Bukan Lagi Seorang Tukang Pamer

10 Desember 2020

Oleh Saudara Mo Wen, Spanyol

Aku ingat pada tahun 2018, aku memegang tugas penginjilan di gereja, dan kemudian diberi tanggung jawab atas pekerjaan itu. Aku bisa melihat masalah dan kesalahan dalam tugas saudara-saudariku dan menyelesaikannya dengan persekutuan, jadi, semua orang puas denganku, dan aku merasa berprestasi. Aku mulai sangat senang dengan diriku dan merasa lebih baik daripada orang lain. Aku tak bisa menahan diri untuk pamer. Kupikir, "Aku memberi saran dan menyelesaikan masalah orang-orang, dan semua orang memiliki kesan bagus terhadapku. Jika lebih banyak menolong mereka, aku akan membuat diriku terlihat lebih andal daripada mereka. Lalu, mereka akan lebih menghormatiku." Pada pertemuan suatu hari, Saudara Lu berkata dia sering bertemu rekan kerja rohani saat menyebarkan Injil. Orang itu telah menjadi pengkhotbah selama 20 tahun lebih, dan orang percaya sejati, tetapi dia punya gagasan agamawiyang kuat. Saudara Lu memberinya persekutuan, tetapi dia tak mau menerima Injil, dan Saudara Lu tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Aku berkata dalam hati, "Pria ini adalah orang percaya sejati dan ingin mendengar persekutuan. Engkau gagal mengubah kepercayaannya karena tidak cukup jelas mempersekutukan kebenaran. Aku telah mengalami hal seperti ini sebelumnya, jadi ini kesempatanku untuk memberitahumu tentang itu." Aku berkata kepada mereka, "Aku tak melihat kesulitan di sini. Engkau harus berfokus pada poin utamanya dan bersekutu dengan jelas. Jika dia bersedia mendengarkan dan engkau menyelesaikan masalahnya, bagaimana mungkin dia tidak menerimanya? Rekan kerja Zhang dahulu memiliki banyak gagasan, jadi aku membantah gagasan terkuatnya melalui persekutuan, lalu berlanjut ke gagasan berikutnya. Pada akhirnya, dia menerima Injil. Engkau harus bersekutu dengan jelas saat bersaksi tentang pekerjaan Tuhan." Lalu, aku memberi tahu mereka tentang semua masalah yang dialami orang yang kuberi khotbah, bagaimana aku bersekutu untuk menyelesaikannya, dan bagaimana mereka menerima Injil. Aku menceritakan semua pengalaman ini dengan mendetail, memastikan menceritakan semuanya agar mereka melihat seandal apa diriku. Setelah itu, semua orang memujiku dan seorang saudari berkata, "Engkau benar-benar tepat sasaran. Bagaimana aku tak menyadari ini?" Aku berkata itu semua berkat bimbingan Tuhan, tetapi aku merasa senang di dalam hati. Terkadang, saat kami mendiskusikan pekerjaan, aku akan memikirkan apa yang harus dikatakan agar semua orang berpikir aku mempertimbangkan dan menganalisis setiap detail, bahwa aku memiliki kualitas, cerdas, dan lebih baik daripada yang lain. Saat tiba giliranku untuk memberi pendapat, aku akan bicara tanpa henti, dan kata "aku" selalu terucap di bibirku. "Aku memikirkan ini" dan "Aku menyelesaikan itu." "Aku, aku, aku ...." Aku akan mendaftar teori dan ideku, lalu menganalisis semuanya secara mendetail. Seiring berjalannya waktu, yang lain mulai bergantung padaku, jadi mereka tidak tahu cara mencari prinsip saat masalah muncul. Ketika mendiskusikan pekerjaan, terkadang mereka memintaku berbicara lebih dahulu, sebelum menambahkan beberapa hal sendiri. Terkadang sebuah pemikiran muncul di benakku, "Jika aku terus seperti ini, akankah orang-orang akan berakhir mengidolakan aku?" Namun, kemudian aku berpikir, "Aku tidak memaksa siapa pun untuk mendengarkanku. Aku hanya menyatakan pandanganku. Bagaimanapun juga, bersikap proaktif adalah pendekatan yang positif dan bertanggung jawab." Aku tidak terlalu memikirkannya dan terus saja melakukan hal itu.

Kami kemudian mengalami banyak kesulitan dalam menyebarkan Injil, dan saudara-saudari menjadi sangat berkecil hati. Aku juga merasakan hal yang sama. Aku ingin terbuka kepada semua orang tentang perasaanku, tetapi akulah yang bertanggung jawab, jadi jika aku semudah itu berpikiran negatif, bukankah aku akan terlihat lemah? Apa pendapat orang lain tentangku jika tahu tingkat pertumbuhanku begitu kecil? Bukankah kesan baik mereka tentangku akan hancur? Aku bertanya-tanya, "Jika aku berbicara tentang masukan positif dan memimpin semua orang dengan cara yang positif, bukankah itu akan membuat semua orang termotivasi?" Jadi, di setiap persekutuan aku berfokus pada bagaimana aku menghadapi masalah yang kuhadapi dengan pikiran positif, bagaimana aku mengandalkan Tuhan saat mengalami kesulitan, dan bagaimana aku bangkit untuk menghadapi tantangan. Semua orang mengira aku punya tingkat pertumbuhan dan bisa menangani banyak hal. Mereka semua mengagumiku. Terkadang, saat mendiskusikan pekerjaan dengan orang lain, aku akan mengungkapkan bahwa aku mengalami tekanan dalam tugasku, aku sangat sibuk sehingga hampir tidak punya waktu untuk makan atau istirahat agar mereka tahu betapa aku menderita. Dalam pertemuan, aku tidak merenungkan firman Tuhan atau merenungkan diri, tetapi hanya memikirkan bagaimana membuat semua orang berpikir persekutuanku sangat dalam dan berbobot. Tanpa disadari, aku mengkhotbahkan doktrin yang muluk-muluk dan aku sangat senang melihat ekspresi setuju orang lain. Seiring waktu, beberapa orang mulai bertanya kepadaku setiap kali memiliki masalah dalam tugas mereka. Bahkan saat bisa menyelesaikannya sendiri dengan sedikit berpikir, mereka tetap mencari pendapatku lebih dulu. Mereka akan memberitahuku tentang keadaan mereka dan pikiran terdalam mereka, dan aku sangat senang mengetahui bahwa mereka memercayaiku. Seiring berjalannya waktu, aku tampak sangat sibuk, tetapi tidak bisa merasakan pencerahan dari Roh Kudus saat membaca firman Tuhan. Ketika mendiskusikan pekerjaan dengan yang lain, semua saranku tidak berharga, dan aku bahkan tidak bisa melihat masalah yang paling jelas dalam pekerjaan kami. Aku akhirnya sadar bahwa aku sedang berada dalam keadaan yang mengerikan. Semua kecongkakanku hilang. Dahulu kupikir aku sangat dikagumi, tetapi tiba-tiba aku merasa seperti orang bodoh tanpa apa pun untuk dipamerkan. Ada banyak kegelapan dan rasa sakit dalam rohku.

Suatu hari, aku berbicara dengan dua saudara saat Saudara Su berkata, "Aku sudah cukup lama mengenalmu sekarang, dan engkau selalu meninggikan dirimu serta pamer. Engkau jarang menyebutkan kerusakan atau kesalahanmu dalam persekutuan, tetapi kebanyakan membicarakan hal-hal baik darimu, yang membuatku berpikir bahwa engkau hebat dan mengagumi dirimu. Saat ada masalah dalam pekerjaanku, engkau tidak bersekutu tentang prinsip-prinsip kebenaran, tetapi hanya membicarakan apa yang telah engkau lakukan dan bagaimana engkau menyelesaikan masalah, jadi aku berpikir bahwa engkau luar biasa dan lebih baik daripada kami semua. ..." Aku benar-benar enggan menerima ini dari Saudara Su, terutama saat dia berkata bahwa aku selalu meninggikan diri dan pamer. Kata-kata ini bergema di kepalaku. Meskipun tidak membantah, aku merasakan penentangan hebat terhadap perkataannya. Kupikir, "Aku tidak pernah memintamu mengidolakanku. Apa aku seburuk yang engkau katakan?" Aku tidak bisa menerimanya, jadi aku menanyakan pendapat saudara lain. Yang mengejutkanku, dia berkata, "Engkau tidak pernah membicarakan kerusakan atau kesalahanmu. Aku tidak memahamimu lagi." Ini membuatku merasa lebih buruk. "Bagaimana dia bisa berkata tidak memahamiku lagi? Apakah aku begitu sulit dipahami?" Aku benar-benar ingin mengatakan sesuatu untuk mengembalikan sedikit martabatku, tetapi melihat mereka berdua memangkas dan menanganiku seperti itu, aku tahu pasti ada alasannya. Jika yang mereka katakan benar, berarti aku memang punya masalah!

Aku segera mencari firman Tuhan yang menyingkap orang-orang yang meninggikan diri dan bersaksi tentang diri mereka sendiri. Aku membaca ini: "Meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri, memamerkan diri, berusaha membuat orang kagum terhadap mereka—umat manusia yang rusak mampu melakukan hal-hal ini. Inilah cara orang bereaksi secara naluriah ketika mereka dikuasai oleh natur Iblis dalam diri mereka, dan ini umum dilakukan oleh semua manusia yang rusak. Bagaimana biasanya orang meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri? Bagaimana mereka mencapai tujuan ini? Salah satu cara adalah dengan bersaksi tentang berapa banyak mereka telah menderita, berapa banyak pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan berapa banyak mereka telah mengorbankan diri. Artinya, mereka menggunakan hal-hal ini sebagai mata uang yang melaluinya mereka meninggikan diri mereka sendiri, yang memberikan kepada mereka tempat yang lebih tinggi, lebih mantap, lebih aman di dalam pikiran orang, sehingga lebih banyak orang menghargai, mengagumi, menghormati, dan bahkan memuja, mengidolakan, dan mengikuti mereka. Itulah tujuan utamanya. Apakah hal-hal yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan ini—yaitu semua tindakan meninggikan diri dan bersaksi tentang diri mereka sendiri ini—masuk akal? Tidak. Semua itu di luar cakupan rasionalitas. Orang-orang ini tidak punya rasa malu: mereka tanpa malu-malu memberi kesaksian tentang apa yang telah mereka lakukan bagi Tuhan dan berapa banyak mereka telah menderita bagi Dia. Mereka bahkan memamerkan karunia, talenta, pengalaman, dan keterampilan khusus mereka, atau teknik-teknik cerdas mereka berperilaku dan cara-cara yang mereka gunakan untuk mempermainkan orang. Metode mereka untuk meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri adalah dengan memamerkan diri dan menganggap rendah orang lain. Mereka juga menyembunyikan dan menyamarkan diri mereka, menyembunyikan kelemahan, kekurangan, dan kegagalan mereka dari orang-orang sehingga orang-orang hanya bisa melihat kehebatan mereka. Mereka bahkan tidak berani untuk menceritakan kepada orang lain ketika mereka merasa negatif; mereka tidak berani untuk terbuka dan bersekutu dengan orang lain, dan ketika mereka melakukan kesalahan, mereka melakukan upaya terbaik untuk menyembunyikan dan menutupinya. Tidak pernah mereka menyebutkan kerusakan yang mereka timbulkan terhadap rumah Tuhan selama pelaksanaan tugas mereka. Namun, ketika mereka membuat kontribusi kecil atau memperoleh sedikit keberhasilan kecil, mereka segera memamerkannya. Mereka tidak sabar ingin segera memberi tahu seluruh dunia tentang betapa mampunya mereka, betapa tingginya kualitas mereka, betapa istimewanya mereka, dan betapa mereka jauh lebih baik daripada orang normal. Bukankah ini suatu cara untuk meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri? Apakah meninggikan dan bersaksi tentang dirimu sendiri berada dalam batas kemanusiaan yang normal? Tidak. Jadi ketika orang melakukan hal ini, watak apa yang biasanya terungkap? Kecongkakan adalah salah satu perwujudan utamanya, diikuti dengan kecurangan, yang termasuk di dalamnya melakukan apa pun yang memungkinkan untuk membuat orang lain menjunjung tinggi mereka. Kisah-kisah mereka sepenuhnya tanpa cela; kata-kata mereka jelas mengandung motivasi dan rencana licik, dan mereka telah menemukan cara untuk menyembunyikan fakta bahwa mereka sedang pamer, tetapi hasil dari perkataan mereka adalah membuat orang tetap merasa bahwa mereka lebih baik daripada orang lain, bahwa tidak ada yang dapat menandingi mereka, bahwa semua orang lain lebih rendah daripada mereka. Dan bukankah hasil ini diperoleh melalui cara-cara licik? Watak apa yang menjadi inti dari cara-cara semacam itu? Dan apakah ada unsur-unsur kejahatan? Ini adalah sejenis watak jahat. Dapat terlihat bahwa cara-cara yang mereka gunakan ini diarahkan oleh watak yang curang—jadi mengapa Kukatakan bahwa itu jahat? Apa hubungannya ini dengan kejahatan? Apa yang engkau semua pikirkan: dapatkah mereka terbuka tentang tujuan mereka meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri? (Tidak.) Selalu ada suatu keinginan di lubuk hati mereka, dan apa yang mereka katakan dan lakukan adalah untuk mewujudkan keinginan tersebut, dan dengan demikian tujuan dan motivasi di lubuk hati mereka tentang apa yang mereka ucapkan dan lakukan disimpan dengan sangat rahasia. Misalnya, mereka akan menggunakan taktik-taktik curang atau menyesatkan untuk mencapai tujuan mereka. Bukankah kerahasiaan semacam itu licik naturnya? Dan bukankah kelicikan semacam itu dapat disebut kejahatan? Ini memang dapat disebut kejahatan, dan ini jauh lebih dalam daripada kecurangan" ("Untuk Pemimpin dan Pekerja, Memilih Jalan adalah yang Paling Penting (2)" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Aku berpikir tentang bagaimana aku berperilaku dalam tugas: saat saudara-saudari memiliki masalah, aku bertindak seperti memberikan persekutuan dan membantu mereka, membicarakan bagaimana aku menyelesaikan masalah untuk memamerkan kehebatanku dalam pekerjaan, dan membuat semua orang berpikir aku lebih andal daripada mereka. Saat mendiskusikan pekerjaan, kata pertama yang keluar dari mulutku adalah "aku", untuk menampilkan diriku, membuat orang berpikir aku mengetahui semuanya sehingga mereka mengidolakanku. Aku menyembunyikan pikiran negatif dan kerusakanku dari orang lain. Aku tidak pernah membahas kesulitanku sendiri, apalagi membedah watakku yang rusak. Sebaliknya, aku membicarakan masukan positif untuk menyembunyikan kesalahanku, untuk membuat orang lain berpikir aku memiliki tingkat pertumbuhan dan menghormatiku. Aku selalu membicarakan bagaimana aku menderita dalam tugasku dan betapa sulitnya itu agar mereka melihat betapa berdedikasinya aku kepada tugasku. Lalu, dalam pertemuan terlihat jelas aku tidak memahami firman Tuhan atau diriku sendiri, aku hanya berbicara tanpa henti, mengarang cerita bahwa aku mengenaldiriku sendiri sehingga orang lain lebih menghormatiku. Untuk tetap menikmati penghargaan dan pemujaan dari mereka, aku terus mengatakan dan melakukan hal-hal yang tampak benar, padahal sebenarnya aku menyombongkan diri dan pamer, menyebabkan hati orang lain menjauh dari Tuhan. Bukankah perilaku itu disebabkan oleh watak iblis yang disingkap dalam firman Tuhan? Apa pun yang kulakukan atau bagaimanapun aku tampak mengorbankan diri, tujuanku bukanlah melakukan tugasku dengan baik. Aku melakukan segala cara untuk memperkuat posisiku, membuat orang lain mengidolakanku. Aku melangkah di jalan antikristus. Aku akhirnya menyadari bahayaku sendiri, jadi aku bergegas berdoa kepada Tuhan, ingin bertobat.

Firman Tuhan ini tiba-tiba muncul di benakku: "Jika orang mau hidup dalam kemanusiaan yang normal, bagaimana seharusnya mereka membuka diri dan menyingkapkan diri mereka? Ini dilakukan dengan membuka diri dan dengan jelas menunjukkan kepada orang lain perasaan yang sebenarnya di lubuk hati mereka, dengan cara mampu menerapkan kebenaran, dengan sederhana dan murni. Jika orang mengungkapkan kerusakan mereka, mereka pasti mampu mengenali esensi masalahnya dan dari dalam lubuk hatinya, mereka membenci serta sangat tidak suka akan diri mereka sendiri. Ketika mereka menyingkapkan diri, mereka tidak akan berusaha untuk membenarkan perilaku mereka, dan mereka juga tidak akan berusaha untuk membela diri. ... Pertama-tama, orang harus memahami masalah mereka pada tingkatan yang paling dasar, menganalisis diri, dan menyingkapkan diri mereka. Mereka harus memiliki hati yang jujur dan sikap yang tulus, dan berbicara tentang apa yang dapat mereka pahami tentang masalah dalam watak mereka. Kedua, jika orang merasa bahwa watak mereka sangat parah, mereka harus berkata kepada semua orang, 'Jika aku mengungkapkan watak rusak yang semacam itu lagi, engkau semua bangkitlah—tangani aku, dan tunjukkan hal itu kepadaku. Jangan menahan pukulanmu. Aku mungkin tidak sanggup menanggungnya pada saat itu, tetapi jangan hiraukan hal itu. Bekerjasamalah untuk mengawasiku. Jika watak rusak ini benar-benar muncul, bangkitlah, setiap orang, untuk menyingkapkan dan menanganiku. Aku berharap dengan tulus agar setiap orang akan mengawasiku, membantuku, dan menjagaku agar tidak tersesat.' Seperti itulah sikap orang yang menerapkan kebenaran" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Tentang Kerja Sama yang Harmonis"). Firman Tuhan menunjukkan arahku. Betapa pun aku memahami masalahku, aku tahu tidak bisa terus seperti itu. Aku harus jujur dan membuka diri untuk menunjukkan kepada semua orang motif di balik tindakanku agar mereka bisa melihat bahwa aku meninggikan diri, pamer, dan melangkah di jalan antikristus. Ini yang terpenting.

