Alasan Menolak untuk Menjadi Pemimpin
Pada bulan Januari 2022, aku dipilih untuk melayani sebagai pemimpin gereja dan terutama ditugaskan untuk mengawasi produksi video. Saat itu, aku merasa sangat bingung. Di satu sisi, aku khawatir karena tak punya keterampilan teknis, jika aku tunduk tetapi tidak mampu melaksanakan pekerjaanku dengan baik, aku akan disingkapkan dan diberhentikan. Di sisi lain, jika aku menolak untuk melaksanakan tugas ini, aku akan merasa sangat bersalah. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan, memohon kepada-Nya untuk membimbingku agar dapat memahami maksud-Nya. Hari itu, aku kebetulan bertemu dengan seorang saudara, dan setelah mendengar tentang keadaanku, dia bersekutu kepadaku seperti ini: "Alasan utama kau tidak mau melayani sebagai pemimpin adalah karena kau mempertimbangkan masa depan dan nasibmu sendiri. Kau khawatir tidak akan mampu melaksanakan pekerjaan nyata dan akan disingkapkan serta diberhentikan. Kau juga memiliki sudut pandang yang keliru bahwa menjadi pemimpin itu berbahaya, karena pemimpin rentan disingkapkan dan disingkirkan. Kau terus waspada terhadap Tuhan dan salah memahami-Nya. Nyatanya, alasan mengapa banyak pemimpin disingkapkan dan disingkirkan bukanlah karena posisi mereka sebagai pemimpin, melainkan karena mereka tidak mengejar kebenaran dan tidak menempuh jalan yang benar serta selalu mengejar status dan bertindak sembrono." Persekutuan saudara tersebut dengan tepat mengungkapkan cara berpikirku dan membantuku memahami keadaanku hingga taraf tertentu. Setelah itu, aku mencari firman Tuhan yang berkaitan dengan keadaanku untuk kumakan dan minum.
Suatu hari, aku menemukan dua bagian firman Tuhan: "Ketika penyesuaian sederhana dilakukan dalam tugas mereka, orang seharusnya menjawab dengan sikap yang taat, melakukan apa yang rumah Tuhan perintahkan kepada mereka, dan melakukan apa yang mampu mereka lakukan, dan, apa pun yang mereka lakukan, mereka melakukannya sesuai dengan kemampuan mereka, dengan segenap hati dan segenap kekuatan mereka. Apa yang telah Tuhan lakukan tidak salah. Kebenaran sesederhana itu dapat diterapkan oleh orang yang memiliki sedikit hati nurani dan nalar, tetapi ini di luar kemampuan antikristus. Dalam hal penyesuaian tugas, antikristus akan segera berargumen, melakukan tipu muslihat, dan menunjukkan sikap yang menentang, dan jauh di lubuk hatinya mereka tidak mau menerimanya. Apa sebenarnya yang ada di dalam hati mereka? Kecurigaan dan keraguan, kemudian mereka menyelidiki orang lain menggunakan segala macam metode. ... Mengapa mereka membuat hal yang sederhana menjadi begitu rumit? Hanya ada satu alasan: antikristus tidak pernah menaati pengaturan rumah Tuhan, dan mereka selalu sangat mengaitkan tugas, ketenaran, keuntungan dan status dengan harapan untuk mendapatkan berkat dan tempat tujuan di masa depan, seolah-olah begitu reputasi dan status mereka hilang, harapan mereka untuk mendapatkan berkat dan upah pun hilang, dan ini rasanya seperti kehilangan nyawa mereka. Mereka berpikir, 'Aku harus berhati-hati, aku tidak boleh lengah! Rumah Tuhan, saudara-saudari, para pemimpin dan pekerja, dan bahkan tuhan, semuanya tidak dapat diandalkan. Aku tidak dapat memercayai seorang pun dari mereka. Orang yang paling bisa kuandalkan dan yang paling layak dipercaya adalah diriku sendiri. Jika aku tidak membuat rencana untuk diriku sendiri, lalu siapa yang akan memedulikanku? Siapa yang akan memikirkan masa depanku? Siapa yang akan memikirkan apakah aku akan mendapatkan berkat ataqu tidak? Oleh karena itu, aku harus membuat rencana dan perhitungan yang matang demi kepentinganku sendiri. Aku tidak boleh melakukan kesalahan, bahkan sama sekali tidak boleh ceroboh, jika tidak, apa yang akan kulakukan jika ada orang yang mencoba mengambil keuntungan dariku?' Jadi, mereka pun bersikap waspada terhadap para pemimpin dan pekerja rumah Tuhan, karena takut ada orang yang akan mengenali dan mengetahui yang sebenarnya tentang mereka, sehingga mereka kemudian akan dikeluarkan dan impian mereka untuk mendapatkan berkat akan hancur. Mereka berpikir bahwa mereka harus menjaga reputasi dan status mereka demi harapan mereka untuk mendapatkan berkat. Seorang antikristus memandang berkat sebagai sesuatu yang lebih besar daripada surga, lebih besar daripada hidup, lebih penting daripada mengejar kebenaran, perubahan watak, atau keselamatan pribadi, dan lebih penting daripada melakukan tugas mereka dengan baik, dan menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi standar. Mereka berpikir bahwa menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi standar, melakukan tugas mereka dengan baik dan diselamatkan, semua itu adalah hal-hal remeh yang hampir tidak layak disebutkan atau dikomentari, sedangkan mendapatkan berkat adalah satu-satunya hal di sepanjang hidup mereka yang tidak akan pernah bisa dilupakan. Dalam apa pun yang mereka hadapi, sebesar atau sekecil apa pun, mereka menghubungkannya dengan diberkati, dan sangat berhati-hati dan penuh perhatian, serta selalu mencadangkan jalan keluar untuk diri mereka sendiri" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Dua Belas: Mereka Ingin Mundur Ketika Tidak Memiliki Status atau Tidak Ada Harapan untuk Memperoleh Berkat"). "Sebagai makhluk ciptaan, ketika menghadap Sang Pencipta, mereka harus melaksanakan tugas mereka. Ini adalah tindakan yang sangat benar, dan mereka harus memenuhi tanggung jawab ini. Atas dasar bahwa makhluk ciptaan melaksanakan tugas mereka, Sang Pencipta telah melakukan pekerjaan yang jauh lebih besar di antara manusia, dan Dia telah melakukan tahap pekerjaan lebih lanjut dalam diri manusia. Dan pekerjaan apakah itu? Dia membekali manusia dengan kebenaran, memungkinkan mereka untuk memperoleh kebenaran dari-Nya saat mereka melaksanakan tugas mereka dan dengan demikian membuang watak rusak mereka dan disucikan. Dengan demikian, mereka mulai melakukan maksud Tuhan dan mulai menempuh jalan yang benar dalam hidup, serta pada akhirnya, mereka mampu takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, memperoleh keselamatan penuh, serta tidak lagi menjadi sasaran penindasan Iblis. Inilah hasil akhir yang Tuhan ingin agar manusia peroleh dengan melaksanakan tugas-tugas mereka. ... Hal yang begitu indah dan begitu besar diputarbalikkan oleh orang-orang seperti antikristus menjadi sebuah transaksi, di mana mereka menuntut mahkota dan upah dari tangan Tuhan. Transaksi seperti itu mengubah sesuatu yang paling indah dan adil menjadi sesuatu yang paling buruk dan jahat. Bukankah ini yang dilakukan para antikristus? Dilihat dari hal ini, bukankah para antikristus itu jahat? Mereka memang sangat jahat! Inilah perwujudan dari kejahatan mereka" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Sembilan: Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Mereka Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut, Memperdagangkannya untuk Memperoleh Kemuliaan Pribadi (Bagian Tujuh)"). Firman Tuhan telah menyingkapkan bagaimana para antikristus hanya percaya kepada Tuhan untuk memperoleh berkat. Seperti apa pun situasi yang mereka hadapi, mereka selalu mempertimbangkannya berdasarkan tempat tujuan dan berkat mereka. Bahkan ketika menghadapi sesuatu yang sederhana seperti penyesuaian tugas, mereka tidak bisa sepenuhnya tunduk, tetapi merenungkannya dan menimbang-nimbang bagaimana pengaruh keputusan tersebut bagi prospek masa depan mereka. Jika penyesuaian tersebut sesuai dengan kepentingan mereka dan akan memungkinkan mereka untuk memperoleh berkat, mereka akan menerimanya, tetapi jika penyesuaian tersebut mengancam masa depan dan takdir mereka, mereka akan mencari cara untuk menghindarinya, karena takut jika salah melangkah, mereka akan disingkapkan, disingkirkan dan tidak akan punya harapan untuk memperoleh berkat. Aku menyadari bahwa esensi natur para antikristus benar-benar jahat dan licik! Aku merenungkan bagaimana sikapku terhadap penyesuaian tugasku sama saja seperti sikap antikristus. Ketika mendengar bahwa aku telah dipilih sebagai pemimpin gereja, hal pertama yang kupikirkan adalah prospek masa depan, kesudahan dan tempat tujuanku sendiri. Aku menelaah tugas untuk melihat apakah itu akan bermanfaat bagiku, dan bahkan sebelum mulai melayani sebagai pemimpin, aku sudah mempertimbangkan semua kemungkinan konsekuensi jika aku gagal melaksanakan tugasku dengan baik. Aku diliputi dengan kecurigaan serta kewaspadaan terhadap Tuhan dan tidak tunduk sama sekali. Aku bahkan memikirkan beberapa alasan yang muluk-muluk untuk menghindari tugasku. Bisa dikatakan bahwa aku tidak memiliki kualitas untuk menjadi seorang pemimpin dan aku mungkin akan menunda pekerjaan. Dari luar, mungkin tampaknya aku seolah tidak sedang mengejar status dan cukup bernalar, tetapi ada motif tersembunyi di balik semua ini: Aku takut memikul tanggung jawab sebagai pemimpin dan takut menanggung risiko disingkapkan serta disingkirkan jika aku melaksanakannya dengan buruk. Karena itu, aku ingin menghindari tugas ini demi menjamin prospek masa depanku. Maksud Tuhan adalah memberi kita kesempatan untuk berlatih melaksanakan tugas agar kita dapat memahami kebenaran, masuk ke dalam kenyataan, menyingkirkan watak rusak kita dan memperoleh keselamatan. Ketika kesempatan yang sangat bagus itu diberikan kepadaku, aku bukan hanya tidak bersyukur atas kasih karunia Tuhan, aku malah salah memahami dan mewaspadai Tuhan serta ingin menghindari dan menolak tugas yang telah diberikan kepadaku. Aku sungguh egois dan licik!
Kemudian, aku mencari lebih banyak bagian firman Tuhan yang berkaitan dengan sudut pandangku yang keliru. Aku menemukan bagian ini: "Katakan kepada-Ku, begitu orang yang rusak mendapatkan status—siapa pun diri mereka—apakah mereka kemudian menjadi antikristus? Apakah ini mutlak? (Jika mereka tidak mengejar kebenaran, mereka akan menjadi antikristus, tetapi jika mereka sungguh-sungguh mengejar kebenaran, mereka tidak akan menjadi antikristus.) Benar sekali: jika orang tidak mengejar kebenaran, mereka pasti akan menjadi antikristus. Dan apakah dalam hal ini semua orang yang menempuh jalan antikristus melakukannya karena status? Tidak, itu terutama karena mereka tidak mencintai kebenaran, karena mereka bukan orang yang benar. Entah mereka memiliki status atau tidak, orang-orang yang tidak mengejar kebenaran semuanya menempuh jalan antikristus. Sebanyak apa pun khotbah yang telah mereka dengar, orang-orang semacam itu tidak menerima kebenaran, mereka tidak menempuh jalan yang benar, tetapi bertekad untuk menempuh jalan yang jahat. Ini sama dengan cara manusia makan: beberapa orang tidak mengonsumsi makanan yang dapat memelihara tubuh mereka dan mendukung keberadaan yang normal, tetapi sebaliknya, mereka bersikeras mengonsumsi hal-hal yang membahayakan mereka, dan pada akhirnya, mendatangkan masalah bagi diri mereka sendiri. Bukankah ini pilihan mereka sendiri? Setelah disingkirkan, beberapa pemimpin dan pekerja menyebarkan gagasan, berkata, 'Jangan menjadi pemimpin, dan jangan membiarkan dirimu mendapatkan status. Manusia berada dalam bahaya begitu mereka mendapatkan status, dan Tuhan akan menyingkapkan mereka! Begitu disingkapkan, mereka bahkan tidak akan memenuhi syarat untuk menjadi orang-orang percaya kebanyakan, dan sama sekali tidak akan menerima berkat.' Perkataan macam apa itu? Paling banter, itu merepresentasikan pemahaman yang salah tentang Tuhan; paling buruk, itu adalah penghujatan terhadap Dia. Jika engkau tidak berjalan di jalan yang benar, tidak mengejar kebenaran, dan tidak mengikuti jalan Tuhan, tetapi sebaliknya, engkau bersikeras menempuh jalan antikristus dan berakhir di jalan Paulus, pada akhirnya akan menemui kesudahan yang sama, akhir yang sama seperti Paulus, masih menyalahkan Tuhan dan menilai Tuhan sebagai Tuhan yang tidak benar, maka bukankah engkau gambaran nyata dari antikristus? Perilaku semacam itu sungguh terkutuk!" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagaimana Mengatasi Pencobaan dan Keterikatan Status"). "Sebagian orang berpikir, 'Siapa pun yang memimpin, dia adalah orang yang bodoh dan dungu, dan membawa kehancuran bagi dirinya sendiri, karena bertindak sebagai pemimpin pasti akan membuat orang menunjukkan kerusakannya agar Tuhan dapat melihatnya. Akankah ada begitu banyak kerusakan yang terungkap jika mereka tidak melakukan pekerjaan ini?' Sungguh ide yang tidak masuk akal! Jika engkau tidak bertindak sebagai pemimpin, apakah engkau tidak akan memperlihatkan kerusakan? Apakah tidak menjadi seorang pemimpin, dan juga lebih sedikit menunjukkan kerusakan, berarti engkau telah memperoleh keselamatan? Berdasarkan argumen ini, apakah mereka yang tidak menjadi pemimpin adalah mereka yang bisa bertahan dan diselamatkan? Bukankah pernyataan ini sangat konyol? Orang-orang yang menjadi pemimpin membimbing umat pilihan Tuhan untuk makan dan minum firman Tuhan dan mengalami pekerjaan Tuhan. Persyaratan dan standar ini memang tinggi, sehingga tidak dapat dihindari bahwa para pemimpin akan memperlihatkan keadaan yang rusak ketika mereka pertama kali memulai pekerjaannya. Ini normal, dan Tuhan tidak mengutuknya. Tuhan tidak hanya tidak mengutuknya, namun Dia juga mencerahkan, menerangi, dan membimbing orang-orang ini, serta memberikan beban tambahan kepada mereka. Selama mereka bisa tunduk pada bimbingan dan pekerjaan Tuhan, kemajuan hidup mereka akan lebih cepat dibandingkan dengan orang biasa. Jika mereka adalah orang-orang yang mengejar kebenaran, mereka dapat memulai jalan untuk disempurnakan oleh Tuhan. Inilah hal yang paling diberkati oleh Tuhan. Ada orang-orang yang tidak dapat melihat hal ini, dan mereka memutarbalikkan fakta. Menurut pemahaman manusia, sebanyak apa pun seorang pemimpin berubah, Tuhan tidak akan peduli; Dia hanya akan melihat pada seberapa banyak kerusakan yang diperlihatkan oleh para pemimpin dan pekerja, dan hanya akan menghukum mereka berdasarkan hal ini. Dan bagi mereka yang bukan pemimpin dan pekerja, karena mereka hanya memperlihatkan sedikit kerusakan, sekalipun mereka tidak berubah, Tuhan tidak akan menghukum mereka. Bukankah ini tidak masuk akal? Bukankah ini penghujatan terhadap Tuhan? Jika engkau sangat menentang Tuhan di dalam hatimu, dapatkah engkau diselamatkan? Engkau tidak dapat diselamatkan. Tuhan menentukan kesudahan manusia terutama berdasarkan apakah mereka memiliki kebenaran dan kesaksian yang benar, dan ini terutama bergantung pada apakah mereka adalah orang-orang yang mengejar kebenaran atau bukan. Jika mereka memang mengejar kebenaran, dan mereka dapat sungguh-sungguh bertobat setelah mereka dihakimi dan dihajar karena melakukan pelanggaran, asalkan mereka tidak mengucapkan kata-kata atau melakukan hal-hal yang menghujat Tuhan, mereka pasti akan dapat memperoleh keselamatan. Berdasarkan imajinasi engkau semua, semua orang percaya biasa yang mengikuti Tuhan hingga akhir dapat memperoleh keselamatan, dan mereka yang melayani sebagai pemimpin semuanya harus disingkirkan. Jika engkau semua diminta menjadi pemimpin, engkau semua akan berpikir bahwa tidak baik jika engkau tidak menerimanya, tetapi jika engkau melayani sebagai pemimpin, engkau tanpa sadar akan memperlihatkan kerusakan, dan itu seperti mengirim dirimu sendiri ke alat pemenggal kepala. Bukankah ini semua disebabkan oleh kesalahpahaman engkau semua tentang Tuhan? Jika kesudahan manusia ditentukan berdasarkan kerusakan yang mereka perlihatkan, tak ada seorang pun yang dapat diselamatkan. Jika demikian, apa gunanya Tuhan melakukan pekerjaan penyelamatan? Jika memang demikian, di manakah kebenaran Tuhan? Umat manusia tidak akan mampu melihat watak benar Tuhan. Oleh karena itu, engkau semua telah salah paham terhadap maksud Tuhan, yang menunjukkan bahwa engkau semua tidak memiliki pengenalan yang benar tentang Tuhan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Melalui firman Tuhan, aku mendapati bahwa para pemimpin palsu dan antikristus bukan disingkapkan dan disingkirkan karena mereka melayani sebagai pemimpin, melainkan karena mereka gagal mengejar kebenaran dan menempuh jalan yang benar setelah memperoleh status. Selain itu, mereka telah mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja serta tidak bertobat seperti apa pun orang-orang lain memangkas mereka. Inilah sebenarnya alasan mereka disingkapkan dan disingkirkan. Tuhan tidak menghukum orang berdasarkan suatu perwujudan kerusakan ataupun suatu kesalahan; Dia mempertimbangkan esensi natur mereka dan jalan yang mereka tempuh. Meskipun kita memperlihatkan watak rusak kita dalam beberapa kesempatan dan melakukan pelanggaran tertentu, selama kita mencari kebenaran dan sungguh-sungguh bertobat, Tuhan akan memberi kita kesempatan lagi. Tuhan hanya menyingkirkan para antikristus dan orang-orang jahat yang membenci dan muak akan kebenaran serta tidak pernah bertobat sebanyak apa pun pelanggaran yang mereka lakukan. Aku terpikir akan para pemimpin palsu dan antikristus yang telah disingkapkan dan disingkirkan oleh Tuhan di masa lalu. Sebagian dari mereka hanya mengucapkan kata-kata dan doktrin serta memberi perintah tetapi gagal menyelesaikan masalah yang nyata dan mendambakan manfaat dari status mereka. Pada akhirnya, mereka dinyatakan sebagai para pemimpin palsu dan diberhentikan. Yang lainnya hanya mengejar status dan reputasi saat bekerja, bersaing demi ketenaran dengan orang lain, menindas dan menyiksa orang-orang dengan sewenang-wenang, sangat melanggar pengaturan kerja dan mengikuti rencana mereka sendiri, mendirikan sebuah "kerajaan independen", menjerat orang-orang, benar-benar tidak mau bertobat dan pada akhirnya disingkapkan sebagai setan-setan antikristus serta dikeluarkan. Mereka adalah jenis orang yang disingkapkan dan disingkirkan. Setelah menyadari hal ini, aku mulai memahami bahwa orang-orang tidak disingkapkan dan tidak disingkirkan berdasarkan tugas yang mereka laksanakan, tetapi berdasarkan apakah mereka mengejar kebenaran dan apakah esensi kemanusiaan mereka baik atau jahat. Jika seseorang tidak mengejar kebenaran dan kemanusiaannya buruk, sekalipun dia bukan pemimpin, dia tidak akan melaksanakan tugasnya dengan baik; jika mereka selalu bermalas-malasan saat bekerja, bertindak dengan asal-asalan dan bahkan tidak berjerih payah dengan baik, pada akhirnya mereka akan tetap disingkirkan. Aku menyadari bahwa gereja menangani dan mengatur orang-orang dengan cara yang sangat berprinsip, bahwa watak Tuhan adalah benar dan gereja dikuasai oleh kebenaran serta keadilan. Namun, aku tidak melihat fakta ini dan telah berpikir secara keliru bahwa menjadi pemimpin akan menghancurkanku. Pandanganku sangat tidak masuk akal!
Suatu ketika di waktu teduh, aku menemukan bagian firman Tuhan ini: "Tidak ada hubungan antara tugas manusia dan apakah dia diberkati atau dikutuk. Tugas adalah apa yang manusia harus penuhi; itu adalah panggilan surgawinya, dan seharusnya tidak bergantung pada imbalan jasa, kondisi, atau nalar. Baru setelah itulah dia bisa dikatakan melakukan tugasnya. Diberkati adalah ketika orang disempurnakan dan menikmati berkat Tuhan setelah mengalami penghakiman. Dikutuk adalah ketika wataknya tidak berubah setelah mereka mengalami hajaran dan penghakiman, itu adalah ketika mereka tidak mengalami proses disempurnakan tetapi dihukum. Namun terlepas dari apakah mereka diberkati atau dikutuk, makhluk ciptaan harus memenuhi tugasnya, melakukan apa yang seharusnya dilakukan, dan melakukan apa yang mampu dilakukannya; inilah yang setidaknya harus dilakukan oleh orang yang mengejar Tuhan. Engkau tidak seharusnya melakukan tugasmu hanya untuk diberkati, dan engkau tidak seharusnya menolak untuk bertindak karena takut dikutuk. Kuberitahukan satu hal kepadamu: pelaksanaan tugas manusia adalah apa yang harus dia lakukan, dan jika dia tidak mampu melaksanakan tugasnya, maka ini adalah pemberontakannya. Melalui proses melakukan tugasnyalah manusia secara berangsur-ansur akan diubahkan, dan melalui proses inilah dia menunjukkan kesetiaannya. Karena itu, semakin banyak tugas yang mampu kaulakukan, semakin banyak kebenaran yang akan kauterima, dan akan semakin nyata pengungkapanmu. Orang-orang yang hanya melakukan tugas dengan sekadarnya dan tidak mencari kebenaran pada akhirnya akan disingkirkan, karena orang-orang semacam itu tidak melakukan tugas mereka dalam menerapkan kebenaran, dan tidak menerapkan kebenaran dalam pelaksanaan tugasnya. Orang-orang semacam itu tetap tidak berubah dan akan dikutuk. Tidak hanya pengungkapan mereka yang tidak murni, tetapi segala sesuatu yang mereka ungkapkan juga jahat" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perbedaan antara Pelayanan Tuhan yang Berinkarnasi dan Tugas Manusia"). Aku merasa lebih paham setelah membaca firman Tuhan. Tidak ada kaitan antara tugas yang orang laksanakan dan apakah orang tersebut diberkati atau dikutuk. Karena kita adalah makhluk ciptaan, kita harus melaksanakan tugas kita. Jika seseorang tidak mampu melaksanakan tugasnya, dia tidak bisa disebut makhluk ciptaan. Sama halnya dengan anak-anak yang berbakti kepada orang tua mereka, itu adalah hal yang benar dan wajar; entah pada akhirnya mereka mewarisi properti orang tua mereka atau tidak, anak-anak harus memenuhi tanggung jawab dan kewajiban mereka. Sedangkan aku, seperti apa sikapku terhadap tugasku? Ketika memikirkan bahwa aku harus mengemban lebih banyak tanggung jawab sebagai seorang pemimpin dan jika aku melaksanakannya dengan buruk, itu akan mengancam masa depan serta nasibku, aku berusaha mencari alasan untuk menghindari tugasku dan menolaknya. Aku sama sekali tidak menganggap tugas sebagai tanggung jawab atau kewajiban yang harus kupenuhi. Sebaliknya, aku memandang tugas sebagai semacam transaksi dan memilihnya berdasarkan apakah tugas itu akan membawa berkat atau kutukan bagiku. Aku sama sekali tidak memiliki nalar yang seharusnya makhluk ciptaan miliki mengenai tugas mereka. Selain itu, aku secara keliru percaya karena aku bukanlah profesional dan tidak memiliki keterampilan teknis di bidang produksi video, aku tidak akan mampu melaksanakan pekerjaanku dengan baik. Namun, Tuhan dengan jelas berfirman: "Sebagai pemimpin, setelah menyelesaikan pengaturan kerja, engkau harus mengawasi kemajuan pekerjaan itu. Meskipun engkau belum terbiasa dengan bidang pekerjaan itu—meskipun engkau tidak memiliki pengetahuan apa pun tentang hal ini—engkau bisa mencari cara untuk melaksanakan tugasmu. Engkau bisa mencari seseorang yang berpengetahuan, yang memahami pekerjaan yang dimaksud, untuk memeriksa segala sesuatunya dan memberi saran. Dari saran mereka, engkau dapat mengidentifikasi prinsip-prinsip yang sesuai, dan dengan demikian, engkau akan dapat mengawasi perkembangan pekerjaan tersebut" (Firman, Vol. 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (4)"). Firman Tuhan secara langsung menyangkal gagasanku. Tuhan tidak pernah menuntut kita untuk menguasai seluruh keterampilan teknis di suatu bidang agar bisa menjadi pemimpin. Sekalipun kita tidak memiliki pengalaman profesional di suatu bidang, kita selalu bisa menemukan saudara-saudari yang memiliki pengetahuan teknis dan berkolaborasi dengan mereka serta mencari prinsip dengan cara ini. Dengan demikian, kita tetap mampu melaksanakan pekerjaan tersebut, dan jika kita benar-benar tidak bisa memahami sesuatu, kita bisa meminta bantuan dari pemimpin atas. Namun, jika aku mencurahkan segenap hatiku pada tugas dan berusaha sebaik mungkin, tetapi tingkat pertumbuhanku terlalu rendah, kualitasku buruk dan aku benar-benar tidak mampu melaksanakan pekerjaan ini, aku dapat mengundurkan diri dan mengemban tugas yang lain. Setelah menyadari maksud Tuhan, aku merasa lebih mengerti masalah ini dengan jelas dan aku melepaskan kekhawatiran serta kecemasanku.
Belakangan, aku menemukan dua bagian firman Tuhan yang berbunyi: "Ketika Nuh melakukan seperti yang Tuhan perintahkan, ia tidak tahu apa maksud Tuhan. Ia tidak tahu apa yang ingin Tuhan capai. Tuhan hanya memberinya perintah dan memerintahkannya untuk melakukan sesuatu, dan tanpa banyak penjelasan, Nuh langsung melakukannya. Ia tidak mencoba untuk diam-diam mencari tahu keinginan Tuhan, ia juga tidak menentang Tuhan ataupun menunjukkan ketidaktulusan. Ia hanya pergi dan melakukannya sesuai perintah dengan hati yang murni dan sederhana. Apa pun yang Tuhan suruh ia lakukan, ia melakukannya, dan tunduk serta mendengarkan firman Tuhan mendukung kepercayaannya dalam apa yang ia lakukan. Tanpa banyak berpikir dan sesederhana itulah ia menangani apa yang Tuhan percayakan. Esensinya—esensi tindakannya adalah ketundukan, tidak menebak-nebak, tidak menentang, dan terlebih lagi tidak memikirkan kepentingan pribadinya sendiri dan untung ruginya. Lebih jauh lagi, ketika Tuhan berkata Ia akan menghancurkan dunia dengan air bah, Nuh tidak bertanya kapan atau bertanya apa yang akan terjadi dengan segalanya, dan yang pasti ia tidak menanyakan kepada Tuhan bagaimana Ia akan menghancurkan dunia. Ia hanya melakukan seperti yang Tuhan perintahkan. Bagaimanapun Tuhan ingin itu dibuat dan dibuat dengan apa, ia melakukan persis seperti yang Tuhan minta dan juga mulai bertindak segera setelah diperintahkan. Ia bertindak sesuai dengan intruksi Tuhan dengan sikap yang ingin memuaskan hati Tuhan. Apakah ia melakukannya untuk membantunya menghindarkan diri dari bencana? Tidak. Apakah ia bertanya kepada Tuhan berapa lama lagi dunia akan dihancurkan? Tidak. Apakah ia bertanya kepada Tuhan atau apakah ia tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membangun bahtera? Ia juga tidak mengetahuinya. Ia hanya tunduk, mendengarkan, dan melakukan sesuai perintah" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri I"). "Apa sajakah perwujudan orang jujur itu? Pertama, mereka tidak meragukan firman Tuhan. Itu adalah salah satu perwujudan orang yang jujur. Selain ini, perwujudan yang terpenting adalah mencari dan menerapkan kebenaran dalam segala hal—ini adalah perwujudan yang krusial. Engkau berkata bahwa engkau adalah orang yang jujur, tetapi engkau selalu mengesampingkan firman Tuhan dan hanya berbuat sekehendak hatimu. Seperti itukah perwujudan orang yang jujur? Engkau berkata, 'Meskipun kualitas kemampuanku buruk, aku memiliki hati yang jujur.' Namun, ketika sebuah tugas diberikan kepadamu, engkau takut menderita dan dimintai pertanggungjawaban jika tidak melaksanakannya dengan baik, sehingga engkau membuat alasan untuk melalaikan tugasmu atau menyarankan agar orang lain saja yang melakukannya. Seperti inikah perwujudan orang yang jujur? Tentu bukan. Jadi, bagaimanakah seharusnya perilaku orang jujur? Mereka harus tunduk pada pengaturan Tuhan, loyal melaksanakan tugas yang sudah seharusnya mereka laksanakan, dan berusaha memenuhi maksud Tuhan. Ini terwujud dengan sendirinya dalam beberapa tindakan: Pertama, engkau menerima tugasmu dengan hati yang jujur, tidak memikirkan kepentingan dagingmu, tidak setengah hati dalam melakukannya, dan tidak berencana licik demi keuntunganmu sendiri. Tindakan-tindakan tersebut adalah perwujudan kejujuran. Tindakan lainnya adalah engkau mengerahkan segenap hati dan kekuatanmu agar dapat melaksanakan tugasmu dengan baik, melakukan segala sesuatu dengan benar, dan mengerahkan hati dan kasihmu pada tugasmu agar dapat memuaskan Tuhan. Perwujudan inilah yang seharusnya ditunjukkan oleh orang jujur dalam melaksanakan tugas mereka" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Melalui firman Tuhan, aku mendapati bahwa Nuh belum mendengar banyak firman Tuhan dan belum pernah membangun bahtera sebelumnya, tetapi ketika dihadapkan pada amanat Tuhan, dia tidak menelaah ataupun memeriksanya, dan dia tidak mencoba untuk menebak-nebak hasrat Tuhan. Sebaliknya, dia hanya patuh, tunduk dan melakukan apa pun yang telah Tuhan perintahkan untuk dia lakukan tanpa memikirkan bagaimana itu bisa berpengaruh terhadap kepentingannya. Kepolosan dan kejujuran Nuh telah memberikan pengaruh yang dalam pada diriku, dan aku merasa sangat malu serta hina. Aku memikirkan bagaimana saudara-saudariku telah memilihku sebagai pemimpin mereka, tetapi saat menghadapi tugas penting seperti itu, yang bisa kupikirkan hanyalah kepentinganku sendiri dan aku bahkan telah mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin akan menimpaku jika aku mengambil tugas tersebut. Aku menyadari betapa liciknya diriku. Kemanusiaanku tidak ada apa-apanya dibandingkan orang seperti Nuh. Dengan sikap seperti itu, bagaimana mungkin aku mampu melaksanakan tugasku dengan baik? Aku menemukan satu bagian firman Tuhan yang berbunyi: "Orang macam apa yang berani memikul tanggung jawab? Orang macam apa yang memiliki keberanian untuk menanggung beban yang berat? Orang yang bertindak sebagai pemimpin dan maju dengan berani pada saat paling genting dalam pekerjaan rumah Tuhan, yang tidak takut memikul tanggung jawab yang berat dan menanggung kesukaran besar, ketika mereka melihat pekerjaan yang paling penting dan krusial. Seperti itulah orang yang setia kepada Tuhan, prajurit Kristus yang baik" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Delapan: Mereka Akan Menyuruh Orang Lain Hanya Tunduk kepada Mereka, Bukan kepada Kebenaran atau Tuhan (Bagian Satu)"). Firman Tuhan sangat menyentuhku. Aku menyadari bahwa aku harus berhenti memikirkan prospek masa depanku sendiri. Aku telah dipilih sebagai pemimpin, jadi aku harus memikirkan maksud Tuhan, berani mengemban tanggung jawab yang besar ini dan meniru Nuh dalam melaksanakan tugasku dengan hati yang jujur dan murni. Pada awalnya, aku tidak tahu bagaimana harus memulai tugasku, jadi aku sering berdoa kepada Tuhan. Saudari yang menjadi rekan kerjaku juga mendukungku dengan sabar, dan saudara-saudari lainnya menyemangatiku. Terkadang, saat mengalami kesulitan, aku mencari saudara-saudari yang telah mendapatkan hasil yang baik dalam pekerjaan mereka dan mereka berbaik hati membagikan kepadaku prinsip yang telah mereka pahami dan metode efektif yang telah mereka gunakan. Aku sangat tersentuh. Perlahan-lahan, aku mulai memahami prinsip-prinsip tertentu dan jalan penerapan serta menjadi lebih efektif dalam menjalankan tugasku. Aku benar-benar merasakan bimbingan Tuhan dan sangat bersyukur kepada Tuhan. Aku masih memiliki banyak kekurangan dan aku tahu bahwa aku memikul tanggung jawab yang berat, tetapi aku tak lagi ingin mundur. Aku akan mengandalkan Tuhan untuk berusaha menjadi lebih baik!
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.