Aku Bangkit dari Kecemasan akan Penyakitku
Pada bulan Juni 2022, beberapa gereja terdekat diserbu oleh Partai Komunis Tiongkok. Hampir semua pemimpin, pekerja, dan pekerja tulis-menulis ditangkap, dan karena tidak ada pekerja yang cocok untuk pekerjaan tulis-menulis, aku pun dipindahkan. Kurang dari sebulan kemudian, pandemi COVID-19 melanda. Aku terjangkit penyakit ini, dan sebentar-sebentar mengalami demam, sering merasa sesak di dada, dan sesak napas. Obat-obatan dan suntikan sangat meringankan gejala-gejala ini, tetapi benjolan yang menyakitkan muncul di ketiak dan di sisi dalam lenganku, cairan menumpuk di pahaku, dan kaki serta pinggulku sangat sakit. Kakiku juga mengalami bisul ringan dan mengeluarkan cairan. Aku pernah menderita kanker serviks sebelumnya, dan ketika gejala-gejala ini muncul, aku menjadi sangat cemas, terutama karena ibuku juga telah meninggal akibat kanker, dan dalam enam bulan sebelum kematiannya, kakinya memborok dan mengeluarkan cairan. Selain itu, daerah yang terkena kanker terkadang terasa sakit, dan aku menjadi makin khawatir, lalu berpikir, "Kankerku sudah berada pada stadium menengah hingga akhir. Apakah gejala-gejala ini merupakan tanda bahwa kanker sudah menyebar? Jika demikian, aku tidak punya banyak waktu lagi .... Aku sudah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, tetapi watak rusakku belum banyak berubah. Jika aku mati, bukankah aku akan kehilangan kesempatan untuk diselamatkan?" Aku pun memikirkan penderitaan yang dialami oleh beberapa pasien kanker sebelum meninggal, dan aku jadi sangat khawatir karena aku takut akan menderita seperti mereka dan menjadi makin takut meninggal. Kemudian, aku pergi ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan. Dokter mengatakan bahwa gejala-gejala yang kualami berkaitan dengan infeksi COVID-19, dan ginjalku lemah. Mereka menyarankanku untuk lebih banyak beristirahat dan tidak bergadang. Kupikir, "Aku berada di depan komputer setiap hari untuk melaksanakan tugasku dari pagi hingga malam. Jika kondisiku memburuk dan aku pingsan, bukankah aku tidak bisa melaksanakan tugasku? Bukankah itu akan menunda jalan masuk kehidupanku? Apakah aku masih bisa mendapatkan keselamatan?" Setelah itu, begitu merasa tidak nyaman, aku segera berbaring untuk beristirahat. Karena aku fokus untuk merawat tubuhku dan bukan pada tugasku, pekerjaanku pun tertunda. Kemudian, berkat pengobatan, kondisiku mulai membaik, tetapi aku masih khawatir dan berpikir, "Pekerjaan tulis-menulis membutuhkan usaha mental, dan duduk di depan komputer setiap hari menguras energi. Bukankah ini akan membahayakan pemulihanku dalam jangka panjang? Mengapa aku tidak meminta pemimpin untuk memberiku tugas yang lebih ringan agar aku dapat menjaga tubuhku sambil tetap melaksanakan tugasku sebaik mungkin?" Pada saat itu, pemikiran-pemikiran ini terus muncul di benakku, tetapi kemudian kupikir, "Aku dipindahkan ke sini karena tidak ada orang yang cocok untuk pekerjaan tulis-menulis, dan jika aku mengundurkan diri, bukankah itu akan memengaruhi pekerjaan tulis-menulis? Jika aku hanya memikirkan diriku sendiri dan tidak memikirkan pekerjaan gereja, bukankah aku tidak memiliki hati nurani?" Jadi, aku menepis ide untuk mengundurkan diri. Setelah itu, meskipun aku tampak terus melaksanakan tugasku, aku masih terus merasa khawatir karena takut jika kondisiku memburuk dan aku tiba-tiba meninggal, aku tidak akan lagi mengalami pekerjaan Tuhan, dan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keselamatan. Dengan pemikiran seperti ini, aku tidak bisa fokus pada tugasku. Terkadang aku bahkan berharap, "Alangkah baiknya jika Tuhan dapat mengambil penyakit ini!"
Suatu hari di saat teduh, aku membaca firman Tuhan. "Jika penyakit menyerangmu, dan sebanyak apa pun doktrin yang kaupahami engkau tetap tak mampu mengatasinya, hatimu akan tetap menjadi sedih, cemas, dan khawatir, dan engkau bukan saja tak akan mampu menghadapi masalah ini dengan tenang, tetapi hatimu juga akan dipenuhi dengan keluhan. Engkau akan selalu bertanya-tanya, 'Mengapa bukan orang lain saja yang mengidap penyakit ini? Mengapa membuatku mengidap penyakit ini? Mengapa ini harus terjadi padaku? Itu karena aku tidak beruntung dan bernasib buruk. Aku tak pernah menyinggung siapa pun, juga tak pernah berbuat dosa, jadi mengapa ini terjadi padaku? Tuhan memperlakukanku dengan sangat tidak adil!' Engkau bisa melihat bahwa selain kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran, engkau juga jatuh ke dalam perasaan depresi yang disertai dengan berbagai emosi negatif yang datang silih berganti dan engkau sama sekali tak mampu menghindarinya, sekalipun engkau sangat ingin melakukannya. Karena engkau benar-benar mengidap penyakit, dan penyakit itu tidak mudah diangkat darimu atau disembuhkan, lalu apa yang harus kaulakukan? Engkau ingin tunduk tetapi engkau tidak mampu, dan jika pada suatu hari engkau tunduk, lalu pada hari berikutnya kondisimu memburuk dan engkau sangat kesakitan, maka engkau pun tidak mau lagi tunduk, dan engkau kembali mulai mengeluh. Engkau selalu berulang-ulang seperti ini, jadi apa yang harus kaulakukan? Biar Kuberitahukan kepadamu sebuah rahasia keberhasilan. Entah engkau mengidap penyakit yang berat atau ringan, saat penyakitmu itu menjadi parah atau engkau sedang menghadapi kematian, ingatlah satu hal: jangan takut mati. Sekalipun engkau mengidap kanker stadium akhir, sekalipun angka kematian karena penyakitmu itu sangat tinggi, jangan takut mati. Sekalipun engkau sangat menderita, jika engkau takut mati, engkau tidak akan mampu tunduk. ... Sikap benar seperti apa yang harus kaumiliki agar tidak takut mati? Jika penyakitmu menjadi sangat parah sehingga engkau bisa mati kapan saja, dan angka kematian karena penyakit ini tinggi, berapa pun usia orang yang mengidap penyakit tersebut, dan sekalipun waktu dari mulai orang mengidap penyakit ini hingga mereka mati sangatlah singkat, apa yang seharusnya kaupikirkan di dalam hatimu? 'Aku tidak boleh takut mati, semua orang akan mati pada akhirnya. Namun, tunduk kepada Tuhan adalah sesuatu yang kebanyakan orang tak mampu melakukannya, dan aku dapat menggunakan penyakit ini untuk berlatih tunduk kepada Tuhan. Aku harus memiliki pemikiran dan sikap yang tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan, dan aku tidak boleh takut mati.' Mati itu mudah, jauh lebih mudah daripada hidup. Engkau bisa saja merasakan rasa sakit yang ekstrem dan engkau tidak akan menyadarinya, dan begitu matamu terpejam, napasmu berhenti, jiwamu meninggalkan tubuhmu, dan hidupmu berakhir. Seperti inilah kematian terjadi; sesederhana ini. Tidak takut mati adalah salah satu sikap yang harus orang miliki. Selain ini, engkau tidak boleh khawatir tentang apakah penyakitmu itu akan memburuk atau tidak, atau apakah engkau akan mati jika engkau tidak dapat disembuhkan, atau berapa lama engkau akan sakit sebelum akhirnya engkau mati, atau rasa sakit seperti apa yang akan kaualami saat tiba waktunya engkau mati. Engkau tidak boleh mengkhawatirkan hal-hal ini; ini bukanlah hal-hal yang perlu kaukhawatirkan. Ini karena hari itu pasti akan tiba dan pasti akan tiba pada tahun tertentu, pada bulan tertentu, dan pada hari tertentu. Engkau tidak dapat menyembunyikan dirimu darinya dan tidak dapat menghindarinya—itu adalah nasibmu. Yang kausebut nasib itu telah ditetapkan sejak semula oleh Tuhan dan sudah diatur oleh-Nya. Berapa tahun engkau hidup dan kapan engkau mati, itu telah ditentukan oleh Tuhan, jadi apa yang perlu kaukhawatirkan? Engkau bisa saja mengkhawatirkannya tetapi itu tidak akan mengubah apa pun; engkau bisa saja mengkhawatirkannya, tetapi engkau tak dapat menghindari terjadinya hal itu; engkau bisa saja mengkhawatirkannya, tetapi engkau tidak dapat menghentikan tibanya hari itu. Oleh karena itu, kekhawatiranmu itu sia-sia, dan hanya akan membuat beban penyakitmu menjadi makin berat" (Firman, Vol. 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran I, "Cara Mengejar Kebenaran (3)"). Setelah membaca firman Tuhan, aku memahami bahwa apa pun penyakit yang kita derita—entah itu memperburuk atau mengancam hidup kita—kita tidak perlu takut akan kematian, atau penderitaan yang mungkin akan kita alami saat meninggal dunia. Ini bukanlah hal-hal yang perlu kita khawatirkan, karena menurut ketetapan Tuhan, semua orang pasti mati. Namun, waktu dan cara kematian setiap orang telah ditentukan sebelumnya oleh Tuhan. Tidak seorang pun dapat menghindari atau melarikan diri dari hal ini. Kebenaran yang harus kita masuki dalam menghadapi penderitaan dan kematian adalah tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan. Namun, aku tidak memiliki pemahaman sejati tentang kedaulatan serta pengaturan Tuhan dan aku selalu ingin melarikan diri dari situasi ini. Karena kankerku sudah berada pada stadium menengah hingga akhir, dan tubuhku menunjukkan beberapa gejala yang buruk, aku khawatir kondisiku akan memburuk dan tiba-tiba aku meninggal, jadi aku terus ingin beralih ke tugas yang lebih mudah. Kenyataannya, entah tugas itu melelahkan atau mudah, dan entah itu menguras energi atau tidak, itu tidak menentukan hidup atau matinya seseorang. Semua ini ditentukan oleh penetapan dan pengaturan Tuhan. Misalnya, aku mengenal beberapa orang yang terlihat kuat dan sehat, tanpa penyakit, dan yang mengerjakan pekerjaan yang mudah dan tidak melelahkan, tetapi mereka meninggal dunia di usia muda. Beberapa orang, meskipun lemah dan sakit-sakitan, hidup dalam kondisi yang sulit, dapat hidup hingga usia delapan puluh atau sembilan puluh tahun. Hal ini menunjukkan bahwa hidup dan mati seseorang tidak terkait dengan kondisi-kondisi obyektif ini. Ketika seseorang mencapai umur yang telah ditetapkan oleh Tuhan, dia pasti akan mati. Tidak ada perawatan manusia yang dapat memperpanjang umur seseorang bahkan untuk sesaat. Terutama ketika aku melihat firman Tuhan yang mengatakan: "Mati itu mudah, jauh lebih mudah daripada hidup. Engkau bisa saja merasakan rasa sakit yang ekstrem dan engkau tidak akan menyadarinya, dan begitu matamu terpejam, napasmu berhenti, jiwamu meninggalkan tubuhmu, dan hidupmu berakhir. Seperti inilah kematian terjadi; sesederhana ini. Tidak takut mati adalah salah satu sikap yang harus orang miliki," pikiranku mendadak menjadi jernih. Aku tidak perlu khawatir tentang apakah tubuhku bisa bertahan dari kematian atau tidak. Kematian tidak semengerikan yang kupikirkan. Karena Tuhan telah menetapkan bahwa aku akan mengalami situasi seperti ini, aku harus tunduk di tengah-tengah penyakit ini dan melakukan yang terbaik untuk memikul tugasku. Jika suatu hari penyakitku memburuk dan kematian benar-benar datang, aku akan menghadapinya dengan tenang dan tunduk pada kedaulatan serta pengaturan Tuhan.
Aku membaca dua bagian lagi dari firman Tuhan dan memperoleh pemahaman tentang maksud baik-Nya. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Ketika Tuhan mengatur agar seseorang menderita suatu penyakit, entah berat atau ringan, tujuan Dia melakukannya bukanlah untuk membuatmu memahami seluk beluk jatuh sakit, kerugian yang penyakit itu timbulkan pada dirimu, kesukaran dan kesulitan yang disebabkan penyakit itu terhadapmu, dan segala macam perasaan yang kaurasakan karena penyakit tersebut—tujuan Dia bukanlah agar engkau memahami penyakit melalui sakitnya dirimu. Sebaliknya, tujuan Dia adalah agar engkau memetik pelajaran dari penyakit, belajar bagaimana merasakan maksud Tuhan, belajar memahami watak rusak yang kauperlihatkan dan sikapmu yang keliru terhadap Tuhan saat engkau sakit dan belajar bagaimana tunduk pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan, sehingga engkau mampu benar-benar tunduk kepada Tuhan dan mampu tetap teguh dalam kesaksianmu—inilah yang terpenting. Tuhan ingin menyelamatkanmu dan mentahirkanmu melalui penyakit. Hal apa tentang dirimu yang ingin Tuhan tahirkan? Dia ingin mentahirkanmu dari semua keinginan dan tuntutanmu yang berlebihan terhadap Tuhan, dan bahkan mentahirkanmu dari berbagai rencana, penilaian, dan perencanaan yang kaubuat dengan segala cara untuk bertahan hidup dan untuk terus hidup. Tuhan tidak memintamu untuk membuat rencana, Dia tidak memintamu untuk menilai, dan Dia tidak mengizinkanmu memiliki keinginan yang berlebihan terhadap-Nya; Dia hanya memintamu untuk tunduk kepada-Nya dan, saat engkau berlatih dan saat engkau tunduk, untuk engkau mengetahui sikapmu sendiri terhadap penyakit, dan mengetahui sikapmu terhadap kondisi tubuh yang Dia berikan kepadamu, serta keinginan pribadimu. Setelah engkau mengetahui hal-hal ini, engkau akan mampu memahami betapa bermanfaatnya lingkungan penyakit yang telah Tuhan aturkan bagimu atau kondisi tubuh yang telah Dia berikan kepadamu; dan engkau akan mampu menyadari betapa bermanfaatnya pengaturan itu untuk mengubah watakmu, untuk engkau memperoleh keselamatan, dan untuk jalan masuk kehidupanmu. Itulah sebabnya, ketika penyakit tiba-tiba menyerang, engkau jangan selalu bertanya-tanya bagaimana engkau dapat menghindarinya atau melarikan diri darinya atau menolaknya" (Firman, Vol. 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran I, "Cara Mengejar Kebenaran (3)"). "Ujian apa pun yang menimpamu, engkau harus memperlakukannya sebagai beban yang diberikan Tuhan kepadamu. Misalkan beberapa orang diserang penyakit parah dan penderitaan yang tak tertahankan, beberapa orang bahkan menghadapi kematian. Bagaimana seharusnya mereka menangani situasi seperti ini? Dalam banyak kasus, ujian Tuhan adalah beban yang Dia berikan kepada manusia. Seberat apa pun beban yang Tuhan berikan kepadamu, engkau harus memikulnya karena Tuhan memahamimu, dan tahu bahwa engkau akan sanggup menanggungnya. Beban yang Tuhan berikan kepadamu tidak akan melebihi tingkat pertumbuhan atau batas ketahananmu, jadi tidak diragukan bahwa engkau pasti akan sanggup menanggungnya. Apa pun jenis beban atau ujian yang Tuhan berikan kepadamu, ingatlah satu hal: Setelah berdoa, entah engkau memahami maksud Tuhan atau tidak, entah engkau memperoleh pencerahan dan penerangan Roh Kudus atau tidak, dan apakah ujian ini adalah Tuhan yang sedang mendisiplinkan atau memberimu peringatan, tidak jadi masalah jika engkau tidak memahaminya. Selama engkau tidak menunda-nunda dalam melaksanakan tugasmu, dan dapat dengan loyal berpegang teguh pada tugasmu, Tuhan akan dipuaskan dan engkau akan berdiri teguh dalam kesaksianmu" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Sering Membaca Firman Tuhan dan Merenungkan Kebenaran, Barulah Ada Jalan ke Depan"). Setelah membaca firman Tuhan, aku memahami bahwa dalam maksud Tuhan, tujuan penyakit ini adalah untuk menyucikan dan mengubah manusia, yang bermanfaat bagi kehidupan seseorang. Tuhan berharap agar manusia dapat tunduk, merenungkan kerusakan dan pemberontakan mereka sendiri, mencari kebenaran untuk menyelesaikannya, dan juga melaksanakan tugas mereka dengan kesetiaan saat sedang sakit. Inilah yang semestinya dilakukan oleh orang-orang. Saat merenungkan diriku sendiri, aku menyadari bahwa aku tidak memiliki ketundukan saat sedang sakit, dan juga tidak memetik pelajaran apa pun darinya, tetapi aku selalu ingin menghindari situasi ini, berpikir bahwa pekerjaan tulis-menulis menghabiskan terlalu banyak energi, serta khawatir jika penyakitku memburuk dan aku mati, aku akan kehilangan kesempatan untuk diselamatkan, jadi aku selalu merenungkan untuk beralih ke tugas yang lebih mudah. Seseorang yang memiliki hati nurani dan nalar akan tetap setia dalam melaksanakan tugasnya bahkan ketika sakit, terutama ketika pekerjaan gereja sangat membutuhkannya. Namun, aku menunjukkan sikap menentang dan menghindar dalam menghadapi penyakit. Aku tidak memiliki kesetiaan dan ketundukan kepada Tuhan, serta hanya memikirkan kepentinganku sendiri. Ketika merenungkan hal ini, aku ingin bertobat. Entah penyakit apa yang kuderita atau seberapa parah penyakitnya, asalkan aku masih bernapas, aku akan tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan, sepenuhnya mengalami lingkungan ini dan berusaha sebaik mungkin untuk melaksanakan tugasku. Aku menyingkirkan pemikiran untuk pindah ke tugas lain dan mulai mencurahkan segenap hati dalam melaksanakan tugasku. Terkadang, ketika tubuhku terasa tidak nyaman dan benar-benar tidak dapat kutahan, aku berbaring dan beristirahat sejenak, dan ketika aku merasa lebih baik, aku melanjutkan tugasku. Selama masa ini, selain mengonsumsi obat-obatan tradisional Tiongkok untuk pengobatan, aku juga melakukan terapi fisik yang sesuai untuk mengurangi rasa sakit. Empat bulan berlalu, dan masih ada rasa nyeri di bagian yang sakit, tetapi gejala tidak nyaman lainnya telah berkurang secara drastis, dan kondisi mentalku cukup baik.
Kemudian, aku terus mencari alasan mengapa aku tidak dapat tunduk selama sakit. Pada suatu hari selama waktu teduh, aku membaca dua bagian dari firman Tuhan yang memberiku pemahaman tentang masalahku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Apa hasilnya ketika orang hanya memikirkan prospek, nasib, dan kepentingan diri sendiri? Mereka akan kesulitan untuk tunduk kepada Tuhan, bahkan jika mereka ingin, mereka tidak bisa. Orang yang khususnya menghargai prospek, nasib, dan kepentingan mereka sendiri, selalu memeriksa apakah pekerjaan Tuhan bermanfaat bagi prospek, nasib, dan berkat-berkat yang mereka terima. Pada akhirnya, apa hasil dari tindakan memeriksa ini? Yang mereka lakukan hanyalah memberontak terhadap Tuhan dan menentang-Nya. Sekalipun mereka bersikeras untuk melaksanakan tugas mereka, mereka melakukannya dengan sikap yang sangat asal-asalan, dengan suasana hati yang negatif; dalam hatinya, mereka terus memikirkan bagaimana cara untuk mengambil keuntungan dan tidak berada di pihak yang merugi. Seperti itulah motif mereka ketika mereka melaksanakan tugas mereka, dan dalam hal ini, mereka sedang mencoba untuk membuat kesepakatan dengan Tuhan. ... Mereka tidak pernah memikirkan pekerjaan gereja, atau kepentingan rumah Tuhan, mereka selalu merencanakan demi diri mereka sendiri, mereka selalu merencanakan demi kepentingan, kebanggaan, dan status mereka sendiri, dan tidak hanya mereka melakukan tugas mereka dengan buruk, mereka juga menunda dan memengaruhi pekerjaan gereja. Bukankah ini akan sesat dan melalaikan tugas mereka? Jika orang selalu membuat rencana demi kepentingan dan prospek mereka sendiri saat melaksanakan tugas, dan tidak memikirkan pekerjaan gereja atau kepentingan rumah Tuhan, itu berarti mereka bukan sedang melaksanakan tugas. Ini berarti bersikap oportunis, berarti melakukan segala sesuatu demi keuntungan mereka sendiri dan untuk mendapatkan berkat bagi diri mereka sendiri. Dengan demikian, sifat di balik pelaksanaan tugas mereka telah berubah. Ini hanyalah tentang bertransaksi dengan Tuhan, dan ingin menggunakan pelaksanaan tugas mereka untuk mencapai tujuan mereka sendiri. Melakukan segala sesuatu dengan cara seperti ini akan mudah mengacaukan pekerjaan rumah Tuhan. Jika itu hanya menyebabkan kerugian kecil pada pekerjaan gereja, maka masih ada ruang untuk mereka menebusnya dan mereka mungkin masih dapat diberi kesempatan untuk melaksanakan tugas mereka, bukannya dikeluarkan; tetapi jika itu menyebabkan kerugian besar bagi pekerjaan gereja dan menimbulkan murka Tuhan dan manusia, mereka akan disingkapkan dan disingkirkan, tanpa kesempatan lagi untuk melaksanakan tugas mereka. Beberapa orang diberhentikan dan disingkirkan dengan cara seperti ini. Mengapa mereka disingkirkan? Sudahkah engkau menemukan sumber penyebabnya? Sumber penyebabnya adalah mereka selalu memikirkan keuntungan dan kerugian mereka sendiri, dikendalikan oleh kepentingan mereka sendiri, tidak mampu memberontak terhadap daging, dan sama sekali tidak memiliki sikap yang tunduk kepada Tuhan, sehingga mereka cenderung berperilaku sembrono. Mereka percaya kepada Tuhan hanya untuk mendapatkan keuntungan, anugerah, dan berkat, sama sekali bukan untuk memperoleh kebenaran, sehingga kepercayaan mereka kepada Tuhan gagal. Inilah sumber masalahnya. Apakah menurutmu tidak adil bagi mereka untuk disingkapkan dan disingkirkan? Itu sepenuhnya adil, itu sepenuhnya ditentukan oleh natur mereka. Siapa pun yang tidak mencintai kebenaran atau mengejar kebenaran pada akhirnya akan disingkapkan dan disingkirkan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Mencari Prinsip Kebenaran Orang Dapat Melaksanakan Tugasnya dengan Baik"). "Bukanlah suatu kebetulan bahwa antikristus mampu melaksanakan tugas mereka. Mereka benar-benar melaksanakan tugas mereka dengan niat dan tujuan mereka sendiri serta keinginan untuk memperoleh berkat. Apa pun tugas yang mereka laksanakan, tujuan dan sikap mereka tentu saja tidak dapat dipisahkan dari memperoleh berkat, tempat tujuan yang baik, prospek dan takdir yang baik, yang mereka pikirkan dan pedulikan siang dan malam. Mereka seperti para pebisnis yang tidak membicarakan apa pun selain pekerjaan mereka. Apa pun yang antikristus lakukan, semua itu ada kaitannya dengan memperoleh ketenaran, keuntungan, dan status—semua itu ada kaitannya dengan memperoleh berkat, prospek, dan takdir. Di lubuk hatinya, mereka penuh dengan hal-hal semacam ini; inilah esensi natur antikristus. Justru karena esensi natur semacam inilah, maka orang lain dapat melihat dengan jelas bahwa kesudahan akhir mereka adalah untuk disingkirkan" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tujuh)). Tuhan menyingkapkan bahwa antikristus melaksanakan tugas mereka bukan untuk mengalami pekerjaan Tuhan dan mendapatkan kebenaran, tetapi menggunakan kesempatan untuk melaksanakan tugas mereka demi mengejar kepentingan mereka sendiri dan menuntut berkat kerajaan surga. Karena niat antikristus dalam melaksanakan tugas mereka itu salah, ketika mereka menghadapi lingkungan yang mereka yakini membahayakan prospek dan tempat tujuan mereka, sulit bagi mereka untuk tunduk. Bahkan jika mereka tampak melaksanakan tugas mereka, mereka hanya bersikap asal-asalan, yang menyebabkan kerugian bagi pekerjaan gereja, dan menciptakan hambatan serta gangguan. Selain itu, mereka senantiasa tidak memiliki hati yang bertobat, dan pada akhirnya disingkapkan serta disingkirkan oleh Tuhan. Dalam keadaan sakit, aku juga mempertimbangkan prospek dan tempat tujuanku sendiri, tanpa mempertimbangkan pekerjaan gereja. Di gereja-gereja ini, akulah satu-satunya yang melakukan pekerjaan tulis-menulis, tetapi aku khawatir bahwa upaya itu akan membahayakan kesehatanku, takut jika kondisiku memburuk dan aku meninggal, aku akan kehilangan kesempatan untuk diselamatkan, jadi aku ingin melalaikan tugasku dan beralih ke pekerjaan yang lebih mudah. Sebenarnya, penyakitku tidak terlalu parah, dan setelah tertular COVID-19, tubuhku agak lemah dan aku mengalami beberapa gejala yang buruk, tetapi dengan beristirahat sejenak ketika aku merasa tidak nyaman, aku merasa lebih baik. Namun, aku terus memikirkan tubuhku sendiri, dan itu membuat pekerjaanku tertunda. Aku sungguh egois dan tercela, tidak memiliki hati nurani serta nalar. Aku memikirkan mereka yang telah tersingkap dan tersingkir. Beberapa orang pada awalnya bersemangat dan telah mengorbankan diri mereka sendiri, tetapi mereka tidak mengejar kebenaran dan hanya mencari berkat. Ketika dihadapkan dengan penyakit dan kematian, melihat hancurnya harapan mereka akan berkat, mereka menjadi penuh dengan keluhan, bersikap negatif serta lalai, dan mereka bahkan meninggalkan tugas mereka, lalu pergi dan mengkhianati Tuhan. Pandanganku tentang pengejaran sama dengan pandangan mereka, dan jika aku tidak bertobat, pada akhirnya aku akan tersingkir seperti mereka.
Suatu hari, aku merasa sensasi nyeri di bagian kankerku memburuk, dan aku mulai berpikir liar lagi, "Apakah kanker itu sudah menyebar ke seluruh tubuhku?" Aku benar-benar takut, dan berkata kepada diriku sendiri, "Meskipun kanker sudah menyebar, aku akan tetap tunduk pada pengaturan Tuhan yang berdaulat." Aku pergi ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan, dan dokter mengatakan bahwa di tempat tersebut hanya terjadi peradangan ringan, tanpa ada sel kanker, dan menyarankan agar aku terus minum obat tradisional Tiongkok untuk pengobatan. Melihat hasil tes tersebut, aku tahu bahwa ini adalah belas kasihan Tuhan kepadaku, dan bahwa Tuhan memberiku kesempatan untuk hidup sehingga aku dapat bertobat dan berubah. Selama waktu teduhku, aku membaca bagian firman Tuhan yang benar-benar menyentuh hatiku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Dalam hidup ini, orang benar-benar hanya memiliki waktu yang terbatas untuk beralih dari memahami sesuatu hingga memiliki kesempatan ini, memiliki kualitas ini, dan memenuhi syarat untuk berdialog dengan Sang Pencipta, sehingga mereka benar-benar memperoleh pemahaman, pengetahuan, dan rasa takut akan Sang Pencipta, dan menempuh jalan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Jika sekarang engkau ingin agar Tuhan segera mengangkatmu, berarti engkau tidak bertanggung jawab atas hidupmu sendiri. Jika engkau ingin bertanggung jawab, engkau harus bekerja lebih keras untuk memperlengkapi dirimu dengan kebenaran, makin sering merenungkan dirimu sendiri ketika sesuatu terjadi padamu, dan dengan segera melengkapi kekuranganmu sendiri. Engkau harus mulai menerapkan kebenaran, bertindak berdasarkan prinsip, masuk ke dalam kenyataan kebenaran, lebih mengenal Tuhan, mampu mengerti dan memahami maksud Tuhan, dan tidak menjalani hidupmu dengan sia-sia. Engkau harus mengetahui di mana Sang Pencipta berada, apa maksud Sang Pencipta, dan bagaimana Sang Pencipta mengungkapkan sukacita, kemarahan, kesedihan, dan kebahagiaan—meskipun engkau tidak mampu memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam atau pemahaman yang lengkap, setidaknya engkau harus memiliki pemahaman mendasar tentang Tuhan, tidak pernah mengkhianati Tuhan, pada dasarnya mampu menjadi sesuai dengan Tuhan, menunjukkan perhatianmu kepada Tuhan, mampu memberikan penghiburan dasar kepada Tuhan, dan melakukan apa yang seharusnya dan pada dasarnya mampu dilakukan dan dicapai oleh makhluk ciptaan. Ini bukanlah hal yang mudah. Dalam proses melaksanakan tugas mereka, orang mampu secara berangsur-angsur mengenal diri mereka sendiri, dan dengan demikian mengenal Tuhan. Proses ini sebenarnya merupakan interaksi antara Sang Pencipta dan makhluk ciptaan, dan seharusnya menjadi proses yang layak diingat orang di sepanjang hidup mereka. Proses ini adalah sesuatu yang seharusnya mampu orang nikmati, bukan proses yang menyakitkan dan sulit. Oleh karena itu, orang seharusnya menghargai siang dan malam, tahun dan bulan yang mereka habiskan ketika melaksanakan tugas mereka. Mereka seharusnya menghargai fase kehidupan ini dan tidak boleh menganggapnya sebagai penghalang atau beban. Mereka seharusnya menikmati dan memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalaman pada tahap kehidupan mereka ini. Setelah itu, mereka akan memahami kebenaran dan hidup dalam keserupaan dengan manusia, memiliki hati yang takut akan Tuhan, dan makin sedikit melakukan kejahatan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Menyebarkan Injil adalah Tugas yang Wajib Semua Orang Percaya Laksanakan"). Dari firman Tuhan, aku menemukan jalan untuk menerapkan dan memasuki kebenaran. Agar dapat diselamatkan dan disempurnakan, seseorang harus mengejar kebenaran, menghargai berbagai lingkungan yang diatur oleh Tuhan, memahami kerusakan dan kekurangan diri sendiri dari lingkungan tersebut, mendasarkan segala sesuatu kepada firman Tuhan, fokus dalam menerapkan kebenaran, dan hidup dalam kenyataan firman Tuhan, barulah orang dapat menempuh jalan menuju keselamatan. Mengingat kembali penyakitku, aku gagal karena aku hanya melontarkan pernyataan kosong untuk mengalami pekerjaan Tuhan, aku tidak menghargai lingkungan yang telah diatur dengan cermat oleh Tuhan, apalagi merenungkan watak rusak apa yang Tuhan singkapkan melalui penyakit ini, atau aspek kebenaran apa yang harus kumasuki. Sebaliknya, aku memperlakukan penyakit ini sebagai gangguan dan beban. Dengan caraku mengalami berbagai hal, bahkan jika tubuhku sehat dan bebas dari penyakit atau masalah, aku tidak akan bisa diselamatkan. Tuhan belum mengambil nyawaku dan masih memberiku kesempatan untuk hidup. Aku harus memiliki hati nurani dan nalar, memperlengkapi diriku dengan kebenaran, dan fokus untuk hidup dalam kenyataan firman Tuhan.
Kemudian, aku tertular COVID-19 dua kali berturut-turut, dan rasa sakit di dadaku jelas-jelas memburuk. Mau tak mau, aku mulai berpikir liar lagi, seperti, "Mungkinkah kanker juga sudah berkembang di paru-paruku?" Memikirkan hal ini, aku merasakan ketidaknyamanan yang tidak terlukiskan di hatiku. Pada hari ketika merangkum pekerjaan dengan tim tulis-menulis, aku khawatir lagi dan berpikir, "Aku baru saja sembuh; bagaimana jika aku terinfeksi lagi saat keluar? Tubuhku tidak bisa menanggung penderitaan lagi." Aku ingin meminta pemimpin untuk menggantikanku. Namun, ketika pemikiran ini muncul, aku teringat akan bagian ini dalam firman Tuhan: "Orang seharusnya menghargai siang dan malam, tahun dan bulan yang mereka habiskan ketika melaksanakan tugas mereka. Mereka seharusnya menghargai fase kehidupan ini dan tidak boleh menganggapnya sebagai penghalang atau beban. Mereka seharusnya menikmati dan memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalaman pada tahap kehidupan mereka ini. Setelah itu, mereka akan memahami kebenaran dan hidup dalam keserupaan dengan manusia, memiliki hati yang takut akan Tuhan, dan makin sedikit melakukan kejahatan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Menyebarkan Injil adalah Tugas yang Wajib Semua Orang Percaya Laksanakan"). Setelah merenungkan firman Tuhan, aku perlahan-lahan menjadi tenang, dan aku menyadari bahwa penyakitku belum benar-benar membahayakan nyawaku, dan itu hanyalah rasa sakit di dadaku. Aku mempertimbangkan keinginanku untuk melalaikan tugasku karena ketidaknyamanan fisik. Bagaimana mungkin aku telah setia dan tunduk kepada Tuhan? Aku sangat egois! Aku tidak fokus mencari kebenaran atau mengalami pekerjaan Tuhan, dan telah melewatkan banyak kesempatan untuk mendapatkan kebenaran. Sekarang aku tidak boleh melewatkan kesempatan ini lagi. Aku harus menerima dan tunduk, serta benar-benar mengalami lingkungan ini. Bahkan jika aku terinfeksi COVID-19 lagi, itu adalah penderitaan yang harus kutanggung, dan aku harus melaksanakan tugasku untuk memuaskan Tuhan. Ketika aku berpikir seperti ini, hatiku merasa terbebaskan, dan tidak lagi terikat atau terkekang oleh emosi negatif. Setelah mencurahkan segenap hati dalam melaksanakan tugasku, aku merasa tenang dan damai.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.