Dibebaskan dari Keirihatian

14 Desember 2022

Oleh Saudara Claude, Prancis

Di awal tahun 2021, aku melayani sebagai pengkhotbah dan berpartner dengan Saudara Matthew untuk memimpin pekerjaan gereja. Aku baru menjalani tugas itu dan masih banyak yang belum kupahami, jadi aku sering menghampirinya untuk bertanya. Selama masa itu, Matthew sering memberitahuku watak rusak yang dia tampilkan dalam tugasnya. Seiring waktu, aku mulai meremehkannya. Aku berpikir diriku tak serusak dirinya, dan aku tak diuntungkan jika berpartner dengannya. Aku berpikir bahwa aku lebih baik darinya. Aku bahkan berpikir: "Bagaimana awal mulanya dia menjadi pengkhotbah? Dahulu aku pemimpinnya. Seharusnya aku yang mengajarinya cara menjadi pengkhotbah, bukan sebaliknya. Karena menjadi pengkhotbah lebih dahulu, semua orang mengaguminya." Aku tak terima, dan bertekad harus lebih baik darinya. Untuk melampauinya, aku sering membandingkan pekerjaan kami. Contohnya, saat Matthew bilang dia tak punya waktu untuk menyelesaikan semua pekerjaannya, aku akan merasa bahagia, karena aku telah menyelesaikan semua pekerjaan yang menjadi tanggunganku dan karena itu, pemimpin tingkat atas lebih mengagumiku. Namun, hal yang mengejutkan adalah, Matthew berhasil menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggungannya. Suatu hari, pemimpin menugaskan kami untuk memilih beberapa orang yang bisa dibina sebagai pekerja penyiraman. Hanya dalam dua hari, Matthew sudah menemukan tiga kandidat. Aku panik, berpikir: "Aku harus bergerak. Setidaknya aku harus menyamai angka Matthew. Jika tidak, dia akan mendapatkan lebih banyak pujian daripada aku." Jadi, hanya dalam tiga hari, aku menemukan tujuh orang. Aku merasa sangat puas karena berhasil melampaui Matthew. Tapi saat pemimpin bertanya tentang situasi para kandidat, dia menyimpulkan bahwa tak satu pun yang sesuai untuk melayani sebagai pekerja penyiraman. Aku tak memahami situasi mereka saat memilih mereka sebagai kandidat. Tapi semua kandidat Matthew dianggap sesuai—mereka memiliki kualitas, kemanusiaan yang baik, mereka suka kebenaran dan bersedia mengorbankan diri untuk Tuhan. Hasil kerja selama tiga hari tersebut sia-sia dan aku merasa sedih. Aku juga mulai merasa cemburu dengan Matthew. Kenapa dia selalu mendapatkan hasil bagus dalam tugasnya? Dan kenapa aku tidak? Dia akan membagikan firman Tuhan ke kelompok-kelompok kami dengan antusias, dan bahkan menindaklanjuti pekerjaan yang menjadi tanggunganku—mustahil menonjolkan diri jika ada dia di sekitarku. Aku muak dengannya dan bahkan mulai membencinya. Kenapa aku harus memenuhi tugasku bersamanya? Aku tak ingin dia menarik perhatian dan aku harap dia tak mendapatkan hasil dari pekerjaannya. Aku terus memperebutkan ketenaran dan tak mengubah cara kerjaku.

Selama masa itu, aku mengawasi pekerjaan Saudari Anais, mantan pemimpin gereja. Kondisinya buruk karena dia tak berhasil dengan tugasnya, jadi pemimpinku menyuruhku memberikan dukungan. Tapi saat aku menghubunginya, dia bilang bahwa dia sudah mencari Matthew untuk mencari dan bersekutu, dan Matthew membagikan firman Tuhan kepadanya dan membantunya menyelesaikan masalah. Ini membuatku merasa tak berguna. Aku sangat tak bahagia karena Matthew mengacaukan pekerjaanku. Pemimpin gereja ini di bawah pengawasanku dan aku tak ingin orang menganggap aku gagal dalam bertugas dan menyelesaikan masalah. Makin dipikirkan, aku makin marah dan tak ingin berpartner dengan Matthew lagi. Aku ingin bekerja sendiri karena dengan demikian aku bisa menarik perhatian orang. Setelah itu, aku berusaha menghindarinya sambil memenuhi tugasku. Pada suatu waktu, Matthew memintaku membahas masalah untuk persekutuan di sebuah pertemuan. Dia menelepon dan mengirim pesan, tapi aku sengaja mengabaikannya. Aku tak ingin membahas apa pun dengannya. Saat dia bertanya tentang pekerjaan, aku tak akan menjawab tepat waktu, dan saat dia memintaku bersekutu di pertemuan, aku sengaja diam dan memintanya untuk bersekutu sendiri. Aku berpikir: "Lagi pula, selama kau ada di sini, saudara-saudari tak akan tertarik padaku. Jadi, apa gunanya persekutuan?" Selama satu pertemuan, Matthew meminta pendapatku di akhir persekutuan. Menurutku dia terlalu banyak bersekutu dan mengatakan semua hal yang ingin kusampaikan, jadi aku sedikit tak senang. Jadi, aku berkata padanya: "Kau bersekutu dengan watak angkuh. Kau tak mengungkapkan naturmu yang rusak, dan hanya membahas beberapa pemahamanmu secara samar. Kau hanya memberikan garis besarnya, tapi tak membahas detailnya." Aku tahu perkataanku tak akurat—aku mengatakannya dengan sengaja. Aku hanya ingin mengurangi antusiasmenya, agar dia tak bisa sering bicara di pertemuan-pertemuan selanjutnya. Saat dia mengirim pesan menanyakan keadaanku atau hal-hal lain, aku tak meresponsnya. Aku mengira dengan begitu dia tahu bahwa aku enggan berpartner dengannya. Aku bahkan ingin agar dia berhenti mengirimiku pesan. Aku hanya ingin dia pergi dan memberiku ruang untuk menunjukkan bakatku. Aku juga ingin melakukan tugas purnawaktu sepertinya, agar saat saudara-saudari membutuhkanku, aku bisa langsung mendampingi mereka. Dengan demikian mereka akan mengagumiku. Aku ingin berhenti dari pekerjaan duniawiku dan sepenuhnya membaktikan diri pada tugasku, tapi aku masih harus bekerja untuk mencari nafkah dan menghidupi keluargaku. Aku merasa cukup sedih karena tak bisa membaktikan diriku secara purnawaktu kepada tugasku seperti Matthew. Aku bahkan berpikir: "Lebih baik aku berhenti menjadi pengkhotbah. Dengan demikian aku tak perlu berpartner dengan Matthew. Aku tak akan terpengaruh olehnya jika pindah tugas dan aku akan dapat menonjolkan diri." Tapi saat aku sungguh mempertimbangkan untuk berhenti, aku merasa sedikit bersalah dan bingung bertindak. Aku berdoa kepada Tuhan, meminta-Nya membantuku memahami kondisiku saat itu.

Aku mengingat kutipan firman Tuhan yang berbunyi: "Tugas berasal dari Tuhan; tugas adalah tanggung jawab dan amanat yang Dia berikan kepada manusia. Lalu, bagaimana seharusnya manusia memahaminya? 'Karena ini adalah tugasku dan amanat Tuhan untukku, ini adalah kewajiban dan tanggung jawabku. Sudah menjadi kewajibanku untuk menerimanya. Aku tak boleh menolak atau menampiknya; aku tak boleh memilah dan memilihnya. Apa yang ditugaskan kepadaku tentu saja adalah tugas yang harus kulaksanakan. Bukannya aku tidak memenuhi syarat untuk memillih—itu karena aku tidak boleh memilih. Inilah akal sehat yang seharusnya dimiliki makhluk ciptaan'" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Melalui firman Tuhan, aku sadar bahwa tugas kita diberikan oleh Tuhan. Aku harus melakukan tugasku dan memenuhi semua tanggunganku. Aku tak boleh lari dari tanggung jawab dan menjadi pemilih. Inilah alasanku yang seharusnya. Sedangkan bagiku, karena hasratku yang membara untuk melampaui Matthew belum terpuaskan, aku ingin berhenti dari tugasku. In sangat menyakiti Tuhan! Aku tak menganggap tugasku sebagai sebuah tanggung jawab, melainkan cara untuk menonjolkan diri, dan alat untuk memenangkan rasa hormat dan kagum. Aku ingin berhenti dari pekerjaanku dan melaksanakan tugas purnawaktu bukan untuk memuaskan Tuhan dengan memenuhi tugas tersebut, melainkan untuk memperebutkan status dengan partnerku dan melampauinya. Saat aku tak bisa melakukan tugas purnawaktu karena masalah praktis, aku ingin pindah ke tugas lain demi kesempatan menonjolkan diri. Kenyataan menunjukkan bahwa semua tindakanku bukan untuk melaksanakan tugas, melainkan memanfaatkannya sebagai kesempatan memperebutkan status. Tuhan membenci perilaku semacam itu.

Setelah itu, aku menemukan beberapa firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Manusia sungguh kejam! Kelicikan dan intrik, perampasan dan perebutan satu sama lain, persaingan demi ketenaran dan kekayaan, pembantaian satu sama lain—kapankah semuanya ini akan berakhir? Sekalipun Tuhan telah mengucapkan ratusan ribu kata, tak seorang pun yang tersadar. Manusia bertindak hanya demi kepentingan keluarga dan putra-putri mereka, demi karier, prospek masa depan, kedudukan, kesombongan, dan uang, demi makanan, pakaian, dan kedagingan mereka. Namun adakah seorang pun yang tindakannya benar-benar demi kepentingan Tuhan? Bahkan di antara mereka yang bertindak demi Tuhan, hanya sedikit yang mengenal Tuhan. Berapa banyak orang yang tidak bertindak demi kepentingan diri mereka sendiri? Berapa banyak yang tidak menindas atau mengucilkan sesamanya untuk melindungi kedudukan mereka sendiri? Untuk alasan ini, Tuhan telah dijatuhi hukuman mati secara paksa berkali-kali, dan hakim kejam yang tak terhitung banyaknya telah menghukum Dia dan sekali lagi memakukan Dia di kayu salib. Berapa banyak yang bisa disebut orang benar karena mereka benar-benar bertindak demi Tuhan?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Orang Jahat Pasti akan Dihukum"). "Ada beberapa orang yang selalu takut bahwa orang lain lebih baik daripada mereka dan lebih tinggi daripada mereka, bahwa orang lain akan dihargai sedangkan mereka diabaikan. Ini mengakibatkan mereka menyerang dan mengecualikan orang lain. Bukankah ini contoh perasaan iri terhadap orang-orang yang lebih mampu daripada diri mereka sendiri? Bukankah perilaku semacam itu egois dan hina? Watak macam apa ini? Ini adalah watak yang jahat! Hanya memikirkan kepentingan dan memuaskan keinginannya sendiri, tidak menunjukkan perhatian terhadap orang lain atau kepentingan rumah Tuhan—orang-orang semacam ini memiliki watak yang buruk, dan Tuhan tidak mengasihi mereka. Jika engkau benar-benar mampu memikirkan kehendak Tuhan, engkau akan mampu memperlakukan orang lain dengan adil. Jika engkau merekomendasikan orang yang baik dan membiarkan mereka menjalani pelatihan dan melaksanakan suatu tugas, dengan demikian menambahkan seorang yang berbakat ke dalam rumah Tuhan, bukankah pekerjaanmu akan menjadi lebih mudah untuk dilakukan? Bukankah engkau akan sesuai yang diharapkan dengan kesetiaanmu dalam tugas ini? Ini adalah perbuatan baik di hadapan Tuhan; inilah hati nurani dan akal yang minimal harus dimiliki oleh orang yang menjadi pemimpin" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Melalui firman Tuhan, aku memahami kondisiku saat itu. Tuhan berfirman: "Ada beberapa orang yang selalu takut bahwa orang lain lebih baik daripada mereka dan lebih tinggi daripada mereka, bahwa orang lain akan dihargai sedangkan mereka diabaikan. Ini mengakibatkan mereka menyerang dan mengecualikan orang lain. Bukankah ini contoh perasaan iri terhadap orang-orang yang lebih mampu daripada diri mereka sendiri? Bukankah perilaku semacam itu egois dan hina? Watak macam apa ini? Ini adalah watak yang jahat!" Semua firman ini adalah kebenaran dan mereka mengungkap kondisiku yang sebenarnya. Saat melihat partnerku mendapatkan hasil yang lebih baik dariku dalam tugas, dan lebih baik dalam penyelesaian masalah saudara-saudari, aku merasa bahwa dia lebih baik dariku dan aku tak akan pernah bisa menonjolkan diri. Jadi, aku iri, mengecualikan, dan enggan berpartner dengannya. Aku sengaja mengabaikan pesannya dan tak menerima teleponnya. Saat dia mempersekutukan pengalaman dan pemahamannya, aku tak bekerja sama dengannya untuk menjaga kehidupan gereja, aku justru berusaha mencari-cari kesalahannya. Aku bahkan sengaja menyebutnya congkak dan menyerangnya agar dia tak terlalu antusias dan berhenti menonjolkan diri serta melampauiku. Aku sangat mendengki. Setiap kali harus melaksanakan tugas dengannya, aku merasa sangat tersiksa. Aku selalu ingin bersaing dan tak mampu bersikap tenang. Itu seperti firman Tuhan: "Manusia sungguh kejam! Kelicikan dan intrik, perampasan dan perebutan satu sama lain, persaingan demi ketenaran dan kekayaan, pembantaian satu sama lain—kapankah semuanya ini akan berakhir?" Karena hasratku akan ketenaran dan status tak pernah terpuaskan, aku mulai membenci partnerku. Aku hanya ingin menjauh dan melepaskan diri darinya agar aku bisa bekerja sendiri. Aku bahkan berniat berhenti dari tugasku. Aku sadar betapa dengki dan tak manusiawinya diriku. Aku tak berbeda dengan hewan liar buas yang memburu mangsanya, siap bersaing dan mencakar demi kepentingan pribadi. Aku hanya memedulikan diriku, bukan pekerjaan gereja. Meski pekerjaan gereja tertunda, aku tak merasa khawatir atau panik. Betapa egois dan hinanya diriku! Aku juga memikirkan penyebab aku tak bisa berpartner secara sederhana dan harmonis dengan Matthew. Aku sadar bahwa dalam imanku, aku mengambil langkah yang salah karena watak jahatku. Jika aku tak mencari kebenaran dan mengubah watakku yang rusak, aku akan kehilangan pekerjaan Roh Kudus dan jatuh ke dalam kegelapan. Aku berdoa kepada Tuhan beberapa kali, meminta bantuan-Nya untuk memahami diriku dan mengubah watakku yang rusak.

Lalu, aku melihat kutipan firman Tuhan: "Apa semboyan para antikristus di kelompok mana pun mereka berada? 'Aku harus bersaing! Bersaing! Bersaing! Aku harus bersaing untuk menjadi yang tertinggi dan terkuat!' Inilah watak antikristus; di mana pun mereka berada, mereka bersaing dan berusaha untuk mencapai tujuan mereka. Mereka adalah antek-antek Iblis dan mereka mengganggu pekerjaan gereja. Watak antikristus adalah seperti ini: mereka memulai dengan melihat ke sekeliling gereja untuk melihat siapa yang telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun dan memiliki modal, yang memiliki beberapa bakat atau keterampilan khusus, yang telah bermanfaat bagi saudara-saudari dalam jalan masuk mereka ke dalam kehidupan, yang dihormati, yang memiliki senioritas, yang pandai berbicara di antara saudara-saudari, yang memiliki lebih banyak hal-hal positif. Orang-orang itu akan menjadi saingan mereka. Singkatnya, setiap kali antikristus berada di antara sekelompok orang, inilah yang selalu mereka lakukan: mereka bersaing untuk mendapatkan status, bersaing untuk mendapatkan reputasi yang bagus, bersaing untuk menjadi penentu keputusan atas masalah dan kekuasaan tertinggi untuk membuat keputusan dalam kelompok tersebut, yang mana, begitu mereka telah memperolehnya, membuat mereka bahagia. ... Begitulah watak antikristus yang congkak, menjijikkan, dan tidak masuk akal. Mereka tidak memiliki hati nurani ataupun nalar, dan bahkan sama sekali tidak memiliki kebenaran. Orang dapat melihat dalam tindakan dan perbuatan antikristus bahwa apa yang mereka lakukan bukan berasal dari nalar orang normal, dan meskipun orang mungkin mempersekutukan kebenaran kepada mereka, mereka tidak menerimanya. Betapapun benarnya yang kaukatakan, mereka tidak mau mengindahkannya. Satu-satunya hal yang ingin mereka kejar adalah reputasi dan status, hal yang sangat mereka hargai. Asalkan mereka dapat menikmati manfaat status, mereka merasa puas. Mereka percaya, inilah nilai dari keberadaan mereka. Di kelompok mana pun mereka berada, mereka harus menunjukkan 'terang' dan 'kehangatan' yang mereka berikan, bakat khusus dan keunikan mereka kepada orang-orang. Dan karena mereka percaya bahwa mereka istimewa, mereka secara alami berpikir bahwa mereka seharusnya diperlakukan lebih baik daripada orang lain, bahwa mereka seharusnya menerima dukungan dan kekaguman dari orang, bahwa orang seharusnya mengagumi dan memuja mereka—mereka menganggap semua ini adalah hak mereka. Bukankah orang-orang semacam itu tak masuk akal dan tak tahu malu? Bukankah hadirnya orang-orang semacam itu di gereja hanya akan menimbulkan masalah?" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tiga)). Melalui firman Tuhan, aku menyadari kekejaman tindakanku. Rupanya, demi mencari ketenaran, status dan kekaguman orang lain dalam bertugas, aku menampilkan watak antikristus. Saat aku melihat bahwa persekutuan kebenaran Matthew memberi pencerahan, dia menerima hasil dari tugasnya dan saudara-saudari memuji dan menemuinya untuk bertanya, aku iri padanya. Agar bisa melampauinya dan memperoleh status di hati orang lain, aku bahkan berniat berhenti bekerja demi tugas purnawaktu agar aku selalu ada saat orang membutuhkanku untuk menyelesaikan masalah mereka. Dengan demikian orang lain akan mengagumiku dan tak akan ada lagi tempat spesial bagi partnerku di hati mereka. Setiap kali melaksanakan tugas dengan Matthew, aku selalu merasa hidup dalam bayangannya dan tak punya kesempatan menonjolkan diri. Aku tak suka karena dia selalu mendapatkan kekaguman dan pujian dari saudara-saudari dan aku bahkan berharap tak ada yang meresponsnya saat dia mengirim pesan ke ruang obrolan. Karena dia, tak ada saudara-saudari yang tertarik padaku, jadi aku menghabiskan waktu berperang dengannya, berharap bisa melampauinya dan membuat saudara-saudari mengagumi dan memujaku. Ini adalah perilaku yang sering kutampilkan dengan harapan memenangkan ketenaran dan status. Saat ambisi dan hasratku tak terpuaskan, aku berpikir bahwa aku tak punya kesempatan menonjolkan diri, dan berniat berhenti menjadi pengkhotbah, dengan harapan aku akan memiliki kesempatan menjadi terkenal di tugas berbeda. Aku sadar bahwa obsesiku terhadap ketenaran dan status tak terkendali. Aku seperti antikristus karena cintaku pada ketenaran dan status—hasrat yang mengakar di diriku, merupakan naturku. Aku sadar bahwa jalan yang kulalui sangat berbahaya. Watak Tuhan tak dapat disinggung—Dia benar. Jika aku tak berusaha berubah, dan hanya fokus memperebutkan ketenaran dan status tanpa memikirkan pekerjaan gereja, aku akan ditolak dan disingkirkan oleh Tuhan. Aku merasakan kemuakan mendalam terhadap tindakanku dan tak ingin terus memperebutkan status dengan partnerku. Aku berdoa kepada Tuhan, meminta-Nya membantuku untuk bebas dari belenggu dan batasan watak jahatku.

Lalu aku menemukan kutipan firman Tuhan ini: "Apa pun arah atau target pengejarannu, jika engkau tidak merenungkan pengejaranmu akan status dan gengsi, dan jika engkau merasa sangat sulit untuk mengesampingkan hal-hal ini, maka itu akan memengaruhi jalan masukmu ke dalam kehidupan. Selama status memiliki tempat di hatimu, itu akan sepenuhnya mengendalikan dan memengaruhi arah hidupmu dan tujuan yang kaukejar, dan jika inilah yang terjadi, akan sangat sulit bagimu untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran, apalagi mencapai perubahan dalam watakmu; tentang apakah engkau pada akhirnya dapat memperoleh perkenanan Tuhan atau tidak, tentu saja tidak. Selain itu, jika engkau tidak pernah mampu mengesampingkan pengejaranmu akan status, ini akan mempengaruhi kemampuanmu untuk melaksanakan tugasmu dengan baik, yang akan membuatmu sangat sulit untuk menjadi makhluk ciptaan Tuhan yang layak. Mengapa Kukatakan hal ini? Tuhan paling benci ketika orang mengejar status, karena mengejar status adalah watak Iblis, itu adalah jalan yang salah, itu lahir dari perusakan Iblis, itu adalah sesuatu yang dikutuk oleh Tuhan, dan itu adalah hal yang Tuhan hakimi dan tahirkan. Tuhan paling benci ketika orang mengejar status, tetapi engkau tetap dengan penuh semangat bersaing untuk mendapatkan status, engkau tak henti-hentinya menghargai dan melindunginya, selalu berusaha mengambilnya untuk dirimu sendiri. Dan pada dasarnya, bukankah semua ini bertentangan dengan Tuhan? Status tidak ditetapkan untuk manusia oleh Tuhan; Tuhan membekali manusia dengan jalan, kebenaran, dan hidup, dan pada akhirnya menjadikan mereka sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang layak, makhluk ciptaan Tuhan yang kecil dan tak berarti—bukan seseorang yang memiliki status dan gengsi serta dihormati oleh ribuan orang. Oleh karena itu, dari sudut pandang mana pun, pengejaran status adalah jalan buntu. Betapapun masuk akalnya alasanmu untuk mengejar status, jalan ini tetaplah jalan yang salah dan tidak dipuji oleh Tuhan. Sekeras apa pun engkau berusaha atau sebesar apa pun harga yang kaubayar, jika engkau menginginkan status, Tuhan tidak akan memberikannya kepadamu; jika status tidak diberikan oleh Tuhan, engkau akan gagal dalam perjuangan untuk mendapatkannya, dan jika engkau terus berjuang untuk mendapatkan status, hanya akan ada satu hasil: engkau akan disingkapkan dan disingkirkan, hal mana merupakan jalan buntu" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tiga)). Melalui firman Tuhan, aku sadar bahwa upayaku mengejar status bukan hanya menghambat kemampuanku melakukan tugas, tapi juga membuatku tak memenuhi syarat sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Karena selalu mencari status, berusaha melampaui Matthew dan mendapatkan kekaguman dari semua orang, serta selalu berebut dan bersaing, aku menjadi makin mendengki dan tak memiliki kemanusiaan yang normal. Aku sadar bahwa pencarian ketenaran dan status bukan jalan yang benar, melainkan jalan menuju kehancuran yang berlawanan dengan Tuhan. Karena aku menganggap diriku seseorang yang percaya pada Tuhan dan seorang makhluk ciptaan-Nya, aku seharusnya fokus mencari kebenaran dan berhenti memperjuangkan sesuatu yang tak berguna seperti pengejaran ketenaran dan status. Hanya dengan demikian aku bisa terhindar dari melakukan kejahatan dan melawan Tuhan. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan: "Tuhan! Aku menyadari natur jahatku. Karena obsesiku terhadap reputasi dan status, aku sering merasa cemburu terhadap Matthew dan enggan berpartner dengannya. Tuhan! Mulai sekarang, aku akan bertobat kepada-Mu dan tak mencari ketenaran serta status. Aku hanya akan mencari kebenaran dan melakukan tugasku dengan baik. Tolong tuntun dan bantu aku, Tuhan."

Selama saat teduhku, aku menemukan kutipan firman Tuhan berikut ini: "Apa prinsip-prinsipmu dalam berperilaku? Engkau semua harus berperilaku sesuai dengan posisimu, menemukan posisi yang tepat untukmu, dan melakukan tugas yang seharusnya kaulakukan; hanya orang seperti inilah yang berakal sehat. Sebagai contoh, jika ada orang yang cakap di suatu profesi dan dapat memahami prinsip-prinsipnya, maka mereka harus mengambil tanggung jawab dan melakukan pemeriksaan akhir di area tersebut; jika ada orang yang dapat memberikan gagasan dan wawasan sehingga memungkinkan semua orang lainnya untuk membangun di atas gagasan mereka dan melaksanakan tugas mereka dengan lebih baik—maka mereka seharusnya memberikan gagasan. Jika engkau dapat menemukan posisi yang tepat untukmu dan bekerja dalam keharmonisan dengan saudara-saudarimu, engkau akan memenuhi tugasmu dan engkau akan berperilaku sesuai dengan posisimu" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang"). Firman Tuhan memberiku jalan penerapan. Aku berpikir: "Aku orang biasa—seharusnya aku mencari cara menjadi makhluk ciptaan-Nya yang sejati, menjalani hidup, bekerja secara harmonis dengan orang lain dan melakukan tugasku sebaik mungkin. Hanya itu jalan yang benar." Aku mengingat saat Tuhan meminta Adam memberi nama pada binatang, Dia menyetujui semua nama yang disebutkan Adam—Dia tak menolak Adam dan membuat nama-Nya sendiri untuk menunjukkan betapa besar kuasa-Nya, tapi Dia menerima pilihan Adam. Ini menunjukkan bahwa kerendahhatian dan ketersembunyian Tuhan pantas dicintai. Tuhan Maha Tinggi, Tuhan dari segala makhluk, dan Dia dengan rendah hati merahasiakan diri-Nya. Sedangkan aku, makhluk ciptaan biasa, selalu ingin pamer dan memenangkan rasa hormat orang lain, dan bahkan berusaha menekan orang yang mendapatkan hasil bagus dalam tugasnya demi status dan reputasi pribadiku. Aku terlalu congkak dan irasional! Aku sangat menyesali perbuatanku, jadi aku menghadap Tuhan untuk bertobat dan berdoa kepada-Nya, meminta-Nya memberiku keberanian untuk mengungkapkan diri di depan partnerku.

Setelah itu, aku mengumpulkan keberanian dan meminta maaf kepada Matthew, mengungkap watak antikristusku yang berwujud hasrat untuk berebut dengannya demi ketenaran dan status. Setelah melakukan hal itu, aku merasa lebih damai. Setelah itu, Matthew menemukan beberapa firman Tuhan yang sesuai dengan kondisiku dan semuanya sangat membantuku. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan! Aku bersumpah kepada-Nya bahwa aku akan berperilaku sesuai kehendak-Nya. Setelah itu, aku berhenti mengabaikan pesan partnerku dan mulai aktif memberi kabar terbaru tentang status semua proyek yang menjadi tanggunganku, mengizinkan dia mengikuti perkembangan pekerjaanku dan mengawasi serta mendampingiku. Kami membahas pekerjaan kami dan berpartner dalam pertemuan dan persekutuan. Kami saling melengkapi dan menjunjung pekerjaan gereja sebagai tim. Syukur kepada Tuhan!

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Hidup di Hadapan Tuhan

Oleh Saudari Yong Sui, KoreaTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Untuk memasuki realitas, orang harus mengarahkan semuanya ke kehidupan nyata....

Iman: Sumber Kekuatan

Oleh Saudara Ai Shan, Myanmar Musim panas terakhir. Aku mempelajarinya di internet dan orang lain mempersekutukan banyak kebenaran denganku...