Menghadapi Penyakit Lagi

21 Januari 2022

Oleh Saudari Yang Yi, Tiongkok

Aku mulai percaya kepada Tuhan Yesus pada tahun 1995. Setelah menjadi orang percaya, penyakit jantung yang telah bertahun-tahun aku idap secara ajaib teratasi. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan dan sering memberi sedekah. Tiga tahun kemudian, aku menerima berkat yang lebih besar dari Tuhan saat menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman dan menyambut kedatangan Tuhan kembali. Dengan membaca firman Tuhan, aku mengetahui bagaimana Tuhan mengungkapkan kebenaran dan melakukan pekerjaan penghakiman pada akhir zaman untuk mentahirkan dan menyelamatkan umat manusia, membimbing orang ke tempat tujuan yang indah. Aku pikir aku harus mengorbankan diri, menderita, membuat pengorbanan, dan melakukan pekerjaan baik untuk Tuhan jika ingin berkat-Nya dan mencapai tempat tujuan yang baik. Jadi, aku mulai menyebarkan Injil dan sesekali menjadi tuan rumah, juga berusaha sebaik mungkin melakukan apa pun yang aku bisa. Aku bahkan menyumbangkan uang lebih untuk saudara-saudari yang hidup dalam kesulitan. Suatu saat ketika menyebarkan Injil, aku ditangkap polisi, disiksa, dan bahkan dipenjara. Meski begitu, aku tidak pernah mengkhianati Tuhan, tidak pernah menjadi Yudas. Kupikir aku telah melakukan begitu banyak pekerjaan baik dan Tuhan pasti akan memberkatiku. Lalu, pada tahun 2018, penyakit jantungku dari 20 tahun yang lalu tiba-tiba kambuh, aku menderita hipertensi, dan dirawat di rumah sakit dua kali. Aku berpikir dalam hati, apa pun yang terjadi, aku tidak boleh mengeluh. Aku harus tunduk pada penataan dan pengaturan Tuhan. Yang mengejutkan, setelah hanya dua minggu, aku pulih dan keluar dari rumah sakit. Aku sangat berterima kasih kepada Tuhan. Kupikir karena tidak mengeluh meskipun sakit, dan bahkan terus menggenapi tugas setelah dibebaskan, aku benar-benar setia dan taat kepada Tuhan.

Lalu, pada Februari 2019, penyakit jantung dan hipertensiku tiba-tiba kambuh. Jauh lebih buruk dari sebelumnya. Tak lama, aku juga didiagnosis menderita diabetes dan mengalami herniasi diskus yang sangat parah. Aku tidak bisa mengurus diri sendiri—harus makan sambil berbaring dan butuh bantuan menantuku untuk ke kamar mandi. Aku berbaring di tempat tidur sepanjang hari dan hampir tidak memiliki kekuatan untuk bicara atau mengedipkan mata. Suatu malam, kondisiku tiba-tiba memburuk dan dadaku sangat sakit hingga untuk bernapas pun aku takut—seolah-olah jika menarik napas, semuanya akan berakhir. Aku kesakitan sekitar setengah jam dan merasa bisa mati kapan pun. Aku sangat kesakitan dan berpikir: Aku sangat sakit sehingga hampir tidak punya kekuatan untuk mengedipkan mata—Apakah ini akhirnya? Jika aku mati, bagaimana aku akan memasuki kerajaan? Aku tidak akan pernah mendapat berkat kerajaan atau melihat pemandangannya yang indah. Apakah semuanya sudah berakhir untukku? Makin kupikirkan, aku makin merasa buruk. Aku berdoa, tetapi tidak bisa memahami maksud Tuhan. Seiring waktu, penderitaan dari penyakitku yang tanpa henti membuatku kehilangan keinginan hidup. Namun, aku juga tahu kematian bukanlah tujuan Tuhan bagiku. Aku tidak tahu harus berbuat apa dan tanpa sadar mulai menuntut Tuhan: "Kapan aku akan sembuh? Semua saudari seusiaku yang kukenal lebih sehat dariku, tetapi pengorbanan atau kontribusiku tak kurang dari mereka. Aku telah memberikan begitu banyak untuk Tuhan, berhemat sehingga bisa menyumbang untuk saudara-saudari yang membutuhkan. Aku secara aktif melakukan sebanyak mungkin tugas. Bahkan saat ditangkap, dipenjara, dan sangat menderita, aku tidak pernah menyangkal atau mengkhianati Tuhan. Apakah aku tidak melakukan cukup banyak perbuatan baik? Kenapa Tuhan tidak memberkatiku, melindungiku, dan memberiku tubuh yang kuat?" Aku terus mengeluh dan hatiku berada di tempat yang gelap.

Kemudian, barulah setelah jantungku terasa lebih sakit, aku datang ke hadapan Tuhan untuk berdoa dan mencari. Aku berdoa kepada Tuhan, berkata: Ya Tuhan, masalah jantungku tiba-tiba bertambah parah. Aku tidak bisa memahami niatmu dan tidak tahu bagaimana harus mengalami ini. Ya Tuhan, aku tidak ingin memberontak atau melawan-Mu. Tolong cerahkan dan bimbing aku agar bisa belajar dari pengalaman ini. Setelah berdoa, sebuah kutipan firman Tuhan terlintas: "Bagaimana seharusnya awal penyakit dialami? Engkau harus datang ke hadapan Tuhan untuk berdoa dan berusaha untuk memahami kehendak-Nya, serta memeriksa kesalahan apa yang kaulakukan, atau watak rusak apa yang ada di dalam dirimu yang tidak dapat kauselesaikan. Engkau tidak dapat menyelesaikan watakmu yang rusak tanpa rasa sakit. Orang harus ditempa oleh rasa sakit; baru setelah itulah mereka akan berhenti menjadi tidak bermoral dan selalu hidup di hadapan Tuhan. Saat dihadapkan dengan penderitaan, orang akan selalu berdoa. Tidak akan ada pemikiran tentang makanan, pakaian, atau kesenangan; dalam hati mereka, mereka akan berdoa, dan memeriksa apakah mereka telah melakukan sesuatu yang salah atau tidak selama ini. Sering kali, ketika orang diserang penyakit serius atau penyakit yang tidak biasa, dan penyakit itu menyebabkan mereka sangat kesakitan, hal-hal ini tidak terjadi secara kebetulan; entah engkau sakit atau sehat, kehendak Tuhan ada di balik semua itu" ("Pandanglah Segala Sesuatu dari Mata Kebenaran" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Setelah merenungkan firman Tuhan, aku memahami maksud-Nya dengan lebih jelas. Tuhan tidak menggunakan penyakit ini untuk mengambil nyawaku, Dia juga tidak membuatku menderita tanpa alasan. Sebaliknya, penyakit itu adalah cara-Nya mengungkap watak rusakku dan memberiku pelajaran—itu adalah cara Tuhan menyelamatkanku. Aku tidak boleh salah paham atau menyalahkan Tuhan, aku harus benar-benar merenungkan diriku.

Ada beberapa kutipan firman Tuhan yang membantuku lebih memahami keadaanku saat itu. "Begitu banyak orang percaya kepada-Ku hanya agar Aku dapat menyembuhkan mereka. Begitu banyak orang percaya kepada-Ku hanya agar Aku dapat menggunakan kuasa-Ku untuk mengusir roh-roh najis dari tubuh mereka, dan begitu banyak orang percaya kepada-Ku hanya supaya mereka dapat menerima damai dan sukacita dari-Ku. Begitu banyak orang percaya kepada-Ku hanya untuk menuntut lebih banyak kekayaan materi dari-Ku. Begitu banyak orang percaya kepada-Ku hanya untuk menjalani hidup ini dengan damai dan agar aman dan selamat di dunia yang akan datang. Begitu banyak orang percaya kepada-Ku untuk menghindari penderitaan neraka dan menerima berkat-berkat surga. Begitu banyak orang percaya kepada-Ku hanya demi kenyamanan sementara, tetapi tidak berusaha memperoleh apa pun dari dunia yang akan datang. Saat Aku menjatuhkan murka-Ku ke atas manusia dan mengambil semua sukacita dan damai yang pernah mereka miliki, manusia menjadi bimbang. Saat Aku memberi kepada manusia penderitaan neraka dan menarik kembali berkat-berkat surga, rasa malu manusia berubah menjadi amarah. Saat manusia meminta-Ku untuk menyembuhkan mereka, Aku tidak memedulikan dan merasakan kebencian terhadap mereka; manusia meninggalkan-Ku untuk mencari cara pengobatan lewat perdukunan dan ilmu sihir. Saat Aku mengambil semua yang telah manusia tuntut dari-Ku, semua orang menghilang tanpa jejak. Maka dari itu, Aku berkata bahwa manusia beriman kepada-Ku karena Aku memberi terlalu banyak kasih karunia, dan ada terlalu banyak yang bisa didapatkan" ("Apa yang Kauketahui tentang Iman?" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). "Hubungan manusia dengan Tuhan semata-mata demi kepentingan diri sendiri. Hubungan ini adalah hubungan antara penerima dan pemberi berkat. Sederhananya, hubungan ini seperti hubungan antara karyawan dan majikan. Karyawan bekerja hanya untuk menerima upah yang diberikan oleh majikannya. Dalam hubungan semacam ini, tidak ada kasih sayang, hanya ada transaksi. Tidak ada tindakan mencintai dan dicintai, hanya ada derma dan belas kasihan. Tidak ada pengertian, hanya ada kemarahan terpendam dan tipu daya. Tidak ada keintiman, hanya ada jurang yang tak bisa diseberangi" ("Manusia Hanya Dapat Diselamatkan di Tengah Pengelolaan Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). "Selama ini Aku telah menentukan standar yang ketat untuk manusia. Jika kesetiaanmu disertai niat dan persyaratan, Aku lebih baik tidak memiliki apa yang engkau sebut sebagai kesetiaan, karena Aku membenci mereka yang menipu-Ku melalui niat mereka dan memeras-Ku dengan persyaratan mereka. Aku hanya berharap agar manusia sepenuhnya setia kepada-Ku, dan melakukan segala sesuatu demi dan untuk membuktikan—satu kata ini: iman" ("Apakah Engkau Benar-benar Orang yang Percaya kepada Tuhan?" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Penghakiman firman Tuhan seperti pisau tajam yang menembus jantung. Aku merasa sangat malu dan langsung sadar. Aku mulai merenungkan diri—apa tujuanku sebenarnya selama bertahun-tahun percaya? Aku teringat bagaimana setelah menjadi orang percaya, aku membantu setiap kali melihat saudara-saudaraiku dalam kesulitan, menggenapi tugas apa pun yang diperlukan di gereja sebaik mungkin, dan bahkan saat ditangkap, dipenjara dan disiksa oleh PKT, aku tidak mengkhianati Tuhan. Kupikir aku benar-benar telah melakukan banyak pekerjaan baik. Namun, melalui penyingkapan firman Tuhan dan pemaparan fakta, aku sadar aku tidak berkorban dan memberi untuk tunduk dan memuaskan Tuhan, tetapi untuk mendapatkan kasih karunia dan berkat-Nya, tetap sehat, dan pada akhirnya mencapai tempat tujuan yang baik. Jadi, pertama kali sakit, aku pikir karena telah berkorban begitu banyak untuk Tuhan, Dia tidak akan membiarkanku mati, jadi aku tidak menyalahkan Tuhan. Kedua kalinya, saat kondisiku memburuk dan tidak bisa mengurus diri sendiri, ketika aku berjuang dengan penderitaan berkepanjangan dan ancaman kematian, aku sadar peluangku mendapatkan berkat kerajaan surga sangat tipis dan menyesal telah mengorbankan diri di masa lalu. Aku bahkan menggunakan pengorbanan dan pemberianku di masa lalu untuk beralasan dan berdebat dengan Tuhan. Aku bertransaksi, menipu, dan memanfaatkan Tuhan—sangat jauh dari benar-benar mengorbankan diri untuk-Nya! Aku merenungkan kenapa aku sangat tidak masuk akal. Seperti yang disingkap firman Tuhan, aku memiliki gagasan keliru karena telah berkorban dan memberi untuk Tuhan, Tuhan harus memberkatiku, serta memberiku tubuh sehat dan tempat tujuan yang baik, seperti di dunia sekuler, adil adalah memberi kompensasi berdasarkan seberapa banyak seseorang bekerja. Aku menganggap penderitaan dan pengorbananku sebagai modal yang bisa kugunakan berdagang dengan Tuhan untuk tempat tujuan yang baik, lalu saat tidak mendapatkannya, hatiku penuh dengan rasa menyalahkan dan protes. Aku sangat tidak masuk akal! Tuhan itu kudus dan benar—Dia ingin kita memberi dengan tulus. Namun aku, dengan motif tercelaku, ingin membuat kesepakatan dengan Tuhan. Aku menipu dan menentang Dia. Jika tidak segera bertobat, Tuhan akan jijik kepadaku dan menyingkirkanku.

Aku berdoa kepada Tuhan dan berusaha memahami sumber masalahnya melalui firman Tuhan. Lalu, aku membaca dua kutipan firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Semua manusia yang rusak hidup untuk diri mereka sendiri. Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri—inilah ringkasan dari natur manusia. Orang percaya kepada Tuhan demi diri mereka sendiri; mereka meninggalkan segala sesuatu, mengorbankan diri mereka bagi Dia, dan setia kepada Dia, tetapi mereka tetap melakukan semua hal ini demi diri mereka sendiri. Singkatnya, semua itu dilakukan dengan tujuan mendapatkan berkat bagi diri mereka sendiri. Di masyarakat, segala sesuatu dilakukan demi keuntungan pribadi; percaya kepada Tuhan semata-mata dilakukan untuk mendapatkan berkat. Demi mendapatkan berkat, orang meninggalkan segalanya dan mampu menanggung banyak penderitaan: semua ini merupakan bukti empiris dari natur manusia yang rusak" ("Perbedaan antara Perubahan Lahiriah dan Perubahan Watak" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Adapun apa yang dimaksud dengan racun Iblis, itu dapat dinyatakan sepenuhnya lewat perkataan. Misalnya, jika engkau bertanya, 'Bagaimana seharusnya orang hidup? Untuk apa seharusnya orang hidup?' Orang akan menjawab: 'Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri.' Satu frasa ini mengungkapkan sumber penyebab masalahnya. Logika Iblis telah menjadi kehidupan manusia. Apa pun yang terjadi, orang melakukannya hanya demi diri mereka sendiri. Oleh karena itu, mereka hanya hidup demi dirinya sendiri. 'Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri'—ini adalah kehidupan dan falsafah manusia dan ini juga mewakili natur manusia. Perkataan Iblis ini justru adalah racun Iblis, dan ketika diinternalisasi oleh manusia, itu menjadi natur mereka. Natur Iblis dinyatakan lewat perkataan ini; perkataan ini sepenuhnya mewakilinya. Racun ini menjadi kehidupan orang sekaligus dasar keberadaan mereka, dan umat manusia yang rusak telah terus-menerus dikuasai oleh racun ini selama ribuan tahun" ("Cara Menempuh Jalan Petrus" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan menyingkap esensi naturku yang sebenarnya. Alasanku bertransaksi dengan Tuhan serta menipu dan memanfaatkan Dia adalah karena aku telah sangat dirusak oleh Iblis. Semua pikiran dan gagasanku telah dipengaruhi racun Iblis. Aku hidup berdasarkan logika iblis dan prinsip-prinsip seperti, "Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri," dan "jangan sampai merugi." selalu bertindak demi kepentingan diri sendiri, dan hanya berkorban untuk Tuhan demi membuat kesepakatan dengan-Nya. Aku selalu ingin mendapatkan sesuatu dari Tuhan dan menukar pengorbanan kecilku dengan berkat Tuhan. Aku egois dan hidup berdasarkan racun Iblis, hina, dan hanya mencari keuntungan pribadi. Saat tidak menerima berkat atau manfaat, aku bahkan menyalahkan Tuhan. Aku tidak memiliki sedikit pun kemanusiaan! Aku teringat bagaimana, demi menyelamatkan umat manusia, dalam inkarnasi pertama-Nya, Tuhan menderita penyaliban untuk menebus seluruh umat manusia, lalu dalam inkarnasi kedua-Nya, Dia datang ke negara naga merah yang sangat besar, dianiaya oleh PKT, dikutuk, dan ditolak oleh dunia keagamaan. Tuhan menanggung penderitaan dan penghinaan yang luar biasa, dan masih mengungkapkan kebenaran untuk menyirami dan membekali kita. Tuhan tidak pernah meminta kita memberikan apa pun kepada-Nya, tetapi diam-diam Dia selalu mengorbankan diri untuk umat manusia. Sedangkan aku, aku tidak berpikir untuk membalas kasih Tuhan, bahkan menuntut agar Tuhan memberiku berkat dan tempat tujuan yang baik. Saat tidak mendapat yang kuinginkan, aku menyalahkan Tuhan. Di mana hati nuraniku? Aku hampir tidak layak disebut manusia, apalagi masuk ke dalam kerajaan Tuhan. Setelah menyadari semua ini, aku sangat membenci diriku, dan juga merasa sangat bersyukur kepada Tuhan. Jika tidak sakit, terbaring di tempat tidur, dan merasakan ancaman kematian, aku tidak akan pernah merenungkan diri dan akan terus menempuh jalan yang salah, ditinggalkan dan disingkirkan oleh Tuhan tanpa mengetahui apa yang telah terjadi. Tuhan mengasihaniku dan tidak tega membiarkanku menempuh jalan yang salah itu, jadi Dia menggunakan penghakiman serta hajaran firman-Nya dan pemurnian penyakit untuk membangunkanku dan membiarkan aku merenungkan diri serta berpaling kepada Tuhan. Ini semua bagian dari penyelamatan Tuhan dan kasih-Nya untukku. Aku sangat tersentuh dan berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan! Aku kini melihat bahwa penyakit ini adalah bagian dari penyelamatan dan kasih-Mu untukku. Aku bersedia tunduk. Hanya melalui penghakiman, hajaran, ujian, dan pemurnian semacam ini aku bisa mengidentifikasi motifku yang salah sebagai orang percaya dan mulai mengubah watakku yang rusak. Aku bersedia mengubah pengejaran dan gagasanku yang salah serta memenuhi kewajibanku sebagai makhluk Tuhan."

Kemudian, aku melihat kutipan firman Tuhan ini: "Tidak ada hubungan antara tugas manusia dan apakah dia diberkati atau dikutuk. Tugas adalah apa yang manusia harus penuhi; itu adalah panggilan surgawinya, dan seharusnya tidak bergantung pada imbalan jasa, kondisi, atau nalar. Baru setelah itulah dia bisa dikatakan melakukan tugasnya. Diberkati adalah ketika orang disempurnakan dan menikmati berkat Tuhan setelah mengalami penghakiman. Dikutuk adalah ketika wataknya tidak berubah setelah mereka mengalami hajaran dan penghakiman, itu adalah ketika mereka tidak mengalami proses disempurnakan tetapi dihukum. Namun terlepas dari apakah mereka diberkati atau dikutuk, makhluk ciptaan harus memenuhi tugasnya, melakukan apa yang seharusnya dilakukan, dan melakukan apa yang mampu dilakukannya; inilah yang setidaknya harus dilakukan oleh orang yang mengejar Tuhan. Engkau tidak seharusnya melakukan tugasmu hanya untuk diberkati, dan engkau tidak seharusnya menolak untuk bertindak karena takut dikutuk. Kuberitahukan satu hal kepadamu: pelaksanaan tugas manusia adalah apa yang harus dia lakukan, dan jika dia tidak mampu melaksanakan tugasnya, maka ini adalah pemberontakannya" ("Perbedaan antara Pelayanan Tuhan yang Berinkarnasi dan Tugas Manusia" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Kini aku mengerti—aku adalah makhluk ciptaan. Memberi dan mengorbankan diri untuk Tuhan itu benar dan pantas, itu kewajibanku. Aku tidak boleh menuntut Tuhan, tetapi aku, dengan motif tercelaku, ingin Tuhan memberiku berkat dan tempat tujuan yang baik sebagai ganti pengorbananku. Aku bersikap sangat tidak masuk akal! Tuhan memberiku kehidupan—entah Dia memberiku tubuh yang sehat dan tujuan yang baik atau tidak, aku masih harus mengikuti Tuhan dan mengorbankan diri untuk-Nya dalam tugas-tugasku, seperti seorang anak harus selalu menghormati orang tuanya, terlepas dari bagaimana orang tua memperlakukan mereka dan apakah mereka bisa mewarisi properti atau tidak. Karena ini adalah tanggung jawab dan tugas. Meskipun masih belum pulih dan merasa cukup buruk, aku tidak lagi salah memahami Tuhan atau menyalahkan Dia. Entah aku akan sembuh atau tidak, aku bersedia tunduk pada penataan dan pengaturan Tuhan.

Sebenarnya, untuk perbuatan baik serta pengorbanan dan pemberian seperti apa yang mendapatkan pujian dari Tuhan, di masa lalu, aku selalu menilai ini berdasarkan gagasan dan imajinasiku sendiri, tetapi ini tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Kemudian, setelah menemukan standar penghakiman dalam firman Tuhan, barulah aku jelas tentang apa yang merupakan perbuatan baik. Firman Tuhan berkata—"Standar apa yang digunakan untuk menilai apakah perbuatan seseorang itu baik atau buruk? Itu tergantung pada apakah engkau, dalam pemikiran, ungkapan, dan tindakanmu, memiliki kesaksian dalam hal menerapkan kebenaran dan hidup dalam kenyataan kebenaran atau tidak. Jika engkau tidak memiliki kenyataan ini atau tidak hidup di dalamnya, engkau pastilah seorang pelaku kejahatan. Bagaimana Tuhan memandang pelaku kejahatan? Pemikiran dan tindakan lahiriahmu tidak menjadi kesaksian untuk Tuhan, juga tidak mempermalukan atau mengalahkan Iblis; sebaliknya, pemikiran dan tindakan lahiriahmu mempermalukan Tuhan, dan penuh dengan tanda-tanda yang menyebabkan Tuhan menjadi malu. Engkau tidak bersaksi bagi Tuhan, tidak mengorbankan dirimu untuk Tuhan, engkau juga tidak memenuhi tanggung jawab dan kewajibanmu kepada Tuhan; sebaliknya, engkau bertindak demi kepentinganmu sendiri. Apa arti dari 'demi kepentinganmu sendiri'? Demi Iblis. Karena itu, pada akhirnya, Tuhan akan berkata, 'Pergilah daripada-Ku, engkau yang melakukan kejahatan.' Di mata Tuhan, engkau belum melakukan perbuatan baik, tetapi sebaliknya, perilakumu telah berubah menjadi jahat. Alih-alih mendapatkan perkenanan Tuhan, engkau akan dikutuk. Apa yang ingin diperoleh orang yang percaya kepada Tuhan seperti ini? Bukankah kepercayaan seperti itu pada akhirnya akan sia-sia?" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Karena engkau yakin bahwa jalan ini benar, engkau harus mengikutinya hingga akhir; engkau harus mempertahankan pengabdianmu kepada Tuhan. Karena engkau sudah melihat bahwa Tuhan itu sendiri telah datang ke bumi untuk menyempurnakanmu, engkau harus memberikan hatimu seluruhnya kepada-Nya. Jika engkau tetap dapat mengikuti Dia apa pun yang Dia lakukan, bahkan sekalipun Dia menentukan kesudahan yang tidak menyenangkan bagimu pada akhirnya, inilah artinya mempertahankan kemurnianmu di hadapan Tuhan. Mempersembahkan tubuh rohani yang kudus dan perawan suci kepada Tuhan berarti menjaga ketulusan hati di hadapan Tuhan. Bagi umat manusia, ketulusan adalah kemurnian, dan kemampuan untuk bersikap tulus terhadap Tuhan adalah mempertahankan kemurnian" ("Engkau Sudah Seharusnya Mempertahankan Kesetiaanmu kepada Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Setelah membaca firman Tuhan, aku mengerti bahwa Tuhan ingin orang-orang bersikap tulus, rela berkorban untuk Tuhan tanpa meminta dibalas, serta menerapkan kebenaran dan bersaksi untuk Tuhan dalam tugas-tugas kita. Itulah yang dimaksud dengan perbuatan baik. Sebelumnya pemahamanku keliru tentang perbuatan baik. Kupikir selama aku mengorbankan diri, menderita, dan membuat pengorbanan, aku membangun pekerjaan baik dan Tuhan akan mengingatnya. Lalu, aku teringat bagaimana pada Zaman Kasih Karunia, Tuhan Yesus memuji janda miskin yang memberikan persembahan. Bagi kebanyakan orang, dia hanya terlihat menyumbangkan sejumlah koin yang nilainya sangat kecil, tetapi Tuhan tidak peduli jumlah yang didonasikan orang, Dia peduli dengan niat mereka. Janda itu memiliki iman yang tulus kepada Tuhan—dia tidak mencoba membuat kesepakatan atau pertukaran, jadi dia mendapatkan pujian Tuhan. Aku telah mengorbankan diri dan memberikan berkali-kali dari jumlah yang diberikan janda itu, jadi kenapa Tuhan tidak memujiku? Tuhan tidak jijik dengan pemberianku, Dia jijik dengan motif licik dan tipu dayaku. Aku tidak tulus terhadap Tuhan; pemberianku bersifat transaksional dan tidak murni. Berapa banyak pun yang kuberikan dengan cara ini, tidak akan pernah dianggap pekerjaan baik. Setelah menyadari kehendak Tuhan, aku berdoa kepada-Nya, berkata entah aku akan pulih atau memiliki tempat tujuan yang baik, aku masih akan dengan tulus mengorbankan diri untuk Tuhan demi membalas kasih-Nya. Kemudian hari, herniasi diskusku masih belum membaik dan penyakit jantungku terus kambuh, tetapi aku tidak lagi dibatasi oleh penyakitku atau dihambat oleh hasratku akan berkat—aku bisa secara teratur makan dan minum firman Tuhan, menghadiri pertemuan, serta melakukan tugas sebaik mungkin.

Aku memiliki kesempatan untuk menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman dan beruntung bisa mendengar suara Tuhan—ini semua karena Tuhan membuat pengecualian untuk meninggikanku. Melalui penyingkapan dan penghakiman firman Tuhan, aku bisa melihat bagaimana aku telah dirusak Iblis sehingga tidak menyerupai manusia. Baru sekarang aku mendapatkan nalar dan ketaatan di hadapan Tuhan. Setelah mengalami perubahan ini, bahkan jika aku mati, aku tidak akan hidup sia-sia. Saat melepaskan hasratku akan berkat dan tidak lagi dihambat oleh penyakitku, aku merasa jauh lebih membumi. Kemudian, aku tidak mencari pengobatan untuk penyakitku, tetapi aku tetap mulai membaik secara perlahan. Kini aku bisa duduk dan menulis di komputer serta telah berlatih menulis artikel untuk menjadi saksi bagi Tuhan. Aku juga bisa mengurus diriku sendiri sekarang. Aku berterima kasih kepada Tuhan dari lubuk hatiku karena menggunakan penyakit untuk memberiku pelajaran dan mengizinkanku melihat penyelamatan dan kasih-Nya untukku. Aku teringat sebuah kutipan firman Tuhan, "Dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, yang orang cari adalah mendapatkan berkat untuk di masa depan; inilah tujuan dalam iman mereka. Semua orang memiliki niat dan harapan ini. Walaupun demikian, kerusakan di dalam natur manusia harus diselesaikan melalui ujian. Dalam aspek mana saja engkau tidak lulus, dalam aspek itulah engkau harus dimurnikan—ini adalah pengaturan Tuhan. Tuhan menciptakan sebuah lingkungan untukmu, yang memaksamu dimurnikan di sana untuk mengetahui kerusakanmu sendiri. Pada akhirnya, engkau mencapai titik di mana engkau lebih suka mati dan meninggalkan rencana dan keinginanmu, dan tunduk pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan. Jadi, jika orang tidak mengalami beberapa tahun pemurnian, jika mereka tidak menanggung tingkat penderitaan tertentu, mereka tidak akan dapat menyingkirkan ikatan kerusakan daging dalam pikiran dan hati mereka. Dalam aspek mana saja engkau masih tunduk pada perbudakan Iblis, dalam aspek mana saja engkau masih memiliki keinginanmu sendiri, tuntutanmu sendiri—dalam aspek inilah engkau harus menderita. Hanya dalam penderitaan, pelajaran dapat dimengerti, yang berarti orang bisa mendapatkan kebenaran dan memahami kehendak Tuhan" ("Bagaimana Seharusnya Orang Memuaskan Tuhan di Tengah Ujian" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman").

Selanjutnya: Pilihan di Tengah Krisis

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Laporan yang Membuahkan Hasil

Oleh Saudari Ding Li, Amerika Saat itu di musim panas, beberapa tahun lalu. Aku mendengar bahwa Saudari Zhou, seorang pemimpin, telah...

Belajar dari Kritik

Oleh Saudari Song Yu, Belanda Pada Mei tahun ini, seorang saudari melapor kepadaku bahwa Saudari Lu berkata kepadanya setidaknya tiga...