Tinggi Hati Mendahului Kejatuhan

20 Juli 2019

Baixue Kota Shenyang

Karena tuntutan pekerjaan, aku dipindahkan ke wilayah kerja yang lain. Pada saat itu, aku sangat bersyukur kepada Tuhan. Aku merasa sangat berkekurangan, namun melalui promosi Ilahi aku diberi peluang untuk memenuhi kewajibanku di wilayah kerja yang indah. Di dalam hati aku berikrar kepada Tuhan: aku akan melakukan yang terbaik untuk membayar kembali kepada Tuhan.

Tetapi, setelah aku tiba, aku menemukan banyak kekurangan di dalam pekerjaan yang sedang dilakukan. Akibatnya, aku berprakarsa untuk mulai memeriksa sendiri setiap bidang pekerjaan. Sambil memeriksa, aku juga berpikir: "Bagaimana mungkin pekerjaan bisa diselesaikan dengan cara seperti ini? Tidak satu pun pekerjaan ini yang telah dikelola dengan benar! Aku pikir pekerjaan yang telah dilakukan di sini sangatlah bagus. Tidak pernah terpikir olehku bahwa ini lebih buruk daripada pekerjaanku yang terdahulu. Karena sekarang aku sudah berada di sini, ini harus dikelola dengan benar, langkah demi langkah, sesuai dengan pengaturan kerja. Aku akan memimpin semua saudara-saudariku untuk memasuki kehidupan." Oleh karena itu, aku mengumpulkan para rekan pekerjaku, mulai menyusun setiap pekerjaan, berkomunikasi, merencanakan, dan membuat pengaturan. Dalam seluruh komunikasiku, aku sering mengungkapkan perasaanku yang sesungguhnya, "Kualitas pekerjaan di sini sangat rendah. Pekerjaan terdahuluku tidak seperti pekerjaanmu di sini. Di tempat kerjaku yang lama, kami selalu mengelola pekerjaan dengan cara begini-begitu, kami selalu melakukannya dengan sangat baik. Kami taat kepada Tuhan …" Setelah pertemuan-pertemuan ini, beberapa rekan pekerja berkata: "Benar sekali! Kami belum melakukan pekerjaan yang benar-benar berharga. Kali ini, kami perlu memulai dari awal dan melakukan pekerjaan sesuai dengan persyaratan Tuhan." Yang lainnya berkata, "Terima kasih atas komunikasinya. Bagus sekali, Juga atas semua pengaturanmu hari ini. Jika tidak, kurangnya perhatian kami kepada tindak pengamanan akan terlalu berbahaya." Mendengar kata-kata ini, aku sangat senang. Aku merasa bahwa aku sungguh lebih kuat daripada pemimpin mereka yang sebelumnya. Meski aku bangga pada diriku sendiri, tidak bisa tidak, aku juga merasa sedikit bersalah: apakah pantas bagiku untuk bicara seperti itu? Mengapa aku selalu mengatakan bahwa tempat kerja lamaku lebih baik? Tetapi di sisi lain, aku pikir: apa salahnya mengatakan itu? Aku hanya berusaha mengajarkan cara melakukan pekerjaan yang lebih baik kepada mereka. Dengan demikian, aku tidak mengikuti dorongan Roh Kudus untuk memeriksa diriku sendiri. Di dalam Alkitab, Amsal mengatakan "Roh sombong mendahului kejatuhan" (Amsal 16:18). Tepat pada saat aku mencebur ke dalam pekerjaanku dengan harapan yang sangat tinggi, di dalam hati aku merasa sedang kehilangan sentuhan dengan Tuhan. Pekerjaanku bukan saja gagal berjalan dengan mulus, tetapi pekerjaan injil kami beralih dari menjulang menjadi terjun. Aku jatuh ke dalam posisi yang sangat menyakitkan, tetapi aku tidak mengetahui dengan pasti apa yang telah keliru aku lakukan. Jadi, aku pergi menghadap Tuhan dalam doa untuk sungguh-sungguh mencari tuntunan. Pada saat itu, aku teringat ayat dari suatu khotbah: "Sebagai pemimpin yang melayani Tuhan, seseorang perlu berdiri di atas prinsip-prinsip. ... apa pun yang terjadi, kau tetap harus bersaksi dan meninggikan Tuhan. Katakan sebanyak yang engkau pahami, tinggikanlah Tuhan dan bersaksilah bagi-Nya sekuat tenaga, dan dalam kondisi apa pun, jangan pernah meninggikan diri atau mengizinkan orang lain memujamu. Inilah aturan pertama dan paling mendasar yang harus diikuti" (Persekutuan dari Atas). Air mata mengaliri wajahku. Penyesalan, perasaan bersalah, dan syukur, semuanya memenuhi hatiku di saat yang bersamaan. Aku mengingat semua yang telah aku katakan kepada para rekan pekerja dan merasa sangat tidak pantas untuk mendapatkan peninggian dari Tuhan. Gereja telah mengatur aku untuk datang ke sini untuk melakukan kewajibanku agar aku dapat meninggikan dan menjadi saksi-Nya, memimpin saudara-saudariku ke hadapan Tuhan, dan membantu mereka mengenal Dia. Tetapi, secara memalukan, aku malah memamerkan diri, meninggikan diri, memberi kesaksian tentang diriku sendiri. Aku melakukan semua ini agar orang lain memandang tinggi dan memujaku. Aku sangat angkuh. Atas nama mencintai dan memuaskan Tuhan, aku memberi kesaksian tentang diriku sendiri dan meninggikan diriku sendiri. Bagaimana orang yang sehina ini pantas untuk melayani Tuhan? Bagaimana pekerjaan dari orang seperti ini bisa diberkati oleh Tuhan? Yang aku lakukan hanyalah mengejar ketenaran dan kedudukan; aku menempuh jalan antikristus, bertindak menentang Tuhan sepenuhnya, dan benar-benar dibenci oleh Tuhan. Semakin aku memikirkannya, semakin aku membenci diriku sendiri. Tidak bisa tidak, dengan penuh penyesalan aku bersujud di hadapan Tuhan, dan berseru kepada-Nya, "Oh, Tuhan! Terima kasih untuk hajaran dan penghakiman-Mu yang menyadarkan aku, memungkinkan aku untuk mengenali sifat jahatku. Engkau juga menunjukkan arah pelayananku, membantu aku memahami bahwa hanya jika aku meninggikan dan menjadi saksi-Mu aku bisa memuaskan Engkau, memungkinkan kehendak-Mu terjadi, dan menyelesaikan misi yang Engkau tugaskan kepadaku. Hanya jika aku meninggikan-Mu dan menjadi saksi-Mu, barulah pelayananku memperkenan hati-Mu. Itulah kewajibanku sebagai ciptaan kepada Sang Pencipta. Oh, Tuhan! Mulai sekarang, aku berikrar untuk memeriksa hati dan motifku sebelum aku berbicara atau bertindak, dengan sadar meninggikan dan menjadi saksi-Mu, menuntun saudara-saudariku untuk mengenal-Mu, dan menghibur hati-Mu dengan menjadi seseorang yang memiliki kebenaran dan kemanusiaan."

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait