Renungan tentang Menolak Ditangani

27 Februari 2023

Oleh Saudari Xiaoguang, Tiongkok

Tahun 2021, aku ditugaskan menyirami petobat baru bersama Li Xiao. Awalnya, aku tak terbiasa dengan pekerjaan itu, jadi Li Xiao dengan sabar membantuku, memberitahuku prinsip dan tuntutan tugas ini. Setelah sekian waktu, aku perlahan memahami tugas ini, jadi saat dia mengingatkanku tentang masalah tertentu, kupikir aku sudah tahu, dan tak mendengarkan. Ini menyebabkan penyimpangan dalam pekerjaanku. Saat Li Xiao mengetahuinya, dia langsung menunjukkannya dan mengingatkanku agar rajin. Awalnya aku setuju bahwa aku kurang rajin dan tegurannya adalah pengingat yang baik bagiku. Namun seiring waktu, aku terus mengalami masalah yang mencolok dalam pekerjaanku: aku gagal melakukan tugas yang diberikan, memengaruhi kemajuan pekerjaan. Saat melihat kesalahan ini terus terjadi, kritiknya menjadi lebih keras dan bahkan menegurku: "Kenapa kau tak ingat? Kenapa kau tak melakukan pekerjaanmu?" Aku tahu dia hanya ingin aku segera memperbaiki masalah dan penyimpanganku serta mendapatkan hasil lebih baik dalam tugasku, tapi mendengar dia memakai nada yang lebih keras membuatku sedikit kesal. Kupikir: "Perkataannya membuatku tampak sangat ceroboh dalam pekerjaanku dan tak bisa melakukan apa pun dengan benar, bahkan setelah lama ada di sini. Apa pendapat orang lain jika mendengar tentang ini? Meski ada masalah, tak bisakah kami membicarakannya baik-baik? Aku bukannya tak mau memperbaiki diri. Lupakan—mulai sekarang aku akan menghindari dia, jadi dia tidak akan memarahiku." Setelah itu, aku tak memberinya waktu, bahkan aku terkadang memberinya tatapan tak enak agar dia tahu ketidaksukaanku. Terkadang aku perlu mendiskusikan pekerjaan dengannya, tapi aku khawatir jika mencarinya, lalu dia menemukan masalah dalam pekerjaanku, dia akan menegur dan menanganiku. Bukankah itu hanya akan membuatku terlihat lebih buruk? Kemudian, saat harus mendiskusikan sesuatu dengannya, aku akan menunggu sampai saat-saat terakhir atau membiarkan dia mencariku sebelum angkat bicara. Seiring waktu, Li Xiao menjadi terkekang olehku. Suatu kali kudengar dia berkata merasa bebas memberikan saran kepada orang lain, tapi merasa terkekang saat bersamaku. Terkadang, saat melihat masalah dan penyimpangan dalam pekerjaanku, dia tak yakin harus berkata apa kepadaku, juga takut aku akan marah jika nada bicaranya terdengar keras. Mendengar ini, aku merasa sedikit bersalah. Namun, kemudian kupikir: "Jika nada suaramu lebih lembut, aku tak akan seperti ini. Kau terlalu congkak." Berpikir seperti ini, aku tetap tak merenungkan diri.

Kemudian, pengawasku mengetahui ini dan bersekutu denganku beberapa kali, menyuruhku merenungkan diri lebih dulu sebelum mengalihkan fokusku kepada orang lain. Dari luar, aku bisa mendiskusikan renungan diri dengan pengawas, tapi di dalam aku merasa dizalimi dan berpikir masalahnya ada pada Li Xiao. Jadi, setiap kali bicara tentang keadaanku, aku akan menekankan bagaimana Li Xiao bicara keras kepadaku untuk menunjukkan kepada pengawas bahwa kerusakanku muncul karena kecongkakan Li Xiao. Aku berharap pengawas akan bersekutu dengannya dan menyuruh dia tak bicara kasar. Saat itu, pengawas lain melihat bahwa aku tak mengenali masalahku dan bersekutu denganku tentang pengalamannya sendiri. Dia juga membaca kutipan firman Tuhan ini: "Di dalam gereja, ada orang-orang yang dipangkas dan ditangani karena tidak melaksanakan tugas mereka dengan baik, dan cenderung ada nada teguran dan bahkan kritikan dalam apa yang dikatakan kepada mereka. Penerima teguran tentu saja tidak senang dengan hal ini dan ingin membantah apa yang dikatakan kepadanya. Dia berkata, 'Perkataan yang digunakan untuk menanganiku ini mungkin benar, tetapi beberapa di antaranya terlalu keras—perkataan ini mempermalukan dan menjengkelkan. Aku telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, dan meskipun aku belum memberikan kontribusi besar, aku telah bekerja keras. Bagaimana aku bisa diperlakukan seperti ini? Mengapa orang lain tidak ditangani? Aku tidak terima. Aku tak mau diperlakukan seperti ini!' Apakah ini semacam watak yang rusak? (Ya.) Watak rusak ini hanya terwujud dalam bentuk keluhan, bantahan, dan penentangan; itu belum mencapai puncaknya atau mencapai titik ekstremnya, tetapi tanda-tandanya sudah ada dan titik krisisnya sudah dekat. Setelah itu, sikap seperti apa yang akan dia perlihatkan? Dia tidak akan mampu tunduk, dan karena merasa tertekan dan menentang, dia akan mulai melampiaskan kemarahannya. Dia akan berdalih dan membenarkan diri: 'Para pemimpin dan pekerja belum tentu benar tentang segala sesuatu saat menangani seseorang. Engkau semua mungkin menerima hal ini, tetapi aku tidak. Engkau semua hanya menerimanya karena engkau bodoh dan pengecut. Aku tidak akan menerimanya! Mari kita berdebat jika engkau tidak memercayaiku—kita akan lihat siapa yang benar.' Yang lain bersekutu dengannya, berkata, 'Siapa pun yang benar, engkau harus terlebih dahulu tunduk. Mungkinkah pelaksanaan tugasmu sepenuhnya bebas dari ketidakmurnian? Apakah semua yang kaulakukan benar? Dan meskipun semua yang kaulakukan benar, ditangani akan bermanfaat bagimu! Kami telah berulang kali menyampaikan persekutuan tentang prinsip kepadamu, dan engkau tidak mendengarkan; engkau malah bertindak dengan membabi buta dan keras kepala, mengganggu pekerjaan gereja dan menyebabkan kerugian besar. Bagaimana mungkin engkau tidak ditangani dan dipangkas? Apa yang dikatakan kepadamu sedikit keras, sedikit kasar—tetapi bukankah itu normal? Alasan apa yang bisa kaumiliki? Engkau tidak mau membiarkan orang lain menanganimu ketika engkau melakukan sesuatu yang buruk?' Setelah mendengar perkataan ini, apakah si penerima mau menerimanya? Tidak—dia akan terus berdalih dan menentang. Lalu, watak apa yang sedang dia singkapkan? Watak setan, watak jahat. Dan apa yang dia maksudkan? Dia bermaksud mengatakan: 'Aku ini bukan orang bodoh, dan tak seorang pun boleh menanganiku. Kuberi tahu kalian bahwa kalian akan menyesal menanganiku. Kalian akan berpikir dua kali sebelum menanganiku kelak, dan kemudian aku telah menang, bukan?' Bukankah watak orang ini telah tersingkap? Orang ini memiliki watak yang jahat. Orang yang memiliki watak jahat tidak hanya muak akan kebenaran—mereka membenci kebenaran! Dihadapkan dengan pemangkasan dan penanganan, mereka menghindarinya atau mengabaikannya. Kebencian mereka akan kebenaran sangat dalam, tentu saja kebencian mereka lebih dalam daripada yang terdengar dari kata-kata bantahan mereka. Bukan itu yang sebenarnya mereka rasakan. Mereka menantang dan menentang, dan mereka akan menantangmu seperti perempuan cerewet, sambil berpikir, 'Engkau mempermalukanku, dengan sengaja membuatku malu. Aku mengerti apa yang sedang terjadi di sini. Aku tidak akan menentangmu secara langsung, tetapi aku akan mencari kesempatan untuk membalas dendam! Engkau menangani dan menindasku, bukan? Aku akan membuat semua orang memihakku dan mengucilkanmu—aku akan memberimu gambaran bagaimana rasanya menjadi sasaran seperti ini!' Inilah perkataan di dalam hati mereka, dan watak jahat mereka akhirnya tersingkap dengan sendirinya. Demi mencapai tujuan mereka, untuk melampiaskan kemarahan, mereka berupaya sebaik mungkin untuk membenarkan diri dan berdalih, berusaha membuat semua orang memihak mereka. Setelah itu, mereka merasa senang dan hati mereka menjadi tenang. Bukankah ini kejahatan? Inilah yang dimaksud dengan watak yang jahat" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Memahami Enam Jenis Watak Rusak adalah Satu-Satunya Pengenalan Diri yang Sejati"). Firman Tuhan menyingkap keadaanku yang sebenarnya. Aku asal-asalan dan ceroboh dalam tugasku, juga tak melakukan hal-hal yang Li Xiao sarankan beberapa kali, menunda pekerjaan. Ini adalah kesalahanku. Dia menunjukkan masalahku adalah tindakan tepat. Meskipun nada suaranya sedikit keras, itu demi kebaikanku dan pekerjaan gereja. Namun, aku tak merenungkan diri sama sekali—bahkan mengira dia tak menghormatiku dan mempersulitku. Aku memberinya tatapan tak enak karena merasa dia membuatku kehilangan muka dengan menunjukkan masalahku. Aku telah membuatnya merasa terkekang. Aku sadar bahwa aku tak masuk akal. Saat dipangkas dan ditangani, aku bukan hanya tak merenungkan diri, tapi membalikkan keadaan dan menyebut dia congkak. Aku bahkan menggunakan waktu merenungku untuk mengeluh tentang dia, berharap membuat pengawas menangani dia. Aku punya watak yang sangat jahat. Menyadari semua ini, aku merasa sedikit malu.

Kemudian, aku menemukan kutipan firman Tuhan ini: "Ketika kebanyakan orang dipangkas dan ditangani, itu bisa saja karena mereka menyingkapkan watak yang rusak. Bisa juga karena mereka melakukan kesalahan yang disebabkan oleh ketidaktahuan dan mereka mengkhianati kepentingan rumah Tuhan. Bisa juga karena sikap mereka yang asal-asalan terhadap tugas mereka yang menyebabkan kerugian terhadap pekerjaan rumah Tuhan. Alasan yang paling mengerikan adalah ketika orang secara terang-terangan melakukan apa yang mereka inginkan tanpa menahan diri, melanggar prinsip, dan mengganggu serta mengacaukan pekerjaan rumah Tuhan. Inilah alasan utama orang dipangkas dan ditangani. Apa pun keadaan yang menyebabkan seseorang ditangani atau dipangkas, apa sikap terpenting yang harus orang miliki terhadapnya? Pertama, engkau harus menerimanya, siapa pun yang menanganimu, untuk alasan apa pun, entah itu terkesan kasar, atau seperti apa pun nada bicara dan kata-katanya, engkau harus menerimanya. Kemudian, engkau harus mengenali kesalahan apa yang telah kaulakukan, watak rusak apa yang telah kausingkapkan, dan apakah engkau telah bertindak sesuai dengan prinsip kebenaran atau tidak. Ketika engkau dipangkas dan ditangani, pertama dan terutama, inilah sikap yang harus kaumiliki" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Delapan)). Melalui firman Tuhan, aku tahu ada alasan kita ditangani: kebanyakan alasannya adalah karena kita tak mencari prinsip dalam tugas dan mengikuti watak rusak kita. Kita ditangani karena merugikan pekerjaan gereja. Tindakan ini dilakukan atas dasar rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan, dan demi melindungi kepentingan gereja—itu adalah hal positif. Setelah ditangani, entah kita bisa mengenali masalah kita atau tidak, kita harus menerimanya, merenungkan diri dan mencari prinsip bertindak. Ini menunjukkan kita menerima kebenaran—itulah sikap yang harus dimiliki seseorang saat ditangani. Mengingat kembali waktuku dengan Li Xiao, saat aku belum terbiasa dengan pekerjaan itu, dia mengajariku dengan sabar langkah demi langkah, tapi aku sering hanya asal-asalan—tak teliti dan tak melakukan pekerjaan yang ditugaskan kepadaku. Akibatnya, kemajuan kami terus terhambat. Barulah dia menangani dan menegurku. Dia mencoba membuatku merenungkan dan memperbaiki tindakanku, dia tak menegurku tanpa prinsip. Namun, aku tak menerima kebenaran, juga tak merenung saat dia menegur dan memberiku saran. Aku justru berfokus pada dia dan tindakannya. Kupikir dia membesar-besarkan kekuranganku saat dia bicara dengan nada sedikit keras kepadaku, serta mempermalukan dan mempersulitku. Aku menentang dan tak bisa menerimanya. Akibatnya, aku kehilangan banyak kesempatan untuk memetik pelajaran, jalan masuk kehidupanku rusak dan pekerjaan gereja tertunda. Aku sangat tak masuk akal! Aku lalu merenungkan kenapa, walaupun kritiknya jelas-jelas membantuku dan bermanfaat bagi pekerjaan gereja, aku tak menerimanya dengan baik, bahkan mengembangkan bias terhadapnya. Saat mencari, aku menemukan firman Tuhan ini: "Bagi antikristus, ditangani dan dipangkas adalah hal yang tak mampu mereka terima. Dan ada alasan mengapa mereka tak mampu menerimanya, alasan utamanya adalah, ketika mereka ditangani dan dipangkas, mereka merasa telah kehilangan muka, kehilangan status dan martabat, mereka merasa telah dibuat tak dapat lagi mengangkat kepala mereka di tengah kelompok. Hal-hal ini memengaruhi hati mereka: mereka enggan menerima diri mereka dipangkas dan ditangani, dan mereka merasa siapa pun yang memangkas dan menangani mereka telah menargetkan mereka dan menjadi musuh mereka. Inilah sikap antikristus ketika mereka dipangkas dan ditangani. Tentang hal ini, engkau bisa yakin. Sebenarnya, pemangkasan dan penangananlah yang paling menyingkapkan apakah seseorang itu mampu menerima kebenaran atau tidak dan apakah seseorang itu benar-benar taat atau tidak. Bahwa para antikristus begitu menentang pemangkasan dan penanganan, itu cukup untuk memperlihatkan bahwa mereka muak akan kebenaran dan tidak menerimanya sedikit pun. Jadi, inilah inti masalahnya. Harga diri mereka bukanlah inti masalahnya; tidak menerima kebenaran adalah inti masalahnya. Ketika mereka dipangkas dan ditangani, antikristus menuntut agar hal itu dilakukan dengan nada bicara dan sikap yang baik. Jika nada bicara orang yang memangkas serius dan sikapnya keras, antikristus akan menentang dan membangkang serta menjadi marah. Mereka tidak peduli apakah yang disingkapkan di dalam diri mereka itu benar atau tidak, atau apakah itu adalah faktanya, dan mereka tidak merenungkan di mana letak kesalahan mereka atau apakah mereka sudah seharusnya menerima kebenaran. Mereka hanya memikirkan apakah kesombongan dan harga diri mereka telah mengalami serangan atau tidak. Antikristus sama sekali tak mampu menyadari bahwa pemangkasan dan penanganan adalah tindakan yang membantu orang, yang penuh kasih dan menyelamatkan, bahwa itu bermanfaat. Mereka bahkan tak mampu memahami hal ini. Bukankah mereka agak bodoh dan tidak bernalar? Jadi, ketika menghadapi diri mereka dipangkas dan ditangani, watak apa yang antikristus singkapkan? Dapat dipastikan bahwa itu adalah watak yang muak akan kebenaran, serta watak yang congkak dan keras kepala. Ini menyingkapkan bahwa natur dan esensi antikristus adalah natur yang muak akan kebenaran dan membencinya" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Delapan)). Dari firman Tuhan, aku tahu antikristus pada dasarnya membenci kebenaran dan mendambakan status. Saat ditangani dan dipangkas, mereka tahu kritik itu akurat, tapi karena itu membuat mereka kehilangan muka dan memperlihatkan natur mereka, mereka tak mau menerimanya. Bahkan menolak orang yang menangani mereka sebagai musuh. Aku punya watak yang sama dengan antikristus. Saat Li Xiao menunjukkan masalahku, aku tahu yang dia katakan itu benar, tapi aku tak mencari kebenaran atau merenungkan diri. Aku tak mau menerima sarannya karena dia langsung menyingkap kekuranganku, dan membuatku kehilangan muka. Kupikir dia berusaha mempersulitku. Untuk melindungi reputasiku, aku bukan hanya memberinya tatapan tak enak, mengekang dia, aku bahkan mengadukannya kepada pengawasku agar pengawas menangani dia dan mencegahnya menunjukkan masalahku. Aku sadar bahwa aku punya watak yang membenci kebenaran seperti antikristus. Orang yang mampu menerima kebenaran merasa terbantu punya rekan sekerja yang menunjukkan kekurangan mereka—dengan cara ini, mereka bisa menghindari melakukan tugas berdasarkan watak rusak dan menghindari mengganggu pekerjaan gereja. Ini menguntungkan mereka dan pekerjaan gereja. Dengan begitu, mereka bisa menerima pemangkasan dan kritik orang lain. Namun, aku jelas dipenuhi kerusakan dan kekurangan, ada masalah dengan pekerjaanku, tapi aku tak ingin ada yang menunjukkannya. Saat mereka menunjukkannya, aku ingin mereka melakukannya dengan baik-baik agar aku tak kehilangan muka. Saat perkataan mereka mengancam status dan reputasiku, kuperlakukan mereka seperti musuh, lalu mencari cara untuk mengecualikan mereka tanpa memikirkan pekerjaan gereja atau perasaan mereka, apalagi rasa hormat kepada Tuhan. Aku berjalan di jalan antikristus, dan jika tak bertobat, Tuhan akan membenci dan menyingkirkanku.

Kemudian, aku menemukan kutipan firman Tuhan: "Bagaimana mengungkapkan perkataan yang membangun? Perkataan itu terutama harus mendorong, mengarahkan, membimbing, menasihati, memahami, dan menghibur. Terkadang, juga sangat penting untuk menunjukkan dan mengkritik kekurangan, kelemahan, dan kesalahan orang lain secara langsung. Ini sangat bermanfaat bagi orang-orang. Ini adalah bantuan yang nyata bagi mereka, dan ini membangun mereka, bukan? Katakanlah, misalnya, engkau sangat keras kepala dan congkak. Engkau tidak pernah menyadari tentang hal ini, tetapi seseorang yang mengenalmu dengan baik bicara terus terang dan memberitahumu masalahnya. Engkau berpikir dalam hatimu, 'Apakah aku ini keras kepala? Apakah aku ini congkak? Semua orang lainnya tidak berani memberitahuku, tetapi dia memahamiku. Bahwa dia bisa memberitahuku hal seperti itu menunjukkan bahwa itu memang benar. Aku harus meluangkan waktu untuk merenungkan hal ini.' Setelah itu, katakanlah kepada orang itu, 'Orang lain hanya mengatakan hal-hal baik kepadaku, mereka memuji-mujiku, tak pernah seorang pun berterus terang kepadaku, tak pernah seorang pun menunjukkan kekurangan dan masalah dalam diriku ini. Hanya engkaulah yang bisa memberitahukannya kepadaku, mengatakannya dengan terus terang. Ini bagus sekali, sangat membantuku.' Inilah artinya berterus terang, bukan? Sedikit demi sedikit, orang itu menyampaikan kepadamu apa yang ada dalam pikirannya, pemikirannya tentangmu, dan pengalamannya tentang gagasan, imajinasi, kenegatifan dan kelemahan dirinya dalam hal ini, dan mampu melepaskan diri darinya lewat mencari kebenaran. Inilah percakapan yang berterus terang itu, inilah percakapan dari hati ke hati" (Firman, Vol. 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Apa Arti Mengejar Kebenaran (3)"). Melalui firman Tuhan aku tahu selain kata-kata yang menyemangati dan menghibur orang, kata-kata yang mengonfrontasi masalah orang dan menunjukkan kekurangan juga sangat membantu. Terkadang kita dikendalikan watak rusak dan tak melihat masalah sendiri, kata-kata yang membahas dan mengungkap masalah kita bisa lebih bermanfaat. Saat itu, kita mungkin kehilangan sedikit muka, tapi kritik dan dukungan ini bisa mendorong kita untuk datang ke hadapan Tuhan, mencari kebenaran dan merenungkan diri kita. Ini sangat bermanfaat untuk jalan masuk kehidupan kita. Aku tak mementingkan jalan masuk kehidupan dan tak aktif merenungkan diri. Li Xiao berhubungan dekat denganku, jadi dia sangat memahami masalah apa yang ada dalam pekerjaanku. Dia punya rasa kebenaran, bekerja dengan penuh tanggung jawab, serta bisa langsung menunjukkan masalah dan penyimpanganku. Dia mungkin tidak pengertian, bahkan sedikit kasar, tapi dia benar-benar mencoba membantuku. Bahkan saat merasa terkekang oleh watak rusakku, dia tak menentangku dan terus bekerja sama denganku. Baru setelah Li Xiao menangani dan menyingkapku, aku merasa tertekan dan tahu harus datang ke hadapan Tuhan untuk merenungkan masalahku. Perlahan, aku mulai memperbaiki sikap dalam tugasku. Peningkatan ini terjadi karena Li Xiao memarahi dan menanganiku. Namun, aku tak tahu apa yang baik untukku—berpikir saat dia memakai nada kasar, dia memojokkanku dan membesar-besarkan kekuranganku. Jadi, aku terus menghindari, menentang, menolak menerima, dan tak fokus merenungkan diriku. Akhirnya, aku tak berubah sama sekali dan kehilangan kesempatan mendapatkan kebenaran. Aku sangat bodoh! Jika aku dipasangkan dengan penggembira orang yang tak menunjukkan masalahku, meski dari luar ini tak akan membuatku kehilangan muka, pada kenyataannya, itu tak akan membantuku dan tak akan ada manfaatnya bagi jalan masuk kehidupanku atau pekerjaan gereja. Melalui ini, aku mendapatkan jalan penerapan. Aku tahu saat dipangkas dan ditangani di masa depan, aku tak boleh hanya menginginkan komentar yang baik dan menyenangkan, atau hanya memikirkan reputasi dan statusku sendiri. Aku harus menerima ditangani, mencari kebenaran berdasarkan kritikan orang, merenungkan diriku, serta segera bertobat dan memperbaiki tindakanku. Bermitra dengan orang lain seperti ini adalah satu-satunya cara aku bisa memenuhi tugas dan tanggung jawabku dengan baik.

Kemudian, dalam persekutuan, aku secara terbuka membagikan yang kupelajari dengan Li Xiao. Setelah itu, kami berdua merasa sangat bebas dan akhirnya aku bisa bermitra dengannya secara normal lagi. Suatu kali, seorang petobat baru mengalami masalah, jadi aku bersekutu dengannya tentang pemahamanku, tapi saat Li Xiao mendengar yang kukatakan, dia berkata terus terang bahwa persekutuanku hanya memberi sedikit semangat kepada petobat baru itu, tapi tak akan menyelesaikan masalahnya. Aku merasa sedikit malu karena perkataannya. Dari luar, aku berpura-pura menerima kritiknya, tapi dalam hati, aku sedikit kesal. Namun, aku lalu sadar keadaanku keliru, jadi aku segera berdoa kepada Tuhan dan meninggalkan diriku. Aku teringat firman Tuhan: "Saat ini, karena engkau telah mampu melaksanakan tugasmu, hal terpenting adalah engkau harus belajar untuk tunduk, belajar untuk tunduk pada kebenaran dan pada apa yang berasal dari Tuhan. Dengan cara seperti ini, engkau dapat memetik pelajaran dalam mengikuti Tuhan, dan engkau dapat secara berangsur masuk ke dalam kenyataan kebenaran" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Untuk Memperoleh Kebenaran, Orang Harus Belajar dari Orang-Orang, Peristiwa dan Hal-Hal di Sekitar Mereka"). Benar, saat menghadapi masalah, kita harus belajar menerima kata-kata yang sesuai dengan kebenaran dan bermanfaat bagi tugas kita. Ini adalah tuntutan Tuhan, dan itulah yang harus kita lakukan. Karena Li Xiao telah menunjukkan masalahku, aku harus menerima kritiknya, mencari dan merenung. Melalui doa dan meditasi, aku sadar tak benar-benar memahami masalah petobat baru itu dan tak mempersekutukan inti masalahnya. Dengan membaca firman Tuhan, aku mengenali penyimpangan dan kekuranganku, serta lebih banyak memahami aspek kebenaran ini. Aku benar-benar melihat memiliki rekan sekerja seperti itu di sisiku sangat bermanfaat untuk jalan masuk kehidupanku dan melakukan tugasku. Aku juga merasakan manfaat menerima kritik orang lain. Mulai sekarang, aku akan menerima kritik saudara-saudariku dan melakukan tugasku dengan baik.

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait