Melaksanakan Tugasmu dengan Bertanggung Jawab Berarti Memiliki Hati Nurani

10 April 2022

Oleh Saudari Song Yu, Belanda

Suatu hari pada Juli tahun lalu, Saudari Li melapor kepadaku bahwa pemimpin tim, Saudara Chen, sangat congkak. Saat berkomunikasi, dia selalu menuntut orang lain mendengarkannya, dan ketika saudara-saudari lainnya memberikan saran yang masuk akal, dia tidak mau mendengarkan atau menerima. Akibatnya, kemajuan pekerjaan efek khusus tertunda. Setelah mendengar yang Saudari Li katakan, aku ingat pernah berhubungan dengan Saudara Chen sebelumnya. Dia memang agak merasa diri benar dan suka melakukan segala sesuatu dengan caranya sendiri. Ketika merasa saran orang lain tidak cocok, dia tidak mau menerimanya. Aku tak menyangka dia masih seperti ini. Jika terus bersikeras dengan caranya sendiri dan tidak mau berubah, berarti dia tidak sesuai untuk menjadi pemimpin tim. Jadi, aku memberi tahu Saudari Li bahwa aku akan menyelidiki masalah ini. Namun kemudian aku berpikir, "Pekerjaan efek khusus sebagian besar merupakan tanggung jawab rekan sekerjaku, Saudari Zhang. Bukan tugasku untuk memutuskan apakah pemimpin tim ini sesuai dan bagaimana kemajuan pekerjaan. Selain itu, jika terlalu banyak ikut campur, aku mungkin dianggap tidak rasional, jadi akan kubiarkan Saudari Zhang menyelidiki dan menanganinya. Aku harus mencurahkan waktu dan tenagaku untuk tanggung jawab utamaku, pekerjaan Injil." Jadi, aku memberi tahu Saudari Zhang tentang masalah Saudara Chen dan mengingatkannya untuk memperhatikan pelaksanaan tugas Saudara Chen. Setelah itu, aku merasa telah memenuhi tanggung jawabku, dan tidak perlu menindaklanjuti atau menyelidiki lebih lanjut.

Setelah beberapa waktu, kuperhatikan kemajuan produksi efek khusus masih sangat lambat, dan aku mengetahui dari saudara-saudariku bahwa Saudara Chen tidak hanya bersikeras dengan caranya sendiri dan tidak mau menerima nasihat orang lain, dia juga tidak bertanggung jawab dalam tugasnya. Begitu dia mengalami kesulitan, dia mundur dan tidak mau menghadapinya. Kemajuan dalam pelaksaaan tugasnya juga sangat sedikit. Aku berpikir, "Bagaimana bisa orang seperti dia dibiarkan menjadi pemimpin tim? Haruskah kami mencari orang lain untuk menggantikannya?" Aku menyampaikan pendapatku mengenai masalah ini kepada Saudari Zhang. Beberapa bulan kemudian, aku terkejut ketika saudara-saudari lainnya melaporkan masalah Saudara Chen kepadaku. Dia masih saja congkak, merasa diri benar, dan bersikeras dengan caranya sendiri. Ketika saudara-saudari menasihatinya, dia beralasan "Menurutku itu tidak masalah" atau "Aku tak punya keterampilan" untuk menolak saran mereka, yang menyebabkan saudara-saudarinya merasa terkekang dan tidak berani lagi menasihatinya. Mereka juga mengatakan kemajuan pekerjaan efek khusus sangat lambat, dan beberapa proyek efek khusus sederhana masih belum selesai, bahkan setelah sekian lama. Setelah mendengar apa yang mereka laporkan, aku agak terkejut. Bahkan setelah sekian lama, mengapa masalah yang disebabkan oleh Saudara Chen belum terselesaikan? Jadi, aku segera mengirim pesan kepada Saudari Zhang mengenai hal ini. Setelah Saudari Zhang menilai bahwa Saudara Chen adalah pemimpin tim yang tidak sesuai, dia diberhentikan.

Dalam beberapa hari, Saudari Li menemuiku dan berkata bahwa pemberhentian Saudara Chen sudah terlambat. Dia telah melaporkan masalah Saudara Chen kepadaku beberapa bulan yang lalu, dia berkata, jadi mengapa baru diganti sekarang? Aku segera menjawab, "Kau tahu aku tidak bertanggung jawab langsung atas pekerjaan Saudara Chen. Aku harus memberi tahu Saudari Zhang tentang masalahnya terlebih dahulu, dan kemudian adalah keputusannya apakah akan memberhentikannya atau tidak. Aku tak boleh melangkahinya begitu saja. Jika aku melakukan hal itu, aku pasti tampak tidak rasional. Namun pada waktu itu, aku hanya memberi tahu Saudari Zhang mengenai masalah ini, tetapi tidak menindaklanjuti atau mengawasi, jadi aku juga harus disalahkan. Namun, Saudari Zhang bertanggung jawab langsung atas pekerjaan Saudara Chen, dan dia sering berhubungan dengannya. Masalah Saudara Chen sangat jelas, dan aku memberitahukannya beberapa kali, tetapi dia tidak memberhentikannya, jadi sekarang, penundaan dalam pekerjaan adalah tanggung jawabnya." Saudari Li terdiam setelah dia mendengarku mengatakan itu. Setelah itu, aku merasa sedikit bersalah. Aku benar-benar mengetahui masalah Saudara Chen, dan saudara-saudariku telah melaporkan masalahnya kepadaku berkali-kali. Namun, aku tidak pernah menindaklanjuti atau berusaha menanganinya. Jelas, aku tidak bertanggung jawab, tetapi memikirkan banyak alasan dan dalih agar tidak disalahkan dan menyalahkan Saudari Zhang sepenuhnya, untuk membuat orang lain berpikir dia adalah orang yang tidak bertanggung jawab dan bahwa penundaan dalam pekerjaan efek khusus tidak ada kaitannya denganku. Aku sangat egois dan curang! Aku ingat bahwa orang-orang, hal-hal, dan segala sesuatu yang kita hadapi setiap hari diizinkan oleh Tuhan. Di balik Saudari Li menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini, ada kehendak Tuhan. Dalam hal pemberhentian Saudara Chen, aku tidak mencari dan merenungkan pelajaran apa yang harus kupetik. Aku bertanya-tanya apakah aku telah menyingkapkan beberapa watak rusak yang belum kusadari. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan, memohon Dia membimbingku dalam merenungkan dan mengenal diri sendiri.

Selama perenunganku, aku membaca firman Tuhan yang menyingkapkan aspek egois dan hina dari antikristus, yang memberiku sedikit pemahaman tentang keadaanku. Firman Tuhan katakan: "Bagaimana terwujudnya keegoisan dan kekejian dari kemanusiaan antikristus tersebut? Ketika sesuatu ada kaitannya dengan status atau reputasi mereka, mereka memeras otak memikirkan apa yang harus mereka lakukan atau katakan, mereka tidak menolak untuk membantu, mereka dengan senang hati menderita kesulitan besar. Namun, terhadap apa yang berhubungan dengan pekerjaan rumah Tuhan dan prinsip—bahkan ketika orang jahat mengganggu dan mencampuri, serta melakukan berbagai macam kejahatan, dan benar-benar memengaruhi pekerjaan gereja—mereka tetap tidak tergerak dan tidak peduli, seolah-olah hal ini tidak ada hubungannya dengan mereka. Dan jika seseorang menemukan hal ini dan menyingkapkannya, mereka berkata bahwa mereka tidak melihat apa pun dan berpura-pura tidak tahu. ... Pekerjaan apa pun yang mereka lakukan, orang yang adalah antikristus tidak pernah memikirkan kepentingan rumah Tuhan. Mereka hanya mempertimbangkan apakah kepentingan mereka sendiri akan terpengaruh, hanya memikirkan tugas-tugas yang ada di hadapan mereka. Pekerjaan rumah Tuhan dan gereja hanyalah sesuatu yang mereka lakukan di waktu luang, dan mereka harus didorong untuk melakukan segala sesuatu. Melindungi kepentingan diri mereka sendiri adalah panggilan mereka yang sebenarnya, segala sesuatu yang mereka suka lakukan adalah hal yang benar. Di mata mereka, apa pun yang diatur oleh rumah Tuhan atau yang berkaitan dengan jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan tidak penting. Apa pun kesulitan yang orang lain hadapi dalam pekerjaan mereka, masalah apa pun yang mereka identifikasi dan laporkan kepada para antikristus, setulus apa pun perkataan mereka, para antikristus mengabaikannya, mereka tidak mau terlibat, seolah-olah hal ini tidak ada hubungannya dengan mereka. Mereka sama sekali tidak peduli dengan urusan gereja, sebesar apa pun urusan ini. Bahkan ketika masalah tersebut berada tepat di hadapan mereka, mereka hanya menanganinya dengan enggan dan acuh tak acuh. Hanya jika mereka langsung ditangani oleh Yang di Atas dan diperintahkan untuk menyelesaikan masalah, barulah mereka akan dengan enggan melakukan sedikit pekerjaan nyata dan memberi kepada Yang di Atas sesuatu untuk dilihat; segera setelah itu, mereka akan melanjutkan urusan mereka sendiri. Terhadap pekerjaan gereja, terhadap hal-hal penting dengan konteks yang lebih luas, mereka tidak tertarik, melalaikannya. Mereka bahkan mengabaikan masalah-masalah yang mereka temukan, mengelak ketika ditanya, hanya menanggapinya dengan sangat enggan. Ini adalah perwujudan dari keegoisan dan kekejian, bukan?" ("Lampiran Empat: Meringkas Karakter Kemanusiaan Para Antikristus dan Esensi Watak Mereka (Bagian Satu)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). "Di mana ada saudara-saudari, dan di mana Tuhan bekerja, bagaimana mungkin tempat-tempat semacam itu tidak disebut rumah Tuhan? Dalam hal apa itu bukan gereja? Namun, antikristus hanya memikirkan hal-hal dalam lingkup pengaruh mereka sendiri. Mereka tidak peduli mengenai tempat-tempat lainnya. Bahkan sekalipun mereka menemukan masalah, mereka tidak peduli. Parahnya, ketika terjadi kesalahan dan menyebabkan kerugian, mereka tidak memperhatikannya. Ketika ditanya mengapa mereka mengabaikannya, mereka mengucapkan kekeliruan yang konyol, dengan berkata, 'Jangan mengomentari apa yang bukan urusanmu.' Perkataan mereka terdengar rasional, mereka tampaknya memahami batasan-batasan dalam apa yang mereka lakukan, dan mereka secara lahiriah tampak memiliki sedikit moralitas, tetapi apa esensinya? Ini adalah perwujudan natur yang egois dan hina dari orang-orang semacam itu. Mereka hanya melakukan segala sesuatu untuk diri mereka sendiri, hanya untuk ketenaran, kekayaan, dan status mereka sendiri. Mereka tidak sedang melaksanakan tugas mereka sama sekali. Inilah ciri khas lain dari kemanusiaan antikristus—mereka egois dan hina" ("Lampiran Empat: Meringkas Karakter Kemanusiaan Para Antikristus dan Esensi Watak Mereka (Bagian Satu)" dalam "Menyingkapkan Antikristus").

Melalui firman Tuhan aku memahami bahwa antikristus, untuk melindungi reputasi dan kedudukan mereka, hanya akan melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, dan tidak peduli seberapa banyak harus menderita atau berapa harga yang harus mereka bayar. Namun, mereka sama sekali tidak peduli dengan keseluruhan pekerjaan. Jika bukan tanggung jawab mereka dan tidak ada kaitannya dengan kepentingan mereka, sebanyak apa pun pekerjaan rumah Tuhan dirugikan, mereka takkan pernah menganggapnya serius atau berusaha menyelesaikan masalah. Aku memahami bahwa antikristus itu egois dan hina, tidak punya hati nurani dan nalar, hanya mementingkan reputasi dan statusnya sendiri, dan sama sekali tidak memikirkan kepentingan rumah Tuhan. Aku sadar aku pun sama. Kupikir pekerjaan efek khusus bukan tanggung jawabku, jadi ketika saudara-saudariku melaporkan bahwa Saudara Chen memiliki masalah, meskipun berjanji untuk menyelesaikannya, "solusi"-ku tak lebih dari sekadar mengingatkan Saudari Zhang dan meminta dia untuk menyelesaikannya. Tentang hasil akhirnya, apakah Saudara Chen dipindahkan atau diganti, aku tak peduli dan tidak menindaklanjuti. Ketika melihat pekerjaan efek khusus tidak membuahkan hasil, paling banter, aku hanya mengirim pesan untuk mengingatkan Saudari Zhang, tetapi tidak cemas pada kenyataan bahwa pekerjaan itu tidak membuahkan hasil. Namun, mengingat ke belakang, aku sangat memperhatikan pekerjaan Injil yang merupakan tanggung jawabku. Aku biasanya selalu memperhatikan keadaan saudara-saudariku untuk melihat apakah mereka menghadapi masalah dan kesulitan dalam memberitakan Injil. Begitu menemukan masalah, aku segera menemui para pengawas untuk menyelesaikannya bersama. Ketika mendapati pemimpin tim dan pengawas yang tidak bertanggung jawab dalam tugasnya, atau ketika mereka menghadapi masalah atau kesulitan, aku akan segera bersekutu dengan mereka karena takut jika keadaan mereka tidak diselesaikan, pekerjaan Injil akan terhambat, sehingga para pemimpinku akan berpikir aku memiliki kualitas yang buruk, tidak cakap, dan tidak mampu melakukan pekerjaan nyata, yang akan membahayakan kedudukanku. Keduanya adalah pekerjaan rumah Tuhan, tetapi ada perbedaan besar dalam seberapa besar aku memandang pentingnya kedua pekerjaan ini. Aku benar-benar egois dan hina! Selain itu, aku menggunakan "Jangan mengomentari apa yang bukan urusanmu" sebagai alasan untuk menganggap pekerjaan efek khusus sebagai tanggung jawab Saudari Zhang. Aku merasa harus bijaksana dalam hal pemindahan personel dan membiarkan dia menyelidiki dan menangani masalah apa pun yang kulihat. Jika langsung ikut campur dalam pekerjaan itu, aku akan tampak tidak rasional, jadi aku punya alasan yang dapat dibenarkan untuk mengabaikannya. Jelas, aku melaksanakan tugasku secara tidak bertanggung jawab dan tidak menyelesaikan masalah nyata, dan akibatnya pekerjaan gereja terpengaruh. Pada akhirnya, aku menggunakan "rasionalitas" sebagai alasan untuk mengelak dari tanggung jawab. Aku benar-benar sangat licik dan curang! Aku teringat firman Tuhan, "Di mana ada saudara-saudari, dan di mana Tuhan bekerja, bagaimana mungkin tempat-tempat semacam itu tidak disebut rumah Tuhan? Dalam hal apa itu bukan gereja?" Ya. Apa pun natur pekerjaan itu, itu adalah pekerjaan rumah Tuhan dan menyangkut kepentingannya. Namun, aku sama sekali tidak peduli dengan pekerjaan rumah Tuhan atau kepentingannya. Aku hanya peduli pada reputasi dan statusku sendiri. Aku sama sekali tak punya kemanusiaan!

