Keuntungan yang Diperoleh Melalui Kesulitan

02 September 2022

Oleh Saudara Robinson, Venezuela

Di penghujung tahun 2019, seorang kerabat memberitakan Injil Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman kepadaku. Aku melihat firman Tuhan Yang Mahakuasa memiliki otoritas, dan adalah kebenaran. Aku merasa ini suara Tuhan, jadi aku menerima pekerjaan baru Tuhan dengan senang hati. Aku membaca firman Tuhan setiap hari dan tak mau melewatkan satu pertemuan pun. Terkadang, akan ada masalah dengan internet atau catu daya di tempatku berada dan aku tak bisa menghadiri pertemuan online. Aku akan merasa sangat sedih, tapi aku pasti segera membaca isi pertemuan itu setelahnya, dan kemudian mengirimkan pemahamanku tentang firman Tuhan kepada kelompok, berbicara dengan saudara-saudari, dan melaksanakan tugasku dengan sebaik mungkin.

Setelah beberapa waktu, aku terpilih sebagai pemimpin gereja. Awalnya, aku berbagi tanggung jawab pekerjaan gereja dengan dua pemimpin lainnya, jadi aku tidak merasa terlalu sulit atau stres. Tak lama kemudian, aku dipilih untuk mengawasi pekerjaan beberapa gereja. Awalnya, aku tak mau melakukan tugas ini. Itu karena aku merasa sudah lama tak berlatih sebagai pemimpin, dan masih punya banyak kekurangan serta hal-hal yang tak kupahami, jadi aku sangat khawatir tak mampu melaksanakan tugas ini dengan baik. Kemudian, aku membaca firman Tuhan. "Nuh hanya pernah mendengar sedikit firman, dan pada zaman itu, Tuhan belum mengungkapkan banyak firman, sehingga Nuh tentunya tidak memahami banyak kebenaran. Dia tidak memahami ilmu pengetahuan modern atau pengetahuan modern. Dia adalah manusia yang sangat biasa, bagian dari umat manusia yang biasa-biasa saja. Namun, di satu sisi, dia tidak seperti orang lain: dia tahu bahwa dia harus mendengarkan firman Tuhan, dia tahu bagaimana mengikuti dan menaati firman Tuhan, dia tahu apa posisi manusia, dan dia mampu untuk benar-benar percaya dan menaati firman Tuhan—tidak lebih. Beberapa prinsip sederhana ini cukup untuk memampukan Nuh menyelesaikan semua yang telah Tuhan percayakan kepadanya, dan dia bertekun dalam tugas ini bukan hanya selama beberapa bulan, ataupun beberapa tahun, ataupun beberapa dekade, tetapi selama lebih dari satu abad. Bukankah angka ini mencengangkan? Siapa yang mampu melakukan tugas ini selain Nuh? (Tak seorang pun.) Dan mengapa tidak ada yang mampu? Beberapa orang mengatakan itu adalah karena mereka tidak memahami kebenaran—tetapi itu tidak sesuai dengan fakta. Berapa banyak kebenaran yang Nuh pahami? Mengapa Nuh mampu melakukan semua ini? Orang-orang percaya pada zaman sekarang telah membaca banyak firman Tuhan, mereka memahami beberapa kebenaran—lalu mengapa mereka tidak mampu melakukan ini? Orang lain mengatakan itu adalah karena watak manusia yang rusak—tetapi bukankah Nuh memiliki watak yang rusak? Mengapa Nuh mampu mencapai hal ini, tetapi orang-orang zaman sekarang tidak mampu mencapainya? (Karena orang-orang zaman sekarang tidak memercayai firman Tuhan, mereka juga tidak memperlakukan atau menaatinya sebagai kebenaran.) Dan mengapa mereka tidak mampu memperlakukan firman Tuhan sebagai kebenaran? Mengapa mereka tidak mampu menaati firman Tuhan? (Mereka tidak memiliki rasa takut akan Tuhan.) Jadi, ketika orang tidak memiliki pemahaman yang mendalam tentang kebenaran dan belum mendengar banyak kebenaran, bagaimana rasa takut akan Tuhan muncul? Dalam kemanusiaan orang, ada dua hal paling berharga yang harus ada: yang pertama adalah hati nurani, dan yang kedua adalah akal kemanusiaan yang normal. Memiliki hati nurani dan akal kemanusiaan yang normal adalah standar minimum untuk menjadi manusia; itu adalah standar minimum yang paling dasar untuk mengukur seseorang. Namun ini tidak ditemukan pada manusia zaman ini, dan sebanyak apa pun kebenaran yang mereka dengar dan pahami, rasa takut akan Tuhan tidak ada di dalam diri mereka. Lalu apa perbedaan mendasar manusia zaman ini dibandingkan dengan Nuh? (Mereka tidak memiliki kemanusiaan.) Dan apa esensi dari keadaan tidak memiliki kemanusiaan ini? (Binatang buas dan setan-setan.) 'Binatang buas dan setan-setan' kedengarannya sangat tidak bagus, tetapi ini sesuai dengan kenyataan; cara yang lebih sopan untuk mengatakannya adalah bahwa mereka tidak memiliki kemanusiaan. Orang yang tidak memiliki kemanusiaan dan akal sehat bukanlah manusia, mereka bahkan berada di bawah binatang buas. Bahwa Nuh mampu menyelesaikan amanat Tuhan adalah karena ketika Nuh mendengar firman Tuhan, dia mampu mengingatnya; baginya, amanat Tuhan adalah pekerjaannya seumur hidup, imannya tak tergoyahkan, kehendaknya tidak berubah selama seratus tahun. Itu karena dia memiliki hati yang takut akan Tuhan, dia adalah manusia sejati, dan dia sangat yakin bahwa Tuhan memercayakan pembangunan bahtera itu kepadanya. Manusia yang berakal sehat seperti Nuh sangat jarang, tentunya sangat sulit menemukan orang lain yang seperti Nuh" ("Lampiran Dua: Bagaimana Nuh dan Abraham Mendengarkan Firman Tuhan dan Menaati Tuhan (Bagian Satu)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Nuh belum pernah mendengar pengajaran apa pun dan dia tidak memahami banyak kebenaran, tapi memiliki hati yang takut dan taat akan Tuhan. Ketika Tuhan berkata Dia akan memusnahkan umat manusia dengan air bah dan Nuh harus membangun bahtera, dia menerima tugas itu tanpa ragu. Nuh sadar amanat yang Tuhan berikan kepadanya tidaklah mudah, karena membangun bahtera pasti harus menebang pohon, dan membuat pengukuran yang tepat, tapi meskipun proyek itu sangat besar dan sulit, Nuh tidak mundur, karena dia tahu ini amanat Tuhan kepada dirinya. Setelah merenungkan firman Tuhan, aku sadar, aku tak punya kemanusiaan atau akal sehat Nuh. Ketika pemimpin memintaku memimpin pekerjaan beberapa gereja, aku tak punya iman kepada Tuhan dan hanya mengandalkan kemampuanku sendiri. Aku merasa kemampuan kerjaku terbatas, dan sudah lama tak berlatih sebagai pemimpin gereja dan punya banyak kekurangan. Aku khawatir tak mampu melakukannya dengan baik, jadi tak mau menerima tugas ini. Aku tak beriman kepada Tuhan seperti Nuh, juga tak punya hati yang takut dan taat akan Tuhan, apa lagi punya kemanusiaan atau akal sehat yang Nuh miliki. Menyadari hal ini, aku tak lagi khawatir, dan mau menaati dan menerima tugas ini seperti Nuh telah menerimanya.

Namun, begitu mulai bekerja, aku menghadapi masalah baru. Aku mendapati aku punya banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Misalnya, aku harus memahami keadaan saudara-saudari di dalam gereja, menyokong mereka yang tak menghadiri pertemuan secara teratur, mencari tahu kesulitan tugas orang dan bersekutu untuk menyelesaikannya, dan membantu orang belajar cara melaksanakan tugas mereka, dan sebagainya. Semua ini tanggung jawab yang harus kupikul. Ketika menghadapi masalah ini, aku tak tahu harus mulai dari mana, aku tak tahu cara melakukan pekerjaan ini dengan baik, dan merasa sangat tertekan. Semua kesulitan ini menyebabkanku menjadi negatif, dan hanya ingin memberi tahu pemimpin bahwa aku merasa tak layak untuk tugas ini karena tak punya pengalaman dan mengalami banyak kesulitan melaksanakannya. Kemudian, pemimpin mengetahui tentang keadaanku dan mengirimiku satu bagian firman Tuhan untuk membantuku. Aku membaca firman Tuhan. "Dahulu ketika Tuhan mengutus Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, bagaimana reaksi Musa terhadap Tuhan yang memberinya amanat seperti itu? (Dia berkata dia tak pandai bicara, tetapi berat mulut dan berat lidah.) Dia merasa sedikit khawatir karena tak pandai bicara, tetapi berat mulut dan berat lidah. Namun, apakah dia menentang amanat Tuhan? Bagaimana dia memperlakukan amanat Tuhan? Dia bersujud. Apa artinya dia bersujud? Itu artinya dia tunduk dan menerimanya. Dia bersujud dengan menyerahkan segenap dirinya di hadapan Tuhan, dengan mengabaikan pilihan pribadinya, dan dengan tidak menyebutkan kesulitan apa pun yang dia hadapi. Apa pun yang Tuhan minta dia lakukan, dia akan langsung melakukannya. Mengapa dia mampu menerima amanat Tuhan bahkan sekalipun dia merasa tidak ada yang bisa dia lakukan? Karena dia memiliki keyakinan yang benar dalam dirinya. Dia telah memiliki beberapa pengalaman tentang kedaulatan Tuhan atas segala hal dan segala perkara, dan selama empat puluh tahun pengalamannya itu, dia telah menyadari bahwa kedaulatan Tuhan itu maha kuasa. Jadi, dia menerima amanat Tuhan dengan sigap, dan langsung melaksanakan apa yang Tuhan amanatkan kepadanya tanpa sedikit pun meragukannya. Apa artinya dia langsung melaksanakannya? Itu berarti dia sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, sungguh-sungguh mengandalkan-Nya, dan sungguh-sungguh tunduk kepada-Nya. Dia tidak bersikap pengecut, dan dia tidak membuat pilihannya sendiri ataupun berusaha menolaknya; sebaliknya, dia percaya sepenuhnya, dan langsung bertindak melaksanakan apa yang Tuhan amanatkan kepadanya, dengan penuh keyakinan. Keyakinannya adalah, 'Jika Tuhan telah mengamanatkannya, maka semua ini akan terlaksana sesuai dengan firman-Nya. Tuhan telah memerintahkan kepadaku untuk membawa orang Israel keluar dari Mesir, jadi aku akan melakukannya. Karena inilah yang telah Tuhan amanatkan, Dia akan bekerja, dan Dia akan memberiku kekuatan. Aku hanya perlu bekerja sama.' Inilah pemahaman yang Musa miliki. ... Keadaan pada saat itu tidak menguntungkan baik bagi orang Israel maupun bagi Musa. Memimpin orang Israel keluar dari Mesir, menurut pandangan manusia, adalah tugas yang benar-benar mustahil, karena Mesir terputus oleh Laut Merah, dan menyeberanginya adalah tantangan tersendiri. Mungkinkah Musa benar-benar tidak tahu betapa sulitnya memenuhi amanat ini? Di dalam hatinya, dia tahu, tetapi dia hanya berkata bahwa dia berat mulut dan berat lidah, bahwa tak seorang pun mengindahkan perkataannya. Di dalam hatinya, dia tidak menolak amanat Tuhan. Ketika Tuhan menyuruh Musa memimpin orang Israel keluar dari Mesir, dia bersujud dan menerimanya. Mengapa dia tidak menyebutkan kesulitan-kesulitannya? Apakah setelah empat puluh tahun di padang gurun, dia tidak tahu bahayanya dunia manusia, atau seberapa jauh berbagai hal telah terjadi di Mesir, atau keadaan buruk orang Israel pada saat itu? Mungkinkah dia tidak tahu jelas tentang hal-hal itu? Itukah yang terjadi? Tentu saja tidak. Musa sangat cerdas dan bijak. Dia tahu semua hal itu, dia telah melihatnya, menjalaninya, dan mengalaminya di dunia manusia, dan dia pasti tak pernah melupakannya. Dia tahu semua itu dengan sangat baik. Jadi, tahukah dia betapa sulitnya amanat yang Tuhan berikan kepadanya? (Ya.) Jika dia tahu, bagaimana dia bisa menerima amanat itu? Karena dia memiliki keyakinan. Dengan pengalaman seumur hidupnya, dia yakin akan kemahakuasaan Tuhan, jadi dia menerima amanat Tuhan ini dengan hati yang penuh keyakinan dan tanpa sedikit pun keraguan. ... Katakan kepada-Ku, selama empat puluh tahun di padang gurun, mampukah Musa mengalami bahwa di dalam Tuhan, tidak ada yang sulit, bahwa manusia berada di tangan Tuhan? Sangat mampu─itulah pengalamannya yang paling mendalam. Selama empat puluh tahun di padang gurun, ada begitu banyak bahaya dengan nyawa sebagai taruhannya, dan dia tak tahu apakah dia akan selamat ketika menghadapinya. Setiap hari, dia berjuang mempertahankan hidupnya dan berdoa kepada Tuhan memohon perlindungan-Nya. Hanya itulah keinginannya. Selama empat puluh tahun itu, pengalamannya yang paling mendalam adalah kedaulatan dan perlindungan Tuhan. Jadi, ketika kemudian dia menerima amanat Tuhan, perasaan pertamanya pastilah: tidak ada yang sulit di dalam Tuhan; jika Tuhan berkata sesuatu bisa dilakukan, maka itu pasti bisa dilakukan; karena Tuhan telah memberiku amanat seperti itu, Dia tentu akan memastikan itu terjadi─Dialah yang akan melakukannya, bukan manusia. Sebelum mengambil tindakan, manusia harus berencana dan melakukan persiapan terlebih dahulu. Manusia harus menangani pendahuluannya terlebih dahulu. Haruskah Tuhan melakukan hal-hal ini sebelum Dia bertindak? Dia tak perlu melakukannya. Setiap makhluk ciptaan, betapapun berpengaruhnya mereka, betapapun mampu dan berkuasanya mereka, betapapun hiruk pikuknya mereka, semuanya berada di tangan Tuhan. Musa memiliki keyakinan, pengetahuan, dan pengalaman mengenai hal ini, jadi tidak ada sedikit pun keraguan atau ketakutan di dalam hatinya. Dengan demikian, imannya kepada Tuhan sangat benar dan murni. Dapat dikatakan bahwa dia telah dipenuhi dengan keyakinan itu" ("Hanya Jika Orang Benar-Benar Taat Barulah Mereka Dapat Memiliki Iman yang Sejati" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Setelah membaca firman Tuhan aku sadar, aku pengecut yang tidak percaya kepada Tuhan dan tak punya iman kepada Tuhan. Tuhan memanggil Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir agar mereka tidak lagi diperbudak. Musa tidak memiliki pasukan untuk berperang melawan Firaun, dan sangat sulit untuk menyelesaikan amanat ini, tapi Musa mampu menaati firman Tuhan, dan percaya Tuhan sendiri pasti memimpin umat-Nya keluar dari Mesir. Mengingat kembali tentang diriku sendiri, aku melihat begitu banyak pekerjaan yang tak mampu kulakukan, jadi aku ingin melepaskan tugas ini karena merasa berada di bawah banyak tekanan, merasa tugas ini beban bagiku, dan tak mampu menyelesaikannya. Aku tidak percaya kepada Tuhan, dan tak punya iman kepada Tuhan. Aku hanya percaya pada kemampuanku sendiri yang terbatas. Kupikir kemampuanku melakukan pekerjaan dengan baik berkaitan dengan kualitas dan pengalamanku. Aku tak percaya semua pekerjaan itu dilakukan oleh Tuhan dan kita hanya bekerja sama. Aku telah bersikap sangat congkak. Atas seizin Tuhan-lah aku mampu melaksanakan tugas itu. Semuanya dikendalikan dan diatur oleh Tuhan. Aku harus punya iman untuk bekerja sama secara nyata. Mulai sekarang, aku tak boleh lagi menolak tugas ini. Aku tahu karena Tuhan yang memberiku tugas ini, Dia pasti membimbing dan membantuku. Sekalipun aku menghadapi berbagai kesulitan, Tuhan pasti selalu membimbingku, memungkinkanku untuk memahami kebenaran dalam segala macam kesulitan, memahami berbagai prinsip, dan mampu secara bertahap melaksanakan tugasku dengan baik. Melalui tugas inilah tersingkap aku kurang beriman. Aku bersyukur kepada Tuhan karena telah memberiku kesempatan untuk berlatih dalam tugasku dan melengkapi kekuranganku, memampukanku menanggung beban besar dan melaksanakan tugas makhluk ciptaan. Ini berkat Tuhan.

Di Venezuela, ada masalah dengan air, listrik, internet, dan ekonomi, dan terkadang kami harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk menghidupi keluarga kami. Aku dan ayahku selalu pergi memancing setiap pukul 3 pagi, dan kami baru pulang sekitar pukul tiga atau empat sore. Aku merasa sangat lelah melaut sepanjang hari, tapi setibanya di rumah, aku tak mau beristirahat karena masih banyak hal yang tak mampu kulakukan dalam tugas, dan harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar, memperlengkapi diri, dan melengkapi kekuranganku agar dapat melaksanakan tugasku dengan baik. Jika tak melaksanakan tugas dengan baik, aku pasti mengecewakan Tuhan. Aku teringat tentang orang kudus pada Zaman Kasih Karunia. Mereka mengikuti Tuhan Yesus, mengabarkan Injil, melaksanakan tugas mereka, mengalami banyak kesulitan dan bahaya, dan sangat menderita. Bagaimana bisa dibandingkan dengan sedikit penderitaan yang kualami? Oleh karena itu, hal pertama yang selalu kulakukan ketika tiba di rumah setiap hari adalah mengambil ponselku dan melihat pekerjaan dan tugas apa yang ada. Aku juga selalu mengirim pesan kepada saudara-saudari menanyakan apakah mereka mengalami kesulitan. Jika ada orang yang tidak tahu cara melaksanakan tugas, aku pasti membantu mereka dan memberi tahu mereka tentang apa yang telah kupahami saat melaksanakan tugasku. Dalam melaksanakan tugasku, aku mulai belajar mengandalkan Tuhan, dan ketika saudara-saudariku mengalami kesulitan, aku akan berdoa kepada Tuhan untuk membimbingku, dan memampukanku menemukan firman Tuhan yang bisa membantu mereka. Setelah membagikan firman Tuhan dan bersekutu dengan mereka tentang pengalaman dan pemahamanku, keadaan mereka akan sedikit berbalik. Dalam membantu saudara-saudari, aku juga mendapatkan beberapa keuntungan, dan pemahamanku tentang kebenaran menjadi lebih jelas daripada sebelumnya. Melalui pengalaman ini, aku memahami, apa pun kesulitannya, Tuhan akan selalu membimbing kita. Meskipun ada kesulitan setiap hari, Aku tidak selemah seperti pada awalnya. Namun tak lama kemudian, aku menghadapi masalah besar lainnya.

Karena internet yang buruk di tempatku, aku tak punya cara untuk berkumpul atau berkomunikasi secara teratur dengan saudara-saudariku, dan tak mungkin melaksanakan tugasku. Aku tahu masalah ini ada di luar kendaliku, jadi aku berdoa kepada Tuhan untuk waktu yang lama, memohon Dia membimbingku melewati ini. Setelah berdoa, aku berangsur menjadi tenang. Kemudian. aku membaca firman Tuhan: "Saat engkau berada di titik terendahmu, saat engkau paling tak mampu merasakan Tuhan, paling merasa menderita dan paling merasa sendirian, saat engkau merasa jauh dari Tuhan─satu hal apa yang mutlak harus kaulakukan? Engkau harus berseru kepada Tuhan. Ketika engkau berseru kepada Tuhan, engkau akan menjadi kuat; ketika engkau berseru kepada Tuhan, engkau akan dapat merasakan bahwa Dia ada; ketika engkau berseru kepada Tuhan, engkau akan dapat merasakan-Nya; ketika engkau berseru kepada Tuhan, berdoa kepada Tuhan, dan menyerahkan hidupmu dalam tangan-Nya, engkau akan mampu merasakan Dia ada di sampingmu, merasakan bahwa Dia tidak meninggalkanmu. Saat engkau merasa bahwa Dia tidak meninggalkanmu, saat engkau mampu sungguh-sungguh merasakan bahwa Tuhan ada di sampingmu, seperti apakah imanmu? Dapatkah imanmu itu terhapus oleh berlalunya waktu? Tidak" ("Hanya Jika Orang Benar-Benar Taat Barulah Mereka Dapat Memiliki Iman yang Sejati" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Ketika menghadapi kesulitan, berserulah kepada Tuhan dengan hatimu, dan kau akan memiliki iman dan kekuatan. Kemampuan manusia terbatas. Kita tak mampu melihat segala sesuatu yang melampaui penglihatan, jadi kita selalu takut terhadap kesulitan yang muncul di depan mata kita. Tuhan mengendalikan segala sesuatu, dan asalkan dengan tulus mengandalkan Tuhan, Dia akan membimbing dan membantu kita melaksanakan tugas. Firman Tuhan memberiku iman dan kekuatan. Aku tak boleh gagal melaksanakan tugasku saat menghadapi banyak kesulitan. Aku harus berdoa dan mengandalkan Tuhan untuk melewati kesulitan ini, dan bekerja lebih keras lagi dalam pelaksanaan tugasku. Jadi aku mulai keluar ke jalanan mencari koneksi internet yang lebih stabil yang akan memungkinkanku untuk berkumpul secara teratur. Terkadang ketika mengadakan pertemuan, aku akan keluar ke jalanan sekitar pukul 8 malam, dan baru pulang ke rumah sekitar pukul setengah sepuluh atau sebelas saat pertemuan berakhir. Aku sangat takut dalam perjalanan pulang karena aku tinggal di bagian Margarita yang berbahaya, dan takut seseorang akan merampas ponselku, dan jika itu terjadi, aku pasti tak dapat melanjutkan pertemuan atau melaksanakan tugasku. Aku sering berdoa kepada Tuhan, memohon Dia memberiku kekuatan untuk bertahan di tengah kesulitan. Tak lama kemudian, aku menerima pesan. Salah seorang saudara telah mengetahui situasiku dan berinisiatif mengirimiku pesan: "Saudara, aku tahu kau sedang mengalami masa sulit sekarang, dan selama ini kau keluar ke jalanan pada larut malam untuk melaksanakan tugasmu. Ini sangat berbahaya. Aku punya sepeda, dan bisa meminjamkannya kepadamu jika kau membutuhkannya. Ini akan membuatmu lebih mudah bepergian." Aku telah belajar banyak melalui kesulitan ini, dan juga belajar mengandalkan Tuhan. Aku sadar Tuhan-lah yang berdaulat atas segala sesuatu, dan Tuhan-lah yang mengatur lingkungan untuk semua orang. Dalam pengalamanku, aku benar-benar telah melihat perbuatan Tuhan, Dan kini imanku kepada Tuhan makin kuat. Ketika orang lain mengalami kesulitan seperti yang kuhadapi, aku membagikan firman Tuhan kepada mereka, dan mempersekutukan beberapa pengalamanku sendiri untuk membantu mereka dan memberi mereka iman kepada Tuhan.

Setelah pulang dari memancing setiap hari, aku selalu berada di rumah dan membaca firman Tuhan, dan saat waktunya pertemuan aku selalu bersepeda ke jalanan untuk menemukan tempat dengan internet yang bagus. Setiap kali berdoa kepada Tuhan, aku berdoa agar Tuhan membimbingku untuk melaksanakan tugasku dengan lebih baik. Aku tak lagi peduli dengan situasi sulitku. Aku hanya ingin melaksanakan tugasku dengan baik sesuai dengan kehendak dan tuntutan Tuhan. Meskipun harus menghadapi lebih banyak kesulitan, aku mau menaati kedaulatan dan pengaturan Tuhan, untuk mengalami lingkungan yang telah Tuhan atur untukku, dan berusaha memuaskan hati Tuhan. Setelah beberapa waktu, saudara-saudari membantuku menemukan rumah yang cocok yang internetnya relatif stabil. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa karena di sini, aku bisa melaksanakan tugasku dengan lebih baik, dan dengan bimbingan Tuhan, aku telah mengalami kemajuan besar dengan tugasku. Beberapa hari yang lalu, pemimpin kembali memberitahuku bahwa aku akan bertanggung jawab untuk lebih banyak pekerjaan, bahwa bebanku akan jauh lebih besar, dan harus mengawasi lebih banyak pekerjaan dan bahkan lebih banyak saudara-saudari. Namun, aku tak lagi khawatir atau mengeluh. Asalkan aku terus percaya dan mengandalkan Tuhan, Dia akan membimbing dan membantuku melaksanakan tugasku dengan benar.

Tuhan berfirman: "Semakin engkau memperhatikan kehendak Tuhan, semakin besar beban yang kautanggung, dan semakin besar beban yang kautanggung, semakin kaya pula pengalamanmu. Saat engkau memperhatikan kehendak Tuhan, Dia akan memberikan beban kepadamu, kemudian memberi engkau pencerahan tentang perkara yang telah dipercayakan-Nya kepadamu. Saat Tuhan memberimu beban ini, engkau akan memperhatikan seluruh kebenaran yang terkait dengannya saat makan dan minum firman Tuhan. Jika engkau memiliki beban yang berhubungan dengan kehidupan saudara-saudarimu, inilah beban yang telah dipercayakan Tuhan kepadamu, dan engkau akan senantiasa memikul beban ini dalam doa harianmu. Hal yang Tuhan lakukan telah dipikulkan kepadamu, dan engkau mau menjalankan apa yang Tuhan ingin lakukan; itulah artinya mengambil beban Tuhan sebagai bebanmu sendiri" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perhatikan Kehendak Tuhan Agar Dapat Mencapai Kesempurnaan"). "Dalam banyak kasus, ujian Tuhan adalah beban yang Dia berikan kepada manusia. Seberat apa pun beban yang Tuhan berikan kepadamu, engkau harus memikulnya karena Tuhan memahamimu, dan tahu bahwa engkau akan sanggup menanggungnya. Beban yang Tuhan berikan kepadamu tidak akan melebihi tingkat pertumbuhan atau batas ketahananmu, jadi tidak diragukan bahwa engkau pasti akan sanggup menanggungnya. Apa pun jenis beban atau ujian yang Tuhan berikan kepadamu, ingatlah satu hal: setelah berdoa, entah engkau memahami kehendak Tuhan atau tidak, entah engkau memperoleh pencerahan dan penerangan Roh Kudus atau tidak, dan apakah ujian ini adalah Tuhan yang sedang mendisiplinkan atau memberimu peringatan, tidak masalah jika engkau tidak memahaminya. Selama engkau tidak menunda-nunda dalam melaksanakan tugasmu, dan dapat melaksanakan tugasmu itu dengan setia, Tuhan akan dipuaskan dan engkau akan berdiri teguh dalam kesaksianmu" ("Hanya dengan Sering Merenungkan Kebenaran Engkau Dapat Memiliki Jalan untuk Maju" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Dengan membaca firman Tuhan aku mengerti, Tuhan takkan memberi kita beban yang tak mampu kita pikul, Tuhan mengetahui tingkat pertumbuhan kita dan apa yang mampu kita lakukan. Makin kita mau memikirkan kehendak Tuhan dan makin banyak beban kita dalam tugas, makin kaya pengalaman kita dan makin dalam pemahaman kita tentang Tuhan. Aku harus berdoa kepada Tuhan agar menerima beban ini dengan ketulusan dan ketaatan, agar dapat mencari kebenaran dalam kesulitan, dan mencari kehendak-Nya di balik segala sesuatu karena hatiku mati rasa, gagasanku banyak, dan aku tahu tingkat pertumbuhanku belum dewasa dan kurang beriman kepada Tuhan. Setelah melewati semua kesulitan ini, kini aku mengerti bahwa di saat-saat sulit, aku dapat mengenal diriku dan perbuatan Tuhan dengan lebih baik, dan dapat lebih beriman kepada Tuhan. Ketika baru mulai melaksanakan tugas ini, aku jarang berdoa kepada Tuhan, dan tidak mencari bimbingan Tuhan. Aku hanya berusaha mengandalkan bakatku sendiri untuk melaksanakan tugas dan tidak memiliki iman kepada Tuhan. Setelah membaca firman Tuhan dan memahami kehendak-Nya, aku memperoleh iman dan bekerja keras dalam tugasku. Aku sering berdoa dan mengandalkan Tuhan, dan selalu mencari dan berkomunikasi dengan para pemimpin, dan mulai mengetahui prinsip yang relevan untuk melaksanakan tugasku, serta beberapa jalan dan petunjuk yang digunakan untuk melakukan pekerjaan gereja. Setelah melewati hal-hal ini, aku tak lagi dalam keadaan negatif, dan tak lagi merasa aku tak mampu menyelesaikan tanggung jawab dan beban yang Tuhan berikan kepadaku. Ketika sesuatu terjadi padaku setiap hari, aku belajar mencari kebenaran, melaksanakan tugasku dengan benar dengan ketekunan, dan ketika menghadapi kesulitan, aku berdoa kepada Tuhan, dan Tuhan membimbing dan membantuku melewati semua lingkungan dan kesukaran ini. Aku juga tak lagi merasa masalah atau tekananku begitu besar. Seandainya tak melewati semua kesulitan ini, aku pasti tak dicerahkan oleh Tuhan, Aku pasti tak memiliki pengenalan atau iman yang sejati kepada Tuhan, apalagi memiliki pengalaman nyata. Jika itu yang terjadi, aku pasti tak mampu melaksanakan tugasku dengan benar. Dengan mengalami situasi ini, kini aku mengerti Tuhan sedang melatihku, agar mampu menanggung lebih banyak amanat dan beban. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Dia membuatku sadar kasih-Nya ada dalam situasi yang kuhadapi setiap hari. Penderitaan yang kualami juga merupakan bagian dari kasih Tuhan. Kini aku mengerti firman Tuhan yang berkata: "Semakin engkau memperhatikan kehendak Tuhan, semakin besar beban yang kautanggung, dan semakin besar beban yang kautanggung, semakin kaya pula pengalamanmu" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perhatikan Kehendak Tuhan Agar Dapat Mencapai Kesempurnaan"). Aku rindu memikul lebih banyak beban untuk membalas kasih Tuhan.

Sekarang ini, Venezuela memiliki banyak kesulitan dengan ekonomi, layanan publik, dan internetnya. Meskipun terkadang aku merasa stres, aku telah belajar untuk bersandar dan mencari Tuhan, dan memiliki iman kepada-Nya. Jika tidak mengalami semua kesulitan ini, aku pasti tak mengerti pentingnya melaksanakan tugasku atau cara mencari Tuhan di tengah kesulitan. Aku bersyukur kepada Tuhan untuk situasi sulit yang telah Dia atur untukku ini, yang telah memungkinkanku memperoleh semua keuntungan ini dan mendapatkan pengetahuan ini.

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Pergumulan untuk Berkata Jujur

Oleh Saudari Weniela, Filipina Aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman pada tahun 2017. Masa bersekutu dengan...

Aib dari Masa Laluku

Oleh Saudari Li Yi, Tiongkok Agustus 2015, keluargaku dan aku pindah ke Xinjiang. Aku dengar Partai Komunis melakukan pengawasan ketat dan...