Bagaimana Tugasku Menjadi Bersifat Transaksional

19 Januari 2022

Oleh Saudari Cai Na, Tiongkok

Pada bulan April 2017, aku menderita tekanan darah tinggi, jadi pemimpin menunda tugasku agar aku bisa pulang dan beristirahat. Aku benar-benar kecewa dan berpikir, "Tuhan akan segera menyelesaikan pekerjaan-Nya, jadi sekaranglah waktu yang sangat penting untuk melakukan tugasku dan mempersiapkan perbuatan baik. Tanpa tugas yang harus dilakukan, dapatkah aku memiliki tempat tujuan dan kesudahan yang baik? Akankah bertahun-tahun kerja keras dan membayar harga menjadi sia-sia? Aku menutup klinikku untuk melakukan tugasku sepenuh waktu dan suamiku berusaha menghalangi, tetapi dia tak mampu menghalangiku untuk mengikut Tuhan. Sekarang aku sudah bercerai, tanpa keluarga. PKT membuntutiku, selalu bertanya kepada orang tuaku mengenai keberadaanku. Aku bahkan tidak bisa pergi ke rumah mereka—aku benar-benar tidak tahu harus pergi ke mana." Seorang saudari menampungku di rumahnya. Dia bersekutu denganku tentang kehendak Tuhan, mengatakan bahwa aku harus tunduk, tetapi aku benar-benar merasa iri ketika melihatnya selalu sibuk dengan tugasnya. Aku tak mampu melakukan tugas karena kurang sehat. Apakah Tuhan menggunakan kondisiku untuk menyingkirkan tugasku, untuk menyingkapkan dan menyingkirkanku? Pemikiran ini membuatku lemas, dan aku merasa sedih dan tanpa pengharapan. Kesalahpahaman dan keluhan tentang Tuhan juga muncul: aku telah menyerahkan segalanya dan banyak menderita tanpa mengeluh. Mengapa akhirnya aku bahkan tidak diizinkan untuk melakukan tugasku? Sejak saat itu, aku benar-benar tidak bisa menerima firman Tuhan dan tidak tahu harus berkata apa kepada Tuhan dalam doa. Aku kehilangan nafsu makan dan tidak bisa tidur. Aku berada dalam kegelapan sedemikian rupa sehingga aku bahkan berpikir untuk pergi keluar mencari pekerjaan. Melihatku seperti ini, saudari itu menanganiku, dan berkata, "Kau tidak benar-benar membaca firman Tuhan dan bahkan mempertimbangkan untuk mendapatkan uang. Kau orang yang sama sekali berbeda. Kau tidak mencari kebenaran." Sangat sulit bagiku untuk mendengar hal ini, dan aku berdoa kepada Tuhan dalam pencarian: "Tuhan, aku tidak tahu cara melewati hal ini dan aku tidak tahu apa jalan masa depanku. Aku hidup dalam kegelapan dan merasa sengsara. Kumohon cerahi aku dan bimbing aku untuk mengetahui kehendak-Mu."

Aku terus berdoa dan mencari banyak hal selama beberapa hari selanjutnya. Suatu pagi, sesuatu dari firman Tuhan tiba-tiba muncul di benakku: "Apakah engkau memiliki wajah seorang yang bisa memperoleh berkat?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Memiliki Watak yang Tidak Berubah Berarti Memusuhi Tuhan"). Aku segera menyalakan komputerku untuk menemukan bagian-bagian itu. Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Setelah kerusakan selama beberapa ribu tahun, manusia menjadi mati rasa dan dungu; manusia telah menjadi setan yang menentang Tuhan, sampai ke taraf pemberontakan manusia terhadap Tuhan telah didokumentasikan dalam buku-buku sejarah, dan bahkan manusia itu sendiri tidak mampu menceritakan dengan lengkap tentang perilakunya yang suka memberontak—karena manusia telah begitu dalam dirusak oleh Iblis, dan telah disesatkan oleh Iblis sampai sedemikian rupa hingga dia tidak tahu ke mana harus berpaling. Bahkan sekarang pun, manusia masih mengkhianati Tuhan: ketika manusia melihat Tuhan, dia mengkhianati-Nya, dan ketika dia tidak dapat melihat Tuhan, dia juga mengkhianati-Nya. Bahkan ada orang-orang yang, setelah menyaksikan kutukan Tuhan dan murka Tuhan, tetap saja mengkhianati-Nya. Jadi, Aku katakan bahwa akal manusia telah kehilangan fungsi aslinya, dan hati nurani manusia juga telah kehilangan fungsi aslinya. Manusia yang kulihat adalah binatang liar dalam wujud manusia, dia adalah ular berbisa, dan tidak peduli seberapa menyedihkan dia berusaha menampilkan dirinya di depan-Ku, Aku tidak akan pernah berbelas kasihan terhadapnya, karena manusia tidak memahami perbedaan antara hitam dan putih, perbedaan antara kebenaran dan yang bukan kebenaran. Akal manusia begitu kebas, tetapi dia masih ingin mendapatkan berkat; kemanusiaannya begitu rendah, tetapi dia masih ingin memiliki kedaulatan seorang raja. Dia akan menjadi raja untuk siapa, dengan akal seperti itu? Bagaimana mungkin manusia dengan kemanusiaan seperti itu duduk di atas takhta? Manusia benar-benar tidak punya rasa malu! Dia adalah makhluk celaka yang sombong! Bagi engkau semua yang ingin mendapatkan berkat, Kusarankan agar engkau semua mencari cermin terlebih dahulu dan memandang cerminan buruk dirimu sendiri—apakah engkau memiliki apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang raja? Apakah engkau memiliki wajah seorang yang bisa memperoleh berkat? Belum ada sedikit pun perubahan dalam watakmu dan engkau belum menerapkan kebenaran apa pun, tetapi engkau masih mengharapkan hari esok yang luar biasa. Engkau menipu dirimu sendiri!" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Memiliki Watak yang Tidak Berubah Berarti Memusuhi Tuhan"). "Orang percaya kepada Tuhan untuk menerima berkat—bukankah hal inilah yang ada dalam hati semua orang? ... Tanpa motivasi untuk menerima berkat ini, apa yang akan kaurasakan? Dengan sikap apa engkau akan melakukan tugasmu? Jika motivasi ini disingkirkan, atau jika orang-orang itu sendiri berhenti menginginkan berkat dan melepaskannya, maka banyak dari antara mereka akan melakukan tugas mereka tanpa semangat dan merasa bahwa tidak ada gunanya percaya kepada Tuhan. Mereka akan merasa seolah-olah jiwa mereka telah diambil. Perasaan semacam ini ada dalam lubuk hati mereka yang terdalam. Mungkin, pada saat mereka melakukan tugas mereka atau menjalani kehidupan bergereja, mereka merasakan dalam diri mereka bahwa mereka tidak lagi memiliki motivasi untuk menerima berkat. Namun, menurut Tuhan tidaklah demikian. Orang-orang melihat penampilan luar mereka dan merasa diri mereka adalah orang baik serta mengira bahwa mereka telah berubah. Mereka berpikir bahwa mereka telah berpindah dari tahap antusiasme ke tahap mengejar kebenaran dalam melakukan tugas mereka, bahwa mereka tidak lagi mengandalkan antusiasme atau dorongan sesaat untuk melakukan tugas, tetapi mampu mengejar kebenaran dan berusaha keras untuk melakukan tugas mereka sesuai dengan standar saat mereka melakukannya, dan bahwa mereka terus-menerus mentahirkan diri mereka sehingga mereka akan memenuhi kehendak Tuhan dan memenuhi syarat sebagai makhluk ciptaan, dan bahwa mereka juga mampu untuk sedikit tunduk. Namun, jika sesuatu muncul yang secara langsung berkaitan dengan tempat tujuan dan kesudahan mereka, maka sifat asli orang yang sebenarnya dalam cara mereka berperilaku akan tersingkap sepenuhnya" ("Enam Indikator Kemajuan dalam Kehidupan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman penghakiman Tuhan membuatku tidak bisa bersembunyi. Sebelumnya, aku tahu secara teori bahwa iman tidak boleh hanya untuk berkat, tetapi aku tidak benar-benar mengenal diriku sendiri. Situasi ini benar-benar menyingkapkan motivasiku untuk mendapatkan berkat. Aku telah menyerahkan segalanya selama bertahun-tahun, menutup klinikku dan melakukan tugasku di gereja, melewati banyak penderitaan, apa pun yang datang menerpa. Kupikir dengan melakukan semua pengorbanan itu di dalam imanku, aku pasti akan mendapatkan perkenanan dan berkat Tuhan dan memiliki tempat tujuan yang baik, jadi aku benar-benar termotivasi dalam tugasku. Sekarang aku tidak mampu melakukan tugasku karena kesehatanku, jadi kupikir aku telah kehilangan tempat tujuanku dan impianku akan berkat pupus. Aku terlalu tertekan untuk bergerak. Aku tidak hanya menyesal menyerahkan segalanya, tetapi aku juga menyalahkan Tuhan, bernalar dengan-Nya dan menentang-Nya. Aku memperlakukan pengorbananku sebagai modal untuk bertransaksi dengan Tuhan demi berkat, berpikir bahwa Tuhan berutang tempat tujuan dan kesudahan yang baik kepadaku karena penderitaan dan kontribusiku. Tanpa itu, aku mengeluh dan menyalahkan Tuhan. Jadi, motif untuk diberkati tersembunyi di balik kenegatifanmu. Itu mengingatkanku pada firman Tuhan: "Tujuan imanmu kepada Tuhan adalah memanfaatkan Dia untuk mencapai tujuanmu sendiri. Bukankah ini merupakan fakta pelanggaranmu terhadap watak Tuhan?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Cara Mengenal Tuhan yang di Bumi"). Watak Tuhan tersingkap melalui firman-Nya. Perspektif dalam imanku adalah melakukan transaksi dengan Tuhan, menipu dan memperalat-Nya demi mendapatkan berkat yang kuinginkan. Itu menyinggung watak-Nya. Kontribusi dan pengorbanan Paulus semuanya adalah untuk menuntut mahkota kebenaran dari Tuhan. Ini sangat menyinggung watak Tuhan dan dia dihukum. Dan setelah aku membuat beberapa pengorbanan, aku menuntut upah, mahkota, perkenanan dan berkat, sama seperti dia. Ketika tidak mendapatkan apa yang kuharapkan, aku salah paham dan menyalahkan Tuhan, dan bahkan berpikir untuk mengkhianati-Nya. Di manakah nalar dan hati nuraniku? Salah satu sejenis Iblis seperti diriku yang memimpikan berkat benar-benar tak tahu malu! Jika saja kesehatanku tidak menghalangiku untuk melakukan tugasku, aku pasti takkan pernah melihat pengejaranku yang tidak benar dalam imanku, tetapi akan tetap berada di jalan yang salah, dan akhirnya berakhir seperti Paulus. Ini membuatku sedikit takut dan aku menyadari bahwa pengaturan Tuhan ini adalah kasih dan keselamatan-Nya bagiku! Aku sangat menyesal dan merasa bersalah setelah memahami kehendak Tuhan, dan menangis saat aku berdoa, "Ya Tuhan! Aku sangat bersyukur atas keselamatan-Mu. Tanpa disingkapkan dengan cara ini, aku pasti menentang-Mu dan masuk neraka tanpa mengetahui alasannya. Tuhan, aku ingin bertobat kepada-Mu dan berhenti mengejar berkat. Aku hanya ingin mengejar kebenaran, membuang watakku yang rusak, dan hidup dalam keserupaan dengan manusia."

Setelah berdoa, aku membaca lebih banyak firman Tuhan: "Sekarang Aku akan berfokus untuk menjelaskan kepada engkau semua bagaimana Petrus mengenal-Ku dan apa akhir hidupnya. ... Aku memperhadapkannya dengan ujian yang tak terhitung banyaknya—ujian yang tentu saja membuatnya setengah mati—tetapi di tengah ratusan ujian ini, tak sekalipun dia kehilangan imannya kepada-Ku. Bahkan ketika Aku mengatakan bahwa Aku sudah meninggalkannya, dia tetap tidak tawar hati, dan terus mengasihi-Ku dengan cara yang nyata dan sesuai dengan prinsip-prinsip penerapan masa lalu. Aku memberitahukan kepadanya bahwa Aku tidak akan memujinya meskipun dia mengasihi-Ku, bahwa Aku akhirnya akan melemparkannya ke tangan Iblis. Namun di tengah-tengah ujian seperti itu, ujian yang tidak menimpa dagingnya, melainkan ujian firman, dia tetap berdoa kepada-Ku dan berkata: 'Oh, Tuhan! Di antara surga dan bumi dan segala sesuatu, adakah manusia, makhluk apa pun, atau perkara apa pun yang tidak berada dalam genggaman tangan-Mu, Yang Mahakuasa? Ketika Engkau berbelas kasihan kepadaku, hatiku sangat bersukacita karena belas kasihan-Mu. Ketika engkau menghakimiku, meskipun aku mungkin tidak layak, aku mendapatkan perasaan yang lebih besar tentang perbuatan-Mu yang tak terselami, karena Engkau penuh dengan otoritas dan hikmat. Meskipun dagingku menderita kesukaran, rohku dihiburkan. Bagaimana mungkin aku tidak memuji hikmat dan perbuatan-Mu? Bahkan jika aku mati setelah mengenal-Mu, bagaimana mungkin aku tidak melakukannya dengan senang hati dan gembira? ...'" "Karena kesetiaannya di hadapan-Ku, dan karena berkat-Ku atasnya, dia telah menjadi teladan dan model bagi manusia selama ribuan tahun. Bukankah ini justru adalah contoh yang harus engkau semua tiru?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Firman Tuhan kepada Seluruh Alam Semesta, Bab 6"). Aku memahami dalam firman Tuhan bahwa Petrus tidak dibatasi oleh nasib atau tempat tujuannya. Bahkan ketika Tuhan berkata Dia tidak akan memperkenan Petrus meskipun kasihnya kepada Tuhan dan pada akhirnya akan menyerahkan dia kepada Iblis, Petrus tetap berusaha untuk mengasihi Tuhan dan tunduk sampai kematiannya. Tidak ada yang bersifat transaksional atau pemalsuan apa pun dalam kasih Petrus kepada Tuhan, tetapi itu adalah kasih sejati dan ketaatan. Aku menemukan jalan penerapan dari firman Tuhan dan menjadi bersedia untuk berusaha mengasihi Tuhan seperti Petrus, untuk menempuh jalan mengalami perubahan watak. Bagaimanapun Tuhan memperlakukan diriku, apa pun kesudahan dan tempat tujuanku, aku akan tunduk pada aturan dan penataan Tuhan dan benar-benar mengorbankan diriku bagi Dia. Aku tidak mampu melakukan tugasku di gereja seperti sebelumnya, tetapi aku telah menikmati makanan dari firman Tuhan beberapa tahun terakhir ini dan memiliki sedikit pengalaman, sehingga aku dapat menuliskan apa yang telah kupelajari dari pekerjaan Tuhan untuk memberi kesaksian tentang Dia. Ini juga berarti melakukan tugas makhluk ciptaan. Aku mulai banyak menenangkan diri di hadapan Tuhan, merenungkan firman-Nya dan menulis kesaksian dari pengalaman. Aku merasa jauh lebih dekat kepada Tuhan dan berhenti mencemaskan masa depan dan prospekku. Aku merasakan kebebasan yang luar biasa. Setelah melewati masa pemulihan, tekanan darahku pada dasarnya menjadi normal, dan aku melanjutkan tugasku di gereja.

Kupikir bahwa setelah pengalaman itu, aku memperoleh sedikit pemahaman tentang pandanganku akan kepercayaan kepada Tuhan, dan aku takkan terhalang oleh harapan akan berkat. Namun, setelah beberapa waktu, keinginan itu muncul kembali.

Aku terpilih sebagai pemimpin gereja. Dalam sebuah pertemuan, pemimpin kami meminta kami untuk memeriksa kemampuan masing-masing pemimpin kelompok untuk melakukan pekerjaan nyata dan mengatakan bahwa orang yang licik atau orang yang tidak mau menerima kebenaran tidak boleh memiliki kedudukan itu. Kupikir aku harus segera memeriksa mereka, karena memakai orang yang salah dapat membahayakan pekerjaan gereja, dan saudara-saudari. Tak hanya aku bisa kehilangan tugasku sebagai seorang pemimpin, tetapi itu juga akan menjadi pelanggaran, suatu perbuatan jahat. Sebulan kemudian, perubahan yang diperlukan telah dilakukan, dan aku merasa sangat senang. Namun, di luar dugaan, pemimpin kami segera mengetahui bahwa salah satu pilihanku adalah orang yang licik. Ini benar-benar membuatku merasa tidak nyaman. Aku merasa tidak melakukan tugasku dengan baik dan telah mengganggu pekerjaan gereja. Segera sesudah itu, saudara-saudari melaporkan bahwa pilihanku yang lain sangat congkak. Dia menolak saran orang lain yang masuk akal, dan memarahi serta menahan kemajuan mereka. Mereka ingin dia diberhentikan. Melihat masalah demi masalah muncul, aku merasa tak berdaya. Aku merasa sedih, dan merasa sepertinya aku memiliki pemahaman yang dangkal tentang kebenaran, bahwa aku tidak memiliki kebenaran kenyataan. Jika ada hal lain yang tidak beres dan berdampak pada pekerjaan gereja, itu akan menjadi kejahatan yang sangat besar. Lalu bukankah masa depanku, nasibku, kesudahan, dan tempat tujuanku akan lenyap? Aku merasa harus segera beralih ke tugas yang berbeda. Aku mulai merasa pusing pada suatu pagi, dan melihat tekanan darahku jauh lebih tinggi daripada biasanya. Aku memberi tahu pemimpin kami tentang hal itu, berpikir bahwa kerena masalah kesehatanku muncul, akan lebih baik jika dia mengalihkanku ke tugas lain. Maka aku takkan memiliki banyak tanggung jawab. Dengan tenang aku berkata kepada saudari yang bekerja bersamaku, "Aku rela menyerahkan jabatan ini jika diperlukan, dan aku akan melakukan tugas apa pun yang kubisa setelah itu." Dia menanganiku, mengatakan aku sedang memperlihatkan kenegatifan dan harus merenungkan diriku sendiri. Aku tidak mau menerima nasihatnya. Kupikir aku bersedia untuk menaati dan melakukan tugas apa pun yang kubisa. Bagaimana itu bisa dikatakan negatif? Namun, kemudian kupikir Tuhan telah mengizinkannya untuk mengatakan hal itu, jadi aku berdoa kepada Tuhan memohon bimbingan-Nya agar aku bisa mengetahui keadaanku yang sebenarnya.

Kemudian aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Bagaimanapun mereka diuji, kesetiaan mereka yang memiliki Tuhan di dalam hatinya tetap tidak berubah; tetapi bagi mereka yang tidak memiliki Tuhan di dalam hatinya, begitu pekerjaan Tuhan tidak menguntungkan bagi dagingnya, mereka berubah pandangan tentang Tuhan dan bahkan meninggalkan Tuhan. Itulah orang-orang yang tidak akan tetap bertahan sampai pada akhirnya, yang hanya mencari berkat Tuhan tanpa memiliki kerinduan untuk mengorbankan diri kepada Tuhan dan menyerahkan hidupnya bagi Tuhan. Orang-orang hina semacam itu semuanya akan dibuang ketika pekerjaan Tuhan berakhir, dan sama sekali tidak layak dikasihani. Mereka yang tidak memiliki kemanusiaan tidak mampu bersungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Ketika situasinya aman dan terjamin, atau ketika mereka bisa mendapatkan keuntungan, mereka taat sepenuhnya kepada Tuhan, tetapi begitu keinginan mereka tidak terkabul atau akhirnya ditolak, mereka langsung memberontak. Bahkan hanya dalam waktu semalam, mereka bisa berubah dari sosok manusia yang penuh senyum dan 'baik hati' menjadi pembunuh berwajah buruk yang kejam, yang tiba-tiba memperlakukan orang yang memberi kebaikan kepada mereka di masa lalu sebagai musuh bebuyutan, tanpa sebab atau alasan. Jika setan-setan ini tidak diusir keluar, setan-setan yang bisa membunuh tanpa ragu ini, bukankah mereka akan menjadi bahaya yang tersembunyi?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pekerjaan Tuhan dan Penerapan Manusia"). Firman penghakiman Tuhan seperti pukulan telak. Bukankah aku justru adalah jenis orang yang Dia singkapkan? Aku antusias dan bekerja keras ketika kupikir tugasku akan menghasilkan berkat. Kalau tidak ada berkat, aku memperlihatkan sisi lain dan tidak menginginkan tugas itu lagi. Aku hanya memikirkan masa depan dan tempat tujuanku. Ketika melakukan kesalahan, aku tidak merenung dan mencari kebenaran dalam kegagalanku, memperbaiki kekuranganku dan berusaha untuk melakukannya dengan baik, tetapi aku takut memiliki tanggung jawab dan membahayakan masa depanku. Aku ingin mengabaikan tugas ini dan menggantikannya dengan tugas yang lebih ringan tanggung jawabnya, menggunakan tekanan darahku sebagai alasan. Aku terlihat sangat masuk akal di luarnya, tetapi motifku yang hina tersembunyi di balik itu. Aku sangat licik!

Aku mulai merenungkan apa sumber sebenarnya dari sikapku yang selalu mencari berkat dalam imanku. Aku membaca bagian ini dalam firman Tuhan: "Semua manusia yang rusak hidup untuk diri mereka sendiri. Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri—inilah ringkasan dari natur manusia. Orang percaya kepada Tuhan demi diri mereka sendiri; mereka meninggalkan segala sesuatu, mengorbankan diri mereka bagi Dia, dan setia kepada Dia, tetapi mereka tetap melakukan semua hal ini demi diri mereka sendiri. Singkatnya, semua itu dilakukan dengan tujuan mendapatkan berkat bagi diri mereka sendiri. Di masyarakat, segala sesuatu dilakukan demi keuntungan pribadi; percaya kepada Tuhan semata-mata dilakukan untuk mendapatkan berkat. Demi mendapatkan berkat, orang meninggalkan segalanya dan mampu menanggung banyak penderitaan: semua ini merupakan bukti empiris dari natur manusia yang rusak" ("Perbedaan antara Perubahan Lahiriah dan Perubahan Watak" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Aku menyadari dari bagian ini bahwa aku selalu memikirkan diriku sendiri karena telah dirusak sedemikian dalam oleh Iblis. "Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri", dan "Jangan pernah bekerja sedikit pun kecuali ada upah", falsafah iblis untuk bertahan hidup ini telah menjadi naturku, membuatku makin egois, hina, dan mementingkan diri sendiri. Aku memikirkan keuntungan pribadi dalam segala hal yang kulakukan. Melihat jalanku dalam iman selama bertahun-tahun itu, titik awalku untuk melakukan tugasku adalah agar diberkati, diberi upah, dan akhirnya masuk ke dalam kerajaan surga. Kerja keras dan penderitaanku selama bertahun-tahun sebenarnya bukan melakukan tugas makhluk ciptaan atau benar-benar mengorbankan diri bagi Tuhan. Itu adalah untuk memperalat Tuhan, menipu Dia, untuk bertransaksi dengan Dia. Sama sekali bukan untuk mengasihi dan memuaskan Tuhan. Bagaimana aku bisa dikatakan sebagai orang beriman? Aku adalah orang tidak percaya. Tuhan mengangkatku untuk melayani sebagai pemimpin gereja agar aku bisa berlatih menggunakan kebenaran untuk memecahkan masalah, memiliki kepekaan dan wawasan, tetapi aku tidak menghargai kesempatan itu. Aku tidak berusaha memahami kebenaran, tetapi justru memikirkan masa depan dan nasibku. Aku berada di jalan yang bertentangan dengan Tuhan. Aku tahu aku harus bertobat dan mengejar kebenaran, atau aku pasti akan binasa.

Aku membaca firman Tuhan ini dalam salah satu perenunganku: "Satu-satunya alasan bagi Tuhan yang berinkarnasi untuk datang menjadi daging adalah karena kebutuhan manusia yang rusak. Ini karena kebutuhan manusia, bukan kebutuhan Tuhan, dan seluruh pengorbanan dan penderitaan-Nya adalah demi manusia, dan bukan demi keuntungan Tuhan sendiri. Tidak ada pro dan kontra atau upah bagi Tuhan; Dia tidak akan memanen tuaian di masa depan, selain apa yang awalnya menjadi milik-Nya. Semua yang dilakukan dan dikorbankan-Nya bagi umat manusia bukanlah agar Dia bisa mendapatkan upah yang besar, tetapi semata-mata demi umat manusia" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Manusia yang Rusak Lebih Membutuhkan Keselamatan dari Tuhan yang Berinkarnasi"). Aku sangat tersentuh oleh kasih Tuhan ketika merenungkan hal ini. Tuhan, mahatinggi, kudus, dan mulia, telah menjadi daging dua kali untuk menyelamatkan umat manusia yang dirusak sedemikian dalam, mengalami penghinaan dan penderitaan yang mengerikan. Tuhan Yesus disalibkan untuk menebus umat manusia, membayar harga dengan nyawa-Nya. Tuhan Yang Mahakuasa menjadi daging di Tiongkok pada akhir zaman, mengungkapkan kebenaran untuk mentahirkan dan menyelamatkan manusia, dianiaya dan dihujat oleh PKT dan dunia keagamaan. Dia menderita segalanya untuk bekerja di tengah-tengah kita, untuk memberi firman-Nya kepada kita tanpa imbalan, hanya untuk menyelamatkan kita dari pengaruh Iblis. Tuhan membayar harga yang begitu mahal untuk menyelamatkan umat manusia, tanpa pernah memikirkan keuntungan atau kerugian-Nya sendiri. Dia tidak meminta imbalan apa pun dari kita, Dia tidak menuntut upah. Kasih-Nya tanpa pamrih dan benar. Esensi Tuhan begitu indah dan baik! Lalu melihat diriku sendiri, aku berkata bahwa aku memiliki iman dan ingin menyenangkan Tuhan, tetapi aku sama sekali tidak tulus terhadap-Nya. Dengan kedok bekerja untuk-Nya, aku sebenarnya melakukan transaksi untuk memperoleh berkat, memperalat dan menipu Tuhan. Aku melihat betapa egois, licik, hina, dan memalukannya diriku. Aku hidup dalam keserupaan dengan Iblis. Orang yang menentang Tuhan seperti diriku, sejenis Iblis, takkan pernah mendapatkan perkenanan Tuhan, apa pun pengorbanan mereka. Aku juga membaca bagian ini dalam firman Tuhan: "Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia harus berupaya untuk melakukan tugas seorang makhluk ciptaan Tuhan, dan berusaha untuk mengasihi Tuhan tanpa mengajukan pilihan lain, sebab Tuhan layak menerima kasih manusia. Mereka yang berusaha untuk mengasihi Tuhan tidak boleh mencari keuntungan pribadi atau mencari apa yang mereka sendiri dambakan; inilah cara pengejaran yang paling benar" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani"). Aku memahami dari firman Tuhan bahwa makhluk ciptaan tidak boleh memiliki iman demi memperoleh berkat. Mengejar kasih kepada Tuhan dan melakukan tugas kita dengan benar adalah satu-satunya kehidupan yang bermakna. Aku menaikkan doa ini kepada Tuhan: "Tuhan, aku ingin meninggalkan jalan kejahatan dan bertobat kepada-Mu, berhenti mencari berkat. Apa pun tempat tujuan akhirku, aku ingin melakukan tugasku dengan baik untuk membalas kasih-Mu." Setelah aku memperbaiki keadaanku, tekanan darahku menjadi stabil.

Aku juga menyaksikan beberapa pembacaan firman Tuhan. "Tidak ada hubungan antara tugas manusia dan apakah dia diberkati atau dikutuk. Tugas adalah apa yang manusia harus penuhi; itu adalah panggilan surgawinya, dan seharusnya tidak bergantung pada imbalan jasa, kondisi, atau nalar. Baru setelah itulah dia bisa dikatakan melakukan tugasnya. Diberkati adalah ketika orang disempurnakan dan menikmati berkat Tuhan setelah mengalami penghakiman. Dikutuk adalah ketika wataknya tidak berubah setelah mereka mengalami hajaran dan penghakiman, itu adalah ketika mereka tidak mengalami proses disempurnakan tetapi dihukum. Namun terlepas dari apakah mereka diberkati atau dikutuk, makhluk ciptaan harus memenuhi tugasnya, melakukan apa yang seharusnya dilakukan, dan melakukan apa yang mampu dilakukannya; inilah yang setidaknya harus dilakukan oleh orang yang mengejar Tuhan. Engkau tidak seharusnya melakukan tugasmu hanya untuk diberkati, dan engkau tidak seharusnya menolak untuk bertindak karena takut dikutuk. Kuberitahukan satu hal kepadamu: pelaksanaan tugas manusia adalah apa yang harus dia lakukan, dan jika dia tidak mampu melaksanakan tugasnya, maka ini adalah pemberontakannya. Melalui proses melakukan tugasnyalah manusia secara berangsur-ansur akan diubahkan, dan melalui proses inilah dia menunjukkan kesetiaannya. Karena itu, semakin banyak tugas yang mampu kaulakukan, semakin banyak kebenaran yang akan kauterima, dan akan semakin nyata pengungkapanmu" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perbedaan antara Pelayanan Tuhan yang Berinkarnasi dan Tugas Manusia"). "Apakah orang dapat memperoleh keselamatan atau tidak bukanlah tergantung pada tugas apa yang mereka penuhi, tetapi pada apakah mereka telah memahami dan memperoleh kebenaran, dan apakah mereka mampu tunduk atau tidak pada pengaturan Tuhan dan menjadi makhluk ciptaan yang sejati. Tuhan itu benar, dan dengan prinsip inilah Dia menilai seluruh umat manusia. Prinsip ini tidak dapat diubah, dan engkau harus mengingat ini. Jangan berpikir tentang mencari jalan lain, atau mengejar hal yang tidak nyata. Standar-standar yang Dia tuntut dari semua orang yang memperoleh keselamatan selamanya tidak berubah; standar-standar ini tetap sama, siapa pun dirimu" ("Sikap yang Seharusnya Dimiliki Manusia terhadap Tuhan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman ini membantuku memahami bahwa tugas kita tidak ada hubungannya dengan apakah kita diberkati atau dikutuk pada akhirnya. Kunci untuk sepenuhnya diselamatkan adalah apakah kita mengejar dan memperoleh kebenaran atau tidak, dan dapat mengubah watak kita atau tidak. Tugas apa yang kulakukan dan kapan semuanya ditentukan oleh Tuhan, serta kesudahan dan tempat tujuanku bahkan lebih tunduk pada aturan dan penataan Tuhan. Yang harus kulakukan adalah menerima pengaturan Tuhan dan melakukan tugasku dengan setia. Aku juga menyadari bahwa aku tidak memiliki kebenaran kenyataan dan terlalu kekurangan kebenaran, itulah sebabnya tugas itu menyingkapkan kesalahan dan kekuranganku. Mencari kebenaran dan memahami prinsip-prinsip ini dapat memperbaiki kekuranganku dan membantuku bertumbuh dalam hidup. Setelah memahami hal ini, aku berhenti mengkhawatirkan masa depan dan nasibku, dan tidak mau berganti tugas lagi. Aku bekerja dengan setia, mencari kebenaran untuk mengatasi masalah apa pun yang muncul, perlahan-lahan memahami beberapa prinsip, dan secara berangsur-angsur aku melakukan lebih sedikit kesalahan dalam tugasku. Mengikuti firman Tuhan dan tidak mengejar berkat dalam tugasku benar-benar membebaskan bagiku. Aku telah diberkati dan dipimpin oleh Tuhan, dengan hasil yang makin lebih baik.

Selanjutnya: Pilihan yang Menyakitkan

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Melaporkan atau Tidak

Oleh Saudari Yang Yi, TiongkokTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Demi nasibmu, engkau semua harus mencari perkenanan Tuhan. Dengan kata lain,...