Menemukan Posisimu Sangatlah Penting

24 November 2022

Oleh Saudari Zhou Yuqi, Tiongkok

Suatu kali, saat mengobrol, aku mendengar seorang pemimpin gereja berkata, "Saudari Gao berkualitas baik, memahami segala sesuatu secara murni, dan mempersekutukan kebenaran secara praktis. Aku berencana membinanya melakukan pekerjaan gereja." Mendengar perkataan pemimpin, mau tak mau hatiku merasa sedih. Dahulu, aku dan Saudari Gao melakukan pekerjaan umum, tapi kini, dia akan menjadi pemimpin, sementara aku tetap melakukan pekerjaan umum. Mengapa aku begitu buruk? Sepanjang pagi aku merasa sedih, dan melamun dalam tugasku. Kemudian, Saudari Gao dipindahkan, dan pemimpin bertanya apakah aku mau mengambil alih pekerjaan lama Saudari Gao, dan sekaligus menjadi pengawas pekerjaan umum. Pada waktu itu, aku merasa sedikit sedih. Meskipun aku akan memiliki jabatan pengawas, itu tetaplah pekerjaan umum. Sebaik apa pun aku melakukannya, tak seorang pun akan tahu, tidak seperti menjadi pemimpin, seseorang yang gereja fokuskan untuk dibina dan semua saudara-saudari menghormati dan mendukung. Aku merasa pekerjaan umum lebih rendah, jadi sebenarnya tak mau menerimanya. Kupikir, "Jika aku mengambil tugas ini, apa pendapat saudara-saudari tentang diriku? Akankah mereka berpikir aku telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun tanpa mengejar kebenaran atau mengalami kemajuan, di mana itulah sebabnya aku selalu melakukan pekerjaan umum? Itu akan sangat memalukan!" Namun setelah kupikir ulang, tugas ini datang kepadaku atas seizin Tuhan. Meskipun tak sesuai dengan keinginanku, aku harus tunduk dan tak bertindak berdasarkan pilihan pribadi, jadi dengan enggan kujawab aku bersedia menerima tugas ini.

Setelah beberapa waktu, aku mendengar pemimpin berkata, "Saudara Wang berkualitas baik, dan dapat dibina dengan sedikit upaya ke dalam jalan masuk kehidupannya." Mendengar hal ini, aku merasa makin tak nyaman. Aku mengawasi pekerjaan Saudara Wang, dan bahkan dialah orang yang ingin dibina pemimpin, jadi mengapa tak ada yang menyebut namaku? Aku mengawasi pekerjaannya, tapi tak dipromosikan, posisiku sebenarnya tak berubah. Bagaimana orang lain akan memandangku? Apakah aku benar-benar seburuk itu? Aku memiliki kemampuan untuk mengelola pekerjaan, menemukan masalah, dan menyelesaikan masalah. Terkadang, ketika pemimpin mendiskusikan sesuatu, aku mampu menyampaikan beberapa pendapat dan memberikan saran. Mengapa pemimpin tak bisa melihat kelebihanku? Aku akan senang jika saja pemimpin menyebutkan namaku dan berkata aku pantas dipromosi, tapi aku diperlukan untuk mengawasi pekerjaan umum. Ini akan membuktikan aku tak seburuk itu, dan itu akan membuatku merasa lebih baik. Pada hari-hari itu, ketika aku memikirkannya, aku merasa sangat kesal. Aku merasa sangat lesu, tak mau berbicara dengan saudara-saudariku, dan tak terbeban dalam tugasku. Ketika orang lain melaporkan masalah kepadaku, aku tak memikirkan masalah itu dengan saksama seperti dahulu.

Suatu kali, pengawasku mengirimiku surat yang memintaku untuk menangani beberapa pekerjaan, tapi aku tak memperhatikan isi surat itu, yang akhirnya memengaruhi pekerjaanku. Suatu hari, pemimpin memintaku mengantarkan sesuatu ke pertemuan kelompok Saudari Gao. Ketika mendengar ini, aku ragu-ragu untuk pergi, karena takut apa pendapat Saudari Gao tentang diriku. Kami melaksanakan tugas yang sama sebelumnya, tapi kini, dia telah dipromosikan, tapi aku tetap melakukan pekerjaan umum. Akankah dia memandang rendah diriku dan berpikir aku tak berguna? Namun, jika tak pergi, aku khawatir itu akan memengaruhi pekerjaan, jadi aku memaksa diriku. Sesampainya di sana, agar Saudari Gao tak mengenaliku, aku terus menunduk sambil memainkan ponselku selama setengah jam lebih. Selama waktu ini, beberapa saudara-saudari berbicara denganku, tapi aku tak berani mendongak karena takut dikenali oleh Saudari Gao. Pada waktu itu, aku merasa tak berguna. Aku merasa sangat sedih sehingga ingin menangis. Mau tak mau aku ke ruangan lain, menatap langit malam, dan diam-diam menangis. Aku telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, tapi merasa tak dihargai oleh pemimpinku. Sementara orang lain bisa menjadi pemimpin, aku terjebak melakukan pekerjaan umum. Apa gunanya hidup seperti ini? Aku terkejut saat kudapati diriku berpikir seperti ini. Bagaimana aku bisa memiliki pikiran seperti itu? Pada waktu itu, aku samar-samar teringat firman Tuhan, "Dengan demikian bagi antikristus, status dan gengsi adalah hidup mereka. ... Seandainya engkau menempatkan mereka di hutan primer jauh di pedalaman pegunungan, mereka tetap tidak akan mengesampingkan pengejaran mereka akan status dan gengsi" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Sembilan: Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Tiga)"). Firman Tuhan menggambarkan keadaanku, jadi kutemukan bagian ini dan membacanya. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Dengan demikian bagi antikristus, status dan gengsi adalah hidup mereka. Bagaimanapun cara mereka hidup, di lingkungan mana pun mereka tinggal, pekerjaan apa pun yang mereka lakukan, apa pun yang mereka perjuangkan, apa pun tujuan mereka, apa pun arah hidup mereka, semua itu berkisar tentang bagaimana memiliki reputasi yang baik dan posisi yang tinggi. Dan tujuan ini tidak berubah; mereka tidak pernah mampu melepaskannya. Inilah wajah para antikristus yang sebenarnya dan esensi mereka. Seandainya engkau menempatkan mereka di hutan primer jauh di pedalaman pegunungan, mereka tetap tidak akan mengesampingkan pengejaran mereka akan status dan gengsi. Engkau dapat menempatkan mereka di antara kelompok orang mana pun, dan satu-satunya yang mereka pikirkan tetaplah status dan gengsi. Meskipun para antikristus juga percaya kepada Tuhan, mereka memandang pengejaran akan status dan gengsi sama dengan pengejaran iman kepada Tuhan dan menganggapnya memiliki bobot yang sama. Artinya, pada saat mereka menempuh jalan iman kepada Tuhan, mereka juga mengejar status dan gengsi mereka sendiri. Dapat dikatakan bahwa di dalam hati para antikristus, mereka percaya bahwa iman kepada Tuhan dan pengejaran akan kebenaran adalah pengejaran status dan gengsi; pengejaran akan status dan gengsi juga adalah pengejaran akan kebenaran, dan mendapatkan status dan gengsi berarti mendapatkan kebenaran dan hidup. Jika mereka merasa bahwa mereka belum memiliki gengsi atau status, bahwa tak seorang pun mengagumi mereka, atau memuja mereka, atau mengikuti mereka, mereka merasa sangat frustrasi, mereka yakin tidak ada gunanya percaya kepada Tuhan, itu tidak bernilai, dan mereka berkata dalam hati, 'Apakah kepercayaan kepada Tuhan seperti itu adalah sebuah kegagalan? Apakah itu sia-sia?' Mereka sering kali memikirkan hal-hal semacam itu di dalam hatinya, mereka memikirkan bagaimana mereka dapat memiliki kedudukan di rumah Tuhan, bagaimana mereka dapat memiliki reputasi yang tinggi di gereja sehingga orang-orang mendengarkan ketika mereka berbicara, dan mendukung mereka ketika mereka bertindak, dan mengikuti mereka ke mana pun mereka pergi; agar mereka memiliki hak bicara di gereja, reputasi, sehingga mereka menikmati keuntungan, dan memiliki status—mereka sering kali merenungkan hal-hal semacam itu. Semua ini adalah hal-hal yang dikejar oleh orang-orang semacam itu" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Sembilan: Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Tiga)"). Dari firman Tuhan, aku mengerti dalam segala hal, antikristus mengutamakan gengsi dan status mereka sendiri, tak pernah berhenti mengejar ketenaran dan status, dan bagi mereka, status sama pentingnya dengan hidup mereka sendiri. Aku merenungkan diriku: "Mengapa aku tak pernah mau melakukan pekerjaan umum? Mengapa aku sangat ingin menjadi pemimpin?" Aku sadar, alasan utamanya aku merasa pemimpin memiliki status. Saudara-saudari bukan saja mengagumi dan memuji mereka, para pemimpin tingkat atas sangat menghargai mereka, dan gereja berfokus pada pembinaan mereka. Aku merasa menjadi pemimpin itu keren, bisa terkenal dan mendapatkan pujian semua orang, dan hanya menjadi pemimpinlah artinya aku sukses. Aku juga merasa melakukan pekerjaan umum adalah melakukan urusan eksternal, hanya mereka yang tak mengejar kebenaran punya tugas seperti itu, dan dipandang rendah. Karena pemikiran keliru ini, saat melihat semua orang di sekelilingku dipromosikan, tapi aku tidak, aku sangat terluka, dan ingin pemimpin menyebutkan namaku. Namun, ketika pemimpin mempromosikan orang lain, dan bukan aku, aku menjadi sangat sedih sehingga tak mau bertemu siapa pun, dan tak lagi berkeinginan melaksanakan tugasku. Setiap hari tersiksa oleh gengsi dan status itu mengerikan, hingga aku merasa hidup tak layak dijalani. Bukankah mengejar gengsi dan status seperti ini menempuh jalan yang sama seperti antikristus? Ketika menyadari hal ini, aku merasa takut, jadi aku segera berdoa kepada Tuhan untuk bertobat, "Ya Tuhan, keinginanku akan gengsi dan status terlalu kuat. Aku tak mau hidup dalam keadaan tak taat ini. Kumohon bimbinglah aku untuk membebaskan diri dari belenggu ketenaran dan status."

Suatu hari, saat membaca firman Tuhan, pandanganku berubah sedikit. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Apakah engkau semua selalu ingin melebarkan sayap dan terbang, apakah engkau selalu ingin terbang sendiri, menjadi rajawali dan bukan menjadi burung kecil? Watak apa ini? Inikah prinsip manusia dalam bertindak? Pengejaranmu dalam hidup ini haruslah didasarkan pada firman Tuhan; hanya firman Tuhan yang adalah kebenaran. Engkau semua telah dirusak sedemikian dalamnya oleh Iblis, dan selalu menganggap budaya tradisional—perkataan Iblis—sebagai kebenaran, sebagai objek pengejaranmu, yang membuatmu dengan mudahnya mengambil jalan yang salah, menempuh jalan yang menentang Tuhan. Pemikiran dan pandangan manusia yang rusak, serta hal-hal yang mereka perjuangkan bertentangan dengan kehendak Tuhan, dengan kebenaran, dan dengan hukum bahwa Tuhan berkuasa atas segala sesuatu, bahwa Dia mengatur segala sesuatu, dan bahwa Dia mengendalikan nasib manusia. Jadi, betapapun pantas dan masuk akalnya pengejaran seperti itu menurut keyakinan dan pemikiran manusia, di mata Tuhan, semua itu bukanlah hal-hal yang positif, dan semua itu tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Tidak ada yang berjalan mulus bagimu karena engkau menentang fakta bahwa Tuhan-lah yang berkuasa atas nasib manusia, karena engkau ingin melakukan semuanya sendiri, dan ingin melepaskan dirimu dari pengaturan dan pengendalian Tuhan, tidak mau menaatinya. Bukankah itu masalahnya? Mengapa tidak ada yang berjalan lancar bagimu? (Kami ingin melepaskan diri dari pengaturan Tuhan.) Apa yang memicu keinginan ini dalam diri manusia, mengapa mereka selalu ingin mengendalikan nasib mereka sendiri, merencanakan masa depan mereka sendiri, mengendalikan prospek, arah, dan tujuan hidup mereka sendiri? Berasal dari manakah titik awal ini? (Dari watak rusak Iblis dalam diri kami.) Lalu apa akibatnya jika orang memiliki watak rusak Iblis dalam dirinya? (Mereka menentang Tuhan.) Apa yang terjadi dengan orang yang menentang Tuhan? (Penderitaan.) Penderitaan? Yang terjadi adalah kebinasaan! Ini jauh lebih buruk daripada penderitaan. Yang engkau lihat tepat di depan matamu adalah penderitaan, kenegatifan, dan kelemahan, dan itu merupakan penentangan dan keluhan—akibat apa yang akan dihasilkan semua ini? Kebinasaan! Ini bukan masalah kecil dan ini bukan lelucon. Orang yang tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan tidak mampu memahami hal ini" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Watak yang Rusak Hanya Dapat Diselesaikan dengan Menerima Kebenaran"). Aku sama seperti yang firman Tuhan singkapkan. Aku ingin menjadi elang, bukan burung layang-layang, dan kupikir pekerjaan umum membuatku menjadi burung layang-layang, orang yang tak layak dibina dan dipandang rendah. Bagiku, pemimpin itu seperti elang. Mereka punya potensi, dihargai dan dihormati oleh orang lain. Aku hidup berdasarkan "Manusia bergelut ke atas; air mengalir ke bawah", "Seperti pohon hidup untuk kulitnya, manusia hidup untuk martabat dan nama baiknya", "Orang harus berjuang untuk memperoleh martabat", dan racun Iblis lainnya. Kupikir, untuk menjalani hidup yang baik, status orang harus makin tinggi, dan makin tinggi statusmu makin baik, atau kau sedang menjalani hidup yang tak berguna. Di bawah kendali pemikiran keliru ini, aku tak mampu melaksanakan tugasku dengan rendah hati, dan selalu berusaha menjadi pemimpin untuk membuat orang menghormatiku. Melihat saudara-saudari di sekelilingku dipilih sebagai pemimpin, aku merasa sedih, tak mampu menerimanya, dan menentang. Kupikir, "Aku tak lebih buruk dari orang lain. Mengapa orang lain bisa menjadi pemimpin, tapi aku terjebak melakukan pekerjaan umum?" Aku mulai mengeluh kepada Tuhan dan berpikir orang yang melakukan pekerjaan umum tak mengejar kebenaran, jadi aku hidup dalam kenegatifan dan mulai asal-asalan dan lalai dalam tugas, yang akhirnya memengaruhi pekerjaanku. Di mana kesetiaan dan ketaatanku kepada Tuhan? Ambisiku terlalu besar! Aku tahu kualitas setiap orang dan tugas yang mereka laksanakan semua sudah ditentukan oleh Tuhan dari semula, termasuk tugas yang kulaksanakan saat ini, jadi aku harus menerima dan menaatinya. Aku selalu merasa tak seorang pun menghargaiku karena melakukan pekerjaan umum, dan menjadi sedih, tapi itu karena pandanganku yang keliru tentang pengejaran dan ketidakmampuanku menaati aturan Tuhan. Aku tak mampu menaati aturan dan pengaturan Tuhan, pasif, dan mengeluh. Intinya, aku melawan, menentang, dan memberontak terhadap Tuhan. Jika terus seperti ini, aku hanya akan berakhir di neraka.

Setelah itu, aku membaca dua bagian firman Tuhan. "Jika orang merasa terbeban dengan pekerjaan gereja, dan ingin terlibat di dalamnya, ini bagus; tetapi mereka harus merenungkan apakah mereka memahami kebenaran, apakah mereka mampu mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan masalah, apakah mereka dapat benar-benar tunduk pada pekerjaan Tuhan, dan apakah mereka mampu melakukan pekerjaan gereja dengan benar, sesuai dengan pengaturan kerja. Jika mereka memenuhi kriteria ini, mereka dapat mengajukan diri untuk menjadi pemimpin atau pekerja. Yang Kumaksud dengan mengatakan ini adalah bahwa paling tidak, orang harus memiliki kesadaran akan dirinya. Pertama-tama lihatlah apakah engkau mampu membedakan berbagai jenis orang, apakah engkau memahami kebenaran dan mampu melakukan segala sesuatu sesuai prinsip. Jika engkau memenuhi persyaratan ini, engkau cocok untuk menjadi pemimpin atau pekerja. Jika engkau tidak mampu menilai dirimu sendiri, engkau dapat bertanya kepada orang-orang di sekitarmu yang akrab denganmu atau dekat denganmu. Jika mereka semua mengatakan bahwa engkau tidak memiliki kualitas yang cukup untuk menjadi seorang pemimpin, dan bahwa engkau melakukan pekerjaanmu dengan baik hanya untuk dapat menyelesaikannya, maka jangan buang waktu, segeralah berusaha mengenal dirimu sendiri. Jika engkau berkualitas buruk, jangan habiskan seluruh waktumu selalu ingin menjadi pemimpin—lakukan saja apa yang kaubisa, lakukan tugasmu dengan benar, dengan sikap rendah hati, sehingga pikiranmu bisa menjadi tenang. Ini juga bagus. Dan jika engkau mampu menjadi seorang pemimpin, jika engkau benar-benar memiliki kualitas dan bakat seperti itu, jika engkau memiliki keterampilan kerja, dan memiliki perasaan terbeban, maka engkau adalah orang yang tepat yang diperlukan di rumah Tuhan, dan engkau pasti akan dipromosikan dan dibina; tapi ada waktu Tuhan dalam segala hal. Keinginan ini—keinginan untuk dipromosikan—bukanlah ambisi, tetapi engkau harus memiliki kualitas, dan memenuhi kriteria, untuk menjadi pemimpin. Jika engkau berkualitas buruk tetapi masih menghabiskan seluruh waktumu untuk selalu ingin menjadi pemimpin, atau mengambil tugas penting tertentu, atau bertanggung jawab atas pekerjaan secara keseluruhan, atau melakukan sesuatu yang memungkinkanmu untuk menonjolkan diri, maka Kuberitahukan kepadamu: ini adalah ambisi, dan engkau harus waspada terhadap ambisi; ambisi bisa membawa bencana. Orang-orang memiliki motivasi diri dan rela berjuang untuk kebenaran, dan ini tidak menjadi masalah; ada orang yang memenuhi kriteria untuk menjadi pemimpin, dan ada yang tidak. Bagi orang yang memenuhi kriteria, berusaha untuk menjadi pemimpin bukanlah hal yang buruk; tetapi bagi orang yang tidak memenuhi kriteria ini, mereka harus tetap pada tugasnya, akan lebih baik bagi mereka untuk melakukan tugas yang ada di depan mereka dengan benar, melakukannya sesuai prinsip, dan sesuai dengan persyaratan rumah Tuhan. Bagi mereka, itu lebih baik, lebih aman, lebih realistis" (Firman, Vol. 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja). "Orang harus memiliki pemahaman dan sikap yang benar terhadap promosi dan pembinaan; dalam hal ini, mereka harus mencari kebenaran, dan tidak mengikuti keinginan mereka sendiri, atau memiliki keinginan yang ambisius. Jika engkau merasa bahwa engkau memiliki kualitas yang baik tetapi rumah Tuhan tidak pernah mempromosikanmu, juga tidak berencana untuk membinamu, maka jangan merasa frustrasi atau mulai mengeluh, fokuskan saja dirimu untuk mengejar kebenaran dan berusaha menjadi lebih baik; jika engkau memiliki tingkat pertumbuhan tertentu dan mampu melakukan pekerjaan nyata, umat pilihan Tuhan tentu saja akan memilihmu untuk menjadi pemimpin. Dan jika engkau merasa kualitasmu buruk, merasa tidak punya kesempatan untuk dipromosikan atau dibina, dan merasa ambisimu itu tidak mungkin tercapai, bukankah ini sesuatu yang baik? Ini akan melindungimu! Jika kualitasmu buruk dan engkau bertemu sekelompok orang yang buta dan bodoh yang memilihmu menjadi pemimpin mereka, bukankah engkau seperti dijadikan sasaran tembak? Engkau tak mampu melakukan pekerjaan apa pun dan mata serta hatimu buta. Semua yang engkau lakukan adalah gangguan; setiap gerakanmu adalah kejahatan. Akan jauh lebih baik bagimu untuk mengerjakan tugasmu sendiri dengan baik; setidaknya engkau tidak akan mempermalukan dirimu sendiri, dan itu lebih baik daripada menjadi pemimpin palsu dan menjadi sasaran fitnah. Sebagai seorang manusia, engkau harus mengenal dirimu yang sebenarnya, engkau harus memiliki sedikit kesadaran diri; jika engkau demikian, engkau akan mampu menghindarkan dirimu menempuh jalan yang salah dan melakukan kesalahan serius" (Firman, Vol. 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja). Setelah membaca firman Tuhan, aku tersentuh. Aku selalu merasa lebih baik daripada saudara-saudari di sekelilingku, dan ingin menjadi pemimpin, tapi apa aku benar-benar pantas menjadi pemimpin? Apa aku benar-benar punya kualitas menjadi pemimpin? Pemimpin harus mengejar kebenaran, punya kemampuan kerja, dan kemanusiaan yang baik. Tak sembarang orang bisa menjadi pemimpin. Jika tak punya kualifikasi menjadi pemimpin dan tak mampu melakukan pekerjaan nyata, meskipun menjadi pemimpin, kau takkan bertahan lama, dan beberapa orang disingkapkan sebagai pemimpin palsu. Sebenarnya aku pernah menjadi pemimpin gereja, tapi karena kualitasku rendah dan kemampuan kerjaku buruk, aku tak mampu melakukan pekerjaan nyata, dan tak mampu menyelesaikan masalah dan kesulitan orang lain, yang merusak jalan masuk kehidupan mereka dan merugikan pekerjaan gereja, jadi akhirnya diberhentikan. Dalam hal kualitas dan kemampuan kerja, aku sebenarnya tak memenuhi syarat menjadi pemimpin. Sebaliknya, aku cakap dalam pekerjaan umum, mampu melakukan beberapa pekerjaan nyata di area itu, dan tekanannya tak terlalu besar. Gereja mengatur pekerjaan berdasarkan kualitas dan kelebihan setiap orang. Hal ini memungkinkan orang berfungsi secara normal dan bermanfaat bagi pekerjaan gereja. Namun, aku tak mengetahui kemampuanku sendiri Aku jelas tak punya kualitas dan kualifikasi menjadi pemimpin, tapi tetap merasa berbakat dan lebih unggul daripada orang lain, dan selalu ingin dipromosikan. Ketika melihat pemimpin mempromosikan orang lain tapi bukan aku, aku mengeluh pemimpin tak memperhatikanku, aku asal-asalan dalam tugas, dan bermusuhan dan negatif terhadap Tuhan. Aku sangat congkak, dan sama sekali tak berakal sehat! Menyadari hal ini, aku merasa sangat bersalah, dan mampu menangani tugasku saat ini dengan benar, dan bersedia berdiri di posisiku sendiri dan dengan rendah hati melaksanakan tugasku dengan baik.

Kemudian, aku mendengar lagu pujian firman Tuhan, "Aku Hanyalah Makhluk Ciptaan yang Kecil." "Ya Tuhan! Entah aku memiliki status atau tidak, aku sekarang telah mengerti tentang diriku sendiri. Jika statusku tinggi, itu karena Engkau yang meninggikannya, dan jika statusku rendah, itu karena ketetapan-Mu. Segala sesuatu berada di tangan-Mu. Aku tidak punya pilihan atau keluhan apa pun. Engkau telah menetapkan bahwa aku harus lahir di negeri ini dan di tengah orang-orang ini, dan satu-satunya yang harus kulakukan adalah taat sepenuhnya di bawah kekuasaan-Mu karena segala sesuatu berada di dalam ketetapan-Mu. Aku tidak memikirkan status; bagaimanapun juga, aku hanyalah makhluk ciptaan. Jika Engkau menaruhku dalam jurang maut, dalam lautan api dan belerang, diriku bukan apa-apa selain makhluk ciptaan. Jika Engkau memakai aku, diriku hanya makhluk ciptaan. Jika Engkau menyempurnakan aku, aku hanya makhluk ciptaan. Jika Engkau tidak menyempurnakanku, aku akan tetap mengasihi-Mu karena aku tidak lebih dari makhluk ciptaan. Aku tidak lebih dari makhluk ciptaan yang sangat kecil, yang diciptakan oleh Tuhan Sang Pencipta, hanya salah satu dari antara umat manusia yang diciptakan. Engkaulah yang menciptakan diriku, dan sekarang Engkau telah sekali lagi menaruh aku kembali di tangan-Mu untuk Kau perlakukan diriku seturut kehendak-Mu. Aku bersedia menjadi alat-Mu dan kontras-Mu karena segala sesuatu sudah ditetapkan oleh-Mu. Tidak seorang pun dapat mengubahnya. Segala sesuatu dan semua peristiwa ada di tangan-Mu" (Ikuti Anak Domba dan Nyanyikan Lagu Baru). Saat merenungkan liriknya, hatiku menjadi cerah. Statusku, tinggi atau rendah, telah ditentukan oleh Tuhan dari semula, dan entah memiliki status atau tidak, aku makhluk ciptaan. Aku makhluk ciptaan jika statusku tinggi, dan tetap makhluk ciptaan jika statusku rendah. Esensiku takkan pernah berubah. Gereja mengaturku melakukan pekerjaan umum, jadi aku harus berdiri di posisiku, memanfaatkan semua kelebihanku, dan berupaya melaksanakan pekerjaan umum sebaik mungkin. Ini kewajibanku sebagai makhluk ciptaan. Dengan pemikiran ini, aku merasa dibebaskan, dan berdoa dalam hati, "Tuhan! Aku tak mau bersikap negatif dan menentang-Mu demi tugasku. Apa pun statusku, aku hanya mau sungguh-sungguh memenuhi tugas sebagai makhluk ciptaan untuk memuaskan-Mu." Setelah itu, aku tak lagi menentang lingkungan yang Tuhan atur. Aku merenungkan bagaimana melaksanakan tugasku dengan baik dan dengan sikap rendah hati. Menerapkan seperti ini, aku merasa sangat tenang.

Kemudian, aku merenung dan sadar ada alasan lain mengapa aku membenci pekerjaan umum, aku memiliki pandangan yang konyol dan absurd tentang pekerjaan umum. Kupikir orang yang melakukan pekerjaan umum tak mengejar kebenaran, mereka lebih rendah dan tak punya harapan untuk diselamatkan, dan hanya orang yang dipromosikan ke peran pentinglah yang mengejar kebenaran, dan memiliki kesempatan untuk diselamatkan. Aku membaca dua bagian firman Tuhan yang membahas pandangan keliru ini. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Di rumah Tuhan, selalu disebutkan tentang amanat Tuhan dan bagaimana orang melaksanakan tugasnya dengan benar. Bagaimana tugas muncul? Secara umum, tugas muncul sebagai hasil dari pekerjaan pengelolaan Tuhan yang membawa keselamatan bagi umat manusia; secara khusus, saat pekerjaan pengelolaan Tuhan dilakukan dan dinyatakan di antara manusia, pada saat itulah muncul berbagai pekerjaan yang menuntut orang untuk bekerja sama dan menyelesaikannya. Ini telah memunculkan tanggung jawab dan misi untuk orang penuhi, dan tanggung jawab serta misi ini adalah tugas yang Tuhan limpahkan kepada umat manusia. Di rumah Tuhan, berbagai tugas yang membutuhkan kerja sama manusia merupakan tugas yang harus mereka penuhi. Jadi, apakah ada perbedaan dalam pengertian apakah tugas tersebut lebih baik dan lebih buruk, apakah tugas tersebut tinggi dan rendah, atau besar dan kecil? Perbedaan semacam itu tidak ada; selama sesuatu ada hubungannya dengan pekerjaan pengelolaan Tuhan, selama itu adalah tuntutan pekerjaan rumah-Nya, dan diperlukan untuk menyebarluaskan Injil Tuhan, maka itu adalah tugas orang. Inilah asal mula dan definisi tugas. ... Apa pun tugasmu, itu adalah misi yang telah Tuhan berikan kepadamu. Terkadang engkau mungkin diminta untuk menjaga atau melindungi suatu objek yang penting. Ini mungkin masalah yang relatif sepele yang hanya dapat dikatakan sebagai tanggung jawabmu, tetapi ini adalah tugas yang diberikan Tuhan kepada-Mu; engkau menerima tugas ini dari-Nya. Engkau menerimanya dari tangan Tuhan, dan ini adalah tugasmu" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?"). "Bukan berarti bahwa orang menjadi seseorang yang memiliki realitas kebenaran segera setelah mereka mulai melakukan tugasnya. Orang melakukan tugas tidak lebih sebagai sebuah cara dan sebuah saluran yang harus diambilnya. Dalam melakukan tugasnya, orang menggunakan pengejaran kebenaran untuk mengalami pekerjaan Tuhan, secara bertahap memahami dan menerima kebenaran, dan kemudian menerapkan kebenaran. Mereka kemudian mencapai keadaan di mana mereka membuang watak rusak mereka, melepaskan ikatan dan kendali watak rusak Iblis, dan dengan demikian mereka menjadi orang yang memiliki realitas kebenaran dan orang yang memiliki kemanusiaan yang normal. Hanya jika engkau memiliki kemanusiaan yang normal, barulah pelaksanaan tugasmu dan tindakanmu akan membangun orang dan memuaskan Tuhan. Dan hanya jika orang dipuji Tuhan oleh karena pelaksanaan tugas mereka, barulah mereka dapat menjadi makhluk ciptaan Tuhan yang dapat diterima" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Untuk Memperoleh Kebenaran, Orang Harus Belajar dari Orang-Orang, Peristiwa dan Hal-Hal di Sekitar Mereka"). Firman Tuhan membalikkan pandanganku yang keliru tentang tugasku. Aku memahami bahwa tugas muncul dari pekerjaan pengelolaan Tuhan untuk menyelamatkan manusia, dan tak ada perbedaan antara tinggi dan rendah atau besar dan kecil. Apa pun tugasnya, itu kewajiban dan tanggung jawab orang, dan orang harus berupaya sebaik mungkin untuk menyelesaikannya. Jika ingin pekerjaan gereja berjalan lancar, dibutuhkan kerja sama dari orang yang melaksanakan setiap tugas. Setiap tugas sangat penting. Pekerjaan para pemimpin penting, tapi pekerjaan umum juga sama pentingnya. Jika ada mata rantai yang hilang, pekerjaan gereja akan terpengaruh. Tugas adalah hal yang positif, dan jalan yang digunakan orang untuk mengejar kebenaran dan memperoleh keselamatan. Itulah hal termulia yang dapat dilakukan makhluk ciptaan. Melaksanakan tugasku adalah suatu kehormatan. Namun, aku tak tahu cara menghargainya dan bersyukur, menggolongkan tugas ke dalam peringkat tinggi dan rendah, dan menganggap pekerjaan umum lebih rendah, tak berguna, dan memalukan. Bukankah ini penghinaan terhadap tugasku? Tugas apa pun yang dimiliki, kau harus mengejar kebenaran, menyingkirkan watak rusaknu, dan menjadi makhluk ciptaan yang layak. Inilah satu-satunya jalan untuk diselamatkan. Dengan menjadi pemimpin, bukan berarti kau akan memiliki kebenaran dan diselamatkan. Meskipun menjadi pemimpin selama bertahun-tahun, jika tak mengejar kebenaran, Tuhan takkan berkenan. Renungkanlah tentang antikristus dan pemimpin palsu yang disingkapkan. Gereja membina mereka untuk tugas penting, tapi mereka tak mengejar kebenaran dalam tugas. Mereka mengejar gengsi dan status, sibuk dengan urusan pribadi, memusuhi Tuhan, dan pada akhirnya, mereka disingkirkan. Tuhan itu adil, dan Tuhan menentukan kesudahan orang bukan berdasarkan apakah mereka memiliki peran penting atau status tinggi. Yang terpenting, apakah watak hidup mereka berubah dan memperoleh kebenaran. Jika percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun tapi tak mengejar kebenaran, dan watak hidup tak berubah, tugas apa pun yang kaulaksanakan, kau akan disingkapkan dan disingkirkan pada akhirnya. Tuhan itu adil, dan tak memandang muka. Itu mengingatkanku pada firman Tuhan, "Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani"). Keberhasilanmu dalam kepercayaan kepada Tuhan tergantung pada jalan yang kautempuh. Mengejar kebenaran dan memenuhi tugas sebagai makhluk ciptaan dengan rendah hati adalah hal yang terpenting. Pengalamanku selama ini memperlihatkan kepadaku sedikit lebih jelas natur mengejar gengsi dan status. Mengejar ketenaran dan status bukanlah jalan yang benar, itu menentang Tuhan. Tak ada yang lebih penting daripada mengejar kebenaran. Selain itu, ini juga memberiku sedikit kesadaran diri dan pandangan yang benar tentang diriku, dan ambisiku untuk menjadi pemimpin tak lagi begitu kuat. Ketika mendengar tentang saudara-saudari yang dipilih sebagai pemimpin, meskipun terkadang masih memengaruhiku secara emosi, melalui doa dan menyangkal diri, aku tak lagi begitu terkekang, Dan mampu bekerja sama secara normal dengan saudara-saudariku dalam tugas. Syukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Rasa Menjadi Orang Jujur

Oleh Saudari Yong Sui, KoreaSuatu hari dalam pertemuan di akhir Maret, seorang pemimpin berbicara tentang seorang saudara yang telah...