Apa yang Kudapatkan dengan Menjadi Orang Jujur

02 September 2022

Oleh Saudara Cheng Yan, Korea

Dalam rapat kerja, pemimpin menanyaiku kemajuan penyiraman petobat baru yang kutangani. Aku tak tahu harus berkata apa. Aku belum menindaklanjuti selama beberapa hari dan tak tahu kemajuannya. Bagaimana aku menjawabnya? Jika aku berkata tidak tahu, pemimpin dan rekan kerja lain akan menganggap aku melalaikan pekerjaan nyata, dan itu memalukan. Lebih baik aku jawab yang kuketahui dari sebelumnya dan lihat apa yang bisa kulakukan setelahnya. Jadi, aku menjawab, "Aku telah mengatur semua pekerjaan dan menambah anggota tim." Pemimpin langsung berkata, "Kau tidak jawab pertanyaan, hanya berpura-pura. Itu menipu. Jika tak tahu, katakan saja dan tindak lanjuti secepatnya. Mengapa kau berbelit-belit? Itu tidak baik. Jika berbuat salah, kau harus berani mengakuinya." Aku merasa gelisah, risau, dan malu. Yang kutakutkan telah terjadi. Semua orang melihat yang sebenarnya, aku sangat malu. Aku tahu perkataan pemimpin benar, tapi aku tak bisa tunduk dalam hatiku. Menurutku dia tak perlu mengatakan hal itu. Bukankah tak masalah jika aku mengatasinya nanti? Mengapa dia harus memangkas dan menanganiku di depan semua orang? Aku sungguh kesal. Aku berdoa dalam hati, "Ya Tuhan, aku menolak keras apa yang terjadi hari ini dan aku tidak rela tunduk. Mohon pencerahan dan bimbingan agar aku bisa mengenal diri dan belajar." Lalu, aku baca satu bagian firman Tuhan. "Marilah kita terlebih dahulu melihat pada pertanyaan seperti apa yang diajukan Tuhan Yahweh kepada Iblis. 'Dari mana engkau?' Bukankah ini pertanyaan yang sederhana? Apakah ada makna yang tersembunyi? Tidak; itu hanya sebuah pertanyaan yang terang-terangan. Jika Aku bertanya kepada engkau semua: 'Dari mana asalmu?' bagaimana kemudian engkau akan menjawab? Apakah ini pertanyaan yang sulit dijawab? Apakah engkau akan menjawab: 'Dari pergi ke sana kemari, dan dari berjalan naik dan turun'? (Tidak.) Engkau semua tidak akan menjawab seperti ini. Jadi, bagaimana kemudian perasaanmu ketika engkau semua melihat Iblis menjawab seperti ini? (Kami merasa bahwa Iblis sedang bersikap tidak masuk akal, dan juga curang.) Dapatkah engkau semua mengatakan apa yang sedang Kurasakan? Setiap kali Aku melihat perkataan Iblis ini, Aku merasa muak, karena Iblis berbicara, tetapi perkataannya tidak mengandung substansi. Apakah dia menjawab pertanyaan Tuhan? Tidak, perkataan yang Iblis ucapkan bukanlah sebuah jawaban, itu tidak menghasilkan jawaban apa pun. Perkataan itu bukanlah jawaban untuk pertanyaan Tuhan. 'Dari mengelilingi dan menjelajah bumi.' Apa pemahamanmu dari perkataan ini? Sebenarnya dari mana asal Iblis? Sudahkah engkau semua menerima jawaban terhadap pertanyaan ini? (Tidak.) Ini adalah 'kejeniusan' dari rencana licik Iblis—tidak membiarkan siapa pun memahami apa yang sebenarnya dia katakan. Setelah mendengar perkataan ini engkau masih tidak dapat memahami apa yang telah Iblis katakan, meskipun dia sudah selesai menjawab. Namun Iblis yakin dia telah menjawab dengan sempurna. Lalu bagaimana perasaanmu? Muakkah? (Ya.) Sekarang engkau mulai merasa muak menanggapi perkataan ini. Perkataan Iblis mengandung karakteristik tertentu: apa yang Iblis katakan membuatmu bingung, tak mampu memahami sumber perkataannya itu. Terkadang Iblis memiliki motif tertentu dan berbicara dengan sengaja, dan terkadang perkataannya dikendalikan oleh natur dirinya, perkataan semacam itu muncul secara spontan, dan keluar langsung dari mulut Iblis. Iblis tidak menghabiskan banyak waktu menimbang-nimbang perkataan semacam itu; sebaliknya, perkataan itu diucapkan tanpa berpikir. Ketika Tuhan bertanya dari mana dia, Iblis menjawab dengan beberapa perkataan yang ambigu. Engkau merasa sangat bingung, tidak pernah tahu sebenarnya dari mana asalnya. Adakah di antaramu yang berbicara seperti ini? Cara berbicara seperti apakah ini? (Cara berbicara ini ambigu dan tidak memberikan jawaban yang pasti.) Perkataan seperti apa yang seharusnya kita gunakan untuk menggambarkan cara berbicara seperti ini? Cara berbicara ini mengalihkan dan menyesatkan, bukan? Misalkan seseorang tidak ingin memberi tahu orang lain apa yang mereka lakukan kemarin. Engkau bertanya kepada mereka: 'Aku melihatmu kemarin. Engkau pergi ke mana?' Mereka tidak menjawab secara langsung ke mana mereka pergi. Sebagai gantinya, mereka berkata: 'Kemarin hari yang sangat tidak menyenangkan. Sangat melelahkan!' Apakah mereka menjawab pertanyaanmu? Mereka menjawab pertanyaanmu, tetapi mereka tidak memberi jawaban yang engkau inginkan. Inilah 'kejeniusan' dalam kecerdasan bicara manusia. Engkau tidak pernah dapat mengetahui apa yang mereka maksudkan, ataupun melihat sumber atau maksud perkataan mereka. Engkau tidak tahu apa yang sedang berusaha mereka hindari karena di dalam hatinya, mereka memiliki cerita mereka sendiri—ini berbahaya" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik IV"). Melalui firman Tuhan aku tahu bahwa perkataan dan perbuatan Iblis penuh motif dan tipu daya. Untuk menutupi niatnya yang memalukan, Iblis berbicara berbelit-belit agar tak ada yang paham. Sunguh berbahaya dan licik. Jawaban Iblis atas pertanyaan Tuhan ambigu dan sesat. Tidak berkenan bagi Tuhan. Adapun aku, aku memang tak tahu kemajuan penyiraman petobat baru, tapi aku tidak jujur. Aku mengelak agar pemimpin bingung. Aku memberi jawaban dengan menutupi kebenaran. Untuk menjaga martabat dan statusku, agar pemimpin tak tahu aku melalaikan pekerjaan nyata dan saudara-saudariku takkan meremehkan aku, aku mengatakan sesuatu untuk mengaburkan fakta, menyesatkan dan menipu mereka. Aku menunjukkan watak Iblis. Jika dipikir-pikir, aku biasa begitu kepada saudara-saudari. Misalnya saat rapat kerja, aku ditanya soal keahlian, tapi aku tidak terlalu memahaminya, dan takut jika mereka tahu yang sebenarnya, aku akan diremehkan, jadi aku menjawabnya, "Jika masalah tidak teratasi, ini bukan hanya terkait keahlianmu, akan? Bukankah karena kau gagal mengerjakan tugasmu? Atau kau tidak bisa belajar dan berkomunikasi?" Dari luar, aku seperti menjawab pertanyaan, tapi sebenarnya aku tahu jawaban itu tak mengatasi masalah. Kupikir jika menjawab dengan pertanyaan, mereka akan merenungkannya dan berhenti menanyaiku. Dengan begitu, kekuranganku takkan tersingkap. Aku selalu licik dan menipu untuk melindungi reputasi dan statusku. Lebih baik menghina Tuhan daripada kehilangan martabat. Itu menyingkapkan naturku yang licik, dan aku muak dengan kebenaran. Kukira berbohong dan menipu adalah pintar, tapi sebenarnya bodoh. Bahkan jika aku menipu dan menyesatkan, dan aku dihargai dan dianggap mampu bekerja dan melakukan tugas dengan baik, Tuhan takkan berkenan. Dia akan muak denganku. Lalu apa gunanya berkenan bagi orang lain? Saat itu, aku merasa hampa dan sedih. Aku selalu sibuk sepanjang waktu, tapi tak sanggup berkata jujur. Watakku yang licik belum berubah, dan aku tak paham kebenaran. Disingkap dan dikritik keras oleh pemimpin di hari itu adalah peringatan Tuhan bagiku. Kutahu aku tak bisa terus seperti itu, Tapi aku harus bertobat kepada Tuhan dan hidup dalam kejujuran.

Lalu, aku bertanya-tanya perilaku tidak jujur apa yang masih kumiliki. Kutahu aku harus introspeksi dan mengubah diri. Berkat perenungan aku sadar bahwa aku juga tidak jujur dalam menulis laporan kerjaku. Aku memerinci pekerjaan yang dilakukan lebih teliti, lebih lengkap. Tapi pekerjaan yang dilakukan asal-asalan dan kurang efisien aku menulisnya secara umum, atau mengabaikannya. Aku ingat ada proyek yang tidak membuahkan hasil baik, dan saat melaporkan pekerjaan, aku mempertimbangkan pendapat orang tentangku jika menulis yang sebenarnya. Akankah aku dianggap tak bisa tangani proyek kecil dengan baik, dianggap tidak mampu? Aku menimbang baik-buruknya dan akhirnya tidak menulis kemajuan proyek agar tak ada yang tahu, dan mungkin mereka akan menganggapku terlalu sibuk dan melupakannya. Dalam laporanku, aku selalu berbuat tidak jujur dan menipu. Aku sungguh licik. Selama bertahun-tahun aku beriman, meski telah melakukan banyak tugas dan mengalami kesulitan, aku tidak berusaha mencari kebenaran. Aku hanya memikirkan cara menjaga reputasi dan status, jadi aku masih tidak berbicara dan bertindak seperti orang jujur. Aku tak berani bersikap sederhana dan terbuka. Itu menyedihkan! Terkadang aku bertanya-tanya, Tuhan telah memberi banyak ajaran dan aku hanya membaca sedikit firman-Nya, tapi apakah aku hidup dalam kenyataan itu? Aku bahkan tak bisa akurat menulis laporan kerja. Apa yang akan kudapatkan pada akhirnya? Saat itu aku merasa berada di ambang bahaya. Tanpa bertobat dan berusaha mengubah watak, Tuhan akan mengusirku kapan pun. Aku berdoa dalam hati, "Ya Tuhan, aku sungguh rusak. Aku selalu berbohong dan menipu untuk menjaga martabat dan status. Mohon pencerahan dan bimbing agar aku mengenal diriku."

Lalu, aku baca lagi firman Tuhan. "Jika engkau adalah pemimpin, pekerja, atau pengawas di tingkat mana pun, apakah engkau takut rumah Tuhan akan mempertanyakan pekerjaanmu? Apakah engkau takut rumah Tuhan akan menemukan penyimpangan dan kesalahan dalam pekerjaanmu dan menanganimu? Apakah engkau takut setelah Yang di Atas mengetahui kualitas dan tingkat pertumbuhanmu yang sebenarnya, mereka akan memandangmu secara berbeda dan tidak mempertimbangkanmu untuk dipromosikan? ... Ketakutan di dalam hatimu itu setidaknya membuktikan bahwa engkau memiliki watak antikristus, dan ketika rasa takut menyerang, engkau ingin menutupi segala sesuatunya dan menipu orang lain. Seperti itukah keadaanmu? (Ya.) Apa yang kautakutkan? Mengapa engkau tidak dapat memperlakukan masalah ini dengan jujur dan terbuka, dan berkata, 'Jika aku berakhir tanpa status, maka begitulah adanya. Meskipun masalah ini tersingkap dan Yang di Atas mengetahuinya, dan kemudian mereka tidak memakaiku lagi, aku tetap harus menjelaskan situasinya dengan jelas'? Ketakutanmu membuktikan bahwa engkau mencintai statusmu lebih daripada kebenaran. Bukankah ini watak antikristus? (Ya.) Menghargai status di atas segalanya adalah watak antikristus. Mengapa engkau begitu menghargai status? Apa manfaat status? Jika status mengakibatkanmu mengalami bencana, kesulitan, rasa malu, dan penderitaan, akankah engkau tetap menghargainya? (Tidak.) Ada begitu banyak manfaat memiliki status, misalnya orang akan iri terhadapmu, menghormatimu, menghargaimu, dan menyanjungmu, engkau juga akan menerima kekaguman dan penghormatan mereka. Ada juga perasaan memiliki superioritas dan hak istimewa yang memberimu martabat dan rasa harga diri. Selain itu, engkau juga bisa menikmati hal-hal yang orang lain tidak dapat menikmatinya, seperti manfaat dari statusmu dan perlakuan istimewa. Semua ini adalah hal-hal yang kauimpikan, tetapi yang tidak berani kaupikirkan. Apakah engkau menghargai hal-hal ini? Jika status hanyalah hal yang hampa, tanpa makna nyata, dan mempertahankannya tidak memiliki tujuan nyata, bukankah bodoh untuk menghargainya? Jika engkau mampu melepaskan hal-hal seperti kepentingan dan kesenangan daging, maka ketenaran dan status tidak akan lagi mengikatmu. Jadi, apa yang harus kauselesaikan sebelum menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghargai dan mengejar status? Pertama, engkau harus memahami esensi dari hal-hal yang status berikan kepadamu, hal-hal yang menurutmu sangat memabukkan dan yang kauhargai. Jika engkau mampu mengetahui yang sebenarnya mengenai hal-hal ini dan melepaskannya, maka daya pikat ketenaran dan status akan berkurang, dan masalah yang muncul ketika engkau bertindak untuk menikmati ketenaran dan status—kejahatan yang mampu kaulakukan; penipuan, penyembunyian, dan penyamaran yang kaulakukan; dan penolakanmu terhadap pengawasan, pertanyaan, atau penyelidikan orang lain—semuanya itu akan dapat diselesaikan. Tanpa kemampuan untuk mengetahui yang sebenarnya mengenai esensi mendambakan manfaat status, masalah ini tidak akan pernah terselesaikan" ("Mereka Akan Membuat Orang Lain Hanya Taat kepada Mereka, Bukan kepada Kebenaran atau Tuhan (Bagian Dua)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Firman Tuhan bantu aku sadar bahwa aku tak bisa berhenti berbohong dan menipu karena aku mengutamakan reputasi dan status. Untuk menjaga nama dan posisiku, dan agar pemimpin tidak lihat kegagalanku menindaklanjuti pekerjaan, aku memperdaya, menipu, menyesatkan pemimpin dengan perkataanku. Dalam laporan kerja, aku menutupi kekurangan dan melaporkan yang baik, tidak yang buruk, agar dianggap sebagai pemimpin yang melakukan pekerjaan nyata. Aku takut mereka tahu diriku sebenarnya dan berhenti menghormatiku, dan aku tak bisa lagi menikmati rasa unggul yang diberikan oleh status. Saat aku lihat firman Tuhan, "Menghargai status di atas segalanya adalah watak antikristus," aku akhirnya sadar betapa seriusnya masalah ini. Aku memikirkan antikristus yang diusir. Mereka selalu mengejar nama dan status dalam tugas, menipu dan berbuat curang tanpa diketahui. Karena sangat mengganggu pekerjaan rumah Tuhan, mereka disingkap dan diusir. Ada juga pemimpin palsu yang menikmati manfaat status. Mereka selalu licik dalam tugas dan menutupi kebenaran saat melalaikan pekerjaan nyata, yang menunda pekerjaan rumah Tuhan. Seperti Saudari Chen, yang menangani pekerjaan Injil. Saat itu, dia juga melakukan pekerjaan lain, dan dia licik dan curang di kedua posisi. Dalam pekerjaan Injil, dia sibuk dengan pekerjaan lain, dan dalam pekerjaan lain, dia sibuk dengan pekerjaan Injil. Sebenarnya dia melalaikan kedua pekerjaan itu dan akhirnya disingkap dan diusir. Pelajaran dari kegagalan orang lain jadi peringatan bagiku. Menipu dan berbuat curang demi nama dan status hanya memperdaya diriku dan orang lain, itu bodoh. Tuhan lihat segalanya dan Dia suka orang jujur. Hanya orang jujur yang punya pijakan kokoh di rumah Tuhan, dan orang licik akan tersingkap dan diusir nantinya. Aku beriman, tapi tidak berusaha jujur, selalu berpura-pura, memberi kesan yang salah, dan meski telah membodohi orang, aku tak bisa lepas dari pengawasan Tuhan. Pada akhirnya Tuhan akan menyingkap dan mengusirku. Lalu, aku sadar pentingnya bersikap jujur dan tahu bahwa bersikap jujur sesuai tuntutan Tuhan dan menerima pengawasan-Nya adalah satu-satunya cara agar Tuhan berkenan. Aku memikirkan firman Tuhan: "Jika orang selalu mengatakan apa yang benar-benar ada di dalam hatinya, jika mereka tak pernah berbohong atau melebih-lebihkan, jika mereka tulus, dan sama sekali tidak sembrono atau asal-asalan ketika melaksanakan tugasnya, jika mereka mampu menerapkan kebenaran yang mereka pahami, maka orang ini memiliki harapan untuk memperoleh kebenaran. Jika orang selalu menutupi diri dan menyembunyikan hatinya sehingga tak seorang pun bisa melihatnya dengan jelas, jika mereka memberikan kesan palsu untuk menipu orang lain, maka mereka berada dalam bahaya besar, mereka berada dalam kesulitan besar, akan sangat sulit bagi mereka untuk mendapatkan kebenaran. Engkau dapat melihat prospek seseorang dari kehidupannya sehari-hari dan dari perkataan serta tindakannya. Jika orang ini selalu berpura-pura, berperilaku seolah-olah dia lebih baik daripada orang lain, maka orang ini bukanlah orang yang menerima kebenaran, dan cepat atau lambat mereka akan tersingkap dan disingkirkan. ... Orang-orang yang tidak pernah membuka diri, yang selalu menyembunyikan segala sesuatu, yang selalu berpura-pura jujur, yang selalu berusaha membuat orang lain menganggap tinggi diri mereka, yang tidak mengizinkan orang lain memahami mereka sepenuhnya dan membuat orang lain mengagumi mereka—bukankah orang-orang ini bodoh? Orang-orang semacam itu sangat bodoh! Itu karena yang sebenarnya tentang diri seseorang akan terungkap cepat atau lambat. Jalan apa yang sedang mereka tempuh dalam hidup mereka? Jalan orang Farisi. Apakah orang munafik berada dalam bahaya atau tidak? Mereka adalah orang-orang yang paling Tuhan benci, jadi apakah engkau membayangkan bahwa mereka tidak berada dalam bahaya? Semua orang yang adalah orang Farisi menempuh jalan menuju kebinasaan!" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Selalu bersembunyi, menutup diri, dan berpura-pura adalah jalan yang salah, dan jika tak berbalik, pada akhirnya kau akan hancur. Aku berdoa kepada Tuhan dan menetapkan tekad, siap mengubah watak dan menjadi orang yang jujur.

Lalu, aku baca lagi firman Tuhan. "Semua yang engkau lakukan, setiap tindakan, setiap niat, dan setiap reaksi harus dibawa ke hadapan Tuhan. Bahkan kehidupan spiritualmu sehari-hari—doamu, kedekatanmu dengan Tuhan, caramu makan dan minum firman Tuhan, persekutuan dengan saudara-saudarimu, dan kehidupan bergerejamu—dan pelayananmu dalam kemitraan dapat dibawa ke hadapan Tuhan untuk diperiksa oleh-Nya. Penerapan semacam inilah yang akan membantumu mencapai pertumbuhan dalam hidup. Proses menerima pemeriksaan Tuhan adalah proses penyucian. Semakin engkau mampu menerima pemeriksaan Tuhan, semakin engkau disucikan, dan semakin engkau selaras dengan kehendak Tuhan, sehingga engkau tidak akan tertarik untuk melakukan kebejatan, dan hatimu akan hidup dalam hadirat-Nya. Semakin engkau menerima pemeriksaan-Nya, semakin malu Iblis dan semakin engkau mampu untuk meninggalkan kedagingan. Jadi, menerima pemeriksaan Tuhan adalah jalan penerapan yang harus diikuti oleh orang-orang" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan Menyempurnakan Orang-Orang yang Berkenan di Hati-Nya"). Setelah merenungkan firman Tuhan, aku sadar bahwa mereka yang diawasi Tuhan menghormati-Nya, mampu menenangkan diri di hadapan-Nya mencari kebenaran, membuat penilaian yang akurat dari pikiran sendiri, dan tahu perbuatan yang benar dan berkenan bagi Tuhan. Dengan bersedia diawasi oleh-Nya, Tuhan mengizinkan kita hidup di hadapan-Nya dan tidak disesatkan Iblis. Firman-Nya bisa jadi standar dan dasar perbuatan dan perkataan kita. Itu satu-satunya cara melangkah ke jalan kebenaran dan diselamatkan. Setelah paham kehendak Tuhan, aku mulai membuka hati kepada Tuhan, tak lagi berpura-pura atau menutup diri, dan mau diawasi Tuhan dalam segala hal. Aku akan mengingatkan diriku saat menulis laporan untuk jujur dan mau diawasi Tuhan, dan menjelaskan dengan akurat pekerjaan yang belum baik. Saat ditanya pemimpin soal pekerjaan, akan kujawab jujur. Saat yang lain bertanya padaku, aku jujur tentang yang kutahu. Terlepas tahu atau tidak, aku akan jujur. Menerapkan ini membuatku lebih tenang. Aku merasakan bahwa bersedia diawasi Tuhan adalah jalan masuk kebenaran dan membuang watak yang rusak. Aku pun merasakan bahwa tanpa pemangkasan dan penanganan, aku takkan serius menyelidiki kerusakanku sendiri, dan mencari kebenaran untuk memasuki kenyataan. Jika tidak, tak peduli iman yang kuyakini, tugas yang kulakukan, dan penderitaan yang kualami, watakku yang rusak takkan pernah berubah. Aku takkan bisa diselamatkan, dan pasti akan diusir Tuhan. Dipangkas dan ditangani saat itu membuatku sadar pentingnya bersikap jujur, dan aku mendapat pemahaman tentang watakku yang tidak jujur dan licik. Itu adalah kasih dan keselamatan Tuhan!

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Iri Hati Membusukkan Tulang

Oleh Saudari Su Wan, Tiongkok Pada November 2020, aku terpilih menjadi pemimpin tim penyiraman—aku sangat senang. Terpilih sebagai pemimpin...

Aib dari Masa Laluku

Oleh Saudari Li Yi, Tiongkok Agustus 2015, keluargaku dan aku pindah ke Xinjiang. Aku dengar Partai Komunis melakukan pengawasan ketat dan...