Apakah Aku Benar-Benar “Pemimpin yang Baik?”

08 Maret 2025

Pada Mei 2020, aku dipilih sebagai pemimpin gereja. Sebulan kemudian, dua saudari yang bekerja bersama diberhentikan. Dalam evaluasi yang ditulis oleh saudara-saudari, aku melihat bahwa kedua saudari ini tidak menyelesaikan masalah dan sering memarahi orang lain, membuat mereka merasa terkekang. Mereka mengatakan bahwa kedua saudari itu melaksanakan tugasnya seakan mereka pejabat, dan aku merasakan ketidaksukaan saudara-saudari terhadap mereka. Aku berpikir, "Tidakkah tindakan mengungkapkan dan memangkas ini terlalu keras dan menyakiti perasaan? Itu sama sekali bukan kasih! Aku tidak boleh seperti mereka, memangkas dan menegur orang setiap saat. Aku harus bersikap lebih bijaksana saat melihat masalah pada saudara-saudari. Dengan cara ini, semua orang akan merasa bahwa aku mudah bergaul dan penuh perhatian, serta bahwa aku adalah pemimpin yang baik dan pengertian." Dalam interaksi dengan saudara-saudari setelah itu, aku berusaha berbicara dengan lembut agar tidak menyakiti perasaan mereka, dan ketika ada masalah, aku akan berkomunikasi dengan baik serta menyampaikannya dengan cara yang halus dan lembut. Aku jarang memangkas atau mengungkapkan masalah saudara-saudari. Setelah beberapa waktu, banyak saudara-saudari mulai memujiku, mengatakan bahwa aku adalah pemimpin tanpa kepura-puraan, berbicara dengan lembut, dan mudah bergaul. Semua pujian dari saudara-saudari ini membuatku merasa sangat senang, dan sejak saat itu, aku selalu berinteraksi dengan orang lain dengan cara demikian.

Setelah beberapa waktu berinteraksi dengan Saudara Li Liang, aku mendapati dia selalu mengejar reputasi dan status dalam tugasnya. Dia mengawasi pekerjaan video dan seharusnya lebih banyak mempelajari teknologi pembuatan video, tetapi dia menganggap mempelajari teknik adalah pekerjaan di balik layar, sehingga dia tidak berusaha untuk itu karena tidak bisa digunakan untuk pamer. Sebaliknya, dia sering membantu saudara-saudari memperbaiki peralatan elektronik, yang memperlambat pekerjaannya. Aku tahu bahwa sebagai pemimpin, aku perlu menunjukkan masalah Li Liang agar dia menyadarinya dan segera memperbaikinya. Namun, aku berpikir, "Li Liang memiliki kesan baik terhadapku, dan dia cukup antusias setiap kali aku menghadiri pertemuan tim mereka. Jika setelah menjadi pemimpin aku langsung mengungkapkan masalahnya, dia mungkin akan menganggapku sulit diajak bergaul dan tidak memiliki kasih, dan itu bisa merusak kesan baiknya terhadapku. Aku tidak boleh terlalu lugas dalam menunjukkan masalahnya, aku harus lebih bijaksana." Jadi, saat bertemu Li Liang, aku hanya berkata, "Sebagai pengawas, kita harus memprioritaskan pembelajaran teknologi pembuatan video, jika tidak, kemajuan pekerjaan kita akan terhambat." Li Liang mengangguk dan menyatakan kesediaannya untuk berubah. Namun, setelah itu, aku melihat bahwa dia masih tidak berusaha mempelajari teknologi pembuatan video. Aku ingin mengungkapkan dirinya, tetapi aku berpikir, "Dia masih muda, dan sudah cukup baik dia mau meninggalkan pekerjaannya untuk menlaksanakan tugas di gereja. Bagaimana jika dia menjadi negatif setelah aku memangkas dan mengungkapkannya? Bukankah saudara-saudari akan mengatakan bahwa aku sama saja dengan pemimpin sebelumnya yang sudah diberhentikan, hanya bisa memarahi orang dan tidak memiliki kasih? Bukankah itu akan merusak kesan baik saudara-saudari terhadapku?" Dengan pemikiran ini, Aku mencarikan dia sebuah video kesaksian pengalaman yang sesuai dengan keadaannya, dengan harapan dia dapat menyadarinya sendiri. Namun, Li Liang hanya mengakui bahwa dia mengejar reputasi dan status, tanpa menyadari betapa parahnya masalah itu. Untuk menanggapinya, aku hanya dengan lembut menasihatinya agar tidak mengejar reputasi dan status, dan setelah itu, dia tetap melaksanakan tugasnya seperti biasa, sehingga tidak ada kemajuan dalam pekerjaan video. Tak lama kemudian, para pemimpin tingkat atas datang untuk meninjau pekerjaan, dan berdasarkan perilaku Li Liang yang terus-menerus dalam tugasnya, dia akhirnya diberhentikan. Para pemimpin kemudian bertanya kepadaku, "Mengapa kau tidak bersekutu dan menyelesaikan masalah yang kau temukan pada Li Liang? Mengapa kau tidak mengalihkan tugasnya, mengingat dia tidak cocok untuk tugas tersebut?" Wajahku terasa panas, dan aku menyadari bahwa aku tidak bisa menyalahkan orang lain atas pemberhentian Li Liang. Jika aku segera mengungkapkan natur serta konsekuensi dari pengejarannya akan reputasi dan status dalam tugasnya, juga membantunya mengenal dirinya sendiri, kemungkinan hal ini tidak akan terjadi. Hal ini membuatku merasa sangat menyesal. Aku diam-diam berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, aku sangat menyadari bahwa Li Liang mengejar reputasi dan status, tidak mengikuti prinsip dalam melaksanakan tugasnya, dan aku seharusnya mengungkapkan serta memangkasnya, tetapi aku khawatir hal ini akan membuatnya memiliki kesan buruk terhadapku, sehingga aku tidak menunjukkan masalahnya atau mengungkapkannya, dan akibatnya, pekerjaan mengalami kerugian. Tuhan, tolong cerahkan dan bimbing aku untuk mengenali watak rusakku."

Dalam pencarianku, aku teringat sebuah video kesaksian pengalaman yang pernah aku tonton, berjudul Apa yang Tersembunyi Di Balik "Citra Baik" aku pun memutar video itu serta membaca bagian firman Tuhan ini: "Ketika beberapa pemimpin gereja melihat saudara-saudari melaksanakan tugas mereka dengan bersikap asal-asalan, dia tidak menegur mereka, padahal seharusnya dia melakukannya. Ketika dia dengan jelas melihat bahwa kepentingan rumah Tuhan sedang dirugikan, dia tidak peduli akan hal ini atau mengajukan pertanyaan apa pun, dan tidak sedikit pun menyinggung orang lain. Sebenarnya, dia tidak benar-benar menunjukkan kepedulian pada kelemahan orang lain; sebaliknya, niat dan tujuannya adalah untuk memenangkan hati orang. Dia sepenuhnya menyadari bahwa, 'Asalkan aku melakukan hal ini dan tidak menyinggung siapa pun, mereka akan menganggapku pemimpin yang baik. Mereka akan berpendapat baik dan tinggi tentangku. Mereka akan menerimaku dan menyukaiku.' Dia tidak peduli seberapa besar kerusakan yang terjadi pada kepentingan rumah Tuhan, atau seberapa besar kerugian yang ditimbulkan pada jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan, atau seberapa besar itu telah mengganggu kehidupan bergereja, dia hanya bertahan dalam falsafah Iblisnya dan tidak mau menyinggung siapa pun. Di dalam hatinya, dia tidak pernah menyalahkan dirinya sendiri. Ketika dia melihat ada seseorang yang menyebabkan kekacauan dan gangguan, paling-paling dia berbicara sedikit tentang hal itu dengannya, meremehkan masalahnya, dan menganggapnya sudah selesai. Dia tidak akan mempersekutukan kebenaran, atau menunjukkan esensi masalahnya kepada orang itu, apalagi menelaah keadaan orang itu, dan dia tidak akan pernah mempersekutukan maksud-maksud Tuhan. Para pemimpin palsu tidak pernah menyingkapkan atau menelaah kesalahan yang sering orang lakukan, atau watak rusak yang sering orang perlihatkan. Mereka tidak membereskan masalah nyata apa pun, sebaliknya mereka malah selalu membiarkan penerapan keliru dan perwujudan kerusakan, dan betapa pun negatif dan lemahnya orang-orang, mereka tidak menganggapnya serius. Mereka hanya mengkhotbahkan beberapa kata dan doktrin, serta mengatakan beberapa perkataan nasihat untuk menangani keadaan dengan cara yang asal-asalan, berusaha menjaga keharmonisan. Akibatnya, umat pilihan Tuhan tidak tahu bagaimana merenungkan dan mengenal diri mereka sendiri, tidak ada penyelesaian untuk watak rusak apa pun yang mereka perlihatkan, dan mereka hidup di tengah kata-kata dan doktrin, gagasan dan imajinasi, tanpa jalan masuk kehidupan. Mereka bahkan yakin di dalam hatinya, 'Pemimpin kita bahkan lebih memahami kelemahan kita daripada Tuhan. Tingkat pertumbuhan kita terlalu kecil untuk dapat memenuhi tuntutan Tuhan. Kita hanya perlu memenuhi tuntutan pemimpin kita; dengan tunduk kepada pemimpin kita, berarti kita sedang tunduk kepada Tuhan. Jika suatu hari nanti Yang di Atas memberhentikan pemimpin kita, kita akan menyuarakan isi hati kita; untuk mempertahankan pemimpin kita dan mencegahnya diberhentikan, kita akan bernegosiasi dengan Yang di Atas dan memaksa mereka untuk menyetujui tuntutan kita. Inilah cara kita melakukan hal yang benar untuk pemimpin kita.' Ketika orang-orang memiliki pemikiran seperti ini di dalam hati mereka, ketika mereka telah menjalin hubungan seperti ini dengan pemimpin mereka, dan ketergantungan, rasa iri, dan pemujaan semacam ini telah muncul di hati mereka terhadap pemimpin mereka, itu berarti mereka jauh lebih percaya kepada pemimpin ini, dan selalu ingin mendengarkan perkataan pemimpin itu, bukannya mencari kebenaran di dalam firman Tuhan. Pemimpin seperti itu telah hampir mengambil tempat Tuhan di hati orang-orang. Jika seorang pemimpin bersedia mempertahankan hubungan semacam itu dengan umat pilihan Tuhan, jika dia merasakan kenikmatan dari hal ini di dalam hatinya, dan yakin bahwa umat pilihan Tuhan seharusnya memperlakukannya seperti ini, maka pemimpin ini tidak ada bedanya dengan Paulus, dia telah menginjakkan kakinya di jalan antikristus, dan umat pilihan Tuhan telah disesatkan oleh antikristus ini, dan sepenuhnya tidak memiliki pemahaman" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Satu: Mereka Berusaha Memenangkan Hati Orang"). Setelah membaca firman Tuhan ini, aku mulai merenungkan diri sendiri. Aku sangat sadar bahwa saudara-saudari, yang didorong oleh watak rusak mereka, telah menghambat pekerjaan gereja dalam tugasnya, tetapi aku tidak mengungkapkan atau memangkas mereka, dan malah hanya mengucapkan kata-kata yang menyenangkan untuk menyemangati mereka. Aku melakukannya agar orang-orang melihatku sebagai pemimpin yang penuh perhatian dan pengertian. Inilah perwujudan dari upaya merebut hati orang, seperti yang diungkapkan Tuhan. Aku merenungkan interaksiku dengan Li Liang. Aku sudah menyadari sejak lama bahwa dia mengejar reputasi dan status, bahwa dia menyimpang dari tugasnya sebagai pengawas, dan bahwa ini memperlambat kemajuan pekerjaan secara keseluruhan. Aku juga tahu bahwa dia memerlukan bimbingan dan koreksi segera, tetapi aku khawatir jika aku mengungkapkan masalahnya, dia akan mengatakan bahwa aku tidak memiliki kasih dan terlalu keras menuntut, jadi aku hanya berbicara dengan lembut. Aku hanya mengingatkan serta menyemangatinya agar tidak mengejar reputasi dan status, tetapi fokus pada tugas utamanya. Li Liang tidak juga menyadari masalahnya, tetapi meskipun begitu, aku tetap tidak mengungkapkan atau menelaahnya. Sebaliknya, aku mengambil pendekatan tidak langsung dengan mengirimkan kepadanya video kesaksian pengalaman agar dia dapat menyadarinya sendiri. Aku melihat masalah saudara-saudariku, tetapi aku tidak pernah mengungkapkannya, semata-mata agar semua orang melihatku sebagai seseorang yang penuh perhatian, mudah bergaul, dan pemimpin yang baik yang mengerti orang lain. Aku melakukan ini untuk merebut hati orang-orang. Aku benar-benar sedang menempuh jalan antikristus! Sebagai seorang pemimpin, tugasku seharusnya adalah mempersekutukan kebenaran dan menyelesaikan masalah saudara-saudariku, serta menjaga pekerjaan gereja. Namun aku melihat Li Liang hidup dalam watak rusak dan menunda pekerjaan, dan aku tidak bersekutu, membimbing, mengungkapkan, atau memangkasnya. Aku sama sekali tidak melaksanakan tanggung jawabku. Masih adakah kemanusiaan dalam diriku? Demi mempertahankan citraku sebagai "pemimpin yang baik" di mata orang lain, aku mengesampingkan kepentingan gereja. Aku benar-benar egois dan tercela! Ketika menyadari hal ini, aku merasa sangat menyesal dan bersalah. Saat aku bertemu Li Liang lagi, aku berbicara terus terang dengannya dan mengungkapkan serta menelaah masalahnya. Dia berkata, "Aku jarang melihatmu menunjukkan masalah kami, kau selalu berbicara dengan begitu lembut, dan ini sebenarnya tidak bermanfaat bagi kami maupun pekerjaan gereja. Bagus sekali kau mengatakannya hari ini. Aku jadi memahami natur dan konsekuensi dari mengejar reputasi serta status." Setelah mendengar ini, aku merasa sangat malu. Li Liang tidak memiliki kesan buruk terhadapku karena aku mengungkapkan masalahnya. Sebaliknya, dia justru dapat menerima bimbingan ini dan merenungkan dirinya sendiri. Aku pun menyadari bahwa tidak mengungkapkan dan membimbing orang saat melihat masalahnya justru sangat merugikan mereka!

Tak lama setelah itu, aku mendapati bahwa pengawas pekerjaan penyiraman, Xue Mei, tidak memiliki rasa terbeban dalam tugasnya dan terlalu memanjakan diri dalam kenyamanan daging. Dia menyerahkan pekerjaan yang seharusnya dia tangani kepada para penyiram, tanpa menindaklanjuti atau mengawasi detailnya. Dia bahkan tidak tahu bagaimana jalannya pertemuan para pendatang baru. Aku berpikir dalam hati, "Untuk melaksanakan pekerjaan penyiraman, orang setidaknya harus memiliki rasa terbeban dan tanggung jawab. Cara Xue Mei melaksanakan tugasnya akan menunda pekerjaan gereja dan menghambat pertumbuhan hidup para pendatang baru, maka aku perlu bersekutu dengannya tentang natur dan konsekuensi dari sikapnya yang memanjakan diri dalam kenyamanan agar dia bisa mengubah sikapnya terhadap tugasnya." Namun kemudian aku berpikir, "Akulah yang sebelumnya bersekutu dan mengungkapkannya ketika dia diberhentikan sebagai pemimpin tim. Sejak diberhentikan, aku merasa dia menjadi sangat menjaga jarak denganku. Jika aku kembali mengungkapkan masalahnya, akankah dia berpikir bahwa aku selalu mengungkapkan dan memangkasnya, serta menganggapku tidak memiliki kasih? Jika itu terjadi, kesannya terhadapku pasti akan makin buruk. Lupakan saja. Lebih baik aku tidak membuat suasana menjadi lebih canggung." Ketika aku bertemu Xue Mei lagi, aku hanya berkata secara ringan kepadanya, "Hasil pekerjaan penyiraman belakangan ini kurang baik. Kita perlu segera mengubah sikap kita terhadap tugas dan mengambil lebih banyak tanggung jawab!" Setelah mendengar ini, Xue Mei menundukkan kepalanya dan berkata, "Aku memang tidak memiliki rasa terbeban dalam tugasku; aku harus segera berubah." Ketika melihat ekspresi tidak nyamannya, aku berpikir bahwa sebaiknya kuberi dia waktu untuk merenungkan hal ini. Namun, setelah itu, Xue Mei terus bermalas-malasan dalam tugasnya, tanpa rasa terbebani. Ini membuat makin banyak pendatang baru yang tidak menghadiri pertemuan secara teratur, sehingga sangat memperlambat pekerjaan penyiraman. Pemimpin tingkat atas mengamati perilakuku yang terus-menerus seperti itu dan mendapati bahwa aku hanya melindungi citra dan statusku dalam tugas, serta bahwa sekalipun aku melihat masalah saudara-saudariku, aku tidak mengungkapkan atau memangkas mereka. Mereka melihat bahwa aku sama sekali tidak menjaga kepentingan rumah Tuhan, bahwa aku tidak segera menyelesaikan masalah lambatnya kemajuan di berbagai aspek pekerjaan gereja, dan bahwa aku tidak melakukan pekerjaan nyata apa pun. Akibatnya, dengan berdasarkan prinsip-prinsip, aku pun diberhentikan. Setelah diberhentikan, aku merasa sangat menyesal dan bersalah. Kerugian dalam berbagai aspek pekerjaan gereja terjadi karena aku mengejar reputasi dan status serta tidak melindungi kepentingan gereja. Aku berpikir tentang perilaku Xue Mei yang terus berulang, bahwa dia sebenarnya tidak lagi cocok menjadi seorang pengawas, dan harus segera diberhentikan, maka aku pun mendiskusikannya dengan para pemimpin dan memberhentikannya.

Kemudian, aku bertemu dua saudara di rumah penampungan. Seorang saudara mengatakan langsung kepadaku bahwa aku adalah orang berbakat yang bisa dibina, bahwa aku bisa menanggung penderitaan dan membayar harga dalam tugas-tugasku, dan bahwa karena aku masih muda, wajar jika aku belum bisa melaksanakan tugas dengan baik mengingat beban pekerjaan gereja yang berat. Saudara yang satu juga setuju. Aku teringat sebelum diberhentikan, banyak saudara yang memujiku secara langsung, mengatakan bahwa aku adalah pemimpin yang bersahaja, berbicara dengan lembut, dan mudah bergaul. Bahkan setelah aku menyebabkan kerugian besar bagi pekerjaan gereja, saudara-saudari tetap tidak memiliki pemahaman tentang diriku dan masih membelaku. Bukankah aku telah menyesatkan semua orang? Ketika menyadari hal ini, aku merasa takut, jadi aku berdoa kepada Tuhan, memohon agar Dia mencerahkan dan membimbingku untuk mengenali masalah-masalahku. Tak lama setelah itu, aku membaca satu bagian dari firman Tuhan: "Sebagian orang menganggap bahwa tulisan mereka bagus, mereka adalah penulis yang terampil; beberapa menganggap bahwa mereka adalah pemimpin yang baik, mereka adalah tiang yang menopang gereja; yang lain menganggap bahwa mereka adalah orang-orang yang baik. Begitu orang-orang ini kehilangan citra baiknya karena alasan tertentu atau hal lain, mereka menginvestasikan banyak pemikiran dan membayar harga untuk memulihkan citra mereka, berpikir keras mencoba memperbaiki situasi. Namun, mereka tidak pernah merasa malu, menyesal, atau merasa berhutang budi kepada Tuhan karena telah menempuh jalan yang salah, atau karena berbagai hal yang telah mereka perbuat yang bertentangan dengan kebenaran. Mereka tidak pernah memiliki perasaan seperti itu. Mereka menggunakan segala macam taktik untuk menyesatkan orang dan memenangkan hati mereka. Apakah ini yang disebut melakukan tugas sebagai makhluk ciptaan? Sama sekali bukan. Apakah itu pekerjaan yang harus dilakukan oleh pemimpin gereja? Tentu saja tidak. ... Orang-orang ini mengibarkan bendera menjalankan tugas sebagai pemimpin, tetapi mereka tidak bertindak layaknya pemimpin. Tindakan mereka sama sekali bukan pelaksanaan tugas pemimpin, mereka sedang memainkan peran antikristus, menjadi wakil Iblis untuk mengganggu dan menghancurkan pekerjaan rumah Tuhan, dan menyesatkan umat pilihan Tuhan sehingga menjauhi jalan yang benar dan menjauhi Tuhan. Semua tindakan dan perilaku mereka menyingkapkan watak dan natur Iblis, memperoleh hasil dengan membuat manusia menjauhi Tuhan, menolak kebenaran dan Tuhan, serta memuja dan mengikuti manusia. Suatu saat, setelah mereka sepenuhnya menyesatkan orang-orang dan mengendalikannya, orang-orang akan mulai memuja, mengikuti, dan mematuhi mereka. Kemudian, mereka akan meraih tujuannya dalam menjerat hati orang-orang. Mereka adalah pemimpin gereja, tetapi mereka tidak melakukan pekerjaan yang telah diamanatkan oleh Tuhan kepadanya; mereka tidak melakukan pekerjaan pemimpin dan pekerja. Sebaliknya, mereka memengaruhi umat pilihan Tuhan, menyesatkan, menjerat, dan mengendalikan mereka, mencengkeram domba yang jelas-jelas merupakan milik Tuhan di bawah kendali mereka. Bukankah mereka pencuri dan bandit? Dalam persaingannya dengan Tuhan untuk memenangkan umat pilihan Tuhan, bukankah mereka bertindak sebagai antek-antek Iblis? Bukankah antikristus semacam ini adalah musuh Tuhan? Bukankah mereka musuh umat pilihan Tuhan? (Ya, benar.) Mereka seratus persen adalah musuh Tuhan dan musuh umat pilihan-Nya; hal ini sudah tidak diragukan lagi" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Satu: Mereka Berusaha Memenangkan Hati Orang"). Tuhan mengungkapkan bahwa jika seorang pemimpin atau pekerja gagal melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, serta tidak mengungkapkan saudara-saudarinya ketika melihat mereka menempuh jalan yang salah dalam tugasnya dan merugikan pekerjaan gereja, tetapi justru memakai tipu daya untuk merebut hati dan menyesatkan orang lain demi membangun citra baik di mata mereka, agar dikagumi dan dihormati, maka pada dasarnya, ia sedang bersaing dengan Tuhan untuk merebut umat pilihan-Nya serta menempuh jalan seorang antikristus. Ketika merenungkan waktu-waktuku sebagai pemimpin, demi membangun citra sebagai "pemimpin yang baik" di hati saudara-saudari, dan agar semua orang mengagumi serta menghormatiku, meskipun aku melihat mereka hidup dalam watak rusak dan menghambat pekerjaan gereja, aku tidak mengungkapkan atau memangkas mereka, dan hanya bersekutu dengan lembut, sekadar mengingatkan dan mendorong mereka. Hal ini membuat saudara-saudari makin mengagumiku dan memujiku sebagai pemimpin yang baik dan pengertian. Bahkan setelah aku menyebabkan kerugian besar bagi pekerjaan gereja dan diberhentikan, mereka tetap tidak memiliki pemahaman tentang diriku, bahkan mengatakan bahwa aku hanya masih muda sehingga wajar jika belum dapat melaksanakan tugas dengan baik. Beberapa di antara mereka bahkan bersimpati kepadaku dan membelaku. Sebagai pemimpin, aku tidak membimbing orang-orang untuk datang kepada Tuhan, tetapi justru memanfaatkan tugasku untuk merebut hati mereka, agar mereka menghormati dan menganggapku penting. Bukankah tindakanku sama saja dengan perampok dan pencuri yang Tuhan ungkapkan? Mungkin tampaknya Li Liang dan Xue Meilah yang merugikan pekerjaan gereja karena tidak menerapkan kebenaran, tetapi sebenarnya, akulah yang membiarkan dan melindungi mereka. Aku lebih memilih mengorbankan kepentingan gereja demi menjaga reputasi serta statusku, sehingga aku sedang menempuh jalan antikristus. Ini adalah sesuatu yang menyinggung watak Tuhan! Tindakan pemberhentianku adalah kebenaran Tuhan, dan jika aku tidak bertobat, pada akhirnya aku akan dikutuk dan disingkirkan oleh-Nya. Setelah menyadari semua ini, aku merasa takut dan berdoa kepada Tuhan: "Tuhan, aku telah mengucapkan kata-kata manis untuk merebut hati orang dan melindungi harga diri serta statusku. Aku sedang menempuh jalan seorang antikristus. Tuhan! Aku tidak ingin lagi berbuat jahat dan menentang-Mu; aku ingin bertobat."

Dalam pemikiranku, aku menyadari bahwa aku memiliki pandangan keliru lainnya. Aku berpikir bahwa berbicara dengan lembut, mengambil pendekatan yang halus, dan tidak mengungkapkan atau memangkas orang lain berarti aku mengasihi mereka, sedangkan mengungkapkan dan memangkas mereka itu tindakan yang terlalu keras dan tidak pengertian. Dalam pencarian dan pemikiranku, aku membaca beberapa bagian firman Tuhan: "Umat pilihan Tuhan setidaknya harus memiliki hati nurani dan nalar, serta berinteraksi, berhubungan, dan bekerja sama dengan orang lain berdasarkan prinsip dan standar yang Tuhan tuntut terhadap manusia. Ini adalah pendekatan yang terbaik. Inimampu memuaskan Tuhan. Jadi, prinsip-prinsip kebenaran apa yang dituntut oleh Tuhan? Bahwa orang haruslah memahami orang lain ketika mereka sedang lemah dan negatif, peduli terhadap penderitaan dan kesulitan mereka, lalu bertanya tentang hal-hal ini, menawarkan bantuan dan dukungan, serta membacakan firman Tuhan untuk menolong mereka menyelesaikan masalah mereka, memungkinkan mereka agar memahami maksud Tuhan dan tidak lagi lemah, serta membawa mereka ke hadapan Tuhan. Bukankah cara penerapan ini sesuai dengan prinsip? Menerapkan dengan cara ini sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Tentu saja, hubungan semacam ini terlebih lagi sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Ketika orang dengan sengaja menyebabkan gangguan dan kekacauan, atau dengan sengaja melaksanakan tugas mereka dengan cara yang asal-asalan, jika engkau melihatnya dan mampu menunjukkan hal-hal ini kepada mereka, menegur mereka, dan menolong mereka berdasarkan prinsip, berarti ini sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (14)"). "Dari sisi proaktif, bagaimana mengungkapkan perkataan yang membangun? Perkataan itu terutama harus mendorong, mengarahkan, membimbing, menasihati, memahami, dan menghibur. Selain itu, dalam beberapa percakapan khusus, sangatlah penting untuk secara langsung menyingkapkan kesalahan dan memangkas mereka, sehingga mereka memperoleh pengetahuan tentang kebenaran dan ingin bertobat. Hanya dengan cara demikianlah, hasil yang diinginkan akan tercapai. Cara penerapan ini sangat bermanfaat bagi orang-orang. Ini adalah bantuan yang nyata bagi mereka, dan ini membangun mereka, bukan?" (Firman, Jilid 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Apa yang Dimaksud dengan Mengejar Kebenaran (3)"). Setelah membaca firman Tuhan, aku memahami bahwa memangkas orang lain bukanlah tindakan yang keras, tetapi justru bermanfaat bagi jalan masuk kehidupan mereka, membantu mereka melaksanakan tugas dengan baik, serta membimbing mereka untuk bertindak sesuai dengan prinsip. Aku juga memahami bahwa kita harus memiliki prinsip dalam memperlakukan saudara-saudari. Jika orang lain untuk sementara ini sedang dalam keadaan negatif dan lemah, kita harus bersekutu dan menolong mereka dengan kasih sesuai dengan tingkat pertumbuhan mereka, tidak membuat mereka terus dalam kesulitan serta memberi mereka jalan penerapan dan jalan masuk kehidupan. Namun, bagi mereka yang memiliki watak rusak yang serius, yang meski telah menerima banyak persekutuan tetap saja mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja tanpa mau berubah, kita harus mengungkapkan dan memangkas mereka sesuai dengan firman Tuhan, sehingga mereka dapat memahami masalahnya serta memahami natur dan konsekuensi dari melaksanakan tugas dengan watak rusak. Inilah makna dari benar-benar membantu orang lain. Aku juga memahami bahwa bersikap keras terhadap orang lain adalah lebih merujuk pada memperlakukan mereka dengan tidak adil—yaitu ketika seseorang menemukan sedikit saja penyimpangan atau kesalahan tanpa melihat konteksnya atau tanpa mempertimbangkan keadaan dan kesulitan yang dihadapi saudara-saudari, serta tanpa memperhitungkan tingkat pertumbuhan rohani mereka, lalu mereka begitu saja kehilangan kesabaran dan memarahi mereka. Namun, arti dari mengungkapkan dan memangkas orang adalah ketika melihat saudara-saudari bertindak bertentangan dengan prinsip, atau mengganggu pekerjaan gereja dengan bertindak menuruti watak rusak, lalu seseorang dapat menggunakan firman Tuhan untuk membimbing, memangkas, mempersekutukan, dan membantu mereka, sehingga saudara-saudari dapat memahami permasalahan mereka, memperbaiki keadaan mereka dengan segera, serta melaksanakan tugas mereka dengan baik. Ini bermanfaat bagi jalan masuk kehidupan saudara-saudari maupun pekerjaan gereja, dan ini bukanlah bersikap keras kepada orang lain. Sama seperti bagaimana aku memperlakukan Li Liang dan Xue Mei, aku berpikir bahwa memangkas dan mengungkapkan mereka akan terlalu keras dan tidak penuh kasih, sehingga aku hanya mendorong mereka dengan lembut. Hasilnya, mereka tidak memahami watak rusak mereka, dan ini menyebabkan kerugian bagi pekerjaan gereja. Aku menyadari bahwa tindakan seperti itu bukannya membantu, tetapi justru merugikan mereka, Ini bukanlah kasih yang sejati. Pandangan yang kupegang benar-benar keliru dan tidak sesuai dengan kebenaran!

Setelah itu, aku membaca lebih banyak firman Tuhan: "Jika engkau hanya pernah melakukan sesuatu supaya dilihat orang lain, dan selalu ingin mendapatkan pujian dan kekaguman orang lain, dan engkau tidak mau menerima pemeriksaan Tuhan, apakah Tuhan masih ada di dalam hatimu? Orang-orang semacam itu tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Jangan selalu melakukan segala sesuatu demi kepentinganmu sendiri dan jangan selalu memikirkan kepentinganmu sendiri; jangan memikirkan kepentingan manusia, dan jangan memikirkan harga diri, reputasi, dan statusmu sendiri. Engkau harus terlebih dahulu memikirkan kepentingan rumah Tuhan, dan menjadikannya prioritasmu. Engkau harus memikirkan maksud-maksud Tuhan dan memulainya dengan merenungkan apakah ada ketidakmurnian dalam pelaksanaan tugasmu, apakah engkau selama ini setia, memenuhi tanggung jawabmu, dan mengerahkan segenap kemampuanmu atau tidak, dan apakah engkau selama ini memikirkan tugasmu dan pekerjaan gereja dengan segenap hatimu atau tidak. Engkau harus memikirkan hal-hal ini. Jika engkau sering memikirkannya dan memahaminya, akan menjadi lebih mudah bagimu untuk melaksanakan tugasmu dengan baik" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). "Beberapa pemimpin dan pekerja suka membantu orang dengan cara menasihati, ada yang menggunakan motivasi, dan ada juga yang menggunakan penyingkapan, teguran, dan pemangkasan. Metode apa pun yang digunakan, jika hal tersebut benar-benar dapat membawamu masuk ke dalam kenyataan kebenaran, menyelesaikan kesulitanmu yang sebenarnya, membuatmu mengerti maksud Tuhan hingga akhirnya engkau mampu mengenal dirimu sendiri dan menemukan jalan penerapan, engkau akan mampu menempuh jalan tersebut ketika nantinya menghadapi situasi yang serupa. Itulah sebabnya, kriteria paling mendasar untuk menilai apakah seorang pemimpin atau pekerja memenuhi standar adalah apakah mereka mampu menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan berbagai masalah dan kesulitan seseorang, serta membuatnya mampu memahami kebenaran dan memperoleh jalan penerapan" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (2)"). Setelah membaca firman Tuhan, aku menemukan jalan penerapan. Aku harus memprioritaskan kepentingan gereja dalam melaksanakan tugasku dan tidak mempertimbangkan status maupun citra pribadiku. Aku harus mampu membimbing saudara-saudari untuk mencari kebenaran serta merenungkan dan memahami kekurangan mereka saat menghadapi masalah, sehingga mereka dapat melaksanakan tugas sesuai dengan prinsip. Ketika aku mendapati seseorang yang mengacaukan dan menganggu pekerjaan gereja, aku harus segera mempersekutukan kebenaran kepada mereka untuk menyelesaikan masalah tersebut, jika perlu aku juga harus memangkas dan mengungkapkan orang lain demi memastikan pekerjaan dapat berjalan lancar. Hanya dengan cara inilah aku benar-benar menunaikan tanggung jawabku sebagai pemimpin. Aku memikirkan bagaimana Tuhan, demi menyelamatkan kita, tidak hanya mengucapkan kata-kata yang menenangkan dan membesarkan hati, tetapi juga berbicara sesuai dengan kebutuhan kemanusiaan kita yang telah rusak, mengungkapkan kebenaran untuk menghakimi dan menyingkapkan pemberontakan kita, agar kita dapat mengenali natur rusak kita serta mengakui dan bertobat kepada-Nya. Entahkah firman Tuhan itu berupa peringatan dan nasihat ataukah pengungkapan serta penghakiman yang keras, tujuan akhirnya tetap untuk menyucikan dan mengubah kita, supaya kita dapat memperoleh keselamatan. Ke depannya, aku harus menerapkan kebenaran, tidak lagi mempertimbangkan citraku, serta mengutamakan pekerjaan gereja dan jalan masuk kehidupan saudara-saudari.

Tak lama kemudian, aku kembali dipilih menjadi pemimpin. Suatu saat, dalam sebuah persekutuan bersama beberapa pemimpin tim, aku pun menyadari bahwa salah satu pemimpin tim itu lambat dalam menjalankan pekerjaannya. Ketika aku menanyakan alasannya, dia malah melemparkan kesalahan. Aku melihat pemimpin tim ini meremehkan tugasnya, bahkan ketika pekerjaannya tertunda, dia tetap tidak menyadari masalahannya. Aku tahu aku harus mengungkapkan masalahnya agar dia dapat memahami watak rusaknya dan mengubah sikapnya dalam melaksanakan tugasnya. Namun, aku lalu teringat bahwa aku baru saja terpilih sebagai pemimpin, dan aku berpikir, "Apa yang akan dia pikirkan tentangku jika begitu aku menjadi pemimpin lalu aku langsung mengungkapkan masalahnya? Dahulu, kami berdua adalah pemimpin tim, dan saat kami melaksanakan tugas bersama, dia memiliki kesan yang cukup baik tentangku. Mungkin lebih baik jika aku hanya menyebutkan masalahnya secara singkat saja." Namun kemudian, aku kembali memikirkan kegagalanku sebelumnya sebagai pemimpin, yang terjadi karena aku terus berusaha menjaga citra, dan tidak mengungkapkan serta memangkas orang lain, dan tentang bagaimana hal ini merugikan pekerjaan gereja. Mengapa aku masih ingin melindungi diri dan tidak menerapkan kebenaran saat menghadapi masalah? Aku pun teringat akan beberapa firman Tuhan: "Jangan selalu melakukan segala sesuatu demi kepentinganmu sendiri dan jangan selalu memikirkan kepentinganmu sendiri; jangan memikirkan kepentingan manusia, dan jangan memikirkan harga diri, reputasi, dan statusmu sendiri. Engkau harus terlebih dahulu memikirkan kepentingan rumah Tuhan, dan menjadikannya prioritasmu. Engkau harus memikirkan maksud-maksud Tuhan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Dengan pemahaman ini, aku berpegang pada firman Tuhan untuk mengungkapkan dan membedah natur serta konsekuensi dari pendekatan pemimpin tim ini yang asal-asalan dalam melaksanakan tugasnya. Setelah persekutuanku, pemimpin tim tersebut mengakui bahwa dia memang telah bersikap asal-asalan dalam melaksanakan tugasnya, dan itu bukan karena dia tidak mampu, melainkan karena dia tidak bersungguh-sungguh dan hanya melaksanakan dengan seenaknya. Dia juga berkata bahwa mulai saat itu, dia bersedia berubah dan akan melaksanakan tugasnya dengan baik. Ketika melihat pemimpin tim itu bisa mendapatkan beberapa pemahaman tentang dirinya sendiri, aku menyadari betapa luar biasanya menerapkan firman Tuhan! Kemudian, ketika aku mendapati diriku ingin menjaga citraku saat melaksanakan tugas, aku dengan sadar berdoa kepada Tuhan untuk memberontak terhadap dagingku, dan aku berpegang pada firman Tuhan dalam memberikan bimbingan serta pertolongan dengan segera, membimbing saudara-saudari agar bisa merenungkan serta mengenal diri mereka sendiri. Setelah beberapa waktu menerapkan ini, aku melihat bahwa saudara-saudari bukan hanya tidak memiliki pandangan negatif terhadapku karena aku mengungkapkan dan menunjukkan masalah, tetapi justru setelah mereka dapat merenungkan serta mengenal dirinya, maka sikap mereka terhadap tugas pun berubah menjadi lebih baik. Aku juga merasakan bahwa aku telah mengalami kemajuan dibanding sebelumnya. Segala pemahaman dan perubahan yang bisa kualami sepenuhnya adalah karena bimbingan firman Tuhan. Terima kasih Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Bukan Lagi Seorang Tukang Pamer

Oleh Saudara Mo Wen, SpanyolAku ingat pada tahun 2018, aku memegang tugas penginjilan di gereja, dan kemudian diberi tanggung jawab atas...

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh