Ketika Harapanku untuk Dipromosikan Hancur

07 April 2025

Pada bulan November 2020, aku mulai berlatih menyirami petobat baru. Tak lama setelah itu, pemimpin memintaku bertanggung jawab menjadi tuan rumah untuk pertemuan kelompok. Aku berpikir, "Pemimpin sepertinya menghargaiku, mungkinkah ia sedang membinaku? Jika aku bekerja keras, mungkin aku bisa dipromosikan." Jadi, setiap kali aku melihat seseorang dalam kelompok mengangkat suatu masalah, aku dengan aktif menanggapinya. Ketika aku melihat saudara-saudari baru yang tidak memahami sesuatu, aku dengan antusias membantu mereka. Belakangan, kelompok tersebut perlu memilih dua pemimpin, dan aku berpikir, "Meskipun aku belum lama melaksanakan tugas ini, aku dianggap sebagai anggota penting di kelompok itu, pemimpin telah menugaskanku menyirami makin banyak petobat baru, dan semua orang menghormatiku, jadi aku seharusnya yang dipilih sebagai pemimpin, bukan?" Namun, yang mengejutkanku, dua saudari yang menyirami petobat baru dalam waktu lebih singkat dariku dipilih sebagai pemimpin. Selain itu, ketika kedua saudari ini pertama kali datang, akulah yang mempersekutukan prinsip-prinsip terkait pelaksanaan tugas ini kepada mereka. Dari segi prinsip, mereka tidak lebih paham dariku, dan berkaitan dengan jumlah orang yang disirami serta hasil dari tugas, mereka jauh di bawah aku. Mengapa mereka yang dipilih, bukan aku? Apa yang akan saudara-saudari pikirkan tentangku? Apakah mereka akan berkata bahwa aku lebih buruk daripada saudari-saudari yang baru saja datang ini? Makin kupikirkan, aku jadi makin merasa kesal dan sengsara. Selama beberapa hari berikutnya, aku tidak bisa berhenti memikirkan hal itu, bahkan di saat sedang makan maupun tidur, dan aku tidak bisa menenangkan hatiku. Aku merasa bahwa sebanyak apa pun yang kulakukan atau seberapa banyak aku menderita, tidak ada yang melihatnya, dan semuanya sia-sia. Setelah itu, meskipun aku terus melaksanakan tugasku, motivasiku hilang. Ketika aku melihat seseorang dalam kelompok mengangkat suatu masalah, aku tidak mau repot menanggapinya. Aku berpikir, "Aku bukan pemimpin, jadi mengapa aku harus repot angkat bicara? Cepat atau lambat seseorang pasti akan meresponsnya." Ketika saudara-saudari memintaku menjadi tuan rumah sebuah pertemuan, aku tidak mau melakukannya. Aku berpikir, "Apa gunanya? Tidak ada status nyata menjadi tuan rumah pertemuan, dan tidak ada yang akan menghormatiku karena itu. Selain itu, jika aku tidak bisa mempersekutukan pemahaman berdasarkan pengalaman yang nyata selama pertemuan, mereka semua mungkin berpikir aku tidak memiliki kenyataan kebenaran dan meremehkanku. Ini benar-benar pekerjaan yang jarang mendapat apresiasi." Aku banyak memikirkan hal itu, tetapi tetap saja aku benar-benar tidak ingin melaksanakan tugas ini. Namun, aku merasa bahwa menolak tugasku berarti aku tidak tunduk, jadi aku dengan enggan menerimanya. Setelah itu, aku tetap dalam keadaan acuh tak acuh yang suam-suam kuku, dan tidak memiliki rasa terbebani terhadap pekerjaan itu. Lambat laun, aku mendapati tugasku makin sulit, dan ketika petobat baru menemui kesulitan atau memiliki gagasan tentang pekerjaan Tuhan, aku tidak tahu bagaimana mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan masalah ini. Makin banyak pendatang baru yang berhenti menghadiri pertemuan rutin, dan aku tidak mengalami kemajuan dalam jalan masuk kehidupanku. Setiap hari, aku bersikap asal-asalan saja, melaksanakan tugasku secara otomatis tanpa berpikir. Ketika kudengar lagu pujian "Percaya kepada Tuhan Tetapi Tidak Mendapatkan Hidup Membawa kepada Hukuman," Aku merasa sangat gelisah di dalam hati, seolah-olah akulah yang akan dihukum jika terus seperti ini, dan hatiku benar-benar tersiksa.

Keadaanku menjadi begitu buruk sehingga aku merasa benar-benar tidak dapat bertahan lebih lama lagi. Jadi aku membuka diri dan membicarakan keadaanku dengan pemimpin. Pemimpin membacakanku bagian dari firman Tuhan: "Dalam pengejaran yang engkau semua lakukan, ada terlalu banyak gagasan, harapan dan cita-cita yang bersifat individual. Pekerjaan saat ini adalah untuk memangkas keinginanmu memiliki status serta hasratmu yang muluk-muluk. Harapan, status, dan gagasan, semuanya itu merupakan representasi klasik dari watak Iblis. ... Sekarang, engkau semua adalah para pengikut dan telah memperoleh sedikit pemahaman tentang tahap pekerjaan ini. Namun, engkau semua belum mengesampingkan hasratmu akan status. Ketika statusmu tinggi, engkau semua mencari dengan baik, tapi ketika statusmu rendah, engkau semua tidak mau lagi mencari. Berkat-berkat yang berkaitan dengan status selalu ada dalam pikiranmu. Mengapa sebagian besar orang tidak dapat melepaskan diri mereka dari sikap yang negatif? Bukankah jawabannya selalu akibat prospek yang suram? ... Semakin engkau mencari dengan cara seperti ini, semakin sedikit yang akan engkau tuai. Semakin kuat keinginan seseorang untuk meraih status, semakin serius dirinya harus dipangkas dan semakin berat pemurnian yang harus mereka alami. Orang-orang semacam itu tidak layak! Mereka harus dipangkas dan dihakimi sepantasnya supaya mereka mau melepaskan hasratnya akan hal-hal tersebut. Jika engkau semua mengejar dengan cara seperti ini sampai pada akhirnya, engkau tidak akan menuai apa pun. Mereka yang tidak mengejar kehidupan tidak dapat diubah, dan mereka yang tidak haus akan kebenaran tidak akan memperoleh kebenaran. Engkau tidak berfokus mengejar perubahan pribadi dan pada jalan masukmu, sebaliknya engkau selalu berfokus pada keinginan-keinginan yang berlebihan dan hal-hal yang menghalangi dirimu untuk mengasihi Tuhan serta menghalangimu untuk semakin dekat dengan Dia. Dapatkah semua hal itu mengubah dirimu? Dapatkah semua itu membawamu masuk ke dalam Kerajaan?" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mengapa Engkau Enggan Menjadi Sebuah Kontras?"). Setelah membacakan firman Tuhan, pemimpin mengingatkanku, "Makin kita memberi bobot pada status, Tuhan makin mengatur situasi untuk menyingkapkan dan memangkas kita, hal ini memungkinkan kita menyadari bahwa pandangan kita tentang pengejaran itu keliru dan memperbaikinya sebelum terlambat. Sudahkah kau merenungkan mengapa saudara-saudari tidak memilihmu sebagai pemimpin kelompok? Apa sebenarnya masalahmu? Ketika kau tidak terpilih sebagai pemimpin kelompok, kau kehilangan motivasi untuk melaksanakan tugasmu. Bukankah ini menunjukkan bahwa kau mengejar status? Kau selalu mengejar status dan melakukan berbagai hal demi menjaga citra, bahkan jika kau diberi status, bisakah kau melakukan pekerjaan dengan baik?" Melalui pengingat dari pemimpinlah, aku mulai merenungkan diri sendiri berdasarkan firman Tuhan. Ketika aku pertama kali mulai melaksanakan tugas ini, pemimpin sering memintaku menjadi tuan rumah pertemuan, dan jumlah petobat baru yang ditugaskan kepadaku untuk disirami terus meningkat. Aku merasa dihargai dan dilihat sebagai seorang yang dipromosikan dan dibina, lalu aku benar-benar termotivasi dalam melaksanakan tugasku. Baik saat mempersekutukan dalam pertemuan maupun saat menyirami petobat baru, aku merasakan rasa terbebani yang amat besar. Namun, kemudian ketika dua saudari yang telah menyirami petobat baru dalam waktu yang lebih singkat dariku dipilih sebagai pemimpin kelompok, aku merasa kecil hati. Aku merasa bahwa pemimpin menghargai mereka, dan saudara-saudari menghormati dan mengagumi mereka, sementara keberadaanku di dalam kelompok seolah tidak ada artinya, sehingga, motivasiku untuk melaksanakan tugasku tiba-tiba lenyap, dan aku tidak lagi mau direpotkan dengan masalah dalam kelompok. Khususnya saat saudara-saudari memilihku untuk menjadi tuan rumah pertemuan, aku berpikir bahwa tugas ini tidak penting dan tidak akan membuatku mendapatkan kekaguman dan penghargaan dari orang lain, jadi aku hanya melaksanakan tugas itu dengan asal-asalan. Di saat inilah aku menyadari keadaanku benar-benar seperti yang diungkapkan Tuhan: "Ketika statusmu tinggi, engkau semua mencari dengan baik, tapi ketika statusmu rendah, engkau semua tidak mau lagi mencari. Berkat-berkat yang berkaitan dengan status selalu ada dalam pikiranmu." Apa yang sedang kukejar adalah reputasi dan status.

Belakangan, aku membaca bagian lain dari firman Tuhan: "Bagi antikristus, reputasi dan status adalah hidup dan tujuan seumur hidup mereka. Dalam segala hal yang mereka lakukan, pertimbangan pertama mereka adalah: 'Apa yang akan terjadi dengan statusku? Lalu apa yang akan terjadi dengan reputasiku? Apakah melakukan hal ini akan memberiku reputasi yang baik? Apakah melakukan hal ini akan meningkatkan statusku di benak orang?' Itulah hal pertama yang mereka pikirkan, yang merupakan bukti yang cukup bahwa mereka memiliki watak dan esensi antikristus; itulah sebabnya mereka mempertimbangkan hal-hal seperti ini. ... Meskipun para antikristus juga percaya kepada Tuhan, mereka memandang pengejaran akan reputasi dan status setara dengan iman kepada Tuhan dan menganggapnya memiliki bobot yang sama. Artinya, pada saat mereka menempuh jalan iman kepada Tuhan, mereka juga mengejar reputasi dan status mereka sendiri. Dapat dikatakan bahwa di dalam hati para antikristus, mereka percaya bahwa mengejar kebenaran dalam iman mereka kepada Tuhan adalah mengejar reputasi dan status; pengejaran akan reputasi dan status juga adalah pengejaran akan kebenaran, dan mendapatkan reputasi dan status berarti mendapatkan kebenaran dan hidup. Jika mereka merasa bahwa mereka tidak memiliki reputasi, ketenaran, atau status, bahwa tak seorang pun mengagumi mereka, atau menghargai mereka, atau mengikuti mereka, maka mereka merasa sangat kecewa, mereka yakin tidak ada gunanya percaya kepada Tuhan, itu tidak bernilai, dan mereka berkata dalam hati, 'Apakah iman kepada tuhan seperti itu adalah sebuah kegagalan? Apakah artinya tidak ada harapan?' Mereka sering kali memikirkan hal-hal semacam itu di dalam hatinya, mereka memikirkan bagaimana mereka dapat memiliki kedudukan di rumah Tuhan, bagaimana mereka dapat memiliki reputasi yang tinggi di gereja sehingga orang-orang mendengarkan ketika mereka berbicara, dan mendukung mereka ketika mereka bertindak, dan mengikuti mereka ke mana pun mereka pergi; agar mereka memiliki hak bicara di gereja, dan memiliki ketenaran, keuntungan, dan status—mereka sangat berfokus pada hal-hal semacam itu di dalam hati mereka. Semua ini adalah hal-hal yang dikejar oleh orang-orang semacam itu" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tiga)). Firman Tuhan sepenuhnya mengungkapkan keadaan dan kondisi sebenarnya dari antikristus yang mengejar reputasi dan status. Aku menyadari bahwa, seperti seorang antikristus, aku sangat mementingkan reputasi dan status, dengan selalu ingin menempati posisi di antara orang-orang, juga selalu ingin dihargai dan dikagumi orang lain, dengan berharap agar orang-orang peduli dan mendengarkan apa yang kukatakan, serta merasa bahwa hanya dengan cara ini aku bisa memiliki rasa kehadiran dan hidupku bisa bernilai. Aku merasa bahwa jika aku tidak memiliki status dan tidak bisa mendapatkan kekaguman serta penghargaan dari orang lain, maka semua yang kulakukan tidak bermakna. Meskipun aku tampak percaya kepada Tuhan dan melaksanakan tugasku, kenyataannya, aku tidak melakukan semua ini untuk mengejar kebenaran, tidak juga untuk memuaskan Tuhan, atau memikirkan maksud-maksud Tuhan. Aku memperlakukan tugasku sebagai alat untuk mendapatkan status, dan aku hanya memikirkan apakah aku memiliki posisi di antara orang-orang, dan apakah aku bisa dikagumi serta dihargai oleh mereka. Aku tidak pernah memikirkan apa tuntutan atau harapan Tuhan bagiku dalam melaksanakan tugas ini, atau bagaimana seharusnya aku memuaskan Tuhan. Ketika aku tidak mendapat kekaguman orang lain dalam tugasku, aku bahkan menjadi negatif, lalai, dan penuh dengan keluhan. Aku menyadari bahwa pandanganku tentang pengejaran sama seperti pandangannya antikristus, di mana aku menghargai reputasi dan status di atas segalanya. Gereja telah memberiku kesempatan untuk melaksanakan tugasku dengan harapan agar aku mengejar kebenaran dalam tugasku dan membuang watak rusakku untuk memperoleh keselamatan dari Tuhan. Namun, aku tidak mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, dan setelah melakukan sedikit pekerjaan dan mendapatkan sejumlah modal, aku ingin memimpin kelompok dan dikagumi, dan ketika keinginanku akan status tidak terpenuhi, aku bahkan tidak lagi ingin melaksanakan tugasku. Aku bahkan menggunakan tugasku untuk melampiaskan frustasiku, aku tidak ingin menangani masalah dalam kelompok, dan aku sama sekali tidak memikirkan kepentingan gereja. Bukankah aku terang-terangan sedang menentang Tuhan? Dari awal hingga akhir, aku telah menggunakan tugasku untuk memuaskan ambisi dan keinginanku untuk dikagumi oleh orang lain. Bagaimana mungkin aku memiliki kemanusiaan atau nalar? Antikristus tidak mengejar kebenaran dan tidak sedikit pun memiliki hati yang takut akan Tuhan. Mereka hanya melindungi reputasi dan status pribadi mereka, bukan pekerjaan gereja, dan mereka tidak punya kemanusiaan. Apa bedanya perilakuku dengan seorang antikristus? Ketika aku memikirkan hal ini, aku menjadi agak takut, dan aku merasa bahwa keadaanku benar-benar berbahaya.

Kemudian, aku merenungkan keinginanku yang terus-menerus untuk dipromosikan dan bertanya pada diriku sendiri, "Apa sebenarnya prinsip gereja dalam mempromosikan dan membina orang?" Suatu hari, dalam satu pertemuan, aku membaca bagian dari firman Tuhan: "Apa saja standar yang diperlukan untuk menjadi pengawas berbagai jenis pekerjaan? Ada tiga kriteria utama. Pertama, mereka harus memiliki kemampuan untuk memahami kebenaran. Hanya orang-orang yang dapat memahami kebenaran dengan murni tanpa menyimpang dan menarik kesimpulan yang tepat, itulah yang disebut orang yang berkualitas baik. Orang-orang yang berkualitas setidaknya harus memiliki pemahaman rohani dan mampu makan dan minum firman Tuhan secara mandiri. Selama proses makan dan minum firman Tuhan, mereka harus mampu secara mandiri menerima penghakiman, hajaran, dan pemangkasan firman Tuhan, dan mencari kebenaran untuk membereskan gagasan dan imajinasinya sendiri, niatnya yang tercampur, dan wataknya yang rusak—jika mereka memenuhi standar ini, berarti mereka tahu bagaimana mengalami pekerjaan Tuhan, dan ini merupakan sebuah perwujudan kualitas yang baik. Kedua, mereka harus memiliki beban untuk pekerjaan gereja. Orang-orang yang benar-benar memikul beban bukan hanya bersemangat, melainkan juga memiliki pengalaman hidup yang nyata, memahami sejumlah kebenaran, dan mampu mengetahui yang sebenarnya tentang beberapa permasalahan. Mereka melihat bahwa dalam pekerjaan gereja dan umat pilihan Tuhan ada banyak kesulitan dan masalah yang perlu diselesaikan. Mereka melihatnya dengan mata kepala sendiri dan merasa khawatir dalam hatinya—inilah yang dimaksud memikul beban untuk pekerjaan gereja. Jika seseorang hanya memiliki kualitas yang baik dan mampu memahami kebenaran, tetapi malas, menginginkan kenyamanan daging, tidak bersedia melakukan pekerjaan nyata, dan hanya melakukan sedikit pekerjaan ketika Yang di Atas memberinya tenggat waktu untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut dan mereka tidak dapat menghindarinya, ini adalah orang yang tidak memikul beban. Orang-orang yang tidak memikul beban adalah mereka yang tidak mengejar kebenaran, tidak memiliki rasa keadilan, dan merupakan orang yang tidak berguna yang menghabiskan sepanjang hari tanpa memikirkan hal-hal yang penting. Ketiga, mereka harus memiliki kemampuan kerja. Apa yang dimaksud dengan 'kemampuan kerja'? Secara sederhana, itu berarti bahwa mereka tidak hanya dapat menugaskan pekerjaan dan memberi orang instruksi, tetapi mereka juga mampu mengidentifikasi dan memecahkan masalah—inilah artinya memiliki kemampuan kerja. Selain itu, mereka juga membutuhkan keterampilan mengorganisasi. Orang-orang yang memiliki keterampilan mengorganisasi sangat mahir dalam menyatukan orang, mengatur dan merencanakan pekerjaan, serta menyelesaikan masalah, dan ketika mengatur pekerjaan dan menyelesaikan masalah, mereka dapat meyakinkan orang lain sepenuhnya dan membuatnya patuh—inilah artinya memiliki keterampilan mengorganisasi. Mereka yang sungguh-sungguh memiliki kemampuan kerja dapat menjalankan pekerjaan-pekerjaan tertentu yang diatur oleh rumah Tuhan, melakukannya dengan cepat dan tegas tanpa kecerobohan, dan lebih dari itu, mereka dapat melakukan berbagai pekerjaan dengan baik. Ini adalah tiga standar rumah Tuhan untuk membina para pemimpin dan pekerja. Jika orang memenuhi ketiga standar ini, mereka adalah individu berbakat yang langka dan harus segera dipromosikan, dibina, dan dilatih. Setelah menjalani latihan selama beberapa waktu, mereka kemudian dapat melakukan pekerjaan itu" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (5)"). Dari firman Tuhan, aku menyadari bahwa di rumah Tuhan, promosi dan pembinaan orang tidak didasarkan pada siapa yang paling lama melaksanakan tugasnya ataupun yang paling banyak menderita, juga bukan didasarkan pada siapa yang memiliki hubungan paling dekat dengan para pemimpin. Faktor yang paling penting adalah apakah orang itu mengejar kebenaran, bagaimana mereka memperlakukan tugas mereka, serta apakah mereka bisa memikirkan maksud-maksud Tuhan dan melakukan pekerjaan nyata. Saat merenungkan kembali diriku dengan mempertimbangkan tuntutan-tuntutan Tuhan, aku menyadari bahwa aku tidak berupaya mengejar kebenaran, dan hari-hariku dihabiskan dengan hati yang dipenuhi oleh pengejaran akan status. Ketika aku tidak mendapatkan status, aku hidup dalam kenegatifan, dan hidupku tidak mengalami kemajuan untuk waktu yang lama. Satu hal ini saja sudah menunjukkan bahwa aku tidak memenuhi kriteria untuk dipromosikan. Selain itu, meskipun aku tampak sibuk dengan tugas-tugasku, pada kenyataannya, aku tidak memiliki rasa terbebani yang sebenarnya, dan aku hanya berfokus pada pekerjaan demi menjaga citra, dan ketika masalah atau kesulitan muncul, aku tidak berfokus untuk mencari prinsip-prinsip kebenaran, juga tidak sering berfokus untuk merangkum dan merenungkan hal-hal ini. Sering kali, aku hanya melakukan sesuatu ketika didesak, dan hanya ketika pemimpin menunjukkan masalahku dan mempersekutukan prinsip kepadaku, barulah aku mampu menyelesaikan masalah dan mengoreksi penyimpangan. Selain itu, setiap kali pekerjaan menjadi sibuk, aku cenderung kebingungan dan tidak mampu membedakan mana yang mendesak dan mana yang tidak. Seletah melihat ini, aku menyadari bahwa aku memiliki begitu banyak kekurangan, dan bahwa gereja tidak mempromosikan aku pun sepenuhnya sudah mengevaluasi aku berdasarkan prinsip-prinsip. Aku sama sekali tidak mengenali tingkat pertumbuhanku yang sebenarnya, dan aku benar-benar tidak punya kesadaran diri. Pada kenyataannya, sekalipun aku diangkat menjadi pemimpin kelompok, meski itu akan mendatangkan rasa hormat, aku sama sekali tidak akan mampu melakukan tugas nyata seorang pemimpin kelompok, dan jika itu terjadi, aku tidak hanya akan merugikan saudara-saudari tetapi juga menunda pekerjaan gereja. Kedua saudari yang telah dipromosikan itu lebih pragmatis dalam tugas mereka, dan mereka juga berfokus untuk merenungkan serta merangkum masalah serta penyimpangan yang muncul dalam pekerjaan mereka. Dalam pertemuan, aku sering mendengar mereka berbicara tentang kerusakan yang mereka singkapkan saat melaksanakan tugas serta hal-hal yang masih kurang dari mereka. Mereka akan merangkum dan merenungkan alasan kegagalan mereka, dan berbicara tentang bagaimana mereka mencari kebenaran untuk memahami maksud Tuhan serta bagaimana mereka mengandalkan Tuhan untuk mengatasi kesulitan ketika dihadapkan pada kesulitan, kenegatifan, dan kemunduran. Aku melihat bagaimana mereka berfokus untuk merenungkan diri mereka sendiri dari firman Tuhan sambil melaksanakan tugas mereka, dan mencari maksud Tuhan. Aku juga melihat mereka berupaya memahami prinsip-prinsip, dan meskipun mereka belum lama melaksanakan tugas mereka, mereka mendapat pekerjaan dan bimbingan Roh Kudus, dan setelah beberapa waktu, mereka mengalami kemajuan yang besar. Pada titik ini, aku memahami bahwa, dengan dihadapkan pada penyingkapan ini, Tuhan bermaksud agar aku bisa mengenal diriku sendiri, sehingga pada waktunya aku bisa memperbaiki pandanganku yang salah tentang pengejaran dan berfokus untuk mengejar kebenaran, agar aku bisa maju dan berubah. Setelah menyadari hal ini, aku tidak lagi memiliki kesalahpahaman atau pertentangan, dan aku hanya ingin mencari kebenaran serta lebih banyak merenungkan diri sendiri melalui situasi seperti ini.

Kemudian, aku merenungkannya lagi. Aku menyadari bahwa kali ini, ketika aku tidak dipromosikan, aku jatuh dalam kenegatifan karena memiliki sudut pandang yang keliru. Aku membayangkan bahwa promosi gereja akan orang-orang sama seperti promosi pejabat duniawi, dan aku berpikir bahwa dipromosikan berarti memiliki status, jadi ketika aku tidak dipromosikan, aku menjadi negatif dan lemah, tidak ingin melakukan apa pun. Belakangan, aku membaca firman Tuhan, dan aku makin memahami tentang tujuan dan pentingnya promosi dan pembinaan orang-orang oleh gereja. Tuhan berfirman: "Apa sajakah persyaratan rumah Tuhan bagi berbagai orang berbakat yang dipromosikan dan dibina? Untuk dipromosikan dan dibina oleh rumah Tuhan, setidaknya mereka harus menjadi orang yang memiliki hati nurani dan nalar, orang yang dapat menerima kebenaran, orang yang dengan setia melaksanakan tugasnya, dan orang yang dapat tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan, dan setidaknya mereka harus dapat menerima dan tunduk ketika menghadapi pemangkasan. Hasil yang ingin dicapai oleh orang-orang yang menjalani pembinaan dan pelatihan di rumah Tuhan bukanlah agar mereka dapat menjadi pejabat atau bos, atau memimpin kelompok, dan bukan pula agar mereka dapat menasihati orang lain tentang cara berpikir mereka, dan tentunya, bukan juga untuk memiliki keterampilan profesional yang lebih baik atau tingkat pendidikan yang lebih tinggi, reputasi yang lebih besar, atau agar dapat disebut-sebut setara dengan orang-orang yang terkenal di dunia karena keterampilan profesional atau prestasi politiknya. Sebaliknya, tujuan yang ingin dicapai adalah agar mereka memahami kebenaran, menghidupi firman Tuhan, menjadi orang yang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Seiring pelatihannya, mereka mampu memahami kebenaran dan memahami prinsip-prinsip kebenaran, dan mengetahui dengan lebih baik apa sebenarnya iman kepada Tuhan dan bagaimana mengikuti Tuhan—ini sangat bermanfaat bagi mereka yang mengejar kebenaran untuk mencapai kesempurnaan. Ini adalah hasil dan standar yang ingin dicapai oleh rumah Tuhan dalam mempromosikan dan membina semua jenis orang yang berbakat, dan ini juga merupakan hasil terbesar yang dipetik oleh orang-orang yang dipromosikan dan dipakai" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (5)"). "Semua orang setara di hadapan kebenaran. Mereka yang dipromosikan dan dibina tidak jauh lebih baik daripada yang lain. Semua orang telah mengalami pekerjaan Tuhan untuk waktu yang hampir bersamaan. Mereka yang belum dipromosikan atau dibina juga harus mengejar kebenaran saat melaksanakan tugasnya. Tak seorang pun boleh merampas hak orang lain untuk mengejar kebenaran. Beberapa orang lebih bersemangat dalam mengejar kebenaran dan memiliki kualitas tertentu, sehingga mereka dipromosikan dan dibina. Ini karena kebutuhan yang dituntut oleh pekerjaan rumah Tuhan. Jadi, mengapa rumah Tuhan memiliki prinsip semacam itu untuk mempromosikan dan memakai orang? Karena ada perbedaan dalam kualitas dan karakter orang, dan setiap orang memilih jalan berbeda, ini mengarah pada hasil yang berbeda dalam iman orang kepada Tuhan. Mereka yang mengejar kebenaran akan diselamatkan dan menjadi umat Kerajaan, sedangkan mereka yang sama sekali tidak menerima kebenaran, yang tidak setia dalam melaksanakan tugasnya, akan disingkirkan. Rumah Tuhan membina dan memakai orang berdasarkan apakah mereka mengejar kebenaran atau tidak, dan apakah mereka setia dalam melaksanakan tugasnya atau tidak. Apakah ada perbedaan dalam hierarki berbagai orang di rumah Tuhan? Untuk saat ini, tidak ada hierarki dalam kaitannya dengan berbagai jabatan, nilai, status, atau kedudukan orang. Setidaknya selama kurun waktu ketika Tuhan bekerja untuk menyelamatkan dan membimbing manusia, tidak ada perbedaan antara berbagai pangkat, jabatan, nilai, atau status orang. Satu-satunya yang berbeda adalah dalam hal pembagian kerja dan peran tugas yang dijalankan. Tentu saja, selama kurun waktu ini, ada pengecualian, yakni beberapa orang dipromosikan dan dibina untuk melakukan beberapa pekerjaan khusus, sementara beberapa orang tidak menerima kesempatan seperti itu karena berbagai alasan seperti adanya masalah dengan kualitas atau lingkungan keluarga mereka. Namun, apakah Tuhan tidak menyelamatkan mereka yang belum menerima kesempatan seperti itu? Tidak seperti itu. Apakah nilai dan kedudukan mereka lebih rendah daripada orang lain? Tidak. Setiap orang sama di hadapan kebenaran, setiap orang memiliki kesempatan untuk mengejar dan mendapatkan kebenaran, dan Tuhan memperlakukan setiap orang secara adil dan sewajarnya. Kapan ada perbedaan yang jelas dalam posisi, nilai, dan status seseorang? Itu terjadi ketika seseorang sampai pada akhir jalannya, ketika pekerjaan Tuhan telah selesai, dan ketika suatu kesimpulan akhirnya terbentuk berdasarkan sikap dan pandangan yang diperlihatkan setiap orang selama proses mengejar keselamatan dan melaksanakan tugasnya, serta berbagai perwujudan dan sikapnya terhadap Tuhan—yaitu, ketika ada catatan lengkap dalam buku catatan Tuhan—pada saat itu, karena hasil akhir dan tempat tujuan setiap orang akan berbeda, nilai, jabatan, dan statusnya juga akan berbeda. Hanya pada saat itulah semua hal ini bisa sedikit terlihat dan diperkirakan, sedangkan untuk saat ini, semua orang tampak sama" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (5)"). Dengan membaca firman Tuhan, aku memahami bahwa rumah Tuhan tidak mempromosikan dan membina orang seperti yang dilakukan dunia orang tidak percaya, di mana orang diangkat menjadi pejabat dan mencari nama untuk diri mereka sendiri. Rumah Tuhan mempromosikan orang agar mereka mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk berlatih. Tuhan berharap bahwa dalam melaksanakan tugasnya, orang dapat memahami kebenaran, bertindak sesuai dengan prinsip, memperoleh pengetahuan serta ketundukan kepada Tuhan, serta mengetahui cara melaksanakan tugas untuk memenuhi maksud-maksud Tuhan. Di rumah Tuhan, tidak ada perbedaan status, apa pun tugasnya, dan hal yang terpenting adalah memperoleh kebenaran. Aku memikirkan banyaknya kekurangan yang telah kusingkapkan selama pekerjaanku menyirami petobat baru. Kadang-kadang, ketika petobat baru mengajukan beberapa gagasan atau pertanyaan, aku tidak tahu bagaimana mengatasinya, tetapi dengan mencari kebenaran dan merenungkan firman Tuhan, aku mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang beberapa kebenaran, dan aku mulai memiliki lebih banyak kasih dan kesabaran terhadap saudara-saudariku. Semua ini merupakan keuntungan yang diperoleh selama masa penyiraman petobat baru. Aku memikirkan lagi tentang bagaimana saudara-saudari memilihku untuk menjadi tuan rumah pertemuan. Meskipun aku tidak akan mendapatkan kekaguman dari orang lain dalam hal ini, tetapi itu akan mendorongku untuk lebih merenungkan kebenaran, mendekat lebih lagi kepada Tuhan, dan berupaya dalam mengejar kebenaran. Saat merenungkan hal ini, aku merasa sangat tersentuh dan menyesal. Aku menyesal karena tidak tahu apa yang baik bagiku, kurang memiliki kesadaran diri, dan sama sekali tidak memahami maksud baik Tuhan yang sungguh-sungguh. Hal yang membuatku tersentuh adalah meskipun aku begitu memberontak dan kurang memiliki nalar, Tuhan masih menggunakan firman-Nya untuk mencerahkan dan membimbingku memahami maksud-Nya agar aku berhenti menempuh jalan yang salah. Hatiku dipenuhi dengan rasa syukur kepada Tuhan, dan aku bertekad untuk tidak lagi mengejar ketenaran, keuntungan, atau status. Aku bersedia untuk bertobat.

Belakangan, aku mulai berfokus untuk mencari kebenaran dalam tugasku, dan tanpa disadari, aku mendapat beberapa pencerahan dan penerangan, serta mulai memahami prinsip-prinsip tertentu, dan aku mendapatkan sebuah jalan penerapan. Dalam pertemuan, aku tidak lagi berfokus pada bagaimana cara bersekutu agar orang-orang menghormatiku, tetapi sebaliknya, aku berfokus untuk merenungkan firman Tuhan untuk memahami maksud-Nya, serta merenungkan diri sendiri melalui firman-Nya, dan aku pun mampu melihat dengan lebih jelas watak rusakku dan jalan yang salah yang telah kutempuh. Dengan menerapkan seperti ini, aku merasa jauh lebih dekat dengan Tuhan. Belakangan, seorang saudari yang belum lama melaksanakan tugasnya dipromosikan dalam kelompok, dan meskipun hatiku masih sedikit terganggu, aku mampu memandang dengan benar hal ini dan tidak terkekang oleh status, karena aku tahu bahwa aku masih sangat kurang dalam hal kebenaran. Apa yang kubutuhkan bukanlah kekaguman dari orang lain, tetapi untuk memahami lebih banyak kebenaran, untuk menyirami dengan baik saudara-saudariku, dan untuk melaksanakan tugasku. Aku berkata pada diriku sendiri, "Sekalipun aku tidak pernah dipromosikan, aku akan tetap tunduk kepada Tuhan, berdiri di tempat yang semestinya, mengejar kebenaran dengan teguh, dan melaksanakan tugasku dengan baik." Hal yang tidak kuduga adalah tak lama setelah itu, aku terpilih menjadi pengawas pekerjaan penyiraman. Ketika hal ini terjadi, aku bukannya merasa senang mendapatkan status, malah aku melihatnya sebagai tanggung jawab. Aku punya banyak kekurangan, dan watak rusakku masih sangat parah, dan aku khawatir bahwa masalah lamaku akan muncul kembali dan aku mengecewakan maksud Tuhan, jadi aku sering berdoa kepada Tuhan, mohon agar Ia membimbing dan melindungiku. Belakangan, ketika melaksanakan tugasku, aku mulai memiliki hati yang agak takut akan Tuhan, dan aku mulai lebih memerhatikan tugasku dan lebih memikirkannya. Kemampuanku untuk memahami ini dan berubah sepenuhnya karena firman Tuhan. Syukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh