Berkat Terselubung dari Penyakit
Oleh Saudari Xiao Lan, TiongkokPada tahun 2014, Partai Komunis mulai memfitnah Gereja Tuhan Yang Mahakuasa dengan Kasus Zhaoyuan pada 28...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Aku telah bekerja sama dalam melakukan pekerjaan pembersihan di gereja. Setelah beberapa tahun berlatih, aku pun memahami sejumlah prinsip terkait tugas-tugasku, dan tugas-tugasku pun telah membuahkan sejumlah hasil. Ketika membicarakan berbagai masalah, para pemimpin, diaken, dan saudara-saudari yang bekerja sama denganku secara umum sepakat dengan sudut pandangku. Mereka datang kepadaku untuk bersekutu dan menerima pendapatku ketika mereka kesulitan menangkap persoalan dengan jelas. Aku mulai merasa unggul dan berpikir bahwa aku lebih baik daripada mereka. Pada Desember 2020, aku dipromosikan untuk melaksanakan tugas-tugasku di daerah lain. Dua saudari yang bekerja sama denganku telah melaksanakan tugas itu lebih lama daripada diriku, dan mereka memiliki pemahaman yang lebih baik tentang prinsip-prinsip. Beberapa kali, kami bersama-sama menganalisis materi-materi untuk mengeluarkan orang. Dua saudari itu menganalisisnya secara sangat menyeluruh dengan menghubungkannya dengan prinsip-prinsip. Aku hendak berbicara dalam persekutuan, tetapi aku merasa bahwa mereka baru saja mempersekutukan hal yang aku pahami, dan aku bahkan belum menyadari beberapa masalah yang mereka kemukakan. Jadi, kupikir lebih baik aku tidak berkata apa-apa, dan apa pun yang kukatakan tidaklah penting dan hanya akan membuatku terlihat tidak mumpuni. Jadi, aku tetap diam. Di lain waktu, kami menganalisis sebuah dokumen tentang pengusiran satu orang jahat. Aku tidak merasa bahwa orang itu benar-benar orang jahat, jadi aku mempersekutukan sudut pandangku. Lalu, salah satu saudari itu berkata bahwa dia yakin orang itu memiliki esensi orang jahat. Dia memaparkan analisisnya dengan menyebutkan perbuatan jahat orang itu dan esensi dari tindakannya. Saudari yang lain juga sepakat dengannya. Setelah mendengarkan perkataan mereka, kupikir persekutuan kedua saudari itu benar dan didasarkan pada prinsip-prinsip, lalu aku tiba-tiba merasa malu. Aku berpikir, "Aku telah mempermalukan diriku sendiri. Apa yang kedua saudari itu pikirkan tentangku sekarang? Akankah mereka berpikir bahwa aku tidak bisa mengetahui yang sebenarnya dan berkualitas buruk?" Belakangan, ketika kami menganalisis berbagai materi bersama-sama lagi, aku tidak berani maju dan mengungkapkan pandangan-pandanganku karena aku takut akan pandangan orang lain tentangku jika persekutuanku keliru. Sebelumnya, di antara saudara-saudari yang pernah bekerja sama denganku, tidak ada yang melaksanakan tugas-tugas mereka sebaik diriku. Namun, kini kedua saudari yang bekerja sama denganku lebih baik dariku dalam semua segi, jadi aku merasa seperti orang yang paling tidak mumpuni di sana. Aku merasa seolah tidak ada, dan aku sering tenggelam dalam keadaan merasa tertekan. Selama masa itu, keadaanku sangat buruk, dan terkadang aku bahkan ingin lari dari situasi itu dan tidak lagi melaksanakan tugas-tugasku di sana. Tidak lama kemudian, karena adanya pengurangan beban kerja, personel perlu dirampingkan, dan para pemimpin menilai bahwa kualitasku sedang-sedang saja lalu mengalihkanku ke tugas lain.
Setelah beberapa lama, karena adanya peningkatan beban kerja, para pemimpin menulis surat dan memintaku untuk terus melaksanakan pekerjaan pembersihan di daerah lain. Ketika melihat surat mereka, aku merasa sedikit menentang dan berpikir, "Semua saudara-saudari yang akan bekerja sama denganku di sana memiliki kualitas yang lebih baik dariku. Mereka juga lebih baik dariku dalam mempersekutukan kebenaran dan memandang berbagai hal. Aku tidak akan menonjol dalam tugas-tugasku di sana dan akhirnya hanya akan membuat diriku terlihat bodoh. Aku tidak ingin pergi ke sana." Jadi, aku menolak dan berdalih bahwa kualitasku buruk dan aku tidak dapat menangani tugas itu. Seiring dengan meningkatnya beban kerja, para pemimpin dan pekerja menyuratiku beberapa kali dalam persekutuan. Namun, ketika aku berpikir bahwa saudara-saudari di daerah lain itu memiliki kemampuan kerja dan kualitas yang baik aku merasa bahwa kehadiranku tidak akan terasa di sana. Jadi, aku terus menolak permintaan mereka. Kenyataannya, aku merasa sangat gelisah ketika menghindari tugas-tugasku dan merasa bersalah, tetapi kemudian aku berpikir, "Di mana pun aku melaksanakan tugas-tugasku, semuanya sama saja. Pekerjaan di sini juga memerlukan orang-orang yang saling bekerja sama. Jadi, aku cukup bekerja lebih keras dan melaksanakan tugas-tugasku di sini dengan baik."
Beberapa waktu kemudian, seorang saudari menyuratiku, menceritakan pengalaman pribadinya ketika dialihtugaskan untuk bersekutu denganku. Dia juga mengungkapkan bahwa keenggananku untuk melaksanakan tugas-tugasku di daerah lain mungkin disebabkan karena aku terkekang oleh reputasi dan status. Dia juga mengingatkanku untuk menghadapi masalah-masalahku dan mencari kebenaran untuk menyelesaikannya. Aku sangat tersentuh membaca persekutuan yang sepenuh hati dari saudari itu. Aku menyadari bahwa aku telah menolak tugas-tugasku berulang kali, dan dengan demikian, aku benar-benar memberontak terhadap Tuhan! Aku tahu bahwa ini adalah kesempatan lain yang Tuhan berikan kepadaku untuk bertobat, dan aku harus mengambilnya. Kulihat bahwa di surat itu, saudari tersebut telah mencarikan suatu bagian firman Tuhan untuk kubaca: "Keadaan seperti apakah yang ada dalam diri orang saat mereka memiliki watak keras kepala? Mereka terutama bersikap keras kepala dan merasa diri benar. Mereka selalu berpaut pada gagasan mereka sendiri, mereka selalu menganggap apa yang mereka katakan benar, mereka sama sekali tidak fleksibel, dan mereka berpendirian keras. Ini adalah sikap keras kepala. Mereka seperti orang berkepala batu, tidak mau mendengarkan siapa pun, bersiteguh pada satu tindakan tertentu, bersikeras terus melakukannya, tanpa peduli apakah itu benar atau salah; ada sikap yang tak mau bertobat dalam hal ini. Sebagaimana pepatah mengatakan, 'Babi yang sudah mati tidak takut pada air mendidih.' Orang tahu betul apa yang benar yang harus mereka lakukan, tetapi mereka tidak melakukannya, mereka bersiteguh tidak mau menerima kebenaran. Ini adalah sejenis watak: watak keras kepala. Dalam situasi seperti apa engkau semua memperlihatkan watak yang keras kepala? Apakah engkau sering keras kepala? (Ya.) Sangat sering! Dan karena keras kepala adalah watakmu, watak ini menyertaimu di setiap detik keberadaanmu setiap harinya. Sikap keras kepala menghalangi orang sehingga mereka tidak mampu datang ke hadapan Tuhan, tidak mampu menerima kebenaran, dan tidak mampu masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Dan jika engkau tidak mampu masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dapatkah perubahan terjadi dalam aspek watakmu ini? Hanya dengan sangat bersusah payah. Sekarang ini, sudahkah terjadi perubahan dalam aspek watakmu yang keras kepala ini? Dan, seberapa banyakkah perubahan yang telah terjadi? Misalnya, katakanlah engkau dahulu sangat keras kepala, tetapi sekarang telah terjadi sedikit perubahan dalam dirimu: ketika menghadapi suatu masalah, ada sedikit kepekaan hati nurani di dalam hatimu, dan engkau berkata dalam hati, 'Aku harus menerapkan kebenaran dalam hal ini. Karena Tuhan telah menyingkapkan watak keras kepala ini—karena aku telah mendengarnya, dan sekarang mengetahuinya—oleh karena itu, aku harus berubah. Dahulu, ketika beberapa kali aku menghadapi hal semacam ini, aku menuruti dagingku dan gagal, dan aku merasa tidak bahagia karenanya. Kali ini, aku harus menerapkan kebenaran.' Dengan memiliki keinginan seperti itu, akan mungkin bagimu untuk menerapkan kebenaran, dan ini adalah perubahan. Jika engkau telah mengalaminya dengan cara seperti ini selama beberapa waktu, dan engkau makin mampu menerapkan kebenaran, dan ini membuatmu mengalami perubahan yang lebih besar, dan engkau makin jarang memperlihatkan watakmu yang memberontak dan keras kepala, apakah sudah terjadi perubahan dalam watak hidupmu? Jika watakmu yang memberontak terlihat jauh lebih berkurang, dan ketundukanmu kepada Tuhan telah menjadi jauh lebih besar, itu berarti telah terjadi perubahan nyata. Jadi, sampai sejauh mana engkau harus berubah untuk mencapai ketundukan sejati? Engkau telah berhasil ketika tidak ada lagi sedikit pun sikap keras kepala, melainkan hanya ada ketundukan. Ini adalah proses yang berjalan lambat. Perubahan watak tidak terjadi dalam semalam, itu perlu dialami dalam jangka panjang, bahkan mungkin perlu dialami seumur hidup. Terkadang orang perlu mengalami banyak kesukaran besar, kesukaran yang sama dengan menghidupkan kembali orang yang sudah mati, kesukaran yang lebih sulit dan menyakitkan daripada mengikis racun dari tulang-tulangmu" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Memahami Enam Jenis Watak Rusak Ini, Barulah Orang Dapat Mengenal Dirinya dengan Benar"). Yang Tuhan singkapkan adalah keadaanku. Selama itu, aku hidup dengan watak yang keras kepala. Hal itu menghalangiku datang ke hadapan Tuhan untuk mencari kebenaran, dan membuatku tidak dapat tunduk pada penataan dan pengaturan Tuhan. Aku kembali memikirkan penataan para pemimpin bagiku untuk melaksanakan tugas-tugasku di daerah lain. Aku tahu bahwa aku harus memprioritaskan pekerjaan gereja, tetapi aku khawatir bahwa para saudari yang akan bekerja sama denganku memiliki kualitas dan kemampuan mengidentifikasi yang lebih baik daripadaku, dan aku takut bahwa dengan bekerja bersama mereka dalam tugas-tugasku, aku bukan hanya tidak akan diakui, melainkan juga akan terlihat kurang mampu, dan aku akan merasa tidak berarti. Untuk melindungi reputasi dan statusku, aku berkeras menolak tugas-tugasku berkali-kali. Tak peduli bagaimana orang lain bersekutu denganku, aku tetap tidak mau mendengarkan. Hatiku sepenuhnya tertutup kepada Tuhan. Aku benar-benar keras kepala dan keras hati! Aku tahu bahwa beban kerja di daerah itu berat dan mereka memerlukan lebih banyak orang untuk membantu. Namun, di saat yang genting itu, aku hanya memedulikan harga diri serta statusku, dan tidak memikirkan pekerjaan gereja sama sekali. Aku begitu egois, tercela, dan tidak memiliki kemanusiaan! Aku merasa benar-benar menyesal, jadi aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, watakku begitu bandel dan keras kepala. Aku tahu kebenaran tetapi tidak menerapkannya. Aku bersedia mengubah keadaanku yang suka memberontak ini dan mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah-masalahku. Tolong bimbinglah dan tuntunlah aku." Setelahnya, aku menulis surat kepada para pemimpin dan mengungkapkan kesediaanku untuk melaksanakan tugas-tugasku di daerah lain.
Belakangan, aku merenungkan alasanku tidak bersedia melaksanakan tugas-tugasku di daerah lain, dan aku menyadari bahwa itu karena tugas-tugas tersebut membahayakan reputasi serta statusku. Jadi, aku secara sadar mencari kebenaran terkait aspek itu. Aku membaca suatu bagian firman Tuhan: "Antikristus dengan enggan melaksanakan tugas mereka agar memperoleh berkat. Mereka juga bertanya apakah dengan melaksanakan tugas ini mereka akan dapat menampilkan diri mereka dan dihormati, dan apakah Yang di Atas atau Tuhan akan tahu jika mereka melaksanakan tugas ini. Semua ini adalah hal-hal yang mereka pikirkan ketika melaksanakan tugas. Hal pertama yang ingin mereka yakini adalah manfaat apa yang dapat mereka peroleh dengan melaksanakan suatu tugas dan apakah mereka dapat diberkati atau tidak. Inilah hal yang paling penting bagi mereka. Mereka tidak pernah merenungkan bagaimana menjadi orang yang memikirkan maksud-maksud Tuhan dan membalas kasih Tuhan, bagaimana memberitakan Injil dan bersaksi bagi Tuhan sehingga orang memperoleh keselamatan dari Tuhan dan memperoleh kebahagiaan, dan terlebih dari itu, mereka juga tidak pernah berusaha memahami kebenaran, atau berusaha untuk membereskan watak rusak mereka, dan hidup dalam keserupaan dengan manusia. Mereka tidak pernah mempertimbangkan hal-hal ini. Mereka hanya memikirkan apakah mereka dapat diberkati dan memperoleh manfaat atau tidak, bagaimana mendapatkan kedudukan yang kokoh dan stabil, bagaimana mendapatkan status, bagaimana membuat orang menghormati mereka, dan bagaimana menonjol diri dan menjadi yang terbaik di gereja dan di antara orang banyak. Mereka sama sekali tidak mau menjadi pengikut biasa. Mereka selalu ingin menjadi yang pertama di gereja, menjadi penentu keputusan, menjadi pemimpin, dan membuat semua orang mendengarkan mereka. Hanya dengan demikianlah mereka bisa dipuaskan. Engkau semua dapat melihat bahwa hati antikristus itu penuh dengan hal-hal ini. Apakah mereka benar-benar mengorbankan diri untuk Tuhan? Apakah mereka benar-benar melaksanakan tugas mereka sebagai makhluk ciptaan? (Tidak.) Lalu apa yang ingin mereka lakukan? (Memegang kekuasaan.) Benar. Mereka berkata, 'Bagiku, aku ingin mengalahkan orang lain di dunia sekuler. Aku harus menjadi yang pertama di kelompok mana pun. Aku tidak mau menjadi yang kedua, dan aku tidak akan pernah menjadi pembantu. Aku ingin menjadi pemimpin dan menjadi penentu keputusan di kelompok orang mana pun yang kuikuti. Jika aku tidak menjadi penentu keputusan, aku akan mencoba segala cara untuk meyakinkan engkau semua, membuatmu menghormatiku, dan membuatmu memilihku sebagai pemimpin. Begitu aku memiliki status, aku akan menjadi penentu keputusan, semua orang harus mendengarkanku. Engkau harus melakukan segala sesuatu dengan caraku, dan engkau harus berada di bawah kendaliku.' Tugas apa pun yang antikristus lakukan, mereka akan mencoba menempatkan diri mereka pada posisi yang tinggi, pada posisi yang unggul. Mereka tidak pernah merasa puas dengan posisi mereka sebagai pengikut biasa. Dan apa yang paling ingin mereka sukai? Berdiri di depan orang-orang untuk memberi perintah dan menyuruh orang pergi, membuat orang menuruti apa yang mereka katakan. Mereka tidak pernah berpikir tentang bagaimana melaksanakan tugas mereka dengan semestinya—terlebih dari itu, saat melaksanakan tugas, mereka tidak mencari prinsip-prinsip kebenaran agar dapat menerapkan kebenaran dan memuaskan Tuhan. Sebaliknya, mereka memeras otak mencari cara untuk menonjolkan diri, membuat para pemimpin menghormati mereka dan mempromosikan mereka, sehingga mereka sendiri dapat menjadi seorang pemimpin atau pekerja, serta dapat memimpin orang lain. Inilah yang mereka pikirkan dan harapkan sepanjang hari. Antikristus tidak mau dipimpin oleh orang lain, dan mereka juga tidak mau menjadi pengikut biasa, apalagi melaksanakan tugas mereka secara diam-diam. Apa pun tugas mereka, jika mereka tidak bisa menjadi yang terdepan atau pusat perhatian, jika mereka tidak bisa mengungguli orang lain, dan memimpin orang lain, mereka akan merasa melaksanakan tugas itu sangatlah membosankan, lalu menjadi negatif dan mulai bermalas-malasan. Tanpa orang lain memuji dan memuja mereka, tugas itu menjadi makin tidak menarik bagi mereka, dan bahkan hasrat mereka untuk melaksanakan tugas pun menjadi makin berkurang. Namun, jika mereka bisa menjadi yang terdepan dan pusat perhatian sementara melaksanakan tugas serta dapat menjadi penentu keputusan, mereka akan merasa dikuatkan, dan akan menderita kesulitan apa pun. Mereka selalu memiliki niat pribadi dalam pelaksanaan tugas mereka, dan mereka selalu ingin menonjolkan diri sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan mereka untuk mengungguli orang lain, dan memuaskan hasrat dan ambisi mereka. Saat melaksanakan tugas mereka, selain sangat kompetitif—bersaing dalam segala hal untuk menonjol, menjadi yang teratas, mengungguli orang lain—mereka juga berpikir tentang bagaimana mereka dapat mempertahankan status, reputasi, dan martabat mereka" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tujuh)). Tuhan mengungkapkan bahwa di mana pun para antikristus melaksanakan tugas-tugas mereka, mereka melakukannya untuk memuaskan hasrat mereka akan status. Jika mereka adalah tokoh atau pemimpin terkemuka di antara orang-orang, dan mereka dapat menonjol dan dikagumi, mereka akan termotivasi dalam apa pun yang mereka lakukan. Namun, jika mereka tidak dapat menonjol dan selalu gagal menjadi orang hebat, mereka bahkan tidak akan mau melaksanakan tugas-tugas mereka. Ketika membandingkan antara pandanganku tentang pengejaran dan pemahaman ini, aku menyadari bahwa pandanganku itu sama seperti pandangan antikristus. Ketika aku ditugaskan untuk melaksanakan tugasku di daerah lain dan melihat bahwa para saudari yang bekerja sama denganku memiliki kualitas dan kemampuan kerja yang lebih baik daripadaku, aku merasa kurang mampu dan tidak berguna di antara mereka dan seakan-akan tidak ada. Hal itu membuatku sering hidup dalam keadaan sedih dan tertekan, serta tidak memedulikan cara melaksanakan tugas-tugasku dengan baik. Aku pun sering berharap dapat lari dari keadaan ini. Setelah dialihtugaskan, aku tidak merenungkan jalan keliru yang telah kutempuh, dan ketika para pemimpin kembali mengatur agar aku melaksanakan tugas-tugasku di daerah lain, aku mencari berbagai dalih untuk menolak karena aku merasa tidak akan dapat menonjol. Meskipun saudara-saudari bersekutu denganku berkali-kali dan aku tahu bahwa beban kerja di daerah itu berat dan sangat membutuhkan bantuan banyak orang, aku tetap mengabaikan pekerjaan gereja. Kekhawatiranku tentang reputasi dan status benar-benar menguasaiku. Aku selalu mengaku bahwa aku melaksanakan tugas-tugasku untuk memuaskan Tuhan dan membalas kasih-Nya, tetapi kini aku melihat bahwa segala pengorbanan, jerih payah, dan penderitaanku adalah demi reputasi dan status. Aku tidak melaksanakan tugas-tugasku sama sekali, tetapi malah berusaha untuk memanfaatkan dan mengelabui Tuhan. Belakangan, aku bertanya kepada diriku sendiri, "Mengapa aku begitu mementingkan reputasi dan status?" Itu karena racun Iblis seperti "Lebih baik menjadi ikan besar di kolam kecil" dan "Manusia membutuhkan harga dirinya seperti pohon membutuhkan kulitnya" telah berakar dalam hatiku serta menjadi tujuan yang harus kukejar dan aturan untuk bertahan. Aku percaya bahwa dalam menjalani hidup orang harus menonjol dan dikagumi orang lain, dan bahwa menjalani hidup yang seperti itulah yang bermakna dan berharga. Jika aku tidak pernah bisa menonjol atau selalu dipandang rendah ke mana pun aku pergi, aku merasa menjalani hidup yang menyedihkan. Meskipun kelihatannya aku melaksanakan tugas-tugasku, di dalam hati aku hanya berfokus pada upaya memantapkan diri serta meraih reputasi dan status. Ketika pekerjaan gereja memerlukan kerja samaku, aku mencari-cari dalih untuk menolak karena hasratku akan reputasi dan status tidak terpenuhi. Karena hidup berdasarkan racun-racun Iblis ini, aku menjadi sangat congkak dan egois, tidak memiliki keserupaan dengan manusia, dan aku tanpa sadar menentang dan memberontak terhadap Tuhan. Selama masa itu, aku berulang kali menolak tugas-tugasku dan sering merasa takut dan gelisah, merasa seakan-akan aku berada di ambang bahaya. Sikap semacam ini terhadap tugas-tugasku dapat menyinggung watak Tuhan, dan jika aku tidak bertobat kepada Tuhan, aku pasti akan disisihkan dan disingkirkan oleh Tuhan. Begitu menyadari ini, aku merasa sangat takut, dan aku menyadari bahwa menolak tugas-tugasku adalah masalah yang serius. Aku dipenuhi oleh penyesalan dan rasa bersalah, dan aku membenci diriku sendiri karena dapat memberontak terhadap Tuhan dengan cara seperti itu, serta meninggalkan pelanggaran dan noda. Aku benar-benar berutang banyak sekali kepada Tuhan! Pengejaran reputasi dan status adalah jalan menuju kemusnahan, dan tidak ada jalan untuk kembali, jadi aku ingin mengubah pandanganku tentang pengejaran.
Belakangan, aku menemukan jalan penerapan dan masuk ke dalam firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Karena engkau ingin menetap dengan damai di dalam rumah Tuhan sebagai anggota, engkau harus terlebih dahulu belajar bagaimana menjadi makhluk ciptaan yang baik dan melaksanakan tugasmu sesuai dengan posisimu. Di rumah Tuhan, engkau akan menjadi makhluk ciptaan yang hidup sesuai dengan namanya. Makhluk ciptaan adalah identitas dan sebutanmu secara lahiriah, dan itu seharusnya memiliki perwujudan dan hakikat yang spesifik. Ini bukan sekadar tentang memiliki sebutan; tetapi karena engkau adalah makhluk ciptaan, engkau harus melaksanakan tugas-tugas sebagai makhluk ciptaan. Karena engkau adalah makhluk ciptaan, engkau harus memenuhi tanggung jawab tersebut. Jadi, apa sajakah tugas dan tanggung jawab makhluk ciptaan? Firman Tuhan dengan jelas menjabarkan tugas, kewajiban, dan tanggung jawab makhluk ciptaan, bukan? Mulai hari ini dan seterusnya, engkau adalah anggota sejati keluarga Tuhan, dengan kata lain, engkau mengakui dirimu sendiri sebagai salah satu dari makhluk ciptaan Tuhan. Oleh karena itu, mulai hari ini, engkau harus merumuskan kembali rencana hidupmu. Engkau tidak boleh lagi mengejar tetapi harus melepaskan cita-cita, keinginan, dan tujuan yang sebelumnya kautetapkan untuk hidupmu. Sebaliknya, engkau harus mengubah identitas dan sudut pandangmu agar dapat merencanakan tujuan dan arah hidup yang seharusnya dimiliki oleh makhluk ciptaan. Yang pertama dan terutama, tujuan dan arahmu tidak boleh menjadi seorang pemimpin, atau memimpin atau unggul dalam industri apa pun, atau menjadi tokoh terkenal yang melaksanakan tugas tertentu atau menguasai keahlian tertentu. Tujuanmu seharusnya adalah menerima tugasmu dari Tuhan, yaitu mengetahui pekerjaan apa yang harus kaulakukan sekarang, pada saat ini, dan memahami tugas apa yang harus kaulaksanakan. Engkau harus bertanya apa yang Tuhan tuntut darimu dan tugas apa yang telah diatur untukmu di rumah-Nya. Engkau harus memahami dan mendapatkan kejelasan tentang prinsip-prinsip yang harus dipahami, dipegang, dan diikuti sehubungan dengan tugas itu. Jika engkau tidak mampu mengingatnya, engkau dapat menuliskannya di kertas atau mencatatnya di komputermu. Luangkan waktu untuk meninjau dan merenungkannya. Sebagai bagian dari makhluk ciptaan, tujuan hidup utamamu adalah melaksanakan tugasmu sebagai makhluk ciptaan dan menjadi makhluk ciptaan yang layak. Inilah tujuan hidup paling mendasar yang harus kaumiliki. Yang kedua dan yang lebih spesifik adalah bagaimana melaksanakan tugasmu sebagai makhluk ciptaan dan menjadi makhluk ciptaan yang layak. Tentu saja, tujuan atau arah apa pun yang berkaitan dengan reputasi, status, kesombongan, masa depan, dan sebagainya harus dilepaskan" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (7)"). Dari firman Tuhan, aku pun memahami bahwa aku adalah makhluk ciptaan dan bahwa aku harus berusaha untuk melaksanakan tugas-tugasku sebagai makhluk ciptaan. Itulah tanggung jawabku. Aku tidak boleh selalu berfokus pada cara orang lain memandangku atau bersaing dengan orang lain tentang kemampuan siapa yang lebih baik. Yang harus kulakukan adalah tunduk, melaksanakan tugas-tugasku sesuai dengan tuntutan dan prinsip-prinsip rumah Tuhan dengan sikap membumi, lebih banyak berdoa kepada Tuhan tentang hal-hal yang tidak kupahami, mencari persekutuan dari orang lain, dan mencurahkan upaya pada prinsip-prinsip kebenaran. Itulah cara yang tepat untuk bertindak.
Kini, ketika aku melaksanakan tugasku di daerah lain, aku kadang masih salah menilai atau salah memperhitungkan masalah saat menelaah materi untuk mengeluarkan orang. Ketika ada masalah dalam keputusan yang kutulis tentang mengeluarkan orang itu, dan orang-orang menawarkan saran serta perbaikan, aku masih merasa agak tidak nyaman dan mengkhawatirkan pandangan orang lain terhadapku. Ketika perasaan-perasaan ini timbul, aku menyadari bahwa aku terikat dan terkekang oleh hasratku akan reputasi dan status. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan, bersedia untuk menghadapi kekurangan-kekuranganku dengan cara yang tepat, menerima saran-saran yang tepat, dan melaksanakan tugas-tugasku sesuai dengan prinsip. Setelah memperoleh pengalaman, aku akhirnya menyadari bahwa meskipun aku masih memiliki banyak kekurangan dalam tugas-tugasku, aku telah mengalami kemajuan dalam hal menilai dan memandang orang-orang serta hal-hal lewat bimbingan, persekutuan, dan bantuan dari saudara-saudari yang menjadi rekanku. Pilihan kataku juga menjadi jauh lebih tepat daripada sebelumnya. Hal-hal ini benar-benar telah membantuku dalam menebus banyak kekuranganku. Meskipun kadang aku masih mengkhawatirkan reputasi dan statusku, aku mampu berdoa kepada Tuhan agar dapat memberontak terhadap diriku sendiri dan tidak begitu terkekang oleh hasratku akan reputasi dan status. Terima kasih, Tuhan, karena telah menyelamatkanku!
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Oleh Saudari Xiao Lan, TiongkokPada tahun 2014, Partai Komunis mulai memfitnah Gereja Tuhan Yang Mahakuasa dengan Kasus Zhaoyuan pada 28...
Oleh Saudara Zhanqi, TiongkokPada musim gugur tahun 2007 aku dan istriku berturutan menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Dengan...
Oleh Saudari Daisy, Korea SelatanPada Oktober 2021, aku menjadi pengawas pekerjaan video. Aku bekerja sama dengan Saudara Leo dan Saudari...
Oleh Saudari Guangchun, TiongkokPada Agustus 2022, sebuah artikel kesaksian pengalaman yang kutulis dibuat menjadi video dan diunggah...