Kemudian, aku membaca dua bagian firman Tuhan. "Beberapa orang selalu suka mengucapkan kata 'rumah kami' ketika mereka berbicara. Betapa manis kedengarannya, tetapi apa arti 'rumah kami'? Ini berarti rumah Tuhan, ini berarti gereja dan tidak boleh digambarkan sebagai 'rumah kami'. Kelak engkau tidak boleh menggambarkan rumah Tuhan dengan cara seperti ini. Jika mereka yang memiliki kenyataan kebenaran, dan mereka yang menjunjung tinggi pekerjaan gereja mengatakan 'rumah kami', itu dapat diterima. Jika engkau benar-benar menganggap rumah Tuhan sebagai rumahmu sendiri dan melakukan tugasmu di dalam rumah Tuhan dengan rasa tanggung jawab yang benar, maka adalah masuk akal untuk menggambarkan rumah Tuhan sebagai 'rumah kami', yang mana dalam hal ini tidak terdapat unsur kepalsuan tentang penyebutan ini. Jika engkau sama sekali tidak bertanggung jawab dengan pekerjaan rumah Tuhan, dan bersikap asal-asalan dalam tugasmu, jika engkau bahkan tidak mengambil botol minyak yang tumpah, tidak membersihkan rumah ketika kotor, dan tidak menyekop salju di halaman selama musim dingin, apakah engkau masih memenuhi syarat untuk menyebut rumah Tuhan sebagai 'rumah kami'? Dalam pikiran orang semacam itu, ini jelas adalah rumah orang lain dan tidak ada kaitannya dengan mereka, tetapi mereka sering dengan berani mengatakan 'rumah kami', membuat orang merasa seolah-olah mereka benar-benar adalah anggota keluarga Tuhan. Bukankah ini penipuan? Bukankah ini kemunafikan? Hal terpenting yang harus dimiliki oleh orang yang percaya kepada Tuhan adalah hati nurani dan nalar. Jika engkau bahkan tidak memiliki hati nurani dan nalar, apa yang membuatmu berpikir bahwa engkau layak untuk mengatakan 'rumah kami'? Engkau adalah engkau, Tuhan adalah Tuhan, dan engkau tidak ada kaitannya dengan rumah Tuhan. Ada banyak orang yang percaya kepada Tuhan tetapi sama sekali tidak mengejar kebenaran. Mereka acuh tak acuh terhadap urusan keluarga Tuhan, mereka mengabaikan masalah apa pun yang mereka temukan, dan mereka tidak peduli akan hal-hal yang seharusnya menjadi tanggung jawab mereka, mereka menjauhkan diri mereka dari masalah saudara-saudari mereka, mereka tidak merasakan kebencian ketika para pelaku kejahatan bertindak, mereka tidak memiliki kesadaran diri ketika menghadapi masalah prinsip yang signifikan, dan apa pun yang terjadi di rumah Tuhan tidak ada kaitannya dengan mereka. Apakah orang-orang semacam itu memandang rumah Tuhan sebagai milik mereka? Tentu saja tidak. Orang-orang ini tidak memenuhi syarat untuk menyebut rumah Tuhan sebagai 'rumah kami', dan mereka yang mengatakan ini adalah orang-orang munafik" ("Mereka Bertindak Licik, Berperilaku Individualistis dan Diktatorial, Tidak Pernah Berkomunikasi dengan Orang, dan Memaksa Orang untuk Mematuhi" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). "Beberapa orang tidak memahami banyak kebenaran. Mereka tidak memahami prinsip dalam apa pun yang mereka lakukan, dan ketika mereka menghadapi masalah, mereka tidak tahu cara yang benar untuk menanganinya. Apa yang harus dilakukan dalam kasus ini? Standar terendah adalah bertindak menurut hati nurani—ini adalah dasarnya. Bagaimana seharusnya engkau bertindak menurut hati nurani? Rinciannya adalah, ketika engkau bertindak, engkau harus bertindak dengan mengandalkan hati yang tulus, dan menjadi layak atas kasih karunia dan kebaikan Tuhan, menjadi layak atas kehidupan yang Tuhan berikan kepadamu, dan menjadi layak atas kesempatan yang Tuhan berikan untuk memperoleh keselamatan ini. Apakah itu bertindak menurut hati nurani? Setelah engkau memenuhi standar minimum ini, engkau akan mendapatkan perlindungan dan engkau tidak akan melakukan kesalahan yang menyedihkan. Engkau tidak akan begitu mudah melakukan hal-hal yang tidak menaati Tuhan atau melalaikan tanggungmu, engkau juga tidak akan begitu cenderung untuk bertindak secara asal-asalan. Engkau juga tidak akan begitu rentan untuk membuat rencana jahat demi kedudukan, ketenaran, kekayaan, dan masa depanmu sendiri. Inilah peran yang dimainkan oleh hati nurani. Hati nurani dan nalar kedua-duanya seharusnya menjadi bagian dari kemanusiaan seseorang. Keduanya adalah hal yang paling mendasar dan paling penting. Orang macam apakah yang tidak memiliki hati nurani dan tidak memiliki nalar kemanusiaan yang normal? Secara umum, dia adalah orang yang tidak memiliki kemanusiaan, orang yang memiliki kemanusiaan yang sangat buruk. Secara lebih mendetail, apa perwujudan tidak adanya kemanusiaan yang diperlihatkan orang ini? Cobalah menganalisis ciri-ciri apa yang ditemukan dalam diri orang-orang semacam itu dan perwujudan spesifik apa yang mereka tunjukkan. (Mereka egois dan kejam.) Orang-orang yang egois dan kejam bersikap acuh tak acuh dalam tindakan mereka dan menjauh dari apa pun yang tidak berkaitan dengan mereka secara pribadi. Mereka tidak memikirkan kepentingan rumah Tuhan, mereka juga tidak menunjukkan perhatian kepada kehendak Tuhan. Mereka tidak terbeban untuk memberi kesaksian tentang Tuhan atau melaksanakan tugas-tugas mereka, dan mereka tidak memiliki rasa tanggung jawab. Apa yang mereka pikirkan setiap kali mereka melakukan sesuatu? Pemikiran pertama mereka adalah, 'Apakah Tuhan akan tahu jika aku melakukan ini? Apakah ini terlihat oleh orang lain? Jika orang lain tidak melihatku mencurahkan semua upaya ini dan bekerja dengan rajin, dan jika Tuhan juga tidak melihatnya, maka tidak ada gunanya mencurahkan upaya atau menderita untuk ini.' Bukankah ini adalah keegoisan? Pada saat yang sama, ini juga adalah niat yang sangat hina. Ketika mereka berpikir dan bertindak dengan cara ini, apakah hati nurani mereka berperan? Apakah hati nurani mereka tertuduh dalam hal ini? Tidak. Ada orang-orang yang tidak mau bertanggung jawab dalam tugas apa pun yang sedang mereka laksanakan. Mereka juga tidak melaporkan masalah yang mereka temukan kepada atasan mereka. Ketika mereka melihat orang-orang suka ikut campur dan mengganggu, mereka berpura-pura tidak melihat. Ketika mereka melihat orang jahat melakukan kejahatan, mereka tidak berusaha menghentikannya. Mereka tidak memikirkan kepentingan rumah Tuhan sedikit pun, juga tidak memikirkan apa tugas dan tanggung jawab mereka. Ketika melaksanakan tugasnya, orang-orang semacam ini tidak melakukan pekerjaan nyata apa pun; mereka adalah orang yang selalu setuju dengan pemimpinnya yang berhasrat akan kenyamanan; mereka berbicara dan bertindak hanya demi kesombongan, reputasi, status, dan kepentingan mereka sendiri, serta pasti akan mencurahkan waktu dan upaya mereka untuk apa pun yang menguntungkan mereka" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman").

Setelah membaca firman Tuhan, rasa sakit seolah menusuk hatiku. Orang yang punya hati nurani dan nalar memikirkan beban Tuhan, ikut merasakan kekhawatiran dan keprihatinan Tuhan, dan memberikan segalanya untuk kepentingan rumah Tuhan. Ketika sesuatu mengganggu pekerjaan rumah Tuhan atau merugikan kepentingannya, mereka maju membelanya, dan rela kepentingan mereka sendiri dirugikan demi melindungi kepentingan gereja. Inilah anggota keluarga Tuhan yang sesungguhnya. Namun bagaimana denganku? Ketika melihat Saudara Chen tidak sesuai dan kemajuan pekerjaan terpengaruh, aku tidak berusaha bekerja bersama Saudari Zhang untuk menyelesaikannya, dan membiarkan pekerjaan itu tertunda. Jika saudara-saudari tidak melaporkan lagi bahwa pekerjaan efek khusus terpengaruh secara serius, aku pasti tidak mendesak Saudari Zhang untuk dengan segera memberhentikan Saudara Chen. Kini Saudara Chen telah diberhentikan, tetapi setelah berbulan-bulan tertunda, bagaimana mungkin hilangnya sumber daya manusia dan material dapat dipulihkan? Tuhan memberiku kesempatan untuk melaksanakan tugasku, berlatih sebagai pemimpin. Tuhan memberiku tugas ini agar aku bisa mengejar kebenaran, bertanggung jawab dan setia dalam tugasku, menemukan dan menyelesaikan berbagai masalah dalam pekerjaan gereja tepat waktu, dan melakukan pekerjaan nyata. Namun, aku telah hidup menurut racun iblis, seperti "Biarkan hal-hal berlalu jika tidak memengaruhi seseorang secara pribadi", "Setiap orang seharusnya mengerjakan pekerjaannya sendiri dan tidak mencampuri urusan orang lain", dan "Semakin sedikit masalah, semakin baik". Aku hanya mementingkan diriku sendiri dengan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabku. Sedangkan hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan, reputasi, dan statusku, aku sama sekali tidak mau peduli. Aku merasa harus meluangkan waktu dan membayar harga, dan pada akhirnya, aku pasti tak mendapatkan manfaat apa pun. Aku hanya melindungi reputasi dan statusku, tanpa memedulikan pekerjaan keluarga Tuhan, dan sama sekali tidak peduli atau berusaha membantu ketika melihat kepentingan rumah Tuhan dirugikan. Aku sangat egois, tidak peduli, tak punya hati nurani! Faktanya, sekalipun melakukan pekerjaan yang sudah jelas adalah tugasku dan memenuhi tanggung jawabku, semua yang kulakukan bukan untuk menerapkan kebenaran, memuaskan Tuhan, dan memenuhi tugas makhluk ciptaan, tetapi untuk melindungi reputasi, status, dan kepentingan pribadiku sendiri. Pada akhirnya, Tuhan pasti tidak berkenan atau mengakuiku sebagai anggota keluarga Tuhan. Jika tidak bertobat dan berubah, cepat atau lambat, aku pasti ditolak dan disingkirkan oleh Tuhan karena menentang Dia. Begitu menyadari hal ini, aku berdoa kepada Tuhan bahwa aku mau bertobat, dan tak mau lagi egois, hina dan hanya memikirkan kepentinganku sendiri dalam tugas.

Kemudian, aku teringat dengan persekutuan Tuhan tentang tanggung jawab para pemimpin. Salah satunya adalah, "Terus mengikuti perkembangan keadaan para pengawas dari berbagai pekerjaan dan personel yang bertanggung jawab atas berbagai pekerjaan penting, dan dengan segera mengalokasikan kembali atau mengganti mereka bila diperlukan untuk mencegah atau mengurangi kerugian karena menempatkan orang pada pekerjaan yang tidak sesuai, dan menjamin efisiensi serta kelancaran kemajuan pekerjaan" (Mengenali Para Pemimpin Palsu (1)). Ada dua bagian firman Tuhan lagi yang meninggalkan kesan mendalam bagiku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Berbagai pengawas pekerjaan dan personel bertanggung jawab atas pekerjaan penting: apakah entah mereka memiliki kenyataan kebenaran, berprinsip dalam tindakan mereka, dan mampu melakukan pekerjaan rumah Tuhan atau tidak adalah hal yang sangat penting? (Ya.) Jika para pemimpin dan pekerja mendapatkan pemahaman yang akurat tentang keadaan para pengawas utama yang bertanggung jawab atas berbagai pekerjaan dan membuat penyesuaian yang sesuai dalam personel, itu seperti mengawasi setiap program kerja. Ini sama artinya dengan memenuhi tanggung jawab dan tugas mereka. Jika para personel ini tidak diatur dengan benar dan muncul masalah, pekerjaan gereja akan sangat terpengaruh. Jika para personel ini memiliki kemanusiaan yang baik, memiliki dasar dalam iman, bertanggung jawab dalam menangani masalah, dan mampu mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah-masalah, maka menempatkan mereka sebagai penanggung jawab pekerjaan akan mengurangi banyak masalah. Yang penting adalah pekerjaan dapat berjalan dengan lancar. Namun, jika para pengawas tim tersebut tidak dapat diandalkan, memiliki kemanusiaan yang buruk dan tidak berperilaku baik, serta tidak menerapkan kebenaran—dan, selain itu cenderung menyebabkan gangguan—maka mereka pasti akan mengacaukan segalanya, dan ini akan membahayakan seluruh pekerjaan gereja. Ini akan sangat berpengaruh. Jika mereka sekadar tidak serius atau melalaikan kewajiban mereka, hal ini dapat menyebabkan keterlambatan dalam pekerjaan; kecepatan kemajuan pekerjaan akan menjadi agak lebih lambat dan pekerjaan menjadi agak kurang efisien. Namun, jika mereka adalah antikristus, masalahnya menjadi serius: ini bukanlah masalah bekerja dengan cara yang sedikit tidak efisien dan sedikit tidak efektif—mereka akan merusak, mengganggu, dan melumpuhkan semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawab mereka. Karena itu, terus mengetahui status pengawas dari setiap pekerjaan dan personel penting lainnya, dan membuat penyesuaian dan pemberhentian yang tepat waktu, bukanlah kewajiban yang bisa dihindari oleh para pemimpin dan pekerja—ini adalah pekerjaan yang sangat serius, sangat penting. Jika para pemimpin dan pekerja dapat mengikuti perkembangan kemanusiaan dari berbagai pengawas dan staf utama, dan mengikuti perkembangan sikap mereka terhadap kebenaran serta terhadap keadaan dan kondisi mereka di setiap tahap dan dapat dengan segera menyesuaikan atau menangani hal-hal ini sesuai dengan keadaan tersebut, maka pekerjaan dapat berjalan dengan lancar. Sebaliknya, jika orang-orang ini berperilaku liar dan tidak melakukan pekerjaan nyata di dalam gereja, dan para pemimpin dan pekerja tidak segera mengidentifikasi hal ini dan membuat penyesuaian, dan akhirnya menunggu sampai pekerjaan itu telah rusak parah sebelum mengidentifikasi masalah, yang berarti menangani masalah setelah menjadi serius dan baru kemudian secara perlahan-lahan berusaha menyesuaikan, memperbaiki, dan memulihkan situasi, itu berarti para pemimpin dan pekerja semacam itu telah gagal total dalam kewajiban mereka. Mereka adalah para pemimpin palsu" (Mengenali Para Pemimpin Palsu (3)). "Para pemimpin palsu tidak pernah mencari informasi ataupun berusaha mengetahui keadaan aktual dari para pengawas kelompok, mereka juga tidak mencari informasi ataupun mencari keterangan atau berusaha untuk memahami situasi tentang jalan masuk kehidupan, sikap terhadap pekerjaan dan tugas, berbagai sikap terhadap Tuhan dan kepercayaan kepada Tuhan dari para pengawas kelompok dan staf yang bertanggung jawab atas pekerjaan penting; para pemimpin palsu tidak mencari informasi tentang perubahan mereka, kemajuan mereka, atau berbagai masalah yang muncul selama pekerjaan mereka, khususnya yang berkaitan dengan dampak kesalahan dan penyimpangan yang terjadi selama berbagai tahap pekerjaan terhadap pekerjaan gereja dan umat pilihan Tuhan. Para pemimpin palsu tidak mengetahui apa pun tentang hal itu. Karena tidak mengetahui apa pun tentang semua rincian ini, mereka menjadi pasif ketika masalah muncul. Ketika para pemimpin palsu bekerja, mereka tidak peduli dengan semua rincian ini. Mereka hanya mengatur para pengawas kelompok, dan kemudian menganggap tugas mereka sudah selesai setelah menyerahkan pekerjaan. Mereka yakin bahwa sesudah melakukan hal itu, pekerjaan mereka telah selesai, dan masalah-masalah selanjutnya tidak ada kaitannya dengan mereka. Karena mereka gagal mengawasi, membimbing, dan menindaklanjuti para pengawas dari masing-masing kelompok, karena mereka gagal memenuhi tanggung jawab mereka di area ini, pekerjaan menjadi kacau. Inilah yang dimaksud dengan bersikap lalai sebagai pemimpin atau pekerja. Tuhan memiliki kemampuan untuk melihat ke dalam hati manusia; manusia tidak memiliki kemampuan itu. Karena itulah, manusia harus bekerja lebih keras, tidak boleh malas, dan harus dengan segera menyelesaikan pekerjaan. Tak pelak lagi, kegagalan para pemimpin palsu untuk memenuhi tanggung jawab mereka saat melakukan pekerjaan ini adalah suatu kelalaian tugas yang menyedihkan, dan kelalaian yang menyebabkan para pengawas tertentu memperlihatkan berbagai masalah dan tetap memegang jabatan mereka sekalipun tidak cakap, yang pada akhirnya menyebabkan penundaan yang berulang-ulang dalam pekerjaan, serta membuat berbagai macam masalah tetap ada dan tetap tak terselesaikan. Inilah masalah-masalah yang diakibatkan oleh para pemimpin palsu yang tidak pernah mencari informasi dan berusaha mengetahui keadaan dari para pengawas. Ada masalah tentang apakah para pengawas mungkin melakukan kelalaian atau tidak, dan apakah mereka sedang melakukan pekerjaan nyata atau tidak. Berkenaan dengan masalah-masalah ini, karena para pemimpin palsu tidak melakukan pemeriksaan, tidak sering mencari informasi tentang apa yang sedang terjadi di bawah kepemimpinan mereka, dan tidak memiliki pemahaman terkini tentang situasinya, mereka sama sekali tidak mengetahui seberapa baik para pengawas sedang bekerja, kemajuan apa yang sedang mereka buat, dan apakah mereka sedang melakukan pekerjaan nyata atau hanya meneriakkan slogan dan menggunakan fenomena lahiriah tertentu untuk memperlakukan Yang di Atas dengan asal-asalan. Ketika ditanya tentang pekerjaan pengawas tertentu dan pekerjaan apa yang secara khusus sedang mereka lakukan, mereka menjawab, 'Aku tidak tahu—bagaimanapun juga, mereka tidak pernah menyebutkan hal lain ketika aku berbicara tentang pekerjaan dengan mereka.' Sejauh inilah pengetahuan para pemimpin palsu; mereka secara keliru yakin bahwa apabila para pengawas tidak melalaikan tanggung jawab mereka dan selalu siap untuk bekerja setiap saat jika dibutuhkan, maka ini adalah demonstrasi nyata dari fakta bahwa tidak ada masalah dengan para pengawas tersebut. Beginilah cara kerja para pemimpin palsu; apakah ini merupakan indikasi kebohongan? Bukankah mereka sedang gagal memenuhi tanggung jawab mereka? Ini adalah kelalaian tugas yang menyedihkan" (Mengenali Para Pemimpin Palsu (3)).

Dari firman Tuhan aku memahami bahwa salah satu tugas utama pemimpin adalah menempatkan orang yang tepat untuk memimpin setiap area pekerjaan. Hanya jika orang yang tepat memimpin barulah setiap area pekerjaan dapat berjalan dengan lancar. Inilah yang dimaksud dengan memenuhi tanggung jawab dan tugasnya. Jika orang yang memimpin berkualitas buruk, tidak mampu melakukan pekerjaan nyata atau menyelesaikan masalah nyata, atau jika mereka memiliki sedikit kualitas, tetapi mengabaikan tugas, tidak menempuh jalan yang benar, dan tidak melaksanakan tugas dengan benar, ini akan menghalangi pekerjaan rumah Tuhan, dan saudara-saudari dalam lingkup tanggung jawab mereka juga akan terpengaruh. Jika orang yang memimpin adalah pelaku kejahatan atau antikristus dan tidak digantikan tepat waktu, pada akhirnya, mereka hanya dapat menyebabkan gangguan serius dan merugikan pekerjaan rumah Tuhan, dan bahkan dapat melumpuhkan pekerjaan. Jadi, setelah para pemimpin dan pekerja memilih orang yang memimpin, mereka harus menindaklanjuti dan mengawasi secara teratur, nemahami tentang penyimpangan dan masalah dari si pemimpin dalam tugasnya dan menyampaikan persekutuan yang tepat waktu dan membantu menyelesaikannya untuk mengurangi dampak pada pekerjaan karena penyimpangan dan masalah. Pemimpin yang berkualitas buruk dan tidak melakukan pekerjaan nyata juga harus segera dipindahkan dan diberhentikan untuk memastikan bahwa pekerjaan dapat berjalan dengan normal. Inilah tanggung jawab sebagai pemimpin. Jika kita menunggu sampai pemimpin yang tidak sesuai telah memengaruhi pekerjaan dan menyebabkan kerusakan besar baru memberhentikan mereka, artinya kita lalai dalam tugas kita, dan kita adalah pemimpin palsu. Aku tidak bertanggung jawab langsung atas pekerjaan Saudara Chen, tetapi sebagai pemimpin gereja, karena saudara-saudariku melaporkan masalah tentang dia kepadaku, aku bertanggung jawab untuk menyelidiki dan menindaklanjuti untuk melindungi pekerjaan rumah Tuhan, tetapi aku mempertahankan sikap yang tidak bertanggung jawab dan mengabaikannya, sehingga menunda penyelesaian masalah dan menyebabkan pekerjaan dirugikan. Bukankah ini justru perilaku pemimpin palsu? Pada saat yang sama, aku teringat tentang Saudari Zhang. Dia bertanggung jawab atas pekerjaan Saudara Chen dan selalu berhubungan dengannya. Selama periode ini, aku mengingatkannya berkali-kali bahwa Saudara Chen memiliki masalah. Namun, apakah dia menindaklanjuti dan menyelidiki keadaan Saudara Chen? Jika ya, seharusnya dia menyadari bahwa Saudara Chen tidak sesuai untuk menjadi pemimpin tim, jadi mengapa dia tidak menggantikan Saudara Chen? Jika dia tahu Saudara Chen punya masalah dan tidak menggantikannya, bukankah dia salah satu pemimpin palsu yang disingkapkan oleh Tuhan? Jadi, aku mengirim pesan dan bertanya kepada Saudari Zhang. Namun, dia berkata bahwa dia tidak mengetahui masalah Saudara Chen, dan bahwa ketika aku mengingatkannya sebelumnya, dia tidak menganggapnya serius, dan tidak menyelidiki kinerja Saudara Chen secara detail. Dia tidak melakukan pekerjaan nyata atau menyelesaikan masalah nyata. Bukankah ini kelalaian yang serius? Pada waktu itulah para pemimpinku mengirimiku dua evaluasi tentang Saudari Zhang. Mereka melaporkan bahwa Saudari Zhang melakukan tugasnya tanpa rasa terbeban dan tidak menindaklanjuti pekerjaan tepat waktu, yang berdampak serius pada kemajuan pekerjaan. Ketika masalah ini muncul, dia tidak merenungkan dirinya sendiri, dan dia sering tertidur di pertemuan. Setelah membaca ini, aku makin merasa bahwa Saudari Zhang adalah pemimpin palsu. Aku tahu aku egois, hina dan tidak bertanggung jawab dalam hal Saudara Chen, dan kegagalanku untuk memberhentikannya tepat waktu menyebabkan penundaan dalam pekerjaan efek khusus. Jadi kini setelah masalah Saudara Zhang begitu jelas, aku tak bisa lagi mengabaikannya.

Aku teringat firman Tuhan, "Tugas apa pun yang sedang kaulaksanakan, hanya jika engkau bertekun dalam bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, barulah engkau akan benar-benar memenuhi tanggung jawabmu; bersikap asal-asalan sesuai dengan cara manusia melakukan segala sesuatu berarti bersikap acuh tak acuh dan sembrono; berpegang pada prinsip-prinsip kebenaran adalah satu-satunya cara melaksanakan tugasmu dengan benar dan memenuhi tanggung jawabmu—yang merupakan salah satu wujud kesetiaan terhadap tugasmu. Hanya jika engkau memiliki rasa tanggung jawab ini, memiliki tekad dan keinginan ini, jika ditemukan dalam dirimu perwujudan kesetiaan terhadap tugasmu, barulah Tuhan akan memperkenan dirimu, dan memandangmu dengan persetujuan. Jika engkau bahkan tidak memiliki rasa tanggung jawab ini, Tuhan akan memperlakukanmu sebagai orang pemalas, orang bodoh, dan akan memandang rendah dirimu. Dari sudut pandang manusia, itu berarti tidak menghormatimu, tidak menganggapmu serius, dan memandang hina dirimu" (Mengenali Para Pemimpin Palsu (8)). "Jika para pemimpin dan pekerja dapat bekerja dengan penuh semangat dan proaktif, sedikit lebih rajin, dan bekerja dengan kecepatan yang sedikit lebih cepat, bukankah waktu penyelesaian masalah gangguan dan kekacauan yang disebabkan oleh para pelaku kejahatan akan lebih cepat? Apakah kecepatan penyelesaiannya akan lebih cepat? Jika kecepatannya lebih cepat dan waktunya lebih awal, bukankah berbagai kerugian yang orang-orang ini bawa ke rumah Tuhan akan berkurang sampai taraf tertentu? Bukankah inilah yang seharusnya dilakukan oleh para pemimpin dan pekerja? (Ya.) Rumah Tuhan tidak menuntutmu untuk menangani masalah dengan segera, dengan seketika, dan tepat pada saat masalah itu terjadi. Rumah Tuhan tidak mengharuskanmu untuk melakukan hal ini. Rumah Tuhan mengharuskanmu, ketika situasi mulai berkembang, ketika tanda-tanda muncul, ketika sesuatu dilaporkan, engkau mengambil tindakan, melakukan sesuatu, dan merencanakan solusi untuk mengatasinya. Solusi ini meliputi bertanya kepada saudara-saudari terkait untuk memahami situasinya, berdiskusi dan berkomunikasi dengan para penanggung jawab, ketua kelompok, para pemimpin, dan pekerja gereja di mana masalah itu terjadi, dan kemudian merencanakan bagaimana cara menanganinya. Jika engkau mengalami kesulitan untuk mencapai penyelesaian akhir atau memahami prinsip-prinsip yang tepat yang digunakan untuk menangani masalah tersebut, maka engkau dapat mencari bersama Yang di Atas" (Mengenali Para Pemimpin Palsu (26)). Firman Tuhan sangat jelas. Hanya mereka yang memiliki sikap serius dan bertanggung jawab terhadap tugasnya, yang melakukan penyelidikan, barulah dapat dikatakan memperlakukan tugasnya dengan setia dan dapat dipercaya. Beberapa orang melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin tetapi tidak melakukan pekerjaan nyata, tidak bertanggung jawab dalam semua yang mereka lakukan, dan bertindak sembarangan, mengendur, dan sekadarnya. Orang-orang semacam itu tidak hanya memiliki kemanusiaan yang buruk, tetapi juga tidak dapat dipercaya. Mereka sama sekali tidak dapat dipercaya, dan Tuhan membenci orang-orang semacam itu. Dari firman Tuhan, aku juga menemukan jalan penerapan. Ketika dihadapkan dengan berbagai masalah dalam pekerjaan gereja, aku harus dengan segera menyelidiki, memahami dengan jelas, menanganinya sesuai dengan prinsip, dan secara proaktif memenuhi tanggung jawab dan tugasku. Hal ini sesuai dengan kehendak Tuhan. Kini, saudara-saudari telah melaporkan beberapa perilaku pemimpin palsu Saudari Zhang. Jika benar, maka tanggung jawabnya terhadap pekerjaan gereja tidak hanya akan memengaruhi kemajuan pekerjaan, tetapi juga akan membahayakan jalan masuk kehidupan saudara-saudariku, jadi aku harus segera mengetahui kinerja konsisten Saudari Zhang dalam pelaksanaan tugasnya, dan mengevaluasi apakah dia memenuhi syarat untuk menjadi pemimpin berdasarkan prinsip. Jadi, aku menemui pemimpinku untuk membahas masalah ini, yang juga kebetulan mengetahui tentang perilaku Saudari Zhang. Bersama-sama, kami memverifikasi laporan itu, dan memutuskan bahwa laporan tentang masalahnya adalah benar. Saudari Zhang adalah pemimpin palsu yang selalu tidak melakukan pekerjaan nyata, jadi kami memberhentikannya dari tugasnya pada hari itu juga. Setelah melakukan hal ini, aku merasa sangat tenang.

Melalui pengalaman ini, aku sadar naturku sangat egois. Aku tidak sehati dengan Tuhan dalam tugasku, memikirkan kepentinganku sendiri dalam segala hal, dan masih jauh dari memenuhi tuntutan Tuhan. Jika bukan karena penghakiman firman Tuhan dan pengungkapan fakta, aku pasti tidak pernah menyadari kelemahan dan kekuranganku, dan pasti tidak pernah mencapai pertobatan dan perubahan sejati. Pada saat yang sama, aku juga memahami bahwa bertanggung jawab dan setia dalam tugas dan melindungi kepentingan rumah Tuhan adalah satu-satunya cara memiliki hati nurani dan kemanusiaan, serta mendapatkan perkenanan Tuhan, dan hanya dengan cara inilah kita dapat merasakan kedamaian dan sukacita sejati. Syukur kepada Tuhan!

Selanjutnya: Berubah Melalui Tugasku

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait