Sekarang Aku Tahu Manfaat Menulis Artikel Kesaksian Pengalaman
Oleh Saudari Guang Chun, TiongkokPada tahun 2020, aku adalah seorang pemimpin gereja. Aku melihat beberapa saudara-saudari menulis beberapa...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Suatu hari di bulan Oktober 2023, pemimpin mengatur agar aku membuat sebuah gambar latar belakang. Ketika melihat bahwa ada sejumlah persyaratan tinggi untuk gambar tersebut, aku khawatir tidak bisa mengerjakannya dengan baik dan memperlambat hal yang lain, maka aku tidak berani bersantai saat membuatnya. Aku dengan hati-hati meninjau prinsip-prinsip yang relevan dan berdoa kepada Tuhan kapan pun aku menghadapi kesulitan. Satu minggu kemudian, gambar latar itu selesai. Setelah memeriksanya, pemimpin hanya menunjukkan beberapa detail kecil dan mengatakan bahwa gambar yang dihasilkan cukup bagus. Aku sangat senang mengingat aku tidak menyangka bisa sedemikian cepat menyelesaikan gambar sesulit ini, bagaimana pemimpin pasti akan berpikir bahwa aku terampil secara teknis, bertanggung jawab, dan memiliki rasa terbeban dalam tugasku, serta aku mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadaku tanpa banyak bertele-tele. Setelah itu, pemimpin memintaku membuat dua gambar latar belakang lagi, yang juga dapat selesai tepat waktu. Hasil dari tugas ini juga cukup baik. Aku mulai merasa cukup bangga, berpikir, "Bulan lalu, hasil dari tugasku tidak begitu bagus, tetapi setelah pemimpin bersekutu denganku, kualitas gambarku segera membaik, dan efisiensiku pun meningkat, maka sekarang pemimpin seharusnya memiliki kesan yang lebih baik tentangku." Tak lama kemudian, artikel kesaksian pengalaman dan khotbah penginjilan yang kutulis juga terpilih. Aku sangat gembira, berpikir, "Sepertinya aku tidak hanya mendapatkan hasil yang baik dengan gambarku, tetapi aku juga memiliki beberapa kenyataan kebenaran. Jika saudara-saudari yang mengenalku mengetahuinya, mereka pasti melihatku dengan sudut pandang baru. Penilaian pemimpin terhadapku juga akan meningkat pesat." Meskipun aku tidak tampak pamer secara terang-terangan, di dalam hati aku terus merasa unggul, rasanya seperti nilaiku tiba-tiba melonjak.
Suatu kali, seorang saudari yang bekerja sama denganku berkata, "Dengan kemampuan kerjamu, kau seharusnya dipromosikan, tetapi pekerjaan di sini lebih membutuhkanmu, dan tugas yang kau laksanakan tidak bisa begitu saja digantikan oleh siapa saja." Aku sangat senang mendengar ini, seakan diriku dimahkotai lingkar kemuliaan, pikirku, "Meskipun aku bukan pemimpin, aku tetap dianggap penting dalam hati saudara-saudari." Saat aku sedang menikmati perasaan unggul ini, tiba-tiba aku berpikir, "Jika gambarku yang selanjutnya tidak terpilih, akankah saudara-saudari tetap menghormatiku?" Aku merasakan kekhawatiran yang tidak terlukiskan, berpikir bahwa hasil dari tugasku hanya boleh meningkat dan tidak boleh menurun, karena jika menurun, lingkar kemuliaanku akan hilang. Aku berkata kepada diriku, "Aku harus tetap bekerja keras, gambar untuk bulan ini harus terpilih, dan aku harus terus menulis kesaksian pengalaman yang bernilai. Dengan begitu, lingkar kemuliaanku yang sekarang akan tetap ada." Setelah itu, apa pun yang aku lakukan, aku terus memikirkan bagaimana memuaskan pemimpin dan mendapatkan penghormatan dari saudara-saudari. Suatu saat, pemimpin menulis untuk menanyakan mengenai perkembangan pekerjaan dan kinerja tugas saudara-saudari, dan ketika aku menyadari bahwa aku tidak begitu mengenal pekerjaan mereka, aku segera meninggalkan tugasku untuk mencari tahu supaya pemimpin melihatku punya rasa terbeban dan adalah orang yang bertanggung jawab. Pemimpin bertanya kepadaku mengapa belakangan ini aku belum menulis khotbah, dan aku berpikir, "Aku harus secepatnya meluangkan waktu untuk menulis sesuatu. Jika tidak, jangan-jangan pemimpin akan berpikir aku tidak memiliki rasa terbeban seperti sebelumnya? Bukankah itu akan merusak citra baikku di matanya?" Selama waktu itu, aku selalu merasa sepertinya aku tidak punya cukup waktu, dan aku selalu khawatir jika aku tidak tepat waktu menyelesaikan permintaan pemimpin, dia akan berpikir buruk tentangku. Aku sibuk setiap hari, dan saat teduhku menjadi tidak teratur, dan terkadang, setelah seharian sibuk, aku bahkan tidak menyadari penyingkapan kerusakanku sendiri atau pelajaran apa yang seharusnya kupetik. Ketika membuat gambar, aku khawatir apa yang harus kulakukan jika gambar yang ini tidak sebagus yang sebelumnya. Terkadang, untuk mencapai hasil yang lebih baik, aku justru mengalami kebuntuan, merenung begitu lama tetapi masih tidak dapat membuat keputusan. Seiring waktu, pikiranku menjadi kurang jernih ketika membuat gambar, dan aku merasa bingung, bertanya-tanya mengapa menjadi begitu sulit untuk melaksanakan tugasku. Mengapa pikiranku tidak setajam sebelumnya?
Seusai sebuah pertemuan, aku membicarakan keadaanku dengan seorang saudari. Berkat pengingat dari saudari itu, aku merenung dan menyadari bahwa selama ini, aku terus-menerus takut bahwa efektivitas tugasku akan merosot, khawatir bahwa citra baikku di hati saudara-saudari akan hilang, sehingga aku terus berusaha mempertahankan lingkar kemuliaanku. Aku teringat bahwa Tuhan telah mengungkapkan keadaan semacam ini, sehingga aku mencari firman Tuhan untuk dibaca. Tuhan berfirman: "Banyak orang yang mencapai suatu keberhasilan dalam bidang tertentu di dunia sekuler dan menjadi terkenal membiarkan pikirannya diliputi oleh ketenaran dan keuntungan, dan mereka mulai menganggap diri mereka terhormat. Sebenarnya, kekaguman, pujian, pengakuan, dan penghargaan yang orang lain berikan kepadamu hanyalah penghormatan sementara. Semua itu bukan berarti bahwa engkau memiliki hidup, juga bukan berarti bahwa engkau sedang menempuh jalan yang benar. Semua itu tak lebih dari penghormatan dan kemuliaan sementara. Kemuliaan apakah ini? Apakah kemuliaan seperti ini nyata atau hampa? (Hampa.) Kemuliaan seperti ini bagaikan bintang jatuh, yang melintas lalu menghilang. Setelah orang mendapatkan kemuliaan, penghormatan, sorakan, penghargaan, dan pujian, mereka tetap harus kembali ke kehidupan nyata dan hidup sebagaimana mestinya. Ada orang-orang yang tidak mampu memahami ini dan berharap hal-hal ini tetap menjadi bagian hidup mereka untuk selamanya, yang sebenarnya tidak realistis. Orang ingin hidup dalam lingkungan dan suasana seperti ini karena apa yang mereka rasakan; mereka ingin menikmati perasaan ini selamanya. Jika mereka tidak dapat menikmatinya, mereka akan mulai menempuh jalan yang salah. Ada orang-orang yang menggunakan berbagai cara seperti minum dan mengonsumsi obat terlarang untuk membuat diri mereka mati rasa: seperti inilah cara manusia yang hidup di dunia Iblis memandang ketenaran dan keuntungan. Begitu orang menjadi terkenal dan menerima kemuliaan, mereka cenderung kehilangan arah, dan mereka tidak tahu bagaimana mereka harus bertindak, atau apa yang harus mereka lakukan. Mereka memiliki angan-angan yang tinggi dan tidak mampu berpikir secara realistis—ini berbahaya. Pernahkah engkau semua berada dalam keadaan seperti itu atau memperlihatkan perilaku seperti itu? (Ya.) Apa penyebabnya? Itu karena manusia memiliki watak yang rusak: mereka terlalu sombong, terlalu congkak, mereka tidak mampu menahan pencobaan atau pujian, dan mereka tidak mengejar kebenaran atau memahaminya. Mereka menganggap diri mereka unik hanya karena prestasi atau kemuliaan kecil yang mereka terima; mereka mengira bahwa mereka telah menjadi orang yang hebat atau pahlawan super. Dengan semua ketenaran, keuntungan, dan kemuliaan yang mereka miliki, mereka beranggapan bahwa tidak menganggap diri mereka terhormat merupakan suatu kejahatan. Orang yang tidak memahami kebenaran cenderung menganggap diri mereka terhormat kapan pun dan di mana pun. Ketika mereka mulai menganggap diri mereka sangat terhormat, apakah mudah untuk membuat mereka kembali rendah hati? (Tidak.) Orang yang sedikit berakal sehat tidak menganggap diri mereka terhormat tanpa alasan. Ketika mereka belum mencapai apa pun, belum berkontribusi apa pun, dan tak ada seorang pun dalam kelompok mereka yang memperhatikan mereka, mereka tak bisa menganggap diri mereka terhormat sekalipun mereka ingin melakukannya. Mereka mungkin sedikit congkak dan narsistik, atau mereka mungkin merasa bahwa mereka agak berbakat dan lebih baik daripada orang lain, tetapi mereka tidak cenderung menganggap diri mereka terhormat. Dalam keadaan apa orang menganggap diri mereka terhormat? Ketika orang lain memuji mereka atas pencapaian tertentu. Mereka menganggap diri mereka lebih baik daripada orang lain, menganggap orang lain ala kadarnya dan biasa-biasa saja, menganggap bahwa hanya mereka sendirilah orang yang memiliki status, dan mereka tidak sama kelasnya atau tidak sama levelnya dengan orang lain, menganggap diri mereka lebih tinggi daripada orang lain. Dengan demikian, mereka menganggap diri mereka lebih tinggi daripada diri mereka yang sebenarnya" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang"). Setelah membaca bagian firman Tuhan ini, aku merasa sangat yakin bahwa itulah gambaran keadaanku. Tuhan berfirman bahwa ketika orang meraih kesuksesan atau mendapatkan ketenaran, mereka mulai menikmati kehormatan dan lingkaran kemuliaan, dan mereka bahkan ingin terus mempertahankan hal itu dan selamanya menikmati perasaan dihormati oleh orang lain. Inilah bagaimana orang yang telah dirusak oleh Iblis memandang ketenaran dan status. Hal ini membuatku teringat akan banyak selebriti di dunia orang-orang tidak percaya yang, setelah menjadi terkenal, melakukan segala upayanya untuk bisa membangun citra dan mengemas dirinya, semuanya untuk mendapatkan lebih banyak kekaguman dan pujian dari orang lain. Bukankah ini persis dengan yang terjadi padaku? Sejak gambar yang aku buat dan artikel yang aku tulis terpilih, dan pemimpin serta saudara-saudara di sekitarku memujiku, aku mulai merasa sombong, dan merasa bahwa nilaiku tiba-tiba meningkat, seolah aku menjadi selebriti yang lebih menonjol dari semua, dan aku mulai menikmati pujian serta kekaguman dari saudara-saudari ini. Aku bahkan khawatir jika aku tidak terus melaksanakan tugasku dengan baik, citra baikku di mata saudara-saudari akan lenyap. Untuk mempertahankan kehormatan dan lingkar kemuliaan ini, aku terus berpikir tentang bagaimana mendapatkan pujian pemimpin dalam tugasku. Aku sepenuhnya mengejar ketenaran dan status serta berjalan di jalan yang menentang Tuhan. Tak mengherankan bahwa aku tidak bisa mendapatkan petunjuk Tuhan, dan pikiranku tidak jernih karena ternyata aku telah berada di jalan yang salah. Hatiku telah lama menjauh dari Tuhan, membuat Tuhan membenciku dan menyembunyikan wajah-Nya dariku.
Setelah itu, aku terus merenung tentang masalahku. Aku membaca beberapa firman Tuhan: "Iblis menggunakan ketenaran dan keuntungan untuk mengendalikan pikiran manusia, sampai satu-satunya yang orang pikirkan adalah ketenaran dan keuntungan. Mereka berjuang demi ketenaran dan keuntungan, menderita kesukaran demi ketenaran dan keuntungan, menanggung penghinaan demi ketenaran dan keuntungan, mengorbankan semua yang mereka miliki demi ketenaran dan keuntungan, dan mereka akan melakukan penilaian atau mengambil keputusan demi ketenaran dan keuntungan. Dengan cara ini, Iblis mengikat orang dengan belenggu yang tak kasatmata, dan mereka tidak punya kekuatan ataupun keberanian untuk membuang belenggu tersebut. Mereka tanpa sadar menanggung belenggu ini dan berjalan maju dengan susah payah. Demi ketenaran dan keuntungan ini, umat manusia menjauhi Tuhan dan mengkhianati Dia dan menjadi semakin jahat. Jadi, dengan cara inilah, generasi demi generasi dihancurkan di tengah ketenaran dan keuntungan Iblis" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"). "Iblis menggunakan metode yang sangat ringan semacam ini, sebuah metode yang sangat selaras dengan gagasan manusia, yang sama sekali tidak radikal, yang melaluinya menyebabkan orang tanpa sadar menerima cara hidup Iblis, aturan-aturan Iblis untuk dijalani, dan untuk menetapkan tujuan hidup serta arah dalam kehidupan mereka, dan tanpa disadari mereka juga memiliki ambisi dalam kehidupan. Sebesar apa pun tampaknya ambisi kehidupan ini, semua itu terkait erat dengan 'ketenaran' dan 'keuntungan'. Segala sesuatu yang diikuti oleh orang hebat atau terkenal mana pun—sebenarnya, oleh semua orang—dalam kehidupan, hanya terkait dengan dua kata ini: 'ketenaran' dan 'keuntungan'. Orang mengira setelah memiliki ketenaran dan keuntungan, mereka kemudian dapat memanfaatkan hal-hal tersebut untuk menikmati status yang tinggi dan kekayaan yang besar, serta menikmati hidup. Mereka menganggap ketenaran dan keuntungan adalah semacam modal yang bisa mereka gunakan untuk memperoleh kehidupan yang penuh pencarian akan kesenangan dan kenikmatan daging yang sembrono. Demi ketenaran dan keuntungan yang begitu didambakan umat manusia ini, orang-orang bersedia, meskipun tanpa sadar, menyerahkan tubuh, pikiran mereka, semua yang mereka miliki, masa depan, dan nasib mereka kepada Iblis. Mereka melakukannya dengan tulus tanpa keraguan sedikit pun, tanpa pernah tahu akan perlunya memulihkan semua yang telah mereka serahkan. Dapatkah orang tetap memegang kendali atas diri mereka sendiri setelah mereka berlindung kepada Iblis dengan cara ini dan menjadi setia kepadanya? Tentu saja tidak. Mereka sama sekali dan sepenuhnya dikendalikan oleh Iblis. Mereka telah sama sekali dan sepenuhnya tenggelam dalam rawa, dan tidak mampu membebaskan dirinya. Begitu seseorang terperosok dalam ketenaran dan keuntungan, mereka tidak lagi mencari apa yang cerah, apa yang adil, atau hal-hal yang indah dan baik. Ini karena kekuatan menggoda yang dimiliki ketenaran dan keuntungan atas diri orang-orang terlalu besar; ketenaran dan keuntungan menjadi hal yang dikejar orang sepanjang hidup mereka dan bahkan untuk selamanya tanpa akhir. Bukankah benar demikian?" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"). Setelah merenungkan firman Tuhan, aku akhirnya mulai bisa mengenali cara Iblis menggunakan ketenaran dan keuntungan untuk merusak manusia. Iblis menggunakan metode yang selaras dengan gagasan manusia untuk menggoda dan merusak manusia, mengarahkan mereka untuk membangun pandangan hidup yang salah dan perlahan-lahan menempuh jalan kejahatan. Gagasan seperti "Manusia membutuhkan harga dirinya seperti pohon membutuhkan kulitnya," "Manusia bergelut ke atas; air mengalir ke bawah," dan "Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang" ditanamkan ke dalam manusia oleh Iblis, membuat orang berusaha untuk menjadi lebih unggul, dan yang dihormati serta dikagumi oleh orang lain. Bagi manusia, hal ini tampak selaras dengan gagasan mereka, karena dengan gengsi dan status, seseorang bisa mendapatkan kekaguman serta penghormatan dari orang lain, juga didukung dan disukai di mana-mana, yang sangat memuaskan kesombongan seseorang. Untuk mencapai tujuan ini, orang bekerja keras dan berjuang, bersaing, menipu dan bertindak licik, serta berusaha mati-matian demi ketenaran dan keuntungan. Iblis menggunakan ketenaran dan keuntungan untuk merusak manusia, menjerat mereka selangkah demi selangkah masuk ke dalam jurang dosa. Aku merenungkan perilakuku sendiri. Sejak pekerjaanku akhir-akhir ini menunjukkan beberapa hasil dan mendapat pujian dari pemimpin serta saudara-saudari, aku pun berpikir bahwa aku telah memiliki rasa terbeban serta kenyataan kebenaran, dan aku mulai menikmati dihormati dan dipuji oleh orang lain, berharap kehormatan dan lingkar kemuliaan ini bisa bertahan selamanya. Pada saat yang sama, aku takut jika suatu hari efektivitasku dalam tugas merosot, sehingga kehormatan dan lingkar kemuliaan ini hilang, maka aku mulai melaksanakan tugasku agar dilihat oleh orang lain. Hatiku telah lama kehilangan tempat untuk Tuhan, dan aku hanya memikirkan bagaimana membuat orang lain menghormatiku. Entah itu mempelajari teknik atau membuat gambar, semua yang kulakukan adalah untuk menunjukkan kepada saudara-saudari bahwa aku bertanggung jawab dan memiliki rasa terbeban dalam tugasku, dan dengan demikian mempertahankan statusku di hati mereka. Aku membaca beberapa firman Tuhan: "Jika di dalam hatimu, engkau masih berfokus pada gengsi dan status, masih sibuk pamer dan membuat orang lain menghormatimu, itu artinya engkau bukan orang yang mengejar kebenaran, dan engkau sedang menempuh jalan yang salah. Yang kaukejar bukanlah kebenaran, juga bukan hidup, melainkan hal-hal yang kaucintai, yaitu ketenaran, keuntungan, dan status—yang berarti apa pun yang kaulakukan tidak ada kaitannya dengan kebenaran, semua itu adalah perbuatan jahat, dan hanya berjerih payah. Jika, di dalam hatimu, engkau mencintai kebenaran, selalu berjuang untuk mengejar kebenaran, jika engkau mengejar perubahan watak, mampu benar-benar tunduk kepada Tuhan, dan mampu untuk takut akan Tuhan serta menjauhi kejahatan, dan jika, engkau mampu mengendalikan diri dalam semua yang kaulakukan, dan mampu menerima pemeriksaan Tuhan, maka keadaanmu akan terus membaik, dan engkau akan menjadi orang yang hidup di hadapan Tuhan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Perilaku yang Baik Bukan Berarti Watak Orang Telah Berubah"). Tindakan mengejar ketenaran dan status untuk dikagumi orang lain adalah jalan Iblis. Sedangkan mengejar kebenaran, hidup di hadapan Tuhan, dan melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan adalah cara menjalani kehidupan yang bernilai dan bermakna. Aku merenungkan saat pertama kali membuat gambar-gambar latar belakang yang sulit itu. Aku fokus melaksanakan tugasku dengan baik dan berdoa kepada Tuhan ketika menghadapi kesulitan, dan aku merasakan hatiku sangat dekat dengan Tuhan. Namun sejak aku mulai bekerja untuk ketenaran dan status, hatiku makin lama makin menjauh dari Tuhan, dan sepanjang hari, yang kupikirkan bukanlah bagaimana melaksanakan tugasku dengan baik untuk memuaskan Tuhan, melainkan bagaimana membuat orang lain mengagumiku dan bagaimana menjaga statusku agar tidak merosot. Akibatnya, pikiranku menjadi makin kacau, dan aku bukan hanya gagal melaksanakan tugasku dengan baik, tetapi hidupku juga dirugikan. Ketenaran dan keuntungan adalah alat yang digunakan oleh Iblis untuk merugikan manusia dan mengarahkan mereka menjauh dari Tuhan, dan hal-hal itu hanya akan mengarahkanku turun ke jalan yang menentang Tuhan.
Kemudian, aku terus mencari dan membaca firman-firman Tuhan ini: "Mengapa engkau begitu menghargai status? Apa manfaat yang dapat kauperoleh dari status? Jika status mengakibatkanmu mengalami bencana, kesulitan, rasa malu, dan penderitaan, akankah engkau tetap menghargainya? (Tidak.) Ada begitu banyak manfaat yang berasal dari memiliki status, misalnya orang akan iri terhadapmu, menghormatimu, menghargaimu, dan menyanjungmu, engkau juga akan menerima kekaguman dan penghormatan mereka. Ada juga perasaan memiliki superioritas dan hak istimewa yang diberikan statusmu, yang memberimu kebanggaan dan rasa layak dihargai. Selain itu, engkau juga bisa menikmati hal-hal yang orang lain tidak dapat menikmatinya, seperti manfaat dari statusmu dan perlakuan istimewa. Ini adalah hal-hal yang bahkan tidak berani kaupikirkan, dan yang sudah lama kaurindukan dalam mimpimu. Apakah engkau menghargai hal-hal ini? Jika status hanyalah hal yang hampa, tanpa makna nyata, dan mempertahankannya tidak memiliki tujuan nyata, bukankah bodoh untuk menghargainya? Jika engkau mampu melepaskan hal-hal seperti kepentingan dan kesenangan daging, ketenaran, keuntungan, dan status tidak akan lagi mengikatmu. Jadi, apa yang harus terlebih dahulu kauselesaikan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghargai dan mengejar status? Pertama, ketahuilah natur yang sebenarnya dari masalah berbuat jahat dan menipu, menyembunyikan dan menutupi, serta menolak pengawasan, pertanyaan, dan penyelidikan rumah Tuhan agar dapat menikmati manfaat dari status. Bukankah ini adalah penentangan dan perlawanan yang terang-terangan terhadap Tuhan? Jika engkau mampu mengetahui natur dan konsekuensi yang sebenarnya dari mendambakan manfaat dari status, maka masalah mengejar status akan terselesaikan" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Delapan (Bagian Dua)). Saat merenungkan firman Tuhan, aku mengerti mengapa aku mengejar ketenaran dan status. Alasan sebenarnya aku melakukan ini adalah untuk menikmati keuntungan dari status, dan karena aku berpikir bahwa dengan ketenaran serta status, aku akan dihormati dan dihargai orang lain, dan ke mana pun aku pergi, saudara-saudari akan menganggapku penting. Sejak gambar dan artikelku berturut-turut terpilih, dan aku melihat kekaguman dan iri di mata saudara-saudari, aku merasa sangat senang dengan perasaan ini, dan aku takut jika efektivitasku merosot, aku tidak akan lagi menikmati hal-hal ini. Sebagai makhluk ciptaan, dapat melaksanakan tugasku di rumah Tuhan adalah kasih karunia-Nya, tetapi aku ingin menggunakannya untuk menikmati keuntungan dari status. Aku benar-benar tidak tahu malu! Aku menyadari bahwa efektivitas pekerjaanku dalam membuat gambar adalah berkat pencerahan Tuhan, bahwa kemampuan ini adalah sebuah karunia dari Tuhan, dan bahwa hasil-hasil ini adalah berkat bimbingan prinsip-prinsip rumah Tuhan serta bantuan saudara-saudari, dan aku melihat bahwa semua hal ini tak bisa dilepaskan dari bimbingan Tuhan. Tidak ada satu hal pun dari diriku yang layak dibanggakan atau dikagumi. Hanya karena aku memiliki beberapa efektivitas dalam tugasku bukan berarti kelayakanku meningkat, juga bukan berarti aku tidak memiliki kerusakan atau kekurangan. Aku tetaplah aku, hanya seorang manusia biasa dengan banyak kekurangan, dan aku harus memandang ini dengan benar. Jika ada masalah dalam tugasku, aku harus merenungkan diriku sendiri, merangkum penyimpangan, dan memetik pelajaran dari situ. Aku tidak perlu takut mengungkapkan kekuranganku atau menghindarinya, dan aku tentu saja tidak perlu menggunakan cara-cara manusia untuk menutupinya. Yang perlu aku lakukan adalah berperilaku sesuai dengan posisiku, dan memberikan segalanya dalam memenuhi tanggung jawab dalam tugasku. Setelah memahami hal-hal ini, perasaan tenang dan merdeka mengaliri diriku, dan aku tidak lagi khawatir tentang bagaimana saudara-saudari memandangku. Aku kemudian berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, terima kasih Engkau telah menyingkapkanku melalui lingkungan ini, kalau tidak, aku tidak akan menyadari masalahku. Aku sekarang ingin bertobat, berhenti fokus pada bagaimana orang lain memandangku, hidup di hadapan-Mu, dan melaksanakan tugasku dengan baik. Jika aku mengejar ketenaran dan status lagi, biarlah disiplin-Mu datang padaku, agar aku bisa segera sadar."
Di awal Januari 2024, pemimpin mengatur agar aku menyempurnakan sebuah gambar. Ini adalah karya setengah jadi yang dibuat saudara-saudari untuk kurevisi, dan aku merasa sedikit gugup, berpikir, "Pemimpin mempercayakanku pengaturan ini, jadi aku harus melakukan yang terbaik dan tidak mengecewakannya." Aku berharap bisa melakukannya dengan benar dalam sekali jalan, untuk menunjukkan kepada pemimpin bahwa aku masih memiliki beberapa kemampuan. Pada saat ini, aku menyadari bahwa keadaanku salah, bahwa aku masih mengejar ketenaran dan status, jadi aku berdoa kepada Tuhan agar bisa memberontak terhadap maksudku yang salah, memohon kepada Tuhan untuk melindungi hatiku dan membantuku memenuhi tanggung jawabku. Aku teringat sebuah bagian dari firman Tuhan: "Tuhan mengamati apakah engkau berperilaku sesuai dengan posisimu, apakah engkau orang yang melaksanakan tugasmu sebagai makhluk ciptaan dengan baik, apakah engkau melaksanakan tugasmu dengan sepenuh hati dan dengan segenap kemampuanmu sesuai dengan keadaan yang telah Tuhan berikan kepadamu, dan apakah engkau bertindak berdasarkan prinsip untuk mencapai hasil yang Tuhan inginkan. Jika ya, Tuhan akan memberimu nilai sempurna. Jika tidak, meskipun engkau berusaha dan bekerja keras, jika semua yang kaulakukan adalah untuk pamer, dan engkau tidak melaksanakan tugasmu dengan sepenuh hati dan dengan segenap kemampuanmu, juga tidak melakukannya berdasarkan prinsip, melainkan hanya untuk pamer dan menyombongkan diri, perwujudan, pengungkapan, dan perilakumu itu menjijikkan bagi Tuhan. Mengapa Tuhan membencinya? Tuhan menunjukkan bahwa engkau tidak berfokus pada tugas yang semestinya, engkau belum mengerahkan segenap hati, upaya, atau pikiranmu, dan tidak menempuh jalan yang benar" (Firman, Jilid 7, Tentang Pengejaran akan Kebenaran, "Cara Mengejar Kebenaran (3)"). Setelah membaca firman Tuhan, aku memahami bahwa aku seharusnya melakukan yang terbaik sesuai prinsip-prinsip yang aku pahami. Jika aku melakukan yang terbaik dan masih ada penyimpangan, ketika pemimpin menunjukkan kekuranganku itu adalah cara mereka memperlengkapiku, sehingga aku harus memperbaikinya. Dengan mempertimbangkan hal-hal ini, aku tidak lagi merasa gugup, dan aku dengan hati-hati memikirkan bagaimana menciptakan efek terbaik dengan gambar tersebut, berdoa kepada Tuhan serta mencari informasi setiap kali ada hal yang tidak kupahami, dan tak lama kemudian gambar tersebut terselesaikan. Beberapa hari kemudian, aku mengetahui bahwa gambar tersebut telah terpilih, dan dari lubuk hatiku, aku berterima kasih kepada Tuhan. Perubahan dalam diriku ini adalah hasil dari bimbingan firman Tuhan.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Oleh Saudari Guang Chun, TiongkokPada tahun 2020, aku adalah seorang pemimpin gereja. Aku melihat beberapa saudara-saudari menulis beberapa...
Ibu Siqiu Kota Suihua, Propinsi Heilongjiang Setiap kali melihat penggalan firman Tuhan berikut ini, "Jika engkau selalu sangat setia...
Oleh Saudari Yang Chen, TiongkokPada Juni 2023, aku seharusnya meninggalkan rumah untuk melaksanakan tugasku karena kebutuhan pekerjaan...
Oleh Saudari Ta Shi, KanadaTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Sebelum kesudahan dari rencana pengelolaan-Nya selama 6.000 tahun—sebelum Dia...