Aku Tidak Lagi Memilih-Milih Tugasku

16 Desember 2024

Ketika pertama kali aku mulai percaya kepada Tuhan, aku memperhatikan bagaimana saudara-saudari yang menjadi pemimpin sering bersekutu tentang firman Tuhan dengan orang-orang untuk menyelesaikan masalah-masalah mereka dan saudara-saudari bersedia mencari mereka untuk mendiskusikan masalah mereka. Hal ini membuatku sangat iri pada mereka dan aku berpikir bahwa melaksanakan tugas seperti itu akan membuat mereka dihormati dan dipuji ke mana pun mereka pergi. Sementara untuk tugas menjadi tuan rumah dan urusan umum, aku percaya bahwa saudara-saudari yang melaksanakan tugas ini hanya bekerja keras di balik layar, tidak bisa menonjolkan diri, tidak terlihat oleh orang lain, dan tak ada yang mengagumi mereka. Aku berpikir betapa hebatnya jika kelak aku bisa melaksanakan tugas yang memungkinkanku untuk menonjolkan diri dan dikagumi. Kemudian, aku terpilih menjadi pemimpin gereja dan saudara-saudari di pertemuan yang kupimpin semuanya sangat hangat kepadaku. Rasanya luar biasa melihat bagaimana mereka memandangku dengan iri dan aku merasa lebih unggul dari yang lain. Melaksanakan tugas kepemimpinan itu lebih banyak tekanan dan melibatkan lebih banyak pekerjaan, tetapi entah seberapa pun menderitanya aku atau seberapa pun lelahnya aku, aku tidak pernah mundur atau mengeluh. Beberapa waktu setelah itu, karena kualitasku yang buruk dan kenyataan bahwa aku tidak menangani urusan sesuai dengan prinsip—sering bertindak berdasarkan pendapatku sendiri dan kaku pada aturan—serta menyebabkan kerugian bagi pekerjaan gereja, aku pun diberhentikan. Setelah diberhentikan, pemimpinku mendatangiku dan bertanya apakah aku bersedia melaksanakan tugas di urusan umum. Ada sedikit penentangan yang kurasakan dan aku berpikir, "Pekerjaan urusan umum itu hanya menangani berbagai tugas serabutan di gereja, itu hanyalah jerih payah fisik yang mendasar. Jika saudara-saudari lain tahu aku melaksanakan tugas seperti itu, apa yang akan mereka pikirkan tentangku? Akankah mereka berpikir aku melaksanakan tugas seperti itu karena aku tidak memiliki kenyataan kebenaran?" Namun, karena melaksanakan tugas adalah amanat dari Tuhan dan harus diterima serta ditaati, aku pun menyetujuinya dengan enggan.

Kemudian, saat aku pergi melaksanakan tugas, aku sering bertemu dengan saudara-saudari yang sudah kukenal sebelumnya. Ketika mereka menanyaiku sedang melaksanakan tugas apa, aku malu untuk memberi tahu mereka, khawatir mereka akan meremehkanku jika tahu aku melaksanakan tugas di urusan umum. Namun, apa yang paling kutakuti benar-benar terjadi. Suatu kali, aku pergi ke rumah seorang saudari untuk meminjam skuter miliknya dan sambil mengobrol, aku menyebutkan kepadanya bahwa aku melaksanakan tugas di urusan umum. Dia terkejut dan bertanya, "Kenapa sekarang kau di urusan umum? Aku kira kau melaksanakan tugas tulis-menulis?" Aku merasa sangat canggung dan sengaja mengubah topik pembicaraan, berbasa-basi dengannya sebelum pergi secepatnya. Dalam perjalanan pulang, terus terbayang di pikiranku ekspresi terkejut saudari itu ketika dia mendengarku berada di urusan umum. Aku merasa tidak karuan dan bertanya-tanya apa yang akan saudari itu pikirkan tentangku. Akankah dia berpikir bahwa aku diperintahkan melaksanakan tugas itu karena aku tidak memiliki kenyataan kebenaran dan berkualitas buruk? Apakah dia akan meremehkanku? Hal ini bahkan membuatku makin menentang tugas tersebut. Terkadang aku mengulur waktu untuk mengantar surat-surat penting dan tidak memberikannya kepada saudara-saudari tepat waktu. Terkadang aku lupa dan saudara-saudariku memangkasku karena bersikap asal-asalan dan tidak bertanggung jawab serta mengingatkanku untuk lebih rajin melaksanakan tugas dan lebih sungguh-sungguh dalam hal ini. Saat menghadapi situasi ini, aku bukan hanya tidak merenungkan diri sendiri, melainkan juga menjadi makin menentang tugas itu. Aku teringat bagaimana saat aku menjadi pemimpin, pekerja urusan umum mengantarkan kitab-kitab firman Tuhan dan surat-surat kepadaku, tetapi sekarang situasinya berbalik dan akulah yang ditugaskan untuk melakukan berbagai hal dan mengantarkan barang kepada saudara-saudari yang lain. Aku merasa seperti statusku tiba-tiba jatuh dan aku makin merasa tidak bahagia serta tertekan.

Suatu pagi, baterai skuter listrikku habis saat aku mengendarainya dan aku terpaksa turun mendorong skuter itu. Saat mendorong skuter itu, tanpa sengaja aku memutar tuas gasnya dan skuter itu pun melesat ke depan, membuatku jatuh di atasnya sebelum sempat bereaksi. Bibirku terbentur tepi depan skuter, yang membuat beberapa gigiku goyang dan meninggalkan memar di wajahku serta mencederai kakiku. Setelah pulang ke rumah, aku berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan! Akhir-akhir ini, aku sangat menentang tugasku di urusan umum dan tidak tahu bagaimana menyelesaikan masalah ini. Tolong bimbing aku untuk mengenal diriku sendiri agar aku bisa tunduk." Setelah berdoa, aku membaca dua bagian firman Tuhan yang berkata: "Di rumah Tuhan, selalu disebutkan tentang menerima amanat Tuhan dan bagaimana orang melaksanakan tugasnya dengan benar. Bagaimana tugas muncul? Secara umum, tugas muncul sebagai hasil dari pekerjaan pengelolaan Tuhan yang membawa keselamatan bagi umat manusia; secara khusus, saat pekerjaan pengelolaan Tuhan dilakukan dan dinyatakan di antara manusia, pada saat itulah muncul berbagai pekerjaan yang menuntut orang untuk bekerja sama dan menyelesaikannya. Ini telah memunculkan tanggung jawab dan misi untuk orang penuhi, dan tanggung jawab serta misi ini adalah tugas yang Tuhan limpahkan kepada umat manusia. Di rumah Tuhan, berbagai tugas yang membutuhkan kerja sama manusia merupakan tugas yang harus mereka penuhi. Jadi, apakah ada perbedaan dalam pengertian apakah tugas tersebut lebih baik dan lebih buruk, apakah tugas tersebut tinggi dan rendah, atau besar dan kecil? Perbedaan semacam itu tidak ada; selama sesuatu ada hubungannya dengan pekerjaan pengelolaan Tuhan, selama itu adalah tuntutan pekerjaan rumah-Nya, dan diperlukan untuk menyebarluaskan Injil Tuhan, maka itu adalah tugas orang" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?"). "Apa pun tugasmu, jangan membedakan antara tugas yang tinggi dan rendah. Misalkan engkau berkata, 'Meskipun tugas ini adalah amanat dari Tuhan dan merupakan pekerjaan rumah Tuhan, jika aku melakukannya, orang-orang mungkin akan memandang rendah diriku. Orang-orang lain dapat melakukan pekerjaan yang membuat mereka menonjol. Aku telah diberi tugas ini, yang tidak membuatku menonjol tetapi membuatku berupaya keras di balik layar, ini tidak adil! Aku tidak akan melaksanakan tugas ini. Tugasku haruslah sebuah tugas yang membuatku menonjol di depan orang lain dan memungkinkanku untuk menjadi terkenal—dan bahkan jika aku tidak terkenal atau menonjol, aku harus tetap mendapatkan manfaat darinya dan merasa nyaman secara fisik.' Apakah ini sikap yang bisa diterima? Bersikap pilih-pilih artinya tidak menerima apa yang berasal dari Tuhan; artinya membuat pilihan sesuai preferensimu sendiri. Ini artinya tidak menerima tugasmu; artinya menolak tugasmu, yang adalah perwujudan dari pemberontakanmu terhadap Tuhan. Sikap pilih-pilih seperti itu dicemari oleh preferensi dan keinginan pribadimu. Ketika engkau mempertimbangkan keuntunganmu sendiri, reputasimu, dan sebagainya, maka sikapmu terhadap tugasmu bukanlah tunduk" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?"). Firman Tuhan dengan jelas menyingkapkan keadaanku saat ini. Aku melihat bahwa sikap dan pandanganku terhadap tugasku itu salah. Aku membeda-bedakan antara tugas tinggi dan tugas rendah, mengelompokkannya dalam tingkatan dan derajat. Aku berpikir bahwa menjadi pemimpin atau melaksanakan tugas tulis-menulis membuat seseorang lebih unggul dari yang lain dan memungkinkan seseorang mendapatkan kekaguman dan penghormatan dari orang lain. Entah sebesar apa pun penderitaan atau kelelahan yang kurasakan dalam tugas seperti itu, aku sangat bersedia melaksanakannya. Sedangkan untuk tugas yang memerlukan kerja fisik dan tidak memungkinkanku tampak menonjol serta terlihat, aku tidak bersedia melaksanakannya, berpikir bahwa tugas semacam itu jelas sangat rendah dan orang-orang akan meremehkanku jika melaksanakannya. Dengan dipengaruhi pandangan yang salah ini, ketika pemimpin menugaskanku menangani urusan umum, aku merasa bahwa ini adalah tugas yang lebih rendah dan akan merusak reputasiku, jadi aku menentang serta tidak mau tunduk, dan aku bersikap asal-asalan serta tidak bertanggung jawab dalam tugas tersebut. Betapa konyolnya pandanganku! Dengan mengingat betapa rusaknya diriku dan betapa buruknya kualitasku, hanya melalui peninggian dan kasih karunia Tuhan sajalah aku bisa melaksanakan tugas di rumah Tuhan, tetapi aku sama sekali tidak memikirkan maksud Tuhan, tidak tahu cara membalas kasih Tuhan, hanya memikirkan kepentingan dan reputasiku sendiri serta bertindak semaunya dalam tugasku, menggunakannya untuk melayani kepentinganku sendiri. Di mana kemanusiaanku? Tuhan pasti membenci perilaku semacam itu!

Suatu hari, aku menemukan bagian firman Tuhan yang berkata: "Sikap apakah yang seharusnya engkau miliki terhadap tugasmu? Pertama, engkau tidak sepatutnya menganalisisnya, berusaha mencari tahu siapa yang sudah menugaskannya kepadamu; sebaliknya, sepatutnyalah engkau menerimanya dari Tuhan, sebagai tugas yang dipercayakan kepadamu oleh Tuhan, dan engkau seharusnya menaati penataan dan pengaturan Tuhan, dan menerima tugasmu itu dari Tuhan. Kedua, jangan membeda-bedakan antara tugas yang tinggi dan yang rendah, dan jangan memusingkan dirimu dengan natur dari tugas tersebut, apakah tugas itu akan membuatmu menonjol atau tidak, apakah tugas itu dilakukan di depan umum atau di belakang layar. Jangan mempertimbangkan hal-hal ini. Ada juga sikap yang lain: ketundukan dan kerja sama secara aktif" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?"). Dengan membaca firman Tuhan, aku belajar bahwa tugas kita adalah amanat Tuhan dan merupakan kewajiban serta tanggung jawab yang harus diselesaikan. Terlepas dari apakah tugas itu memungkinkan kita menonjol dan terlihat serta membuat kita mendapat penghormatan serta kekaguman dari orang lain, sebagai makhluk ciptaan, kita seharusnya menerima tugas tersebut dan tunduk, serta menunjukkan sepenuhnya kesetiaan kita. Inilah jenis sikap dan nalar yang seharusnya kita semua miliki dalam tugas kita. Aku memikirkan bahwa urusan umum mungkin bukanlah tugas yang mencolok, tetapi ini adalah aspek penting dari pekerjaan di rumah Tuhan. Jika kita tidak memiliki orang yang mengantarkan buku dan surat, saudara-saudari kita tidak akan dapat membaca firman Tuhan tepat waktu, dan proyek-proyek tertentu tidak akan selesai tepat waktu, yang akan berdampak pada pekerjaan gereja. Berhubung aku telah ditugaskan menangani urusan umum, aku seharusnya menganggapnya sebagai tanggung jawabku untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadaku. Setelah menyadari hal ini, aku akhirnya bersedia menerima dan tunduk. Entahkah aku akan dihormati oleh orang lain atau tidak, aku akan tetap melakukan yang terbaik dalam melaksanakan tugasku. Setelah itu, aku mencurahkan seluruh tenaga dan pikiran ke dalam tugasku. Setiap hari ketika tiba waktunya mengantar dan menerima surat, aku dengan penuh tanggung jawab memeriksanya dan mencurahkan segenap hatiku dalam pekerjaanku. Ketika saudari yang bekerja bersamaku harus pergi untuk menangani pekerjaan lain, aku dengan sukarela membantu melanjutkan urusannya dan berusaha melakukan pekerjaanku dengan baik. Aku merasa sangat tenang saat bekerja dengan rajin dan penuh perhatian. Ketika saudara-saudari lain menanyakan tugas apa yang aku laksanakan, aku dengan jujur mengatakan bahwa aku bekerja di urusan umum dan tidak lagi merasa malu.

Pada Juni 2019, pemimpinku mencariku untuk menanyakan apakah aku bersedia menjadi tuan rumah untuk beberapa saudari. Aku berpikir dalam hati, "Aku bersedia menerima tugas, tetapi jika saudara-saudari dekatku tahu bahwa aku menghabiskan hari-hariku mencuci piring dan memasak makanan sebagai tuan rumah, apa yang akan mereka pikirkan tentangku? Akankah mereka meremehkanku?" Aku buru-buru merekomendasikan Saudari Wang Yun, mengatakan bahwa menurutku dia lebih cocok untuk tugas ini, tetapi pemimpin menjawab bahwa Saudari Wang Yun belakangan ini sedang sakit sehingga tidak cocok. Aku menyadari bahwa tugas ini datang kepadaku melalui kedaulatan dan penataan Tuhan, jadi aku berhenti berusaha menghindarinya. Selama aku menjadi tuan rumah, aku melihat para saudari sering bersekutu tentang keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan tugas mereka dan apa yang mereka peroleh dari pengalaman mereka. Ketika pengawas mereka datang, dia juga bersekutu dengan para saudari tentang pekerjaan mereka. Aku merasa iri pada mereka yang bisa melaksanakan tugas semacam itu sementara aku terjebak dalam menjaga keamanan lingkungan rumahku atau menyiapkan makanan di dapur. Perasaan rendah diri itu membuatku merasa sangat tidak bahagia. Terkadang pikiranku ke mana-mana saat sedang menyiapkan makanan, sehingga aku membubuhkan terlalu banyak garam atau lupa membubuhkan garam sama sekali. Beberapa saudari tidak bisa makan makanan pedas, jadi salah satu saudari dengan ramah bertanya kepadaku apakah aku bisa memisahkan sebagian makanan sebelum menambahkan cabai. Aku memenuhi permintaannya, tetapi dalam hati aku berpikir, "Dahulu ketika aku menjadi pemimpin, akulah yang membuat keputusan. Saat aku sekarang melaksanakan tugas sebagai tuan rumah ini, bukan hanya aku tidak bisa mendapat penghormatan dari orang lain, melainkan juga harus mengikuti perintah orang-orang." Ini membuatku merasa kesal dan tertekan. Terkadang ketika para saudari sibuk dengan tugas mereka, mereka pun meminta bantuanku untuk membelikan berbagai kebutuhan sehari-hari, yang membuatku merasa seperti sedang diperintah dan keberadaanku di sana hanyalah sebagai pesuruh. Belakangan, aku menyadari bahwa aku sedang dalam keadaan yang buruk, tetapi aku masih sering hidup dalam keadaan itu meskipun aku tidak menginginkannya. Aku merasa kacau dan sepertinya hatiku telah menjauh dari Tuhan.

Suatu hari, aku membaca dua bagian firman Tuhan yang berkata: "Terlahir di negeri yang najis seperti itu, manusia telah dirusak teramat parah oleh masyarakat, dia telah dipengaruhi oleh etika feodal, dan telah diajar di 'institusi pendidikan tinggi'. Pemikiran terbelakang, moralitas yang rusak, pandangan hidup yang jahat, falsafah yang menjijikkan tentang cara berinteraksi dengan orang lain, keberadaan diri yang sepenuhnya tak berguna, dan adat-istiadat serta gaya hidup yang bejat—semua ini telah sedemikian parahnya memasuki hati manusia, dan telah sangat merusak dan menyerang hati nuraninya. Akibatnya, manusia menjadi semakin jauh dari Tuhan, dan semakin menentang-Nya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Memiliki Watak yang Tidak Berubah Berarti Memusuhi Tuhan"). "Iblis merusak manusia melalui pendidikan dan pengaruh pemerintah nasional serta melalui orang-orang terkenal dan hebat. Perkataan jahat mereka telah menjadi natur dan hidup manusia. 'Jika orang tidak memikirkan dirinya sendiri, langit dan bumi akan menghukumnya' adalah pepatah Iblis terkenal yang telah ditanamkan dalam diri semua orang, dan ini telah menjadi hidup manusia. Ada falsafah lain tentang cara berinteraksi dengan orang lain yang juga seperti ini. Iblis menggunakan budaya tradisional setiap negara untuk mendidik, menyesatkan, dan merusak manusia, menyebabkan manusia jatuh dan ditelan oleh jurang kebinasaan yang tak berdasar, dan pada akhirnya, manusia dimusnahkan oleh Tuhan karena mereka melayani Iblis dan menentang Tuhan. ... Masih ada banyak racun Iblis dalam hidup manusia, dalam tindak tanduk dan perilaku mereka. Sebagai contoh, falsafah mereka tentang cara berinteraksi dengan orang lain, cara-cara mereka melakukan sesuatu, dan moto hidup mereka semuanya dipenuhi dengan racun si naga merah yang sangat besar, dan semua ini berasal dari Iblis. Dengan demikian, segala sesuatu yang mengalir dalam tulang dan darah manusia adalah hal-hal dari Iblis" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Cara Mengenal Natur Manusia"). Dengan membaca firman Tuhan, aku menyadari akar dari sikapku yang membeda-bedakan antara tugas tinggi dan rendah, serta mengelompokkannya ke dalam tingkat dan derajat—aku telah begitu dalam ditanami dan dirusak oleh racun Iblis, seperti "Jika orang tidak memikirkan dirinya sendiri, langit dan bumi akan menghukumnya," "Mereka yang bekerja dengan otaknya, berkuasa; mereka yang bekerja dengan ototnya dikuasai," dan "Manusia bergelut ke atas; air mengalir ke bawah." Aku hidup berdasarkan racun Iblis ini, mengejar ketenaran, keuntungan, status, dan penghormatan. Aku berpikir hanya dengan hidup seperti itu barulah aku bermartabat dan terhormat. Aku juga memandang tugas di rumah Tuhan melalui filosofi dan pandangan Iblis, percaya bahwa tugas yang membutuhkan keterampilan dan bakat seperti menjadi pemimpin, pekerjaan tulis-menulis, dan memproduksi video adalah yang dihormati orang-orang, sedangkan tugas-tugas dengan jerih payah fisik seperti menjadi tuan rumah dan menangani urusan umum adalah lebih rendah. Dengan dipengaruhi pandangan keliru ini, aku menjadi bersikap asal-asalan dalam tugasku, tidak fokus, sering lupa menyampaikan surat, dan menunda pekerjaan hanya karena menurutku tugas itu tidak terhormat. Makanan yang aku siapkan terkadang terlalu hambar atau terlalu asin, dan aku tidak memikrrkan apakah saudari-saudariku bisa memakannya atau tidak, lebih suka membuat makanan sesuai seleraku saja. Ketika para saudari memintaku membelikan beberapa hal untuk mereka, aku berpikir bahwa mereka hanya menganggapku sebagai pesuruh dan dengan sengaja menunda-nundanya. Aku menyadari bahwa racun Iblis sudah tertanam begitu kuatnya dalam hatiku dan benar-benar menjadi naturku, membuat aku menjadi egois, tercela, dan tidak punya kemanusiaan. Aku memperlakukan tugasku sebagai cara untuk mendapatkan status dan reputasi, dan ingin menggunakan tugasku sebagai kesempatan untuk meraih penghormatan dan pujian dari saudara-saudariku. Aku telah mencurangi dan menentang Tuhan! Aku menyadari bahwa aku berada dalam keadaan yang sangat berbahaya, maka aku berdoa kepada Tuhan dalam pertobatan, "Ya Tuhan, aku tidak ingin lagi mengejar ketenaran, keuntungan, dan status. Aku siap bertobat kepada-Mu. Tolonglah, bimbing aku dalam menemukan jalan penerapan."

Setelah itu, aku menemukan dua bagian firman Tuhan: "Semua orang sama di hadapan kebenaran, dan tidak ada perbedaan usia atau posisi dan seberapa luhurnya mereka yang melaksanakan tugas mereka di rumah Tuhan. Semua orang sama di hadapan tugas mereka, mereka hanya melakukan pekerjaan yang berbeda. Tidak ada perbedaan di antara mereka berdasarkan siapa yang memiliki senioritas. Di hadapan kebenaran, setiap orang harus memiliki hati yang tunduk, menerima, dan rendah hati. Orang-orang harus memiliki nalar dan sikap ini" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Delapan)). "Ketika Tuhan menuntut agar orang-orang melaksanakan tugas mereka dengan baik, Dia tidak meminta mereka untuk menyelesaikan sejumlah tugas atau melakukan upaya besar apa pun, atau melakukan hal-hal besar apa pun. Yang Tuhan inginkan adalah agar orang melakukannya semampu mereka dengan praktis dan realistis, dan hidup sesuai dengan firman-Nya. Tuhan tidak menginginkanmu menjadi orang yang hebat atau mulia, atau melakukan mukjizat apa pun, dan Dia juga tidak ingin melihat kejutan yang menyenangkan dalam dirimu. Dia tidak membutuhkan hal-hal seperti itu. Yang Tuhan butuhkan adalah agar engkau dengan teguh melakukan penerapan sesuai dengan firman-Nya. Ketika engkau mendengarkan firman Tuhan, lakukanlah apa yang telah kaupahami, laksanakanlah apa yang telah kaupahami, ingatlah baik-baik apa yang telah kaudengar, dan kemudian, ketika tiba waktunya untuk menerapkannya, terapkanlah sesuai dengan firman Tuhan. Biarkan semua itu menjadi hidupmu, menjadi kenyataanmu, dan menjadi apa yang kaujalani. Dengan demikian, Tuhan akan dipuaskan. ... Melaksanakan tugasmu sebenarnya tidak sulit, juga tidak sulit untuk melakukannya dengan loyal, dan berdasarkan standar yang dapat diterima. Engkau tidak perlu mengorbankan nyawamu atau melakukan sesuatu yang istimewa atau sulit, engkau hanya perlu mengikuti firman dan menaati perintah Tuhan dengan jujur dan teguh, tidak menambahkan gagasanmu sendiri ataupun menjalankan urusanmu sendiri, tetapi menempuh jalan mengejar kebenaran. Jika orang mampu melakukan hal ini, mereka pada dasarnya akan memiliki keserupaan dengan manusia. Ketika mereka memiliki ketundukan yang sejati kepada Tuhan, dan telah menjadi orang yang jujur, mereka akan memiliki keserupaan dengan manusia sejati" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Penyelesaian Tugas yang Benar Membutuhkan Kerja Sama yang Harmonis"). Pada kenyataannya, apa pun tugas yang kita laksanakan di rumah Tuhan, apakah itu tugas kepemimpinan, tugas tulis-menulis atau melayani sebagai tuan rumah maupun bekerja di urusan umum, semua ini hanya perbedaan pekerjaan, dan tidak satu pun yang lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lainnya. Apa pun tugas yang kita laksanakan, kita semua menerima amanat Tuhan dan melayani fungsi kita sebagai makhluk ciptaan. Tuhan tidak akan menganggap seseorang lebih tinggi hanya karena mereka memiliki bakat, keterampilan, atau melaksanakan tugas istimewa. Demikian pula, Dia tidak akan merendahkan seseorang hanya karena mereka menjalankan tugas yang kurang mencolok. Yang Tuhan perhatikan adalah apakah orang-orang mengejar kebenaran dalam pelaksanaan tugas mereka dan apakah mereka tunduk serta setia dalam tugas-tugasnya. Gereja menugaskanku untuk melayani sebagai tuan rumah, maka ini adalah tanggung jawab dan tugas yang harus kulaksanakan. Terlepas dari apakah orang akan mengagumiku atau tidak, aku harus tunduk dan menerimanya—inilar nalar yang seharusnya kumiliki. Aku memikirkan betapa banyaknya hal yang telah Tuhan ciptakan, baik itu besar atau kecil, semua ada sesuai dengan kedaulatan serta ketetapan Tuhan dan melayani apa pun fungsi yang Tuhan berikan kepada mereka. Sebatang rumput kecil tidak membandingkan tingginya dengan pohon yang menjulang, atau bersaing dengan bunga tentang siapa yang lebih indah; ia hanya dengan taat melayani fungsinya. Seandainya aku bisa menjadi rumput itu, tunduk pada kedaulatan dan penataan Tuhan, bertindak dalam sikap yang membumi, dan berusaha memenuhi peranku sebagai makhluk ciptaan, aku tidak akan sedemikian menderita karena tidak mendapatkan status. Lagi pula, menjadi pemimpin di rumah Tuhan bukan hanya tentang memerintah orang lain seperti yang kuyakini, melainkan juga memerlukan seseorang yang melayani semua orang, mempersekutukan kebenaran untuk membantu saudara-saudari, memecahkan masalah nyata dalam jalan masuk kehidupan mereka dan membimbing mereka masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan. Tugas menjadi tuan rumah juga bukanlah tugas yang lebih rendah—tugas ini membutuhkan seseorang yang bisa melaksanakan tugas menjaga lingkungan rumah tinggal agar saudara-saudari dapat melaksanakan tugas mereka dengan tenang. Masing-masing dari kita menjalankan peran sesuai dengan tugas kita untuk memperluas Injil kerajaan. Setelah menyadari semua ini, aku merasa lega. Rumah Tuhan menugaskan orang-orang untuk melaksanakan tugas berdasarkan keterampilan, kualitas, dan tingkat pertumbuhan mereka. Aku sebelumnya telah melayani dalam tugas kepemimpinan dan tugas tulis-menulis, tetapi kualitasku kurang memadai, aku tidak mampu mengemban tugas tersebut, dan tidak cocok dengan peran itu. Namun, aku tidak benar-benar memahami diriku sendiri, selalu begitu mengagumi diriku, dan mencari penghormatan dari orang lain. Betapa tidak bernalarnya aku! Gereja menugaskanku untuk melaksanakan tugas sebagai tuan rumah berdasarkan kualitasku dan situasi rumahku—tugas ini sangat cocok untukku. Aku memang tidak terlalu dihormati dalam peranku sebagai tuan rumah, tetapi tugas ini menyingkapkan pandanganku yang salah dalam pengejaran dan watakku yang rusak serta mendorongku untuk mencari kebenaran dan mendapatkan pemahaman tentang diriku sendiri. Inilah hal paling berharga yang dapat aku peroleh dari tugas ini. Dari lubuk hatiku, aku bersyukur kepada Tuhan karena mengatur lingkungan ini untuk menyucikan dan mengubahku, aku pun menjadi bersedia untuk tunduk pada pengaturan dan penataan-Nya, melaksanakan tugasku sebagai tuan rumah untuk membalas kasih-Nya.

Kemudian, aku mulai berusaha menerapkan prinsip-prinsip dalam caraku menyiapkan makanan untuk para saudariku, mempertimbangkan jenis makanan apa yang paling bermanfaat bagi kesehatan mereka. Ketika mereka tidak sibuk, mereka akan membantuku dalam pekerjaan rumah dan sama sekali tidak memerintahku seperti seorang bawahan. Saat aku menghadapi kesulitan dalam tugasku, mereka dengan sabar bersekutu denganku serta mendukungku, dan kami semua menjalankan peran sesuai dengan tugas kami. Dengan demikian, aku mulai memiliki hubungan yang lebih harmonis dengan para saudari, dan aku dengan senang hati bersedia melaksanakan tugasku. Semua peningkatan dan perubahan ini adalah hasil dari penghakiman serta hajaran firman Tuhan.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Menembus Kabut

Zhenxi Kota Zhengzhou, Provinsi Henan Sepuluh tahun yang lalu, didorong oleh sifat saya yang angkuh, saya tidak pernah bisa sepenuhnya...

Menyebarkan Injil Kepada Ayahku

Aku menjadi orang percaya sejak kecil dan bertekad melayani Tuhan sepanjang hidupku. Tiga tahun aku mengikuti sekolah agama di mana aku...