Keegoisan Itu Keji

27 Februari 2023

Oleh Saudari Yang Shuo, Tiongkok

Pada awal tahun 2021, aku dan Saudari Zhang Yichen bersama-sama membantu gereja yang baru didirikan. Yichen baru beriman dan belum punya banyak pengalaman hidup, tapi dia orang yang berkualitas baik dan aktif mengejar kebenaran, jadi aku ingin membinanya secepat mungkin, karena ini akan membuat pekerjaan gereja jauh lebih lancar. Aku sengaja melibatkan Yichen dalam semua proyek pekerjaan gereja, juga membantunya setiap kali kulihat kekurangannya. Setelah dilatih selama beberapa waktu, Yichen membuat kemajuan besar. Namun, beberapa bulan kemudian, dia dipromosikan dan dipindahkan. Aku enggan melepaskan dia dan merasa kehilangan asisten yang sangat cakap. Memikirkan harus menangani semua pekerjaan gereja sendirian nantinya, sudah pasti aku harus bekerja lebih keras, tapi jika kinerjaku menurun, apa yang akan orang pikirkan tentangku? Lalu, terlintas di benakku bahwa pekerjaan gereja akan diuntungkan jika dia memikul beban lebih besar. Aku tak boleh egois—saat Yichen pergi, aku bisa membina orang lain.

Tak lama kemudian, beberapa gereja terdekat mengadakan pertemuan untuk para pekerja penyiraman, untuk meringkas dan berbagi pengalaman. Pemimpin memintaku memilih seorang pekerja penyiraman untuk hadir. Saat itu aku mempertimbangkan untuk merekomendasikan Saudari Wang Mingxi. Dia penyiram yang efektif, juga sangat teliti dan bertanggung jawab. Jika kukirim ke sana, dia bisa membina lebih banyak saudara-saudari saat kembali, lalu pekerjaan penyiraman gereja akan lebih efektif, yang akan membuatku terlihat baik. Jadi, kukirim Mingxi ke pertemuan itu. Namun, beberapa hari setelah Mingxi kembali dari pertemuan, pemimpin terus mencari dia. Aku mau tak mau berpikir: "Apa pemimpin akan mempromosikan Mingxi? Dia sangat penting bagi pekerjaan penyiraman gereja kami. Jika dia pergi, bukankah pekerjaan penyiraman kami akan terganggu? Lalu, apa yang akan saudara-saudari pikirkan tentangku? Seandainya aku tahu, aku tak akan membiarkan dia menghadiri pertemuan itu." Kemudian, Mingxi memberitahuku ada gereja lain yang sangat membutuhkan pekerja penyiraman, jadi pemimpin berencana memindahkan dia. Aku enggan menyetujui ini, tetapi khawatir jika tidak setuju, pemimpin akan menganggapku egois dan tidak memikirkan kehendak Tuhan. Aku tak punya pilihan selain membiarkan Mingxi pergi. Setelah dia pergi, aku merasa sangat tertekan. Kupikir: "Jika orang percaya baru meninggalkan gereja karena tidak adanya pekerja cakap untuk menyirami mereka, akankah pemimpin menanganiku dan mengatakan aku tidak memenuhi tanggung jawabku? Bagaimana aku bisa mengatasi dipermalukan seperti itu?" Makin kupikirkan, makin aku menentang.

Suatu hari, saat pulang dari sebuah pertemuan, dua saudari yang bertugas menyirami pendatang baru berkata kepadaku: "Kami menerima surat dari pemimpin memintamu mencari dua lagi pekerja penyiraman dan menuliskan penilaianmu tentang kami berdua." Saat mendengar ini, aku jelas tidak senang. Kupikir: "Apa pemimpin berencana memindahkan mereka juga? Aku baru saja melatih kedua saudari ini. Aku sudah bisa mendelegasikan banyak pekerjaan kepada mereka dan kekhawatiranku sudah berkurang saat ini. Jika mereka dipindahkan, tak hanya beban kerjaku meningkat, kinerjaku juga pasti akan terganggu. Jika itu terjadi, bukankah pemimpin akan menganggapku bukan pemimpin yang baik?" Setelah memikirkan ini, aku dengan sedih menjawab: "Aku tidak tahu apa yang dipikirkan pemimpin." Kedua saudari itu melihatku muram, lalu dengan bingung bertanya: "Ada apa? Bukankah pemimpin hanya memintamu mencari dua lagi pekerja penyiraman?" Setelah mendengar tanggapan mereka, aku sedikit malu. Setelah menenangkan diri, aku sekenanya menjawab, "Baiklah, kalau begitu kita harus pilih kandidat yang memenuhi syarat." Itulah yang kuucapkan, tetapi dalam pikiranku, aku menentang keputusan itu: "Apa pemimpin memperlakukan gereja kami seperti pusat pelatihan? Pertama dia mau yang ini, sekarang dia mau yang itu. Pekerjaan gereja akhirnya mulai membuat kemajuan, tetapi bagaimana kami harus melanjutkan jika dia memindahkan semua pekerja ini?" Makin memikirkannya, makin buruk perasaanku, dan aku mulai merasakan permusuhan terhadap pemimpin itu. Aku terus melaksanakan tugasku, tetapi semangatku berkurang. Tak lama kemudian, dalam sebuah pertemuan, pemimpin berkata ingin mendengar lebih banyak tentang Saudara Zhao Chengzhi, karena dia ingin mempromosikan dan membinanya. Begitu mendengar ini, perasaan kesal itu kembali. Kupikir, "Kinerja Chengzhi bagus dan aku ingin menugaskan dia menangani pekerjaan penyiraman. Jika semua orang ini dipindahkan, bagaimana aku bisa melakukan semua pekerjaan ini sendirian? Bisakah aku memperoleh hasil yang baik?" Makin memikirkannya, makin aku marah: "Silakan, pindahkan saja! Aku tak boleh menghalangi pekerjaan gereja." Setelah itu, aku tak bisa menenangkan diri dan merasa resah dalam pertemuan. Setelah pertemuan, aku berjalan pulang dengan lesu dan memutuskan menulis surat kepada pemimpin, memintanya tidak memindahkan Chengzhi. Saat itu, aku sadar aku bersikap tidak masuk akal, jadi kupikir lebih baik menulis surat. Namun, aku masih kesal dan sedih.

Beberapa waktu kemudian, pemimpin mengadakan pertemuan dengan kami, lalu aku bersekutu tentang keadaan dan perilakuku baru-baru ini. Pemimpin menunjukkan kutipan firman Tuhan kepadaku. "Esensi dari keegoisan dan kekejian antikristus sudah jelas; perwujudan mereka yang semacam ini sangat menonjol. Jika gereja memercayakan sebuah pekerjaan kepada mereka, dan pekerjaan ini tidak memberi kepada mereka kesempatan untuk menampilkan diri, mereka tidak akan tertarik; jika itu memberikan ketenaran dan manfaat, dan membuat mereka bisa menampilkan diri, mereka sangat tertarik, dan mau menerimanya. Jika itu adalah pekerjaan yang tanpa pamrih atau mengharuskan mereka menyinggung orang, atau tidak bermanfaat bagi status atau reputasi mereka, mereka tidak tertarik, dan tidak akan menerimanya, seolah-olah pekerjaan ini tidak ada kaitannya dengan mereka, dan bukan pekerjaan yang seharusnya mereka lakukan. Ketika mereka menghadapi kesulitan, tidak mungkin mereka akan mencari kebenaran untuk menyelesaikannya, apalagi memikirkan pekerjaan gereja dan berusaha melihat gambaran keseluruhannya. Sebagai contoh, dalam lingkup pekerjaan rumah Tuhan, berdasarkan kebutuhan pekerjaan secara keseluruhan, mungkin ada beberapa pemindahan personel. Jika beberapa orang dipindahkan dari gereja, apa cara yang masuk akal bagi para pemimpin gereja untuk menangani masalah ini? Apa masalahnya jika mereka hanya mementingkan pekerjaan gereja mereka sendiri, daripada kepentingan gereja secara keseluruhan? Mengapa, sebagai pemimpin gereja, mereka tidak mampu tunduk pada pengaturan keseluruhan rumah Tuhan? Apakah orang semacam itu memikirkan kehendak Tuhan dan memperhatikan gambaran keseluruhan pekerjaan itu? Jika mereka tidak memikirkan pekerjaan rumah Tuhan secara keseluruhan, tetapi hanya memikirkan kepentingan gereja mereka sendiri, bukankah mereka sangat egois dan hina? Para pemimpin gereja seharusnya tunduk tanpa syarat pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan, dan pada pengaturan dan koordinasi rumah Tuhan yang terpusat. Inilah yang sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Ketika dibutuhkan oleh pekerjaan rumah Tuhan, siapa pun mereka, setiap orang harus tunduk pada koordinasi dan pengaturan rumah Tuhan, dan sama sekali tidak boleh dikendalikan oleh pemimpin atau pekerja individu seolah-olah orang-orang itu adalah milik mereka. Ketaatan umat pilihan Tuhan pada pengaturan terpusat rumah Tuhan ditetapkan oleh Surga dan diakui oleh bumi, dan tidak boleh ditentang oleh siapa pun. Kecuali jika pemimpin atau pekerja secara individu melakukan pemindahan yang tidak masuk akal, yang tidak sesuai dengan prinsip—maka dalam hal ini, pemindahan ini boleh untuk tidak dipatuhi—semua umat pilihan Tuhan harus taat, dan tidak ada pemimpin atau pekerja yang memiliki hak atau alasan apa pun untuk berusaha mengendalikan siapa pun. Apakah menurutmu ada pekerjaan yang bukan pekerjaan rumah Tuhan? Apakah ada pekerjaan yang tidak melibatkan perluasan Injil kerajaan Tuhan? Semua itu adalah pekerjaan rumah Tuhan, setiap pekerjaan adalah sama, dan tidak ada 'pekerjaanmu' dan 'pekerjaanku'. Jika pemindahan itu sesuai dengan prinsip dan berdasarkan kebutuhan pekerjaan gereja, maka orang-orang ini harus pergi ke tempat di mana mereka paling dibutuhkan. Namun, apa respons antikristus ketika menghadapi keadaan semacam ini? Mereka mencari berbagai alasan dan dalih untuk menahan orang-orang yang sesuai ini, untuk melayani mereka. Mereka hanya memberikan dua orang biasa, dan kemudian mencari dalih tertentu untuk mempersulit dirimu, entah mengatakan betapa pekerjaan sangat menyibukkan, atau bahwa mereka kekurangan orang, sulit mencari orang, dan jika kedua orang ini dipindahkan, pekerjaan akan terpengaruh. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang harus mereka lakukan dan membuatmu merasa bersalah. Bukankah ini cara Iblis bekerja? Beginilah cara orang-orang tidak percaya melakukan segala sesuatu. Apakah orang yang selalu berusaha dan melindungi kepentingan mereka sendiri di gereja—adalah orang yang baik? Apakah mereka adalah orang yang bertindak berdasarkan prinsip? Sama sekali tidak. Mereka adalah orang-orang tidak percaya. Dan bukankah ini egois dan keji? Jika seseorang berkualitas baik yang berada di bawah kepemimpinan antikristus dipindahkan untuk melakukan tugas lain, di dalam hatinya, antikristus dengan gigih menentang dan menolaknya—mereka ingin berhenti bekerja, dan tidak memiliki semangat untuk menjadi pemimpin atau pemimpin kelompok. Masalah apakah ini? Mengapa mereka tidak memiliki ketaatan terhadap pengaturan gereja? Mereka menganggap pemindahan 'tangan kanan' mereka akan berdampak pada produktivitas dan kemajuan pekerjaan mereka, dan akibatnya status dan reputasi mereka akan terpengaruh, yang akan memaksa mereka untuk bekerja lebih keras dan lebih menderita untuk menjamin produktivitas—dan inilah hal yang paling tidak mereka inginkan. Mereka telah terbiasa dengan kenyamanan, dan tidak ingin bekerja lebih keras atau lebih menderita, jadi mereka tidak mau mengizinkan orang itu pergi. Jika rumah Tuhan bersikeras memindahkan orang itu, mereka akan sangat marah dan bahkan tidak mau melakukan pekerjaan mereka sendiri. Bukankah ini egois dan keji? Umat pilihan Tuhan harus dialokasikan secara terpusat oleh rumah Tuhan. Ini tidak ada kaitannya dengan pemimpin, kepala tim, atau individu mana pun. Semua orang harus bertindak berdasarkan prinsip; ini adalah aturan rumah Tuhan. Ketika antikristus tidak bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip rumah Tuhan, ketika mereka selalu membuat rencana demi status dan kepentingan mereka sendiri, dan membuat saudara-saudari yang berkualitas baik melayani mereka untuk memperkuat kekuasaan dan status mereka, bukankah ini egois dan keji? Di luarnya, mempertahankan orang-orang yang berkualitas baik di sisi mereka dan tidak membiarkan mereka dipindahkan oleh rumah Tuhan terlihat seolah-olah mereka memikirkan pekerjaan gereja, padahal sebenarnya mereka hanya memikirkan kekuasaan dan status mereka sendiri, dan sama sekali tidak memikirkan pekerjaan gereja. Mereka takut pekerjaan mereka akan menjadi kacau, mereka akan digantikan, dan kehilangan status mereka. Jika antikristus tidak memikirkan pekerjaan rumah Tuhan secara keseluruhan, hanya memikirkan status mereka sendiri, melindungi status mereka sendiri dengan tidak segan-segan mengorbankan kepentingan rumah Tuhan, dan mempertahankan status dan kepentingan mereka sendiri dengan merugikan pekerjaan gereja, ini egois dan keji" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Lampiran Empat: Meringkas Karakter Para Antikristus dan Esensi Watak Mereka (Bagian Satu)"). Firman Tuhan mengungkapkan betapa sangat egois dan tercelanya antikristus itu. Demi melindungi status dan reputasi, mereka menimbun orang dan tidak mau berbagi, tidak memikirkan pekerjaan gereja sedikit pun. Aku sadar bahwa perilakuku persis seperti perilaku antikristus. Terutama saat membaca bagian ini, "Ketika antikristus tidak bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip rumah Tuhan, ketika mereka selalu membuat rencana demi status dan kepentingan mereka sendiri, dan membuat saudara-saudari yang berkualitas baik melayani mereka untuk memperkuat kekuasaan dan status mereka, bukankah ini egois dan keji?" Firman Tuhan sungguh menghunjamku. Aku merenungkan perilakuku belakangan ini: saat tahu Mingxi mungkin akan dipromosikan, aku khawatir pekerjaan penyiraman akan terganggu dan reputasiku akan rusak, jadi aku tak ingin melepaskan dia, bahkan menyesal telah mengirimnya menghadiri pertemuan itu. Saat pemimpin memintaku mencari dua lagi pekerja penyiraman dan menulis penilaian tentang saudariku, aku menduga pemimpin berencana memindahkan mereka, lalu merasa menentang dan ingin menolak. Sikapku terhadap pemimpin bahkan makin memusuhinya. Saat pemimpin ingin mempromosikan Chengzhi, aku tahu Chengzhi memenuhi prinsip untuk dipromosikan dan dilatih, tetapi saat memikirkan bagaimana pekerjaan penginjilan dan penyiraman gereja akan terpengaruh jika dia pergi, aku tak ingin melepaskan dia. Aku memperlakukan saudara-saudari sebagai tangan kanan yang cakap dan ingin menahan mereka untuk diriku sendiri guna membantuku memperkuat status dan reputasiku, serta memuaskan hasrat egoisku. Aku tidak memikirkan kepentingan gereja atau bagaimana agar bertindak untuk memuaskan Tuhan. Aku sangat egois dan hina. Orang tidak percaya di dunia sekuler sebisa mungkin mempertahankan orang terbaik mereka untuk membantu memperluas dan mengembangkan perusahaan mereka. Aku melakukan tugasku dengan cara yang sama. Aku memperlakukan tugasku seperti perusahaanku sendiri, bertindak menurut prinsip melayani diri sendiri dan hanya memikirkan reputasi dan statusku sendiri. Tuhan benci dan muak dengan perilaku seperti itu—aku menempuh jalan antikristus yang menentang Tuhan.

Kemudian, aku menemukan bagian lain dari firman Tuhan. "Jika ada orang yang berkata bahwa mereka mencintai kebenaran dan mereka mengejar kebenaran, padahal pada dasarnya, tujuan yang mereka kejar adalah untuk menonjolkan diri mereka sendiri, untuk pamer, untuk membuat orang mengagumi mereka, untuk mencapai kepentingan diri mereka sendiri, dan melaksanakan tugas mereka bukan untuk menaati atau memuaskan Tuhan, melainkan untuk memperoleh gengsi dan status, maka pengejaran mereka itu tidak dapat dibenarkan. Dengan demikian, dalam hal pekerjaan gereja, apakah tindakan mereka adalah penghambat, atau apakah tindakan mereka membantu memajukannya? Tindakan mereka jelas merupakan penghambat; semua itu tidak memajukan pekerjaan gereja. Ada orang yang berkoar-koar menyatakan bahwa mereka sedang melakukan pekerjaan gereja, tetapi mengejar gengsi dan status pribadi mereka, menjalankan urusan mereka sendiri, membuat kelompok tertutup mereka sendiri, kerajaan kecil mereka sendiri—apakah orang semacam ini sedang melaksanakan tugas mereka? Semua pekerjaan yang mereka lakukan pada dasarnya mengganggu, mengacaukan, dan merusak pekerjaan gereja. Apa akibat dari pengejaran mereka akan status dan gengsi? Pertama, ini memengaruhi bagaimana umat pilihan Tuhan makan dan minum firman Tuhan dan memahami kebenaran, ini menghalangi jalan masuk kehidupan mereka, itu menghentikan mereka memasuki jalur yang benar dalam kepercayaan kepada Tuhan, dan membawa mereka ke jalan yang salah—yang merugikan umat pilihan, dan membawa mereka menuju kehancuran. Dan pada akhirnya, apa akibatnya terhadap pekerjaan gereja? Itu mengakibatkan penghancuran, gangguan, dan perusakan. Inilah konsekuensi yang ditimbulkan oleh pengejaran orang akan ketenaran dan status. Ketika mereka melaksanakan tugas mereka dengan cara ini, bukankah ini dapat didefinisikan sebagai menempuh jalan antikristus? Ketika Tuhan meminta agar orang-orang mengesampingkan status dan gengsi, bukan berarti Dia sedang merampas hak orang untuk memilih; sebaliknya, itu karena, ketika mengejar gengsi dan status, orang mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja dan jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan, dan bahkan dapat memengaruhi orang lain dalam hal makan dan minum firman Tuhan, dalam hal memahami kebenaran, dan dengan demikian dalam hal memperoleh keselamatan Tuhan. Ini adalah fakta yang tak terbantahkan. Ketika orang mengejar gengsi dan status mereka sendiri, mereka pasti tidak akan mengejar kebenaran dan mereka pasti tidak akan melaksanakan tugas mereka dengan setia. Mereka hanya akan berbicara dan bertindak demi gengsi dan status, dan semua pekerjaan yang mereka lakukan, tanpa terkecuali, adalah demi hal-hal tersebut. Berperilaku dan bertindak dengan cara seperti ini tentu saja berarti menempuh jalan antikristus; itu adalah gangguan dan pengacauan terhadap pekerjaan Tuhan, dan terutama mengakibatkan terhalangnya pengabaran Injil Kerajaan dan aliran bebas kehendak Tuhan di dalam gereja. Jadi, dapat dikatakan dengan pasti bahwa jalan yang ditempuh oleh mereka yang mengejar gengsi dan status adalah jalan penentangan terhadap Tuhan. Ini adalah penentangan yang disengaja terhadap-Nya, perlawanan terhadap-Nya—ini artinya bekerja sama dengan Iblis dalam menentang Tuhan dan melawan Dia. Inilah natur dari pengejaran orang akan status dan gengsi. Masalah dengan orang yang mengejar kepentingan diri mereka sendiri adalah bahwa tujuan yang mereka kejar adalah tujuan Iblis—semua itu adalah tujuan yang jahat dan tidak adil. Ketika orang mengejar kepentingan pribadi seperti gengsi dan status, tanpa disadari mereka menjadi alat Iblis, mereka menjadi saluran bagi Iblis, dan selain itu, mereka menjadi perwujudan Iblis. Mereka memainkan peran negatif di dalam gereja; terhadap pekerjaan gereja, dan terhadap kehidupan bergereja yang normal serta terhadap pengejaran normal umat pilihan Tuhan, efek yang mereka hasilkan adalah mengganggu dan merusak; mereka memiliki efek yang merugikan dan negatif" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Sembilan: Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Satu)"). Melalui firman Tuhan, aku sadar bahwa natur dan konsekuensi jika gagal menerapkan kebenaran serta selalu melindungi kepentingan sendiri sangatlah parah. Itu mengganggu dan menghalangi pekerjaan gereja, dan merupakan pelayanan yang dilakukan untuk Iblis. Gereja membina dan mempromosikan orang agar mereka bisa menerima pelatihan di posisi yang sesuai, dan memaksimalkan keterampilan mereka. Ini bermanfaat untuk jalan masuk kehidupan saudara-saudari kita dan pekerjaan gereja, serta sesuai dengan kehendak Tuhan—ini hal positif yang harus kujaga dan kudukung sebagai seorang pemimpin. Namun, saat melihat saudara-saudari dipromosikan, aku tidak merasa bahagia untuk mereka, justru memikirkan reputasi dan statusku sendiri. Aku merasa saudara-saudari ini efektif, mereka tangan kananku, wakilku yang cakap. Kekhawatirkanku akan berkurang jika mereka memenuhi tugas di gerejaku, kami bisa bekerja lebih efektif, dan statusku akan kuat. Jadi, saat mereka satu demi satu dipromosikan dan dipindahkan, aku merasa ingin menolak, kesal, dan tak ingin melepaskan mereka. Aku sama sekali tidak memikirkan apa yang lebih baik untuk pekerjaan gereja, juga tidak memikirkan lingkungan seperti apa yang terbaik bagi pelatihan mereka, yang memungkinkan mereka memanfaatkan keterampilan. Aku menyebut itu memenuhi tugas? Aku jelas-jelas menjadi utusan Iblis, menghalangi pekerjaan gereja. Aku hanya memenuhi tugasku demi reputasi dan statusku, sehingga sebanyak apa pun yang kulakukan, Tuhan tak akan mengakuinya. Aku teringat pendeta dan penatua dari dunia keagamaan yang tahu benar Gereja Tuhan Yang Mahakuasa telah bersaksi bahwa Tuhan telah datang kembali, tetapi demi status dan nafkah, mereka tetap berusaha keras menghentikan orang percaya menyelidiki jalan yang benar dan menyambut Tuhan. Mereka memperlakukan jemaat mereka seperti aset pribadi, dan menahan mereka dalam cengkeraman mereka. Mereka berebut orang percaya dengan Tuhan serta telah menjadi antikristus dan hamba kejahatan, dihukum dan dikutuk oleh Tuhan. Apakah perilakuku ada bedanya dengan para pendeta dan penatua ini? Jika aku tidak bertobat, aku akan bernasib sama dengan orang Farisi di dunia keagamaan, menyinggung watak Tuhan serta menanggung hukuman dan kutukan-Nya.

Saat itu, aku menemukan bagian lain dari firman Tuhan. "Bagi semua orang yang melaksanakan tugas mereka, sedalam atau sedangkal apa pun pemahaman mereka akan kebenaran, cara penerapan paling sederhana yang dapat digunakan untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran adalah dengan memikirkan kepentingan rumah Tuhan dalam segala sesuatu, dan melepaskan keinginan yang egoistis, niat, motif, kesombongan, dan status pribadi. Prioritaskan kepentingan rumah Tuhan—inilah setidaknya yang harus orang lakukan. Jika orang yang sedang melaksanakan tugasnya bahkan tidak bisa berbuat sebanyak ini, lalu bagaimana mungkin mereka bisa disebut melaksanakan tugasnya? Ini bukanlah melaksanakan tugas. Engkau harus terlebih dahulu mempertimbangkan kepentingan rumah Tuhan, mempertimbangkan kehendak Tuhan, dan mempertimbangkan pekerjaan gereja, serta menempatkan pertimbangan ini sebagai yang pertama dan terutama; baru setelah itulah engkau dapat memikirkan tentang stabilitas kedudukanmu atau bagaimana orang lain memandangmu. Bukankah engkau semua merasa bahwa hal ini menjadi sedikit lebih mudah apabila engkau membaginya ke dalam langkah-langkah ini dan melakukan beberapa kompromi? Jika engkau menerapkan hal ini selama beberapa waktu, engkau akan mulai merasa bahwa memuaskan Tuhan tidaklah sulit. Selain itu, engkau harus mampu memenuhi tanggung jawabmu, melaksanakan kewajiban dan tugasmu, mengesampingkan keinginanmu yang egoistis, mengesampingkan niat dan motifmu sendiri, memikirkan kehendak Tuhan, dan mengutamakan kepentingan rumah Tuhan, pekerjaan gereja, dan tugas yang harus engkau lakukan. Setelah mengalami hal ini selama beberapa saat, engkau akan merasa bahwa ini adalah cara yang baik untuk menjalani hidupmu. Ini berarti menjalani hidup dengan jujur dan tulus, tanpa menjadi orang yang hina atau tak berguna, serta hidup secara adil dan terhormat, bukan menjadi tercela atau jahat. Engkau akan merasa bahwa inilah cara orang seharusnya hidup dan bertindak. Lambat laun, keinginan di dalam hatimu untuk memuaskan kepentinganmu sendiri akan berkurang" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Firman Tuhan menunjukkan jalan penerapannya. Kunci dalam menjalankan tugas adalah mengutamakan kepentingan gereja dan mengesampingkan kepentingan pribadi untuk melindungi pekerjaan gereja. Pada kenyataannya, orang yang memiliki hati nurani, rasionalitas dan kemanusiaan, pasti akan memikirkan apa yang pekerjaan itu butuhkan, serta tunduk pada pengaturan gereja jika orang dipindahkan. Mereka tidak akan memikirkan kepentingan sendiri. Aspek inti dari tugas pemimpin adalah menyirami saudara-saudari dan membina pekerja, memungkinkan semua saudara-saudari memanfaatkan bakat mereka dan memenuhi tugas yang paling cocok untuk mereka. Umat pilihan Tuhan adalah milik Tuhan, bukan milik seseorang. Gereja bisa memilih memindahkan orang berdasarkan kebutuhan pekerjaan itu dan siapa yang paling cocok untuk suatu tugas. Aku tidak berhak menimbun orang untuk diriku sendiri. Setelah memahami hal ini, aku rela meninggalkan dagingku, tak lagi mementingkan diri sendiri, dan memprioritaskan kepentinganku sendiri.

Suatu hari, aku menerima surat dari pemimpin, memintaku menuliskan penilaian tentang Chengzhi. Pemimpin ingin mengevaluasi apakah dia bisa dipromosikan untuk memimpin pekerjaan penyiraman. Kupikir dalam hati: "Chengzhi saat ini memimpin pekerjaan penginjilan dan penyiraman di gereja kami. Jika dia pergi dan kinerja kami turun, bukankah pemimpin akan menganggapku tidak kompeten?" Saat itu, aku tiba-tiba sadar, aku bersikap egois dan mementingkan diri sendiri lagi. Chengzhi adalah penyiram yang berbakat, dan akan lebih bermanfaat bagi pekerjaan gereja jika dia diberi porsi tanggung jawab yang lebih besar. Tak hanya itu, dia akan mendapatkan lebih banyak pelatihan, jadi aku harus mendukung. Saat itu, aku teringat firman Tuhan yang berbunyi: "Tuhan selamanya tertinggi dan selamanya mulia, sedangkan manusia selamanya rendah dan tidak berharga. Ini karena Tuhan selamanya berkorban dan menyerahkan diri-Nya sendiri bagi umat manusia; sedangkan manusia selamanya hanya mengambil dan berjuang demi dirinya sendiri. Tuhan selamanya bersusah payah demi kelangsungan hidup umat manusia, tetapi manusia tidak pernah bersumbangsih apa pun demi terang atau untuk kebenaran. Sekalipun manusia berupaya selama beberapa waktu, upaya itu tidak sanggup menahan satu hantaman pun, karena upaya manusia selalu demi dirinya sendiri dan bukan untuk orang lain. Manusia selalu egois, sedangkan Tuhan selamanya tidak pernah mementingkan diri sendiri. Tuhan adalah sumber segala sesuatu yang adil, baik, dan indah, sedangkan manusia adalah pihak yang berhasil melakukan dan mewujudkan segala keburukan dan kejahatan. Tuhan tidak akan pernah mengubah hakikat-Nya yang adalah kebenaran dan keindahan, tetapi manusia sangat mampu, kapan pun dan dalam situasi apa pun, mengkhianati kebenaran dan menyimpang jauh dari Tuhan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Sangatlah Penting untuk Memahami Watak Tuhan"). Tuhan begitu kudus! Tuhan tidak pernah egois, dan pekerjaan apa pun yang Dia lakukan atau situasi apa pun yang Dia rencanakan untuk manusia, Dia selalu melakukannya dengan memikirkan kehidupan manusia, serta mentahirkan dan mengubah watak rusak kita, memungkinkan kita diselamatkan dan hidup dalam kemanusiaan normal. Saat merenungkan diri, begitu situasi yang dirancang Tuhan mengancam kepentinganku, aku mengeluh dan menentang, juga sangat egois dan jahat. Saat memikirkan kekudusan dan ketidakegoisan Tuhan, aku merasa malu, sedih, dan menyesal. Aku sadar hidup dengan cara ini menyedihkan, hina, dan tidak berharga. Aku harus berhenti bersikap egois dan jahat, hanya memikirkan reputasi dan statusku sendiri. Aku harus memprioritaskan kepentingan gereja. Jadi, kukumpulkan semua evaluasi Chengzhi dan menyerahkannya kepada pemimpin, setelah itu, Chengzhi dipromosikan menjadi pengawas. Setelah menerapkan dengan cara itu, aku merasa tenang dan damai.

Beberapa waktu kemudian, kuperhatikan Saudari Li Hui memiliki kualitas yang baik, mempersekutukan kebenaran secara terperinci dan berlapis, penuh kasih dan sabar terhadap saudara-saudari, punya bakat yang dibutuhkan untuk memberitakan Injil dan menyirami orang percaya baru, serta cocok untuk dilatih. Setelah Chengzhi pergi, bukan hanya pekerjaan Injil kami tidak terganggu, itu justru sedikit membaik. Sebelumnya, aku selalu berpikir saat orang-orang ini pergi, pekerjaan kami akan terganggu. Kini aku sadar aku benar-benar keliru. Ini hanya dalihku untuk mengandalkan aset yang sudah ada dan untuk tidak melakukan pekerjaan nyata. Pada kenyataannya, hati kita harus ada di tempat yang tepat. Jika kita bisa memikirkan kehendak Tuhan, tidak mementingkan diri sendiri, melatih orang baru segera setelah ada yang dipindahkan, dan menyelesaikan masalah dalam pekerjaan tepat waktu, kita akan menerima tuntunan Tuhan. Pekerjaan kita pun akan terus meningkat. Syukur kepada Tuhan!

Selanjutnya: Gengsi Adalah Kutukan

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Ujian bagi Keturunan Moab

Oleh Saudari Zhuan Yi, TiongkokTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Semua pekerjaan yang dilakukan sekarang ini bertujuan agar manusia dapat...