Pada pertemuan berikutnya, aku mengakui semuanya di depan saudara-saudari serta meminta bantuan dan nasihat mereka. Setelah benar-benar terbuka, aku merasa jauh lebih nyaman. Yang lain menghabiskan beberapa hari berikutnya mengirimiku pesan yang menunjukkan masalahku, mengatakan, "Engkau selalu pamer dalam tugasmu. Aku tidak ingin mencari prinsip dalam tugasku lagi, tetapi hanya bergantung kepadamu. Aku pikir engkau tahu semuanya dan lebih mudah jika bertanya kepadamu." Beberapa dari mereka berkata, "Belakangan ini, aku tak belajar apa-apa tentang Tuhan, tetapi hanya belajar lebih mengidolakanmu, berpikir engkau andal dalam pekerjaan dan bertanggung jawab dalam tugasmu. Aku benar-benar mengagumimu." Mendengar semua ini benar-benar membuatku sedih. Aku sulit memercayai bahwa inilah hasil dari menjalankan tugasku selama berbulan-bulan ini. Aku merasa sangat tertekan dan tidak bahagia, berpikir Tuhan pasti membenciku. Aku benar-benar tenggelam dalam pikiran negatif. Namun, dengan terus berdoa kepada Tuhan serta dengan bantuan dan dukungan orang lain, aku akhirnya menyadari bahwa Tuhan tidak melakukan ini untuk menyingkirkanku, tetapi untuk mentahirkan dan mengubahku. Jika ini tidak terjadi, aku tak akan menyadari bahwa aku berada di jalan yang salah. Ini adalah penyelamatan besar Tuhan untukku! Setelah memahami kehendak Tuhan, aku memutuskan untuk merenungkan diri dan benar-benar bertobat.

Aku membaca firman Tuhan: "Ada orang-orang yang secara khusus mengidolakan Paulus. Mereka suka pergi ke luar dan berkhotbah dan melakukan pekerjaan, mereka suka menghadiri pertemuan-pertemuan dan berkhotbah, dan mereka suka orang-orang mendengarkan mereka, memuja mereka, dan mengerumuni mereka. Mereka suka memiliki status di dalam pikiran orang lain, dan mereka menghargainya bila orang lain menghargai citra yang mereka tunjukkan. Mari kita menganalisis natur mereka dari perilaku-perilaku ini: apa natur mereka? Jika mereka benar-benar bersikap seperti ini, itu sudah cukup untuk menunjukkan bahwa mereka itu congkak dan sombong. Mereka tidak menyembah Tuhan sama sekali; mereka mencari status yang lebih tinggi dan ingin memiliki otoritas atas orang lain, menguasai mereka, dan memiliki status di pikiran mereka. Ini adalah gambaran klasik dari Iblis. Aspek yang menonjol dari natur mereka adalah kecongkakan dan kesombongan, ketidakrelaan untuk menyembah Tuhan, dan keinginan untuk dipuja orang lain. Perilaku semacam itu dapat memberimu pandangan yang sangat jelas akan natur mereka" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Cara Mengenal Natur Manusia"). "Misalnya, jika kecongkakan dan kesombongan ada dalam dirimu, engkau akan merasa mustahil untuk berhenti menentang Tuhan; engkau akan merasa terdorong untuk menentang Dia. Engkau tidak akan melakukannya dengan sengaja; engkau akan melakukannya di bawah dominasi naturmu yang congkak dan sombong. Kecongkakan dan kesombonganmu akan membuatmu memandang rendah Tuhan dan menganggap-Nya tak berarti; itu akan mengakibatkanmu untuk meninggikan diri sendiri, membuatmu selalu menonjolkan diri, dan pada akhirnya duduk di tempat Tuhan dan memberi kesaksian bagi dirimu sendiri. Pada akhirnya engkau akan mengubah ide, pemikiran, dan gagasanmu sendiri menjadi kebenaran yang harus disembah. Lihatlah betapa banyak kejahatan yang dilakukan manusia di bawah dominasi natur mereka yang congkak dan sombong!" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya"). Pengungkapan dalam firman Tuhan menunjukkan kepadaku natur congkakku-lah yang mendorongku mencari status lebih tinggi dalam hati orang lain dan bahwa aku menentang Tuhan. Dikendalikan oleh natur congkak ini, aku mulai merasa puas dengan diriku saat melihat hasil dalam tugasku, dan aku juga meninggikan diri dan pamer sebisa mungkin. Aku berbicara dan bertindak hanya untuk menonjol, untuk menunjukkan karunia dan kemampuanku. Aku tanpa malu memamerkan bagaimana aku menderita untuk tugasku, betapa melelahkannya itu, bagaimana aku menyelesaikan masalah, semuanya untuk membuat orang lain berpikir bahwa aku lebih baik daripada mereka, bahwa aku luar biasa. Aku harus membuat orang-orang menghormati dan memujaku. Bukankah ini watak antikristus? Paulus juga sama. Dia terus-menerus menunjukkan pengetahuan dan karunianya melalui khotbah dan pekerjaannya, pamer untuk membuat orang lain mengaguminya. Dia selalu menulis surat kepada gereja-gereja, memamerkan tentang betapa dia telah bekerja dan menderita untuk Tuhan demi memenangkan hati orang-orang. Dia bekerja dan berusaha keras bukan demi melakukan tugasnya dengan baik atau bersaksi untuk Kristus yang berinkarnasi, tetapi untuk menggenapi ambisi dan hasratnya sendiri. Seberapa pun kerasnya dia bekerja atau menderita, atau sebanyak apa pun orang yang mengidolakannya, karena dia tidak mengejar kebenaran dan kepalanya terus membesar, pada akhirnya dia dengan berani bersaksi bahwa dia sendiri adalah Kristus. Ini sangat menyinggung watak Tuhan, dan Tuhan menghukumnya karena itu. Aku memiliki natur yang sama dengan Paulus. Aku sangat congkak dan sombong, mencintai status, selalu meninggikan diri, dan pamer agar semua orang mengidolakan aku, tidak akan ada tempat bagi Tuhan di hati mereka, dan mereka tidak akan mengandalkan Tuhan atau mencari kebenaran saat masalah muncul. Melakukan tugasku dengan cara ini berarti menentang Tuhan dan merugikan saudara-saudariku. Aku tidak pernah berpikir kejahatan dan perlawanan kepada Tuhan seperti itu bisa datang dari mengikuti natur congkakku. Jika tidak bertobat, cepat atau lambat aku akan membangkitkan murka Tuhan dan dihukum. Tanpa disiplin Tuhan dan bantuan serta dukungan saudara-saudari, aku tidak akan merenungkan diriku. Watak benar dan penyelamatan Tuhan yang luar biasalah yang membuatku tersingkap seperti itu.

Memikirkan tentang itu, saat aku mencapai banyak hal dalam tugasku dan menemukan masalah, itu semua datang dari pencerahan dan bimbingan Tuhan. Tanpa pekerjaan Roh Kudus, aku adalah orang bodoh yang tidak bisa memahami apa pun. Aku tidak memiliki kenyataan kebenaran sama sekali, tetapi aku begitu congkak dan angkuh, tanpa malu-malu bersaing untuk posisi Tuhan. Aku sangat tidak masuk akal! Aku tidak bersekutu tentang kebenaran atau bersaksi tentang Tuhan dalam tugasku, tetapi hanya pamer dan menyesatkan orang-orang—sungguh hal yang jahat untuk dilakukan! Aku benar-benar mulai membenci diriku sendiri. Aku tidak ingin terus seperti itu, jadi aku berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku sangat keliru selama ini! Aku melihat betapa congkak dan tidak masuk akalnya diriku. Terima kasih telah memberiku kesempatan untuk bertobat. Aku akan menerapkan kebenaran dengan sungguh-sungguh mulai sekarang dan berada di jalan yang benar. Tolong bimbing aku."

Kemudian, aku membaca ini dalam firman Tuhan: "Apa perwujudan, perilaku, dan watak yang diinginkan oleh Tuhan yang berlawanan dengan meninggikan dan bersaksi tentang diri sendiri? Berkenaan dengan hal yang sama, mempermalukan dirimu sendiri di depan orang banyak untuk mencapai tujuan meninggikan diri dan bersaksi tentang dirimu sendiri serta menginspirasi orang lain untuk memujamu, alih-alih membuka diri dan menyingkapkan dirimu yang sebenarnya—ini pada dasarnya berbeda. Bukankah ini detail? Sebagai contoh, membuka diri dan menyingkapkan motif dan pemikiranmu, frasa dan ungkapan apa yang menunjukkan pengenalan diri? Penampilan seperti apa yang menyebabkan orang lain memujamu yang merupakan bentuk meninggikan diri dan bersaksi tentang dirimu sendiri? Menceritakan kembali tentang bagaimana engkau telah berdoa dan mencari kebenaran serta bersaksi saat melewati ujian adalah meninggikan dan menjadi saksi bagi Tuhan. Penerapan semacam ini bukanlah meninggikan diri dan bersaksi tentang dirimu sendiri. Menyingkapkan diri sendiri melibatkan motivasi: jika motivasi seseorang adalah untuk menunjukkan kepada semua orang mengenai kerusakan mereka ketimbang untuk meninggikan diri mereka sendiri, maka kata-kata mereka akan sungguh-sungguh, benar, dan berdasarkan fakta; jika motivasi mereka adalah untuk membuat orang lain memuja mereka, untuk memperdaya orang lain, dan menyembunyikan wajah asli mereka dari orang lain, untuk mencegah agar motif, kerusakan, atau kelemahan dan kenegatifan mereka tidak terungkap di hadapan orang lain, cara mereka berbicara licik dan menyesatkan. Bukankah ada perbedaan yang konkret di sini?" ("Untuk Pemimpin dan Pekerja, Memilih Jalan adalah yang Paling Penting (2)" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Ketika menjadi kesaksian bagi Tuhan, engkau terutama harus berbicara lebih banyak tentang bagaimana Tuhan menghakimi dan menghajar orang, ujian apa yang Dia gunakan untuk memurnikan orang dan mengubah watak mereka. Engkau juga harus berbicara tentang berapa banyak kerusakan yang telah tersingkap dalam pengalamanmu, berapa banyak yang telah kautanggung, dan bagaimana engkau pada akhirnya ditaklukkan oleh Tuhan; berbicaralah tentang berapa banyak pengetahuan nyata tentang pekerjaan Tuhan yang kaumiliki, dan bagaimana engkau harus menjadi kesaksian bagi Tuhan dan membalas kasih-Nya. Engkau semua harus mengucapkan perkataan semacam ini secara lebih praktis, sambil menyampaikannya dengan cara yang sederhana. Jangan berbicara tentang teori-teori kosong. Berbicaralah dengan lebih rendah hati; berbicaralah dari hati. Inilah yang harus engkau alami. Jangan memperlengkapi dirimu dengan teori-teori kosong yang tampaknya mendalam dalam upaya memamerkan diri; melakukannya membuatmu tampak sangat congkak dan tidak bernalar. Berbicaralah lebih banyak tentang hal-hal yang nyata dari pengalaman nyatamu yang murni dan berasal dari hatimu; inilah yang paling bermanfaat bagi orang lain dan yang paling tepat untuk mereka pahami" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya"). Firman Tuhan menunjukkan kepadaku bahwa aku harus berfokus untuk merenungkan diri dan mengenal diriku sendiri lewat pengalaman untuk memperbaiki masalah meninggikan diri dan pamer pada diriku. Aku harus memiliki motif yang benar saat memberikan persekutuan dan berbicara lebih banyak tentang kerusakan yang kuungkapkan, membedah motif dan ketidakmurnianku, berbicara tentang bagaimana aku mengalami dihakimi oleh firman Tuhan, apa yang benar-benar kupahami tentang diriku, apa yang kupahami tentang watak Tuhan dan kasih-Nya, serta menggunakan pengalaman nyataku untuk meninggikan dan bersaksi tentang Tuhan. Seperti itulah melakukan tugas dengan sungguh-sungguh. Pada pertemuan berikutnya, aku sengaja membedah bagaimana aku membuat rencana licik dan pamer demi status, serta bagaimana Tuhan mengatur situasi untuk menanganiku dan membuatku melihat keburukanku. Seorang saudara lalu berkata kepadaku, "Pengalamanmu menunjukkan kepadaku meskipun kita memiliki watak yang rusak, kita hanya perlu menerima dihakimi dan ditangani oleh firman Tuhan, menerapkan kebenaran, dan meninggalkan daging kita, lalu kita pun akan diubah. Aku juga melihat bahwa semua yang Tuhan lakukan adalah untuk menyelamatkan manusia." Aku dipenuhi rasa syukur kepada Tuhan saat mendengar ini. Dapat memperoleh pemahaman tentang diriku ini adalah karena dihakimi dan dihajar oleh firman Tuhan.

Aku mulai secara sadar melakukan ini dalam tugasku setelah itu. Saat menemukan kesalahan dalam tugas orang lain, aku akan berdoa kepada Tuhan, meluruskan motifku, dan menyatakan pandanganku secara objektif. Aku tidak menyombongkan diri seperti sebelumnya. Aku juga akan menemukan beberapa prinsip kebenaran untuk dibagikan dengan saudara-saudari. Dalam pertemuan, aku akan membedah motif dan noda dalam tindakanku dan watak rusak yang kuungkapkan agar yang lain tahu diriku yang sebenarnya. Melakukan penerapan dengan cara ini, aku merasakan perasaan damai di hatiku dan hubunganku dengan Tuhan menjadi normal. Beberapa waktu kemudian, aku merasa orang lain memperlakukanku dengan cara yang benar dan tidak mengagumiku seperti sebelumnya. Saat aku berbicara atau bertindak bertentangan dengan prinsip kebenaran, mereka menunjukkannya agar aku bisa memperbaikinya. Berinteraksi dengan orang lain seperti ini benar-benar membebaskan. Aku benar-benar berterima kasih kepada Tuhan karena mengatur situasi ini untuk mentahirkan dan mengubahku!

Selanjutnya: Tuhan Itu Teramat Benar

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Melaporkan atau Tidak

Oleh Saudari Yang Yi, TiongkokTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Demi nasibmu, engkau semua harus mencari perkenanan Tuhan. Dengan kata lain,...

Tinggalkan Balasan