacam itu tidak menerima kebenaran.' Dan jika semua orang berkata engkau tidak menerima kebenaran, bagaimana pendapat Tuhan? Apakah Tuhan bisa melihat perilakumu ini atau tidak? Tuhan bisa melihatnya dengan sangat jelas. Tuhan tidak saja memeriksa lubuk hati manusia, tetapi juga memperhatikan segala sesuatu yang kauucapkan dan lakukan kapan pun dan di mana pun. Dan ketika Dia melihat semua ini, apa yang akan Dia katakan? Dia akan berkata, 'Engkau keras kepala. Engkau tidak mau berkompromi dalam kasus di mana engkau benar, dan engkau pun tidak mau berkompromi dan tidak mau berubah dalam kasus di mana engkau tahu betul bahwa engkau salah. Apa pun yang orang sarankan, engkau mengambil sikap pasif dan menentang. Engkau tidak mau sedikit pun menerima saran-saran orang lain. Seluruh isi hatimu dipenuhi dengan penentangan, sikap yang tertutup, dan penolakan. Engkau benar-benar sulit!' Dalam hal apa sulitnya dirimu? Yang sulit mengenai dirimu adalah bahwa perilakumu bukan sekadar cara yang salah dalam melakukan segala sesuatu atau cara berperilaku yang salah, melainkan bahwa perilakumu itu menyingkapkan sejenis watak tertentu. Watak seperti apa yang perilakumu singkapkan? Engkau membenci kebenaran dan memandang kebenaran dengan sikap bermusuhan. Begitu engkau berketetapan hati untuk memandang kebenaran dengan sikap bermusuhan, maka di mata Tuhan, engkau berada dalam masalah. Di mata orang-orang, hal terburuk yang bisa terjadi adalah, mereka mungkin berkata, 'Watak orang ini tidak baik—mereka keras kepala dan kurang ajar! Mereka sulit hidup rukun, tidak menerapkan kebenaran, dan mereka tidak mencintai kebenaran, juga tidak akan pernah menerimanya.' Hal terburuk yang bisa terjadi adalah semua orang akan memberimu penilaian seperti ini, tetapi dapatkah penilaian seperti itu menentukan nasibmu? Orang tidak bisa menentukan nasibmu dengan memberimu penilaian, tetapi ada sesuatu yang tidak boleh kaulupakan, yaitu, Tuhan memeriksa hati manusia, dan pada saat yang sama, Dia juga memperhatikan segala sesuatu yang manusia lakukan dan ucapkan. Jika Tuhan telah mendefinisikan dirimu seperti ini dan berkata bahwa engkau memandang kebenaran dengan sikap bermusuhan, dan bukan hanya berkata bahwa engkau memiliki watak yang rusak dan sedikit tidak taat—akankah ini menjadi masalah besar atau kecil? (Ini akan menjadi masalah besar.) Dalam hal ini, engkau kelak akan menghadapi masalah. Masalah ini tidak berkaitan dengan bagaimana orang memandangmu atau bagaimana mereka menilaimu, tetapi berkaitan dengan bagaimana Tuhan memandang watak rusakmu yang memandang kebenaran dengan sikap bermusuhan. Kalau begitu, bagaimanakah Tuhan akan memandangmu? Akankah Dia berkata, 'Mereka memandang kebenaran dengan sikap bermusuhan; mereka tidak mencintai kebenaran'? Apakah seperti itu cara Tuhan memandangmu? Berasal dari manakah kebenaran? Merepresentasikan siapakah kebenaran? (Kebenaran merepresentasikan Tuhan.) Kalau begitu, engkau harus menyelidiki hal ini. Jika seseorang memandang kebenaran dengan sikap bermusuhan, bagaimana pandangan Tuhan terhadap dirinya? (Bahwa dia adalah musuh Tuhan.) Bukankah ini akan menjadi masalah yang serius? Seseorang yang memandang kebenaran dengan sikap bermusuhan akan memandang Tuhan dengan sikap bermusuhan di dalam hatinya. Mengapa Kukatakan bahwa dia memandang Tuhan dengan sikap bermusuhan? Apakah orang ini mengutuk Tuhan? Apakah dia memberontak terhadap Tuhan di hadapan-Nya? Apakah dia mengatakan sesuatu di belakang-Nya? Tidak. Beberapa di antaramu mungkin berkata, 'Ketika seseorang menyingkapkan watak seperti ini, apakah itu berarti dia memandang Tuhan dengan sikap bermusuhan? Bukankah ini terlalu membesar-besarkan masalah?' Ini memang memandang Tuhan dengan sikap bermusuhan, dan keadaan seperti itu menimbulkan konsekuensi yang mengerikan. Artinya, jika seseorang memiliki watak seperti ini, dia mampu menyingkapkan watak semacam ini kapan pun dan di mana pun, dan jika dia terus hidup menurut watak tersebut, apakah dia akan menentang Tuhan atau tidak? Ketika mereka menghadapi masalah yang melibatkan kebenaran, melibatkan pilihan yang mereka buat, jika mereka tak mampu menerima kebenaran melainkan terus hidup menurut watak rusak mereka, mereka secara alami akan menentang Tuhan dan mengkhianati-Nya. Itu karena watak rusak seperti ini tidak lain adalah watak yang memandang Tuhan dan kebenaran dengan sikap bermusuhan" ("Mereka yang Tidak Dapat Selalu Hidup Di hadapan Tuhan Adalah Orang yang Tidak Percaya" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan menunjukkan esensi dan inti masalahnya, dan menyerang balik gagasanku, terutama bagian firman Tuhan ini: "Perilakumu bukan sekadar cara yang salah dalam melakukan segala sesuatu atau cara berperilaku yang salah, melainkan bahwa perilakumu itu menyingkapkan sejenis watak tertentu. Watak seperti apa yang perilakumu singkapkan? Engkau membenci kebenaran dan memandang kebenaran dengan sikap bermusuhan." Bagian ini menghunjam hatiku, dan benar-benar memukulku dengan keras. Aku tak menyangka bahwa di mata Tuhan, watak congkak yang kusingkapkan adalah membenci dan menolak kebenaran. Inilah watak pelaku kejahatan dan antikristus. Jika aku didefinisikan Tuhan sebagai orang yang membenci kebenaran, berarti ini pasti membuatku menjadi Iblis si setan, dan tidak dapat diselamatkan. Pada waktu itu, akhirnya aku mulai merasa takut. Meskipun aku tahu aku memiliki watak congkak dan merasa diri benar, tidak mau menerima nasihat orang lain, dan karena itu banyak melakukan pelanggaran, tetapi aku hampir tak menyadarinya. Terkadang, aku bahkan berpikir kecongkakan adalah natur normal manusia yang rusak dan tidak mudah diubah, jadi aku memaklumi diriku sendiri dan tidak memperlakukannya sebagai masalah serius yang harus kuselesaikan. Karena hal ini, dalam tugasku aku sering menyingkapkan watak congkakku, tetapi tidak merenungkannya. Aku hanya merasa menyesal dan sedih ketika dipangkas dan ditangani, dan masih sering tanpa sadar kembali menyingkapkannya setelah itu. Mereka yang mengenalku menilaiku sebagai orang yang congkak dan merasa diri benar, dan dalam pekerjaan yang pemimpinku berikan, dia sering mengingatkan dan berpesan kepadaku agar tidak bersikap congkak dan merasa diri benar serta mendengarkan pendapat orang lain. Dia takut kecongkakanku akan merugikan pekerjaan rumah Tuhan. Melalui apa yang disingkapkan firman Tuhan, akhirnya aku sadar bahwa aku congkak dan menolak kebenaran, dan betapapun benar atau bermanfaatnya nasihat orang lain terhadap pekerjaan rumah Tuhan, aku dengan keras kepala berpegang teguh pada gagasanku sendiri, dan jika ada yang mempersekutukan prinsip kebenaran atau menyarankan hal-hal yang bertentangan dengan gagasanku, aku membenci dan menentang mereka. Aku membenci dan tidak mau menoleransi siapa pun yang menyingkapkanku. Ini memperlihatkan bahwa aku memiliki watak antikristus yang membenci kebenaran. Aku teringat bagaimana kedua saudariku memperingatkanku tentang orang yang kupilih karena takut aku akan membiarkan pelaku kejahatan merugikan gereja, tetapi aku sama sekali tidak mendengarkan saran mereka dan dengan keras kepala berpegang pada pandanganku sendiri. Kini kedua saudari itu tidak lagi merasa dikekang oleh kedudukanku, mereka menulis surat laporan untuk menyingkapkan masalahku, dan melakukannya untuk melindungi pekerjaan gereja, tetapi itu juga menjadi peringatan bagiku. Namun, aku tidak merenungkan atau berusaha mengenal diriku sendiri, dan dalam hati, aku membenci dan mengucilkan mereka, dan bahkan mengkritik dan mengutuk mereka karena menunjukkan kesalahanku. Sikapku tak lain adalah kebencian terhadap kebenaran. Kemudian, aku membaca bagian lain firman Tuhan: "Menurutmu, orang macam apa yang sangat membenci kebenaran? Apakah mereka adalah orang-orang yang menentang dan menolak Tuhan? Mereka mungkin tidak secara terang-terangan menentang Tuhan, tetapi natur dan esensi mereka adalah untuk menolak dan menentang Tuhan, yang sama saja dengan berkata kepada Tuhan secara terang-terangan, 'Aku tidak suka mendengar apa yang Engkau katakan, aku tidak menerimanya, dan karena aku tidak menerima bahwa perkataan-Mu adalah kebenaran, maka aku tidak percaya kepada Tuhan. Aku percaya kepada siapa pun yang menguntungkan dan bermanfaat bagiku.' Apakah ini sikap orang tidak percaya? (Ya.) Jika inilah sikapmu terhadap kebenaran, bukankah ini berarti engkau sedang memusuhi Tuhan secara terang-terangan? Dan jika engkau memusuhi Tuhan secara terang-terangan, akankah Tuhan menyelamatkanmu? (Tidak.) Inilah alasan Tuhan murka terhadap semua orang yang menolak dan menentang Tuhan. Esensi dari orang semacam ini, yang membenci kebenaran, adalah esensi yang memusuhi Tuhan. Tuhan tidak memperlakukan orang yang memiliki esensi seperti itu sebagai manusia. Sebagai apa Dia memperlakukan mereka? Sebagai musuh dan setan-setan. Dia tidak akan pernah menyelamatkan mereka; pada akhirnya, mereka akan jatuh ke dalam bencana dan dimusnahkan" ("Memahami Kebenaran adalah Sangat Penting untuk Memenuhi Tugas Seseorang dengan Benar" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Tuhan berkata sikap kita terhadap kebenaran adalah sikap kita terhadap-Nya, jadi dengan membenci kebenaran, aku menunjukkan kebencian dan permusuhan terhadap Tuhan. Orang yang membenci kebenaran adalah pelaku kejahatan, setan dan Iblis, perwakilan setan yang sejati. Jika nasihat saudariku berasal dari Roh Kudus, sesuai dengan kebenaran, dan bermanfaat bagi pekerjaan rumah Tuhan, tetapi aku congkak, menolaknya atau tidak mencari kebenaran, itu berarti aku menentang pencerahan Roh Kudus, dan secara langsung menentang Tuhan dan menyinggung watak-Nya. Setelah memahami hal ini, aku menjadi makin takut, karena aku tahu masalahku serius. Masalahnya tidak sesederhana menjadi congkak dan tidak menerima nasihat orang lain seperti yang kupikirkan. Ini melibatkan sikapku terhadap pekerjaan Roh Kudus dan terhadap Tuhan, serta sikapku yang menentang Tuhan.

Kemudian, pemimpinku juga menganalisis diriku berkaitan dengan hal ini, dan berkata, "Ketika kau memilih pelaku kejahatan itu, orang lain mengingatkanmu bahwa orang ini memiliki masalah serius, tetapi kau tidak mendengarkan, dan hanya memercayai pandanganmu sendiri. Jika pandanganmu memiliki dasar firman Tuhan, maka kau boleh memercayai dirimu sendiri. Namun jika tidak, jika itu adalah gagasan absurdmu sendiri, maka kepercayaanmu pada dirimu sendiri adalah masalah dengan kemanusiaanmu. Kau tidak bertindak sesuai prinsip, kau tidak memiliki kemanusiaan yang lurus. Kau sedang bersikap tidak rasional dan tidak bernalar." Setelah mendengar analisis pemimpinku, itu benar-benar menghunjam hatiku. Aku sadar bahwa aku tak hanya memiliki watak congkak, tetapi juga memiliki masalah dengan kemanusiaanku, dan tidak memperlakukan orang dengan adil. Setelah memilih seseorang dan berencana untuk memakainya, aku tidak menerima kritik orang lain tentang orang itu. Orang-orang yang memberi saran adalah mereka yang kupandang rendah dan yang telah diberhentikan, jadi aku mencemooh nasihat mereka dan tidak mengindahkannya. Kupikir mereka yang telah diberhentikan karena tidak melakukan tugasnya dengan baik tidak mampu memberikan nasihat yang baik. Dalam hatiku, aku telah sepenuhnya menolak kedua saudari itu. Aku bertingkah seperti orang congkak. Aku memperlakukan dan memilih orang berdasarkan emosi dan gagasanku sendiri. Aku tak mampu memperlakukan orang dengan adil sesuai prinsip kebenaran. Itu memperlihatkan bahwa kemanusiaan, karakter, dan watakku semuanya memiliki masalah. Jika terus sebagai pemimpin, aku akan menjadi pemimpin palsu atau antikristus, dan akibatnya umat pilihan Tuhan pasti dirugikan. Makin merenung, makin serius kurasakan masalahku. Karena kecongkakanku, aku tidak mendengarkan nasihat saudara-saudariku tentang pekerjaan gereja dan masalah-masalah besar, yang menyebabkan begitu banyak kerugian terhadap pekerjaan rumah Tuhan. Selama kepercayaanku aku percaya kepada Tuhan, ini adalah noda dan perbuatan jahat. Aku merasa sangat sedih dan bersalah.

Aku mulai bertanya-tanya mengapa aku selalu begitu congkak. Mengapa tanpa sadar aku selalu melakukan kejahatan dan menentang Tuhan? Apa sumber penyebabnya? Firman Tuhan memberiku jawabannya: "Jika, di dalam hatimu, engkau benar-benar memahami kebenaran, engkau akan tahu bagaimana menerapkan kebenaran dan menaati Tuhan, dan secara alami engkau akan mampu memulai jalan mengejar kebenaran. Jika jalan yang kautempuh adalah jalan yang benar dan sesuai dengan kehendak Tuhan, maka pekerjaan Roh Kudus tidak akan meninggalkanmu—dan dengan demikian akan semakin kecil kemungkinan engkau mengkhianati Tuhan. Tanpa kebenaran, akan mudah bagimu untuk melakukan kejahatan, dan engkau akan melakukannya meskipun engkau sendiri tidak mau. Misalnya, jika engkau memiliki watak yang congkak dan sombong, maka diberitahu untuk tidak menentang Tuhan tidak ada bedanya, engkau tidak mampu menahan diri, itu berada di luar kendalimu. Engkau tidak akan melakukannya dengan sengaja; engkau akan melakukannya di bawah dominasi naturmu yang congkak dan sombong. Kecongkakan dan kesombonganmu akan membuatmu memandang rendah Tuhan dan menganggap-Nya tak berarti; itu akan mengakibatkanmu meninggikan diri sendiri, membuatmu selalu menonjolkan diri; itu akan membuatmu memandang rendah orang lain dan hanya memikirkan dirimu sendiri; itu akan membuatmu menganggap dirimu lebih hebat daripada orang lain dan Tuhan, dan akhirnya menyebabkanmu mengambil posisi Tuhan dan menuntut agar orang tunduk kepadamu, memuja pemikiran, ide, dan gagasanmu sebagai kebenaran. Lihatlah betapa banyak kejahatan yang dilakukan manusia di bawah dominasi natur mereka yang congkak dan sombong!" ("Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Benar. Aku sangat congkak dan sangat tak bernalar. Aku selalu sangat percaya diri, seolah-olah pandangan dan pendapatku adalah kebenaran, dan tidak mengizinkan orang lain untuk mempertanyakanku, apalagi memberikan saran yang berbeda. Misalnya, dalam hal memilih pemimpin, rumah Tuhan dengan jelas menetapkan bahwa orang jahat dan penipu tidak boleh dipilih sebagai pemimpin. Ini dilarang, dan masalah yang sangat serius. Ketika kedua saudariku mengingatkanku tentang kemanusiaan Zhang yang buruk, aku hanya bertanya kepada beberapa orang untuk menyelidikinya, dan karena asumsi subjektifku, aku secara membabi buta menolak saran mereka. Aku tidak mencari mereka yang memahami kebenaran, juga tidak memahami perbedaan antara orang yang memiliki kemanusiaan yang buruk atau yang memiliki esensi pelaku kejahatan, atau berusaha mencari tahu alasan spesifik Zhang tidak bisa bekerja sama dengan orang lain, apakah itu adalah masalah watak atau kemanusiaan yang kejam. Jika itu hanyalah masalah watak yang rusak dan dia bisa menerima kebenaran, maka dia bisa berubah dan tidak boleh didefinisikan sebagai orang jahat. Jika dia adalah orang yang kejam dan membenci kebenaran, dia adalah pelaku kejahatan. Bagaimanapun dia ditangani untuk hal-hal jahat yang dia lakukan, dia pasti tidak menerimanya, dan pasti juga tidak pernah sungguh-sungguh bertobat. Seandainya aku mencari kebenaran pada waktu itu, dan mengevaluasi perilaku khas Zhang menurut esensi pelaku kejahatan, aku pasti mampu mengenali dia, pasti tidak bersikeras memakai dia, dan tidak menyebabkan kerugian besar terhadap pekerjaan gereja. Akibat yang ditimbulkan sepenuhnya karena aku terlalu congkak dan tidak mencari prinsip kebenaran. Seandainya aku punya rasa takut akan Tuhan sedikit saja dan ketaatan kepada Tuhan, aku pasti tidak melakukan kesalahan besar atau melakukan kejahatan seperti itu. Saudara-saudariku tidak perlu menderita atau melihat hidup mereka dirugikan, dan aku pasti tidak melakukan pelanggaran yang tidak dapat diperbaiki seperti itu. Aku merasa bahwa aku terlalu kaku dan keras kepala. Dari hatiku, aku membenci dan mengutuk diriku sendiri. Aku berdoa kepada Tuhan untuk mengatakan bahwa aku benar-benar mau bertobat.

Kemudian, aku membaca bagian lain firman Tuhan dan menemukan jalan penerapan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Bagaimana seharusnya engkau merenungkan dirimu sendiri, dan berusaha mengenal dirimu sendiri, ketika engkau telah melakukan sesuatu yang melanggar prinsip kebenaran dan yang tidak menyenangkan Tuhan? Ketika engkau hendak melakukan hal tersebut, apakah engkau berdoa kepada-Nya? Pernahkah engkau merenungkan, 'Bagaimana Tuhan akan memandang hal ini jika hal ini dibawa ke hadapan-Nya? Akankah Dia senang atau kesal saat mengetahui tentang hal ini? Akankah Dia membencinya?' Engkau tidak mencari tahu tentang ini, bukan? Bahkan saat orang lain mengingatkanmu, engkau masih berpikir bahwa hal tersebut bukanlah masalah besar dan tidak bertentangan dengan prinsip apa pun dan bukan merupakan suatu dosa. Akibatnya, engkau menyinggung watak Tuhan dan memancing kemarahan Tuhan yang besar, bahkan sampai ke titik Dia membencimu. Jika engkau telah mencari tahu dan memeriksa, serta melihat hal tersebut dengan jelas sebelum bertindak, bukankah engkau akan dapat menanganinya dengan baik? Meskipun ada kalanya ketika keadaan orang tidak baik, atau negatif, jika mereka sungguh-sungguh membawa semua yang sedang berencana mereka lakukan ke hadapan Tuhan dalam doa, dan kemudian mencari kebenaran berdasarkan firman Tuhan, mereka tidak akan melakukan kesalahan besar apa pun. Ketika menerapkan kebenaran, sulit bagi orang untuk menghindarkan dirinya dari melakukan kesalahan, tetapi jika engkau tahu bagaimana melakukan segala sesuatu sesuai dengan kebenaran saat melakukannya, tetapi engkau tidak melakukannya sesuai dengan kebenaran, maka masalahnya adalah engkau tidak mencintai kebenaran. Watak dari orang yang tidak mencintai kebenaran tidak akan berubah. Jika engkau tidak dapat memahami kehendak Tuhan dengan akurat, dan tidak tahu bagaimana menerapkannya, engkau harus bersekutu dengan orang lain dan mencari kebenaran. Dan jika orang lain juga sedang bergumul, engkau harus berdoa bersama dan mencari dari Tuhan, menantikan waktu Tuhan, menunggu Dia membuka jalan keluar. Engkau mungkin menemukan solusi yang memberimu jalan keluar yang baik, dan solusi ini mungkin lahir dari pencerahan Roh Kudus. Jika akhirnya engkau mendapati bahwa di dalam menjalankan solusi tersebut engkau telah melakukan sedikit kesalahan, engkau harus segera memperbaikinya, maka Tuhan tidak akan memperhitungkan kesalahan ini sebagai dosa. Karena engkau memiliki niat yang benar saat menerapkan hal tersebut, dan engkau menerapkannya sesuai dengan kebenaran dan engkau sekadar tidak mengetahui prinsip-prinsipnya dengan jelas, dan tindakanmu mengakibatkan beberapa kesalahan, maka ini adalah keadaan yang meringankan. Namun, sekarang ini banyak orang sekadar mengandalkan kedua tangan mereka untuk bekerja dan mengandalkan pikiran mereka sendiri dalam melakukan ini dan itu, dan mereka jarang mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan ini: apakah menerapkan dengan cara ini sesuai dengan kehendak Tuhan? Akankah Tuhan senang jika aku melakukannya dengan cara ini? Akankah Tuhan memercayaiku jika aku melakukannya dengan cara ini? Apakah aku menerapkan kebenaran jika aku melakukannya dengan cara ini? Jika Tuhan mendengar hal ini, akankah Dia dapat berkata, 'Engkau telah melakukan hal ini dengan benar dan tepat. Teruskanlah'? Mampukah engkau memeriksa dengan cermat segala sesuatu yang kaulakukan? Apakah engkau cenderung menggunakan firman Tuhan dan tuntutan Tuhan sebagai dasar untuk merenungkan segala sesuatu yang kaulakukan, untuk merenungkan apakah bertindak demikian diperkenan oleh Tuhan ataukah dibenci oleh Tuhan, dan apa yang akan umat pilihan Tuhan pikirkan jika engkau melakukan hal ini, bagaimana mereka akan mengevaluasinya? Engkau harus terus berusaha mencari tahu tentang hal ini. Jika engkau tahu betul bahwa hal ini melibatkan motifmu sendiri, maka engkau harus merenungkan apa tujuanmu melakukannya, apa yang akan menjadi akibatnya, apakah itu untuk memuaskan dirimu sendiri ataukah memuaskan Tuhan, apakah melakukan hal ini bermanfaat bagimu ataukah bagi umat pilihan Tuhan. ... Ketika engkau menghabiskan lebih banyak waktu untuk merenungkan hal-hal semacam itu, tanyakanlah pada dirimu sendiri pertanyaan-pertanyaan ini, dan lakukanlah pencarian, maka kesalahanmu akan menjadi semakin kecil. Melakukan segala sesuatu dengan sikap seperti ini akan membuktikan bahwa engkau adalah orang yang dengan tulus mencari kebenaran dan bahwa engkau adalah orang yang menghormati Tuhan, karena engkau melakukan segala sesuatu sesuai dengan arahan yang Tuhan tuntut, dan sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran" ("Mencari Kehendak Tuhan adalah Agar Engkau Mampu Menerapkan Kebenaran" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan memberiku prinsip penerapan: kelak, apa pun yang kulakukan, aku harus memiliki hati yang takut akan Tuhan, dan mencari kebenaran dan prinsip yang digunakan untuk melakukan segala sesuatu. Terutama dalam hal-hal yang menyangkut pekerjaan dan kepentingan rumah Tuhan, aku tak boleh bertindak membabi buta berdasarkan gagasanku sendiri. Jika tidak, begitu aku benar-benar merugikan rumah Tuhan atau mengganggu pekerjaannya, berarti aku telah melakukan kejahatan dan berdosa terhadap Tuhan. Selain itu, aku tidak boleh memutuskan sendiri bagaimana melaksanakan tugasku, juga tidak boleh melakukan segala sesuatu dengan caraku sendiri dan mendominasi. Aku harus mendiskusikan segala sesuatu dengan rekan sekerjaku, lebih banyak mencari dengan saudara-saudari yang memahami kebenaran, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari pendapatku sendiri. Entah seseorang memiliki status, karunia atau bakat khusus, aku harus dengan rendah hati mendengarkan. Dalam hal-hal yang tidak kupahami, aku harus segera mencari bersama pemimpinku, memahami prinsip-prinsip yang berkaitan, dan belajar bertindak sesuai dengan kebenaran dan tanpa menyinggung Tuhan sebelum mengambil tindakan. Inilah cara mengatasi masalah kecongkakanku dan melindungi diriku agar tidak melakukan kejahatan dan menyinggung watak Tuhan. Lebih penting lagi, aku harus belajar menyangkali diriku sendiri. Makin aku menganggap sesuatu itu benar, makin aku harus mencari apakah itu sesuai prinsip kebenaran atau tidak. Dahulu, aku tidak mengenal diriku sendiri, aku tidak memiliki kesadaran diri dan terlalu yakin pada diriku sendiri. Hanya setelah pelajaran yang menyakitkan ini barulah aku memahami bahwa ketika aku yakin pada diriku sendiri, ketika aku merasa tidak mungkin salah, dan bahkan ketika memiliki dasar yang kuat untuk merasa bahwa aku benar, fakta menunjukkan bahwa aku bukan saja salah, tetapi juga sangat tidak masuk akal, dan sangat keliru, dan akibatnya sangat fatal. Dahulu, aku melakukan begitu banyak pelanggaran karena kecongkakanku. Pada waktu itu, aku benar-benar merasa diriku benar, dan terkadang bahkan menggunakan firman Tuhan sebagai dasar, tetapi kemudian, fakta menyingkapkan bahwa aku salah, karena aku tidak memahami firman Tuhan atau prinsip-prinsipnya, dan menggunakan firman Tuhan tanpa pandang bulu. Setelah menyadari hal ini, aku mengakui dari hati bahwa aku tidak memiliki kenyataan kebenaran, tidak mampu melihat orang atau hal-hal dengan jelas, dan beberapa pandanganku absurd dan konyol. Selain itu, kualitasku rendah, dan tidak mempertimbangkan segala sesuatunya atau memahami kebenaran. Aku hanya tahu beberapa doktrin dan mengikuti beberapa aturan. Pada waktu itu, aku tunduk sepenuhnya. Aku merasa sama sekali tidak berharga, miskin dan menyedihkan, dan tidak mau lagi memaksakan pandanganku sendiri.

Kemudian, ketika orang lain memberikan saran yang berbeda dariku, setiap kali aku ingin bersikeras dengan caraku, aku mengingat kembali pelajaran yang menyakitkan ini. Aku teringat betapa banyaknya pandangan yang kuyakini benar ternyata salah menurut setiap ukuran kebenaran, dan dikutuk oleh Tuhan. Aku tidak lagi berani memaksakan pandanganku sendiri, jadi aku mencari pandangan dan saran orang lain. Terkadang, ketika mendiskusikan sesuatu, tanpa sadar aku ingin menolak pandangan orang lain, tetapi ketika sadar melakukan hal ini, aku segera menanyakan pendapat mayoritas orang, karena aku takut tidak mengikuti saran yang benar, sehingga merugikan pekerjaan rumah Tuhan. Dalam hal-hal di mana kupikir aku telah melakukan hal yang benar, aku tidak berani memutuskan sendiri lagi, dan aku secara sadar dapat meminta saran dari rekan sekerjaku dalam hal ini atau mencari bersama pemimpin dan rekan sekerjaku. Melakukan ini membuatku merasa lebih tenang, dan juga terhindar dari merugikan pekerjaan rumah Tuhan karena bertindak sewenang-wenang. Meski terkadang aku masih memperlihatkan watak yang congkak, kurasa aku sudah agak lebih baik.

Tanpa penghakiman dan penyingkapan firman Tuhan, apa yang saudara-saudariku laporkan dan singkapkan, atau berulang kali disingkapkan dan ditangani oleh Tuhan, aku pasti tidak mengenal diriku sendiri, apalagi mau menyangkali diriku sendiri. Saat ini, sedikit perubahan yang telah kucapai, fakta bahwa aku memiliki sedikit kemanusiaan dan nalar, adalah murni hasil pekerjaan Tuhan! Ini juga merupakan dampak yang dicapai oleh penghakiman firman Tuhan. Aku bersyukur kepada Tuhan dari lubuk hatiku karena telah menyelamatkanku.

Selanjutnya: Kerugian Akibat Iri Hati

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait