Kurangnya Pengetahuan Bukanlah Alasan

10 September 2024

Oleh Saudari Danyi, Swedia

Pada bulan Mei 2021, aku dipilih untuk melayani sebagai pemimpin gereja dan terutama bertanggung jawab atas pekerjaan produksi video kami. Aku sedikit khawatir dalam melaksanakan tugas ini dan berpikir dalam hati, "Aku pernah mengerjakan beberapa produksi video di masa lalu, tetapi keterampilanku di bidang ini masih kurang. Akankah aku benar-benar mampu mengawasi pekerjaan ini dengan baik? Jika kinerjaku buruk dan aku digantikan, apa yang akan dipikirkan oleh saudara-saudariku tentangku? Selain itu, semua orang yang kuawasi memiliki pengetahuan teknis yang lebih banyak dariku. Jika aku tidak mengenali masalah dalam tugas-tugas mereka dan tidak dapat memberikan saran yang penting, mereka pasti akan berpikir bahwa aku adalah amatir yang tidak bisa menjadi pengawas yang efektif dan tidak layak menjadi seorang pemimpin." Memikirkan hal ini membuatku sedikit cemas, tetapi aku tahu bahwa aku harus terlebih dahulu menerima tugas baru ini dan tunduk pada pengaturan gereja.

Agar terbiasa dengan pekerjaan itu sesegera mungkin, aku akan mengikuti diskusi apa pun yang dilakukan oleh saudara-saudariku tentang pekerjaan ini. Pada awalnya, aku akan mendengarkan dengan tekun, tetapi perlahan-lahan aku mulai menyadari bahwa aku tidak memahami banyak keterampilan profesional yang digunakan dan aku tidak mendapatkan kesempatan untuk berbicara. Aku khawatir jika saudara-saudari bertanya tentang sudut pandangku dan aku tidak memberikan saran yang penting, mereka mungkin berpikir bahwa aku melebih-lebihkan kemampuanku sendiri dan tidak memenuhi syarat untuk memeriksa pekerjaan mereka ketika aku sendiri tidak memahaminya sama sekali. Akankah mereka meremehkanku? Untuk menjaga citraku sebagai seorang pemimpin, selain berbagi pemahamanku tentang firman Tuhan, aku tidak akan mengatakan apa pun selama pembahasan dan peninjauan pekerjaan kami pada acara pertemuan. Aku tidak ingin berpartisipasi atau menyimak baik-baik diskusi mengenai sisi profesional produksi video. Aku berhenti memikul beban sekecil apa pun dan selalu berpikir, "Lagi pula, aku tidak memahami sisi teknis dari berbagai hal, jadi aku hanya akan menyelesaikan masalah apa pun yang mereka hadapi dengan jalan masuk kehidupan. Mengenai masalah teknis, aku hanya akan membiarkan mereka mengandalkan Tuhan dan berdoa kepada-Nya serta berdiskusi di antara mereka sendiri." Aku ingat suatu ketika, seorang saudari mengirimkan video yang sedang dia kerjakan ke kelompok untuk meminta saran. Pada saat itu, kupikir karena aku tidak memahami sisi teknis produksi, aku tidak akan mampu menemukan masalah apa pun dalam video tersebut, dan, terlebih lagi, aku akan benar-benar kehilangan muka jika aku mengatakan sesuatu yang salah di depan semua orang, jadi aku tidak berencana menyarankan apa pun dan tidak menonton videonya dengan teliti. Belakangan, seorang pemimpin kelompok menemukan masalah dalam video saudari itu dan bertanya kepadaku apakah aku menyadarinya. Aku bisa merasakan wajahku memerah karena aku tidak menonton video tersebut dengan saksama. Agar tidak ketahuan, aku menunggu sampai akhir setiap diskusi untuk memberikan garis besar dan merangkum apa yang telah dikatakan semua orang atau hanya menimpali dengan komentar singkat dan asal-asalan seperti, "Aku kurang lebih setuju dengan semua yang telah dikatakan, tidak ada lagi yang perlu kutambahkan." Aku hampir tidak mengatakan apa pun sepanjang pertemuan dan aku merasa sangat malu dan menderita. Aku bahkan merasa tidak perlu berada di sana. Setelah itu, aku mulai makin menghindari aspek teknis dari pekerjaan ini dan jarang memeriksa pekerjaan pemimpin kelompok. Selama pertemuan, aku hanya akan memahami keadaan batin orang-orang saat itu, mengamati apakah mereka memikul beban dalam tugas mereka atau hanya bersikap asal-asalan. Mengenai masalah dan kesulitan yang berkaitan dengan produksi video mereka, aku tidak mau repot-repot menjelaskan secara rinci kepada mereka, karena kupikir pemimpin kelompok dapat menanganinya dan lebih baik aku membiarkan orang-orang yang memiliki keterampilan teknis yang sesuai menyelesaikan masalah tersebut. Dengan demikian, aku juga tidak akan terlihat tidak berguna jika aku tidak mampu menyelesaikan masalah mereka. Untuk memberikan kesan bahwa aku masih bisa melaksanakan beberapa pekerjaan yang nyata, setiap kali aku melihat atau mendengar bahwa seseorang berada dalam keadaan yang buruk atau telah menjadi negatif, aku akan segera mencari firman Tuhan untuk kupersekutukan dengan mereka sebagai dukungan. Namun, begitu mereka menyampaikan kesulitan yang mereka hadapi dalam pekerjaan mereka, aku hanya akan menanggapinya dengan sikap asal-asalan, "Ketika kita memperbaiki keadaan kita dan mengandalkan Tuhan, Tuhan akan memimpin kita untuk menyelesaikan masalah-masalah ini." Setiap kali aku mengatakan hal ini, keadaan mereka akan membaik untuk sementara waktu, tetapi segera setelah mereka menghadapi masalah lain dalam tugas mereka dan masalah mereka itu tetap tidak terselesaikan, mereka kembali menjadi negatif. Karena aku telah gagal menyelesaikan masalah yang nyata dan tidak memeriksa serta mengawasi pekerjaan itu, timbul banyak masalah dalam pekerjaan produksi video, saudara-saudari tidak terlihat mengalami peningkatan dalam keterampilan teknis mereka, mereka tidak memiliki pemahaman tentang prinsip-prinsip yang relevan dalam tugas tersebut, dan akan membuat kesalahan yang sama berulang kali. Akibatnya, kualitas pekerjaan menurun. Meskipun pemimpin atasku telah menunjukkan masalah ini kepadaku dan mencoba membantuku, aku tidak memiliki pengenalan yang nyata akan diriku sendiri. Tidak lama setelah itu, aku digantikan karena telah gagal melaksanakan pekerjaan yang nyata dalam tugasku.

Aku merasa sangat buruk setelah tiba-tiba diganti dan aku terus bertanya-tanya, "Mengapa akhirnya aku menjadi pemimpin palsu yang tidak melaksanakan pekerjaan yang nyata, padahal aku cukup sibuk dalam melaksanakan tugasku setiap hari? Sebenarnya apa penyebab kegagalanku?" Selama waktu itu, aku membaca cukup banyak kebenaran tentang mengenali pemimpin-pemimpin palsu, dan melihat bahwa hampir semua perilaku para pemimpin palsu yang telah gagal melaksanakan pekerjaan nyata yang ditelaah Tuhan adalah hal-hal yang telah kulakukan sendiri. Rasanya seolah-olah Tuhan sedang menyingkapkanku secara langsung. Hal ini khususnya benar pada bagian berikut ini: "Salah satu ciri pemimpin palsu adalah ketidakmampuan mereka untuk menjelaskan atau mengklarifikasi secara menyeluruh masalah apa pun yang berkaitan dengan prinsip-prinsip kebenaran. Jika seseorang mencari dari pemimpin palsu, mereka hanya dapat memberi tahu orang itu beberapa kata-kata dan doktrin kosong. Ketika dihadapkan pada masalah yang memerlukan penyelesaian, mereka sering kali merespons dengan pernyataan seperti, 'Kalian semua ahli dalam melaksanakan tugas ini. Jika kalian memiliki masalah, kau harus menyelesaikannya sendiri. Jangan tanyakan aku; aku bukan ahlinya, dan aku tidak mengerti. Tanganilah sendiri.' ... Pemimpin palsu sering kali menggunakan alasan dan dalih seperti, 'Aku tidak mengerti, aku tidak pernah mempelajarinya, aku bukan ahlinya' untuk mengelabui orang dan menghindari pertanyaan. Mereka mungkin kelihatannya rendah hati; tetapi, hal ini menyingkapkan masalah serius dengan pemimpin palsu. Mereka tidak memahami sedikit pun masalah yang melibatkan pengetahuan profesional dalam tugas-tugas tertentu, mereka merasa tidak berdaya dan tampak sangat canggung dan malu. Jadi, apa yang mereka lakukan? Mereka hanya dapat mengumpulkan beberapa bagian dari firman Tuhan untuk dipersekutukan dengan semua orang selama pertemuan, membahas beberapa doktrin untuk menasihati orang. Para pemimpin dengan sedikit kebaikan mungkin menunjukkan kepedulian kepada orang-orang dan bertanya kepada mereka dari waktu ke waktu, 'Apakah kau menghadapi kesulitan dalam hidupmu akhir-akhir ini? Apakah kau punya cukup pakaian untuk dipakai? Apakah ada di antaramu yang berperilaku buruk?' Jika semua orang berkata bahwa mereka tidak memiliki masalah-masalah tersebut, mereka menjawab, 'Kalau begitu tidak ada masalah. Lanjutkan pekerjaan kalian; aku ada urusan lain yang harus kukerjakan,' dan buru-buru pergi, takut seseorang akan mengajukan pertanyaan dan meminta mereka untuk menjawabnya, sehingga menempatkan mereka dalam situasi yang memalukan. Seperti inilah cara kerja pemimpin palsu, mereka tidak mampu menyelesaikan masalah nyata apa pun. Bagaimana mungkin mereka melaksanakan pekerjaan gereja secara efektif? Akibatnya, penumpukan masalah yang tidak terselesaikan pada akhirnya menghambat pekerjaan gereja. Inilah ciri dan perwujudan yang menonjol dari cara kerja para pemimpin palsu" (Firman, Vol. 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (2)"). "Tentu saja, menjadi seorang pemimpin bukan berarti mereka harus memahami setiap jenis profesi, tetapi mereka harus dengan jelas mempersekutukan prinsip-prinsip kebenaran yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah, terlepas dari profesi apa pun yang berkaitan dengan masalah tersebut. Asalkan orang-orang memahami prinsip-prinsip kebenaran, masalah dapat diselesaikan dengan baik. Para pemimpin palsu berkata, 'Aku orang awam dalam hal ini; aku tidak memahami profesi ini' sebagai alasan untuk menghindari mempersekutukan prinsip-prinsip kebenaran untuk menyelesaikan masalah. Ini berarti tidak melakukan pekerjaan nyata. Jika para pemimpin palsu secara konsisten menggunakan, 'Aku orang awam dalam hal ini; aku tidak memahami profesi ini' sebagai alasan untuk menghindari penyelesaian masalah, maka mereka tidak sesuai untuk pekerjaan kepemimpinan ini. Hal terbaik yang harus mereka lakukan adalah mengundurkan diri dan membiarkan orang lain menggantikan posisi mereka. Namun, apakah para pemimpin palsu memiliki nalar seperti ini? Apakah mereka mampu mengundurkan diri? Mereka tidak akan mampu melakukannya. Mereka bahkan berpikir, 'Mengapa mereka berkata aku tidak melakukan pekerjaan apa pun? Aku mengadakan pertemuan setiap hari, dan aku sangat sibuk sehingga aku bahkan tidak bisa makan tepat waktu, dan aku kurang tidur. Siapa bilang masalah tidak sedang diselesaikan? Aku mengadakan pertemuan dan bersekutu dengan mereka, dan aku menemukan bagian firman Tuhan untuk mereka.' ... Engkau dapat melihat bahwa para pemimpin palsu tidak mampu melakukan pekerjaan nyata, tetapi mereka tetap memberikan banyak alasan. Benar-benar tidak tahu malu dan menjijikkan! Kualitasmu sangat buruk, engkau tidak memahami profesi apa pun, dan engkau tidak memahami prinsip-prinsip kebenaran yang berkaitan dengan setiap bidang pekerjaan profesional. Apa gunanya memilikimu sebagai seorang pemimpin? Engkau benar-benar bodoh dan tidak berguna! Karena engkau tidak mampu melakukan pekerjaan nyata apa pun, mengapa engkau masih melayani sebagai pemimpin gereja? Ini sama sekali tidak masuk akal. Karena engkau tidak memiliki kesadaran diri, engkau harus mendengarkan masukan dari umat pilihan Tuhan dan menilai apakah engkau memenuhi standar untuk menjadi seorang pemimpin atau tidak. Namun, para pemimpin palsu tidak pernah memikirkan hal-hal ini. Sebanyak apa pun pekerjaan gereja yang telah tertunda, dan sebesar apa pun kerugian yang ditimbulkan pada jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan selama bertahun-tahun mereka melayani sebagai pemimpin, mereka tidak peduli. Inilah wajah buruk dari para pemimpin palsu sejati" (Firman, Vol. 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (2)"). Firman Tuhan membuatku sangat tersentuh. Perilaku dan karakteristik para pemimpin palsu yang telah Tuhan singkapkan benar-benar sesuai dengan keadaanku yang sebenarnya. Tuhan berfirman bahwa para pemimpin palsu akan menggunakan kekurangan mereka akan pengetahuan teknis sebagai alasan untuk tidak benar-benar melibatkan diri mereka dalam mengawasi serta memeriksa semua aspek pekerjaan, dan sebagai alasan untuk tidak menyelesaikan masalah serta kesulitan yang nyata dari saudara-saudari. Mereka puas hanya dengan mengucapkan kata-kata dan doktrin dan menghindari atau mengelak dari menangani masalah-masalah yang spesifik dan nyata. Tepat seperti itulah caraku bertindak. Sejak terpilih sebagai pemimpin, aku khawatir karena aku tidak memiliki pengetahuan teknis tentang produksi video, kekuranganku akan terungkap saat memeriksa pekerjaan ini. Aku sangat takut kalau saudara-saudari akan mengetahuinya dan aku akan dipermalukan di depan semua orang. Untuk menjaga status dan reputasiku sendiri, aku menggunakan kekuranganku akan pengetahuan teknis sebagai alasan untuk tidak ikut serta dalam diskusi kerja. Aku jarang bertanya kepada saudara-saudariku mengenai masalah dan kesulitan mereka, karena takut tidak mampu menyelesaikan masalah mereka dan akan mempermalukan diriku sendiri dalam prosesnya. Terkadang, ketika mereka bertanya padaku, aku akan mengelabui mereka dengan beberapa kata dan doktrin. Bukankah aku menipu mereka? Dari luar, tampaknya aku cukup sibuk; sibuk menghadiri pertemuan, bersekutu, dan tampaknya menyelesaikan masalah orang-orang serta melakukan pekerjaan nyata, tetapi sebenarnya aku hanya bekerja untuk meningkatkan reputasiku dan hanya berbicara tentang kata-kata dan doktrin. Aku mengenakan topeng di hadapan orang-orang dan, pada kenyataannya, aku berusaha menghindar dari menangani masalah-masalah paling nyata dari saudara-saudari kapan pun aku bisa. Bahkan ketika aku dengan jelas melihat saudara-saudari dibebani dengan masalah-masalah yang memengaruhi keadaan mereka dan berdampak pada hasil tugas mereka, aku tidak bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah mereka. Sebaliknya, aku menggunakan kekuranganku akan pengetahuan teknis sebagai alasan untuk menunda dan mengesampingkan masalah, atau bahkan menyerahkan tanggung jawab kepada para pemimpin kelompok dan meminta mereka menanganinya. Ketika merenungkan perilakuku, aku menyadari bahwa aku sama sekali tidak melakukan pekerjaan nyata. Aku hanya bersikap asal-asalan, sekadar melakukannya, dan menipu. Sebagai pemimpin, bukankah aku adalah apa yang Tuhan sebut sebagai "orang bodoh" dan "tidak berguna"? Aku menyandang gelar sebagai pemimpin, tetapi aku tidak memiliki tanggung jawab sedikit pun, hanya bertindak untuk menjaga reputasi dan statusku sendiri, tidak melakukan pekerjaan nyata yang seharusnya kulakukan sebagai seorang pemimpin dan tidak memenuhi tanggung jawab apa pun yang harus kupenuhi; semua itu sangat memengaruhi pekerjaan produksi video. Aku benar-benar pemimpin palsu dan tidak layak mendapatkan kepercayaan sama sekali. Setelah menyadari semua ini, aku merasa sangat menyesal dan berdoa kepada Tuhan dalam pertobatan, "Ya Tuhan, aku tahu tindakanku telah menyakiti hati-Mu dan membuat-Mu jijik. Aku bersedia untuk bertobat dan hanya memohon kepada-Mu untuk membimbing serta mencerahkanku agar aku dapat mengetahui kerusakan dan pemberontakanku sendiri."

Kemudian, aku melihat bagian dari firman Tuhan yang mengatakan: "Kecintaan antikristus akan reputasi dan status melampaui apa yang dirasakan oleh manusia normal, dan merupakan sesuatu yang ada dalam esensi watak mereka; itu bukanlah kepentingan yang sifatnya sementara ataupun efek sementara dari lingkungan mereka—itu adalah sesuatu yang ada dalam hidup mereka, dalam naluri mereka, dan dengan demikian, itulah esensi mereka. Dengan kata lain, dalam segala sesuatu yang antikristus lakukan, pertimbangan pertama mereka adalah reputasi dan status mereka sendiri, tidak ada yang lain. Bagi antikristus, reputasi dan status adalah hidup dan tujuan mereka di sepanjang hidup. Dalam segala hal yang mereka lakukan, pertimbangan pertama mereka adalah: 'Apa yang akan terjadi dengan statusku? Dan apa yang akan terjadi dengan reputasiku? Apakah melakukan hal ini akan memberiku reputasi yang baik? Apakah melakukan hal ini akan meningkatkan statusku di benak orang?' Itulah hal pertama yang mereka pikirkan, yang merupakan bukti yang cukup bahwa mereka memiliki watak dan esensi antikristus; mereka tak akan mempertimbangkan masalah ini dengan cara lain. Dapat dikatakan bahwa bagi antikristus, reputasi dan status bukanlah tuntutan tambahan, apalagi sesuatu yang tidak diperlukan oleh mereka. Reputasi dan status adalah bagian dari natur para antikristus, kedua hal tersebut ada dalam naluri mereka, tertanam dalam karakter mereka, reputasi dan status adalah hakikat mereka. Para antikristus tidak acuh tak acuh apakah mereka memiliki reputasi dan status atau tidak; ini bukanlah sikap mereka. Lantas, apa sikap mereka terhadap kedua hal ini? Reputasi dan status berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari mereka, dengan keadaan sehari-hari mereka, dengan apa yang mereka kejar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian bagi antikristus, reputasi dan status adalah hidup mereka. Bagaimanapun cara mereka hidup, di lingkungan mana pun mereka tinggal, pekerjaan apa pun yang mereka lakukan, apa pun yang mereka kejar, apa pun tujuan mereka, apa pun arah hidup mereka, semua itu berkisar tentang bagaimana memiliki reputasi yang baik dan status yang tinggi. Dan tujuan ini tidak berubah; mereka tak pernah mampu melepaskan hal-hal semacam ini . Inilah wajah para antikristus yang sebenarnya dan esensi mereka" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Sembilan: Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Mereka bahkan Menjual Kepentingan Tersebut, Memperdagangkannya untuk Memperoleh Kemuliaan Pribadi (Bagian Tiga)"). Tuhan menyingkapkan bahwa antikristus sangat menghargai reputasi dan status dan memandangnya sebagai sumber kehidupan mereka. Entah situasi apa pun yang mereka hadapi, atau apa pun yang sedang mereka lakukan, motif dan titik awal mereka selalu berpusat pada reputasi dan status. Setelah merenungkan diriku sendiri, aku menyadari bahwa aku sama saja. Usai terpilih sebagai pemimpin, aku tidak mempertimbangkan betapa pentingnya pekerjaan itu atau bagaimana aku memikirkan maksud Tuhan dan melakukan pekerjaan dengan baik, tetapi justru mempertimbangkan reputasi dan statusku sendiri. Aku khawatir saudara-saudari yang lain akan menyadari bahwa aku tidak memahami sisi teknis pekerjaan itu dan tidak dapat melakukan pekerjaanku dengan baik. Aku bahkan khawatir kalau-kalau aku akan disingkapkan dan diganti. Selama masa jabatanku sebagai pemimpin, aku terus berupaya untuk mempertahankan reputasi dan statusku, dan untuk menyembunyikan kekuranganku sendiri, aku akan selalu menghindar dan tidak menanyakan pekerjaan teknis apa pun. Aku khawatir orang-orang akan melihat kemampuan teknisku yang nyata dan berpikir bahwa aku tidak mampu mengawasi pekerjaan itu dan tidak cocok untuk menjadi pemimpin. Terlebih lagi, untuk menyembunyikan fakta bahwa aku tidak melakukan pekerjaan nyata dan mempertahankan statusku sebagai pemimpin, aku menyibukkan diri dengan mengadakan pertemuan, melakukan pekerjaan yang meningkatkan reputasiku, berbicara tentang doktrin, meneriakkan slogan-slogan, dan bertindak asal-asalan. Aku berusaha agar terlihat sibuk dan melakukan tanggung jawab untuk menyesatkan saudara-saudariku dan mengelabui mereka agar percaya bahwa aku melakukan pekerjaan nyata. Aku hanya berperilaku curang serta menipu seperti ini, dan akibatnya, pekerjaan produksi video tertunda. Aku menyadari bahwa diriku telah dirusak sedemikian dalamnya oleh Iblis. Racun Iblis seperti "Manusia membutuhkan harga dirinya seperti halnya pohon membutuhkan kulitnya" dan "Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang" sudah benar-benar menjadi naturku. Aku hidup berdasarkan racun seperti itu dan hanya memedulikan reputasi dan statusku sendiri saat melaksanakan tugasku. Aku tidak peduli sedikit pun terhadap pekerjaan gereja atau jalan masuk kehidupan saudara-saudariku. Aku bahkan akan mengelak dari melaksanakan tugas yang kutahu seharusnya kulaksanakan, betapa egois, tercela, licik, dan licinnya aku!

Aku berpikir tentang bagaimana, sebagai seorang pemimpin gereja, meskipun aku tidak memiliki pengetahuan teknis tentang produksi video, aku tetap harus bekerja sama dengan saudara-saudariku untuk menyelesaikan masalah-masalah nyata yang kami hadapi saat bekerja. Itu adalah tanggung jawabku dan paling tidak yang harus kulakukan sebagai bagian dari tugasku. Namun, aku tidak memikirkan maksud Tuhan sedikit pun dan hanya peduli untuk menjaga reputasi dan statusku. Aku selalu menggunakan kurangnya pengetahuanku sebagai alasan untuk melewatkan, menghindari, dan tidak melaksanakan pekerjaan nyata, yang menyebabkan penundaan dalam menyelesaikan masalah saudara-saudariku, menghalangi mereka untuk menemukan jalan penerapan dan berdampak negatif pada pekerjaan produksi video. Ini semua adalah pelanggaranku. Aku menyadari bahwa watak benar Tuhan tidak dapat disinggung; penggantianku sepenuhnya merupakan konsekuensi dari pencarian reputasi dan statusku serta menempuh jalan antikristus. Jika aku tidak bertobat dan berubah, aku pasti akan disingkapkan dan disingkirkan.

Kemudian, aku menemukan bagian firman Tuhan ini: "Padahal sebenarnya, sebagai pemimpin, setelah menyelesaikan pengaturan kerja, engkau harus mengawasi kemajuan pekerjaan itu. Meskipun engkau belum terbiasa dengan bidang pekerjaan itu—meskipun engkau tidak memiliki pengetahuan apa pun tentang hal ini—engkau bisa mencari cara untuk melaksanakan tugasmu. Engkau bisa mencari seseorang yang berpengetahuan, yang memahami pekerjaan yang dimaksud, untuk memeriksa segala sesuatunya dan memberi saran. Dari saran mereka, engkau dapat mengidentifikasi prinsip-prinsip yang sesuai, dan dengan demikian, engkau akan dapat mengawasi perkembangan pekerjaan tersebut. Entah engkau sudah terbiasa atau memahami jenis pekerjaan yang dimaksud atau belum, paling tidak engkau harus memimpin proyek tersebut, menindaklanjutinya, dan terus menerus mengajukan pertanyaan serta bertanya tentang kemajuannya. Engkau harus memahami hal-hal semacam itu; inilah tanggung jawabmu, ini adalah bagian dari pekerjaanmu. Tidak mengawasi pekerjaan, tidak melakukan apa pun lagi setelah pekerjaan itu ditugaskan—lepas tanggung jawab dari pekerjaan—adalah cara para pemimpin palsu melakukan segala sesuatu. Tidak menindaklanjuti atau menyediakan bimbingan dalam pekerjaan, tidak menanyakan atau menyelesaikan masalah yang muncul, dan tidak memahami kemajuan atau efisiensi pekerjaan, ini juga merupakan perwujudan dari pemimpin palsu" (Firman, Vol. 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (4)"). Firman Tuhan membantuku menyadari bahwa seseorang tidak perlu memahami dan mampu melakukan segala sesuatu untuk menjadi pemimpin gereja. Terlepas dari apakah para pemimpin dan pekerja memiliki pengetahuan teknis, mereka harus tetap ikut serta dengan aktif dalam pekerjaan, mencatat kemajuan, mengawasi, mengenali masalah secara tepat waktu dan menyelesaikannya. Inilah sikap yang seharusnya mereka miliki terhadap tugas mereka dan inilah yang Tuhan tuntut dari para pemimpin dan pekerja. Aku terpikir akan para pemimpin dan pekerja tertentu di gereja di gereja yang bertanggung jawab atas bidang pekerjaan tertentu yang membutuhkan keterampilan teknis. Meskipun mereka memiliki kekurangan dan kelemahan tertentu, mereka menanggung beban dalam pekerjaan mereka, mampu mengawasi dan memantau kemajuan pekerjaan secara tepat waktu, mementingkan untuk membimbing saudara-saudari agar dapat melaksanakan tugas mereka sesuai dengan prinsip-prinsip, dan akan bekerja sama dengan saudara-saudari untuk saling melengkapi kelebihan serta kekurangan masing-masing. Perlahan-lahan, mereka akan mulai mempelajari keterampilan teknis tertentu, serta prinsip-prinsip kebenaran, dan hasil yang mereka capai dalam tugas mereka terus meningkat. Hal ini membuatku teringat kembali akan kisah Nuh. Ketika Nuh mulai membangun bahtera itu, dia sebenarnya belum pernah membangun bahtera dan bahkan tidak tahu seperti apa bahtera itu. Namun, dia memiliki hati yang murni, menanggung beban, dan memikirkan maksud Tuhan. Ketika Tuhan meminta Nuh untuk melakukan sesuatu, dia akan bertindak sesuai dengan tuntutan-Nya. Pada akhirnya, bahtera itu pun tersusun sedikit demi sedikit, dan Nuh berhasil melaksanakan amanat Tuhan. Adapun aku, bagaimana aku memperlakukan tugasku? Sebagai pemimpin gereja, aku tidak mempertimbangkan bagaimana memikirkan maksud Tuhan, menyelesaikan pekerjaan gereja dengan baik serta melaksanakan tugasku, dan malah duduk bertengger di posisiku sebagai pemimpin dan selalu mencari cara untuk menunjukkan diriku yang lebih baik serta lebih mampu daripada orang lain. Takut jika aku ikut serta dalam pekerjaan teknis, kekurangan dan kelemahanku akan terungkap dan saudara-saudari akan memandang rendah diriku, aku selalu menggunakan kurangnya pengetahuanku dalam aspek teknis produksi video sebagai alasan untuk tidak ikut serta. Betapa congkak dan munafiknya aku! Pada saat itu, barulah aku menyadari bahwa apa yang diterima seseorang sebagai pemimpin bukanlah sebuah gelar atau status, melainkan tanggung jawab dan beban. Aku harus menghadapi kekurangan dan kelemahanku sendiri dengan tepat, serta menyingkirkan obsesiku terhadap gelar dan status dari jabatan pemimpin. Aku harus memperhatikan maksud Tuhan, bertanggung jawab atas pekerjaan gereja, bekerja sama dengan saudara-saudariku untuk melengkapi kelebihan serta kekurangan masing-masing dan menyelesaikan pekerjaan gereja dengan baik. Aku tidak memahami aspek teknis tertentu dari pekerjaan ini, tetapi aku dapat mencari saudara-saudari yang mengerti aspek tersebut dan berdiskusi dengan mereka. Aku bisa meminta mereka untuk memberikan lebih banyak saran dan ide serta meminta semua orang bekerja sama untuk mencari jalan penerapan dan menyelesaikan masalah-masalah kami. Bekerja dengan cara ini akan memungkinkan semua aspek pekerjaan berjalan secara normal. Jika kami tetap tidak dapat menyelesaikan masalah kami setelah mencari dan berdiskusi, kami dapat meminta bantuan dari pimpinan atas; ini akan memastikan bahwa masalah apa pun dalam pekerjaan kami akan dikenali dan diselesaikan dengan tepat waktu dan tidak akan menyebabkan penundaan dalam pekerjaan gereja. Inilah yang seharusnya dan sepenuhnya mampu kulakukan. Aku harus memiliki sikap yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan gereja dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai apa yang mampu kucapai. Hanya dengan melakukan hal tersebut, aku dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabku. Aku menyadari bahwa di masa lalu, aku terlalu mementingkan reputasi dan status. Aku selalu menggunakan kekuranganku akan pengetahuan teknis sebagai alasan, dan dengan aktif bekerja untuk mempertahankan reputasi serta statusku, dan pada akhirnya menyebabkan penundaan dalam pekerjaan produksi video gereja.

Kemudian, aku menemukan bagian firman Tuhan ini: "Bagi semua orang yang melaksanakan tugas, sedalam atau sedangkal apa pun pemahaman mereka akan kebenaran, cara paling sederhana untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran adalah dengan memikirkan kepentingan rumah Tuhan dalam segala sesuatu, dan melepaskan keinginan mereka yang egois, niat pribadi, motif, kesombongan, dan status mereka. Prioritaskan kepentingan rumah Tuhan—inilah setidaknya yang harus orang lakukan. Jika seseorang yang melaksanakan tugas bahkan tak mampu berbuat sebanyak ini, lalu bagaimana mungkin dia bisa disebut melaksanakan tugasnya? Itu bukanlah melaksanakan tugas. Engkau harus terlebih dahulu memikirkan kepentingan rumah Tuhan, mempertimbangkan maksud-maksud Tuhan, dan mempertimbangkan pekerjaan gereja. Menempatkan hal-hal ini sebagai yang pertama dan terutama; baru setelah itulah engkau dapat memikirkan tentang stabilitas statusmu atau tentang bagaimana orang lain memandangmu. Bukankah engkau semua akan merasa bahwa akan menjadi sedikit lebih mudah apabila engkau membaginya menjadi kedua langkah ini dan melakukan beberapa kompromi? Jika engkau menerapkan hal ini selama beberapa waktu, engkau akan mulai merasa bahwa memuaskan Tuhan bukan hal yang sesulit itu. Selain itu, engkau harus mampu memenuhi tanggung jawabmu, melaksanakan kewajiban dan tugasmu, dan mengesampingkan keinginanmu yang egois, niat dan motifmu; engkau harus terlebih dahulu memikirkan maksud-maksud Tuhan, dan kepentingan rumah Tuhan, pekerjaan gereja, dan tugas yang harus kaulaksanakan. Setelah mengalami hal ini selama beberapa waktu, engkau akan merasa bahwa ini adalah cara yang baik dalam bertindak. Ini berarti menjalani hidup dengan jujur dan tulus, dan tidak menjadi orang yang hina dan jahat; ini berarti hidup secara adil dan terhormat, bukan hidup dengan tercela, hina dan tidak berguna. Engkau akan merasa bahwa inilah cara orang seharusnya bertindak dan citra diri yang seharusnya mereka jalani. Lambat laun, keinginanmu untuk memuaskan kepentinganmu sendiri akan berkurang" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Setelah merenungkan firman Tuhan, aku menyadari bahwa apa pun tugas yang sedang kita laksanakan, kita harus selalu meluruskan niat kita, mengesampingkan keinginan pribadi, atau aspirasi akan reputasi dan status, dan berusaha untuk mempertahankan pekerjaan gereja. Kita tidak perlu mengkhawatirkan apa yang orang lain pikirkan tentang kita, tetapi harus dapat menerima pemeriksaan Tuhan dan memenuhi tanggung jawab kita; hanya dengan melakukan hal inilah kita dapat hidup secara lugas dan jujur. Aku berpikir bahwa terpilih sebagai pemimpin hanyalah kesempatan bagiku untuk melakukan penerapan dan bukan berarti bahwa aku sepenuhnya memenuhi syarat untuk jabatan tersebut. Aku masih harus terus mencari kebenaran dalam proses melaksanakan tugasku dan bekerja sama dengan saudara-saudariku untuk melaksanakan tugasku dengan baik. Namun, aku sangat memberontak, hanya mempertimbangkan status dan reputasiku serta tidak melakukan pekerjaan nyata, dan semua itu menyebabkan kerugian pada pekerjaan gereja dan menyebabkan penggantianku. Setelah memahami maksud Tuhan, aku memutuskan untuk bertindak sesuai dengan firman Tuhan dalam tugasku ke depannya, untuk berhenti mempertimbangkan reputasi dan statusku serta melaksanakan tugasku untuk memuaskan Tuhan.

Segera setelah itu, gereja menugaskanku untuk menyirami para petobat baru dan beberapa bulan kemudian, aku dipromosikan menjadi pemimpin kelompok. Sekali lagi, aku tidak bisa menahan rasa khawatir: "Aku belum terlalu lama menyirami para petobat baru, kurang berpengalaman, dan kemampuanku dalam menyirami para petobat baru tidak lebih baik dari saudara-saudari yang lain. Apakah aku benar-benar mampu menjadi pemimpin kelompok yang efektif? Jika aku tidak melakukan pekerjaanku dengan baik dan tidak dapat merekomendasikan jalan penerapan yang nyata bagi saudara-saudariku, akankah mereka berpikir bahwa aku tidak memenuhi syarat untuk menjadi pemimpin kelompok? Akankah pemimpinku berpikir bahwa aku tidak berkualitas dan berkompeten?" Aku menyadari bahwa aku sekali lagi ingin mempertahankan reputasi dan statusku. Aku teringat akan pelajaran yang telah kupetik dari kegagalanku di masa lalu dan segera berdoa ke hadirat Tuhan. Setelah selesai berdoa, aku melihat bagian firman Tuhan ini: "Engkau harus mencari kebenaran untuk menyelesaikan setiap masalah yang timbul, apa pun masalahnya, dan sama sekali tidak menyamarkan dirimu atau mengenakan kedok di hadapan orang lain. Kekuranganmu, kelemahanmu, kesalahanmu, watakmu yang rusak—terbukalah sepenuhnya mengenai semua itu, dan bersekutulah tentang semuanya itu. Jangan menyembunyikannya di dalam hati. Belajar untuk membuka dirimu sendiri adalah langkah awal menuju jalan masuk kehidupan, dan inilah rintangan pertama, yang paling sulit untuk diatasi. Begitu engkau berhasil mengatasinya, masuk ke dalam kebenaran menjadi mudah. Apa yang ditunjukkan dari mengambil langkah ini? Ini menunjukkan bahwa engkau sedang membuka hatimu dan menunjukkan semua yang kaumiliki, baik atau buruk, positif atau negatif; menelanjangi dirimu agar dilihat oleh orang lain dan oleh Tuhan; tidak menyembunyikan apa pun dari Tuhan, tidak menutupi apa pun, tidak menyamarkan apa pun, bebas dari kecurangan dan tipu muslihat, dan juga bersikap terbuka serta jujur dengan orang lain. Dengan cara ini, engkau hidup dalam terang, dan bukan saja Tuhan akan memeriksamu, tetapi orang lain akan bisa melihat bahwa engkau bertindak dengan prinsip dan dengan suatu tingkat keterbukaan. Engkau tak perlu menggunakan cara apa pun untuk melindungi reputasi, citra, dan statusmu, engkau juga tak perlu menutupi atau menyamarkan kesalahanmu. Engkau tak perlu terlibat dalam upaya yang sia-sia ini. Jika engkau dapat melepaskan hal-hal ini, engkau akan sangat tenang, engkau akan hidup tanpa kekangan atau rasa sakit, dan akan sepenuhnya hidup dalam terang" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Membaca firman Tuhan membantuku mendapatkan kejelasan dan memberiku jalan penerapan. Aku tidak boleh menyamarkan dan menutupi kekurangan serta kelemahanku demi reputasi dan status. Sebaliknya, aku harus menyikapi kekuranganku dengan tepat, melakukan penerapan menjadi orang yang jujur, melakukan sebanyak yang kupahami, dan melaksanakan tugas serta tanggung jawabku. Setelah itu, aku secara aktif memantau kemajuan pekerjaan tersebut dan ketika aku menghadapi masalah yang tidak kuketahui atau tidak mampu kutangani sendiri, aku akan mencari dengan saudara-saudariku untuk menyelesaikan masalah tersebut bersama-sama. Setiap kali saudara-saudari mengadakan pertemuan untuk berdiskusi, aku akan dengan tekun belajar dari mereka dan menyerap jalan-jalan penerapan yang berguna yang telah mereka sebutkan. Aku juga sering mempersenjatai diriku dengan kebenaran tentang penglihatan. Setelah menerapkan dengan cara ini selama beberapa waktu, aku mulai perlahan-lahan memahami beberapa prinsip, pelaksanaan tugasku berangsur-angsur membaik dan aku merasa damai dan tenang.

Ketika aku merenungkan pengalamanku saat digantikan, firman Tuhan telah mencerahkan dan membimbingku, menanamkan kepada diriku pengetahuan tentang kebenaran perjuanganku untuk mendapatkan reputasi dan status serta konsekuensi dari tindakan tersebut. Firman Tuhan juga telah membantu meluruskan sudut pandangku yang keliru. Ini semua adalah kasih dan keselamatan dari Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait