Akibat Menghindari Tanggung Jawab
Suatu hari pada Februari 2021, seorang pemimpin memberitahuku bahwa aku harus memimpin gereja-gereja para petobat baru di negara-negara berbahasa Spanyol. Aku cukup terkejut. Selama ini, aku telah melakukan pekerjaan Injil dan tidak pernah memimpin gereja para petobat baru. Aku tidak berpengalaman menyirami petobat baru dan juga tidak bisa berbahasa Spanyol. Aku yakin akan mengalami banyak masalah dan kesulitan. Aku pasti tidak tahu bagaimana menyelesaikannya. Para petobat baru itu seperti bayi baru lahir. Jika tidak disirami tepat waktu, mereka takkan memahami kebenaran dan takkan membangun dasar di jalan yang benar. Jika mereka mundur, bukankah aku telah melakukan kejahatan? Aku bisa diberhentikan atau bahkan disingkirkan. Pemimpin sebelumnya telah diberhentikan karena kinerja yang buruk. Pekerjaan di gereja petobat baru belum lama dimulai, dan banyak darinya berada dalam fase eksplorasi. Ini tidak mudah. Kurasa aku tak mampu melakukannya. Namun, aku tahu bahwa aku telah ditugaskan, dan tidak dapat menolaknya. Aku hanya tak mampu menenangkan perasaanku. Segala sesuatunya berjalan begitu mudah dalam pekerjaan Injilku sebelumnya. Aku mempertobatkan banyak orang setiap bulan. Namun, bekerja untuk gereja petobat baru pasti sulit, dan aku bisa disingkirkan jika kinerjaku buruk. Aku sangat khawatir dan tak yakin bisa melakukan pekerjaan dengan baik. Aku mengenang masa-masa ketika memberitakan Injil. Ada begitu banyak masalah di gereja petobat baru, dan ada beberapa yang aku sama sekali tidak tahu cara menyelesaikannya. Aku tak berdaya, dan sepertinya tugas itu terlalu berat. Jika aku tidak menyelesaikan masalah itu segera, pekerjaan gereja bisa terpengaruh. Tidak tahu harus berbuat apa, aku berdoa kepada Tuhan, memohon agar Dia membimbingku memahami kehendak-Nya dan tunduk.
Keesokan harinya, seorang saudara menceritakan beberapa masalah di gereja-gereja itu kepadaku. Dia berkata, "Makin banyak orang yang menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Ketika gereja tercerai-berai, beberapa pemimpin gereja tidak bertanggung jawab dan mengucilkan banyak jemaatnya. Mereka tidak memiliki pertemuan kelompok dan tidak dapat membaca firman Tuhan. Lihatlah pesan dari beberapa petobat baru." Ketika membuka pesan yang dia teruskan kepadaku, aku melihat seseorang berkata, "Saudaraku, apakah kau dari Gereja Tuhan Yang Mahakuasa? Aku tidak berada dalam kelompok pertemuan gereja. Aku mau mempersekutukan firman Tuhan Yang Mahakuasa secara online. Bisakah kau membantu? Aku merasa sedih karena tidak bisa makan dan minum firman Tuhan Yang Mahakuasa sekarang." Petobat baru lainnya berkata, "Saudaraku, aku tidak bisa makan dan minum firman Tuhan Yang Mahakuasa. Aku berada di luar rumah Tuhan, dan benar-benar tidak bahagia. Bisakah kau membantuku menemukan pertemuan?" Dan beberapa orang sangat menantikan pertemuan setiap hari, tetapi para pemimpin tidak menjadwalkannya. Saudara ini berkata dengan sedih, "Aku tidak tahu bagaimana caramu menyirami mereka. Sesibuk apa pun dirimu atau sesulit apa pun pekerjaanmu, tidakkah kau merasa sedih ketika melihat orang-orang yang telah menerima Injil ini tidak dapat berkumpul atau membaca firman Tuhan? Jika kita sedikit saja peduli, mereka pasti tidak dikucilkan dari rumah Tuhan." Mendengar hal ini darinya dan melihat pesan mereka rasanya tidak enak, dan aku tak mampu menahan air mataku. Karena kelalaian kami, para petobat baru dikucilkan dari rumah Tuhan. Mereka tidak bisa menjalani kehidupan bergereja atau membaca firman Tuhan, itu menyakiti hidup mereka. Namun bagiku, aku melihat semua masalah itu di gereja-gereja, tetapi tidak mengambil tanggung jawab. Aku tidak terbeban dengan hidup mereka. Aku tidak memikirkan bagaimana membuat kehidupan bergereja mereka diperbaiki dengan cepat, tetapi hanya ingin melarikan diri. Aku sangat egois! Aku teringat firman Tuhan: "Engkau semua mengatakan bahwa engkau mempertimbangkan beban Tuhan dan akan membela kesaksian gereja, tetapi siapakah di antaramu yang benar-benar mempertimbangkan beban Tuhan? Tanyakanlah kepada dirimu sendiri: apakah engkau seseorang yang telah menunjukkan pertimbangan akan beban Tuhan? ... Dapatkah engkau membiarkan maksud-maksud-Ku digenapi di dalam dirimu? Sudahkah engkau menyerahkan hatimu pada saat-saat paling krusial? Apakah engkau seseorang yang melakukan kehendak-Ku? Tanyakanlah pertanyaan-pertanyaan ini kepada dirimu sendiri dan seringlah memikirkan tentang hal ini" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 13"). Setiap firman dari Tuhan terasa seperti ditujukan langsung kepadaku. Aku merasa sedih dan sangat bersalah. Rumah Tuhan menempatkanku sebagai pemimpin atas pekerjaan gereja petobat baru, ingin agar aku memikirkan kehendak Tuhan. Aku harus sehati sepikir dengan saudara-saudari untuk menyirami mereka, sehingga mereka bisa berkumpul, membaca firman Tuhan, dan membangun dasar di jalan yang benar. Gereja-gereja petobat baru sedang didirikan di beberapa negara dan masih banyak masalah yang membutuhkan perhatian segera, tetapi aku tidak memikirkan kehendak Tuhan. Sejak menerima amanat itu, aku hanya memikirkan masa depanku sendiri, khawatir akan tersingkir dan tidak memiliki kesudahan jika tidak melakukan pekerjaan dengan baik. Aku tidak terbeban atau merasa bertanggung jawab terhadap tugasku. Aku sangat hina, dan tak punya kemanusiaan! Di balik saudara itu meneruskan pesan-pesan petobat baru itu kepadaku ada kehendak Tuhan. Itu untuk membangunkan hatiku yang mati rasa sehingga bisa melihat tanggung jawab yang telah kuambil dan dapat memiliki beban yang sejati terhadap tugasku. Aku berdoa kepada Tuhan, tidak mau lagi memikirkan masa depanku sendiri, tetapi bersandar pada-Nya, melakukan amanatku, dengan rajin melakukan tugasku, mencari kebenaran bersama orang lain, dan menyelesaikan masalah gereja secepat mungkin.
Kemudian aku mengatur beberapa orang untuk membantu membuat pengaturan bagi petobat baru yang tidak memiliki pertemuan. Aku juga berusaha untuk mendapatkan pemahaman yang benar tentang semua pekerjaan gereja. Di banyak gereja petobat baru, beberapa pengawas masih baru dalam pekerjaan mereka dan tidak tahu bagaimana melakukannya, dan beberapa dari mereka hanya bersikap asal-asalan, tidak menangani masalah petobat baru dengan cukup cepat. Mereka membutuhkan bantuan atau akan diberhentikan. Secara khusus, beberapa petobat baru berhenti menghadiri pertemuan karena pendeta mereka menyesatkan, dan makin banyak petobat baru yang seperti ini. Mau tak mau, aku mulai merasa khawatir ketika melihat masalah ini. Jika aku memimpin selama beberapa waktu tetapi segala sesuatu dalam pekerjaan kami tidak membaik, aku memiliki tanggung jawab yang tak terelakkan dan seiring waktu, aku yakin diriku akan tersingkap. Aku merasa makin tertekan. Aku terlihat selalu sibuk ke sana kemari, tetapi dalam hati, aku merasakan begitu banyak tekanan. Di akhir bulan, aku melihat jumlah petobat baru yang tidak menghadiri pertemuan telah bertambah. Aku merasa lemas. Kupikir aku baru saja mengambil tugas itu, jadi jika segera mengundurkan diri, aku akan melakukan kejahatan lebih sedikit. Jika aku terus melakukannya dan masalah petobat baru tidak terselesaikan dan mereka meninggalkan gereja, berarti aku telah melakukan kejahatan besar. Kemudian aku mungkin diberhentikan atau bahkan tempat tujuan dan kesudahanku lenyap. Pemikiranku untuk mengundurkan diri makin bertambah dan akhirnya aku memutuskan untuk mengundurkan diri. Dengan pemikiran ini, aku bangkit berdiri dan tiba-tiba merasa sangat pusing. Semuanya tampak seperti bergerak dan aku hampir pingsan. Aku tak pernah merasakan hal seperti itu, dan aku bertanya-tanya apakah itu karena stres. Aku memberi tahu seorang saudari, dan dia bersekutu denganku. Kehendak Tuhan ada di dalam apa yang tiba-tiba terjadi, dan sebuah pelajaran dapat dipetik darinya. Setelah mendengar hal itu, aku menjadi tenang, mencari dan merenungkan, serta berdoa kepada Tuhan, memohon pencerahan-Nya untuk memahami kerusakanku.
Aku membaca satu bagian firman Tuhan, bagian kedua di halaman 672. "Makan dan minum firman Tuhan, menerapkan kehidupan doa, menerima beban Tuhan, dan menerima apa yang Tuhan percayakan kepadamu—semua ini bertujuan untuk membuka jalan di hadapanmu. Semakin berat beban kepercayaan Tuhan yang engkau pikul, semakin mudah bagimu untuk disempurnakan oleh-Nya. Sebagian orang tidak mau bekerja sama dengan orang lain dalam melayani Tuhan, bahkan saat mereka telah menerima panggilan; inilah para pemalas yang hanya mau menikmati kenyamanan. Semakin engkau diminta melayani Tuhan dengan bekerja sama dengan sesama, semakin banyak pengalaman yang akan engkau peroleh. Karena memiliki lebih banyak beban dan pengalaman, engkau akan mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk disempurnakan. Oleh sebab itu, jika dapat melayani Tuhan dengan tulus, engkau akan dapat memperhatikan beban Tuhan; dengan demikian, engkau akan mendapatkan kesempatan lebih besar untuk disempurnakan oleh-Nya. Sekelompok orang seperti inilah yang tengah disempurnakan saat ini. Semakin Roh Kudus menjamahmu, engkau akan semakin sering memperhatikan beban Tuhan, engkau akan semakin disempurnakan-Nya, dan engkau akan semakin didapatkan oleh-Nya—hingga pada akhirnya, engkau akan menjadi orang yang dipakai oleh Tuhan. Sekarang ini, ada sebagian orang yang tidak memanggul beban bagi gereja. Mereka ini orang-orang yang malas dan ceroboh, dan hanya peduli pada daging mereka sendiri. Mereka terlalu egois dan juga buta. Jika tidak mampu melihat masalah ini dengan jelas, engkau tidak akan memikul beban apa pun. Semakin engkau memperhatikan kehendak Tuhan, semakin besar pula beban yang akan Tuhan percayakan kepadamu. Orang-orang egois tidak sudi memanggul derita semacam ini; mereka tidak mau membayar harga, dan sebagai akibatnya, mereka akan melewatkan kesempatan untuk disempurnakan oleh Tuhan. Bukankah ini mencelakakan diri sendiri? Jika engkau adalah orang yang memperhatikan kehendak Tuhan, engkau akan mengembangkan beban sejati bagi gereja. Sebenarnya, alih-alih menyebutnya beban bagi gereja, lebih tepat menyebutnya sebagai beban yang kautanggung bagi hidupmu sendiri, karena tujuan dari beban yang engkau kembangkan bagi gereja ini dimaksudkan agar engkau menggunakan pengalaman semacam itu untuk disempurnakan oleh Tuhan. Oleh sebab itu, barang siapa memikul beban terberat bagi gereja dan barang siapa membawa beban untuk memasuki kehidupan—merekalah yang akan menjadi orang-orang yang disempurnakan oleh Tuhan. Sudahkah engkau melihatnya dengan jelas? Jika gereja tempatmu berada tercerai berai bagai pasir, tetapi engkau tak merasa khawatir maupun cemas, dan engkau bahkan menutup mata saat saudara-saudarimu tidak makan dan minum firman Tuhan dengan normal, berarti engkau tidak memikul beban. Orang-orang semacam ini bukanlah jenis orang yang disukai oleh Tuhan. Mereka yang disukai-Nya selalu lapar dan haus akan kebenaran serta memperhatikan kehendak-Nya. Dengan demikian, engkau harus memperhatikan beban Tuhan sekarang juga; jangan tunggu watak kebenaran Tuhan tersingkap bagi seluruh umat manusia, baru engkau mau memperhatikan beban-Nya. Bukankah semuanya sudah terlambat saat itu? Sekarang adalah kesempatan bagus untuk disempurnakan oleh Tuhan. Jika membiarkan kesempatan ini berlalu begitu saja, engkau akan menyesalinya seumur hidup, sama seperti Musa yang tidak dapat memasuki tanah perjanjian Kanaan dan menyesalinya sepanjang sisa hidupnya, serta meninggal dengan penyesalan mendalam. Begitu Tuhan menyingkapkan watak kebenaran-Nya kepada seluruh umat manusia, engkau akan dipenuhi penyesalan. Bahkan jika Tuhan tidak menghajarmu, engkau akan menghajar dirimu sendiri karena penyesalan mendalam" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perhatikan Kehendak Tuhan Agar Dapat Mencapai Kesempurnaan"). Dari bagian firman Tuhan ini, aku memahami bahwa memiliki beban atas amanat Tuhan berkaitan dengan apakah seseorang dapat disempurnakan. Makin banyak beban yang dipikul seseorang dan makin sadar mereka akan beban Tuhan, makin mereka diberkati oleh Tuhan. Namun, mereka yang sama sekali tidak bertanggung jawab terhadap pekerjaan gereja dan tugas mereka, yang hanya melindungi diri sendiri tanpa menjunjung tinggi kepentingan gereja semuanya adalah orang-orang yang egois dan hina yang tidak dapat disempurnakan oleh Tuhan. Aku merenungkan betapa egoisnya diriku, tidak mau memikul beban berat atau memikirkan kehendak Tuhan, hanya memikirkan masa depanku sendiri. Ketika ada lebih banyak petobat baru yang tidak berkumpul secara teratur, aku tidak segera mencari solusi untuk menawarkan dukungan kepada mereka, tetapi aku khawatir akan disingkapkan dan disingkirkan jika tetap bertugas. Tanggung jawab terhadap jiwa-jiwa itulah yang tidak mampu kutanggung. Jadi, untuk melindungi diriku sendiri, aku mau mengundurkan diri dari tugas itu. Aku sama sekali tidak setia kepada Tuhan. Aku hanya memikirkan kepentinganku sendiri dalam tugasku. Ketika tidak diuntungkan, ditambah harus menderita dan bertanggung jawab, aku mau melarikan diri, untuk menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan. Aku sangat senang melakukan pekerjaan ketika semuanya berjalan lancar, tetapi ketika masalah muncul dan masa depanku sendiri terancam, aku ingin menyerah. Aku tidak tulus terhadap Tuhan dan benar-benar tidak memiliki hati yang jujur. Aku orang yang licik, mementingkan diri sendiri, dan keji yang tidak bisa diandalkan. Tuhan takkan menyempurnakan orang yang egois dan licik seperti diriku. Makin memikirkannya, makin aku membenci diriku sendiri karena tidak memiliki hati nurani. Aku tidak layak hidup di hadapan Tuhan. Aku dipenuhi rasa bersalah dan penyesalan.
Mengapa kita selalu memikirkan kepentingan dan masa depan kita sendiri dalam tugas kita? Mengapa kita begitu egois? Aku juga memikirkan hal yang sama. Dalam perenunganku, ketika membaca firman Tuhan yang menganalisis antikristus, aku memahami hal ini sedikit lebih jelas. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Dalam keadaan normal, orang harus menerima dan tunduk pada perubahan dalam tugas mereka. Namun, mereka harus merenungkan diri mereka sendiri, mengenali esensi masalah, dan mengenali kekurangan mereka sendiri. Ini adalah hal yang sangat baik dan tidak ada rintangan yang tidak dapat diatasi. Ini tidak rumit; ini sangat sederhana dan siapa pun dapat mempertimbangkan hal ini dengan jelas. Ketika sesuatu seperti ini terjadi pada orang normal, setidaknya mereka akan belajar sesuatu, mendapatkan pemahaman dan penilaian yang lebih akurat tentang diri mereka sendiri. Namun, tidak demikian bagi para antikristus—mereka berbeda dari orang normal apa pun yang terjadi pada diri mereka. Di manakah letak perbedaannya? Mereka tidak tunduk; mereka tidak secara proaktif dan sukarela bekerja sama, apalagi menerimanya dengan tulus. Sebaliknya, mereka merasa jijik akan hal ini, dan mereka menolaknya, menganalisisnya, merenungkannya, dan memutar otak mereka dengan berspekulasi: 'Mengapa aku dipindahkan untuk bekerja di tempat lain? Mengapa aku tidak bisa terus melakukan tugasku yang sekarang? Apakah aku benar-benar tidak layak? Apakah mereka akan memberhentikanku, atau menyingkirkanku?' Dalam pikirannya, mereka terus memikirkan apa yang telah terjadi, tanpa henti menganalisis dan merenungkannya. ... Masalah yang begitu sederhana—tetapi seorang antikristus meributkannya, dan memikirkannya terus menerus, sampai-sampai mereka tidak tertidur sekejap pun. Mengapa cara berpikir mereka seperti itu? Mengapa mereka berpikir sedemikian rumit tentang hal yang sederhana? Hanya ada satu alasan: setiap pengaturan yang dibuat oleh rumah Tuhan yang ada sangkut pautnya dengan mereka, mereka akan menghubungkan hal tersebut erat-erat dengan pengharapan akan berkat dan tempat tujuan mereka kelak. Itulah sebabnya mereka berpikir, 'Aku harus berhati-hati; satu langkah yang salah akan membuat setiap langkah menjadi salah, dan keinginanku untuk mendapatkan berkat tidak akan terjadi—dan itu akan menjadi kesudahanku. Aku tidak boleh ceroboh! Rumah Tuhan, saudara-saudari, pemimpin tingkat atas, bahkan Tuhan—mereka semua tidak dapat diandalkan. Aku tidak menaruh kepercayaanku kepada salah seorang pun dari mereka. Orang yang paling dapat diandalkan dan paling dapat dipercaya adalah diri sendiri; jika engkau tidak membuat rencana untuk dirimu sendiri, siapa lagi yang akan menjagamu? Siapa lagi yang akan mempertimbangkan prospekmu dan apakah engkau akan mendapatkan berkat atau tidak? Jadi, aku harus membuat persiapan yang cermat dan bekerja sangat keras untuk membuat rencana bagi diriku sendiri; aku tidak boleh membuat kesalahan, dan aku tidak boleh ceroboh sedikit pun—jika tidak, akan mudah bagi orang-orang untuk menipu dan memanfaatkanku.' Seorang antikristus memandang berkat sebagai sesuatu yang lebih besar daripada surga itu sendiri, lebih besar daripada hidup, lebih penting daripada perubahan watak atau keselamatan pribadi, dan lebih penting daripada menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi standar. Mereka berpikir bahwa menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi standar, melakukan tugas mereka dengan baik dan diselamatkan, semua itu adalah hal-hal remeh yang hampir tidak layak disebutkan, sedangkan mendapatkan berkat adalah satu-satunya hal di sepanjang hidup mereka yang tidak akan pernah bisa dilupakan. Oleh karena itu, dalam apa pun yang mereka hadapi, sebesar atau sekecil apa pun, mereka sangat berhati-hati dan penuh perhatian, serta selalu mencadangkan jalan keluar untuk diri mereka sendiri" ("Mereka Ingin Mundur Ketika Tidak Ada Status atau Harapan untuk Memperoleh Berkat" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Ketika merenungkan hal ini, aku menyadari bahwa melindungi diriku dalam tugasku dan memikirkan kepentinganku sendiri adalah diriku yang menunjukkan watak antikristus yang Tuhan singkapkan, karena bersikap sangat egois, hanya memikirkan berkat dan keuntungan pribadi. Motif memiliki iman adalah untuk diberkati oleh Tuhan. Setiap kali sesuatu terjadi, hal pertama yang kupikirkan adalah kesudahan dan tempat tujuanku sendiri, menghargai berkat sama seperti hidup. Aku memikirkan segalanya, menutup diriku terhadap Tuhan, mencadangkan jalan keluar, merasa takut disingkapkan dan disingkirkan jika tidak berhati-hati. Aku tidak memiliki iman yang sejati kepada Tuhan. Sejak memimpin gereja petobat baru, saat melihat begitu banyak kesulitan, aku ingin kembali menginjil. Aku merasa kinerjaku efektif dan menghasilkan dalam tugas itu, sehingga aku pasti menerima janji Tuhan dan memiliki tempat tujuan yang indah. Melihat semua masalah di gereja petobat baru itu, aku merasa khawatir orang akan mundur jika penyiraman tidak dilakukan dengan baik, bahwa aku pasti dimintai pertanggungjawaban dan disingkirkan. Aku merasa status dan masa depanku akan terpengaruh dan aku takkan diberkati, jadi aku ingin berbalik dan lari, sama sekali tidak mau melakukan tugas itu. Aku hanya melakukan tugasku untuk mendapatkan berkat, berusaha bertransaksi dengan Tuhan. Bukan untuk tunduk kepada Tuhan dan melakukan tugas makhluk ciptaan. Aku teringat pada Paulus yang berkeliling Eropa untuk memberitakan Injil, banyak menderita dan mendirikan banyak gereja, tetapi semua kerja keras itu hanya untuk diberkati. Dia ingin menggunakan pekerjaannya sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk mendapatkan keuntungan. Itulah sebabnya dia berkata, "Aku sudah melakukan pertandingan yang baik. Aku sudah menyelesaikan perlombaanku, aku sudah menjaga imanku: Mulai dari sekarang sudah tersedia bagiku mahkota kebenaran" (2 Timotius 4:7-8). Aku bertindak seperti Paulus, tanpa ketulusan dalam tugasku. Aku menginginkan upah dan berkat dari Tuhan untuk upaya lahiriahku. hidup menurut racun "Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri." Itu bukan melakukan tugas. Aku hanyalah seorang oportunis, orang tidak percaya yang telah berhasil masuk ke dalam rumah Tuhan. Aku benar-benar hina. Ada begitu banyak masalah nyata yang perlu ditangani di gereja dan aku tidak berfokus pada semua itu. Aku hanya memikirkan kesudahan dan tempat tujuanku, apakah aku akan diberkati atau tidak. Aku bukan manusia. Menyadari hal ini membuatku merasa sangat bersalah, jadi aku berdoa, tidak mau lagi memikirkan kesudahanku, tetapi menenangkan hatiku dan melakukan tugasku dengan baik.
Kemudian, aku membaca bagian lain firman Tuhan yang benar-benar mencerahkan, pada bagian kedua di halaman 1167. "Pelaksanaan tugas manusia sebenarnya adalah pencapaian dari semua yang melekat di dalam diri manusia, yaitu, apa yang mungkin dilakukan manusia. Saat itulah tugasnya terpenuhi. Kekurangan manusia selama pelayanannya secara berangsur-angsur berkurang melalui pengalaman yang progresif dan proses pengalaman penghakiman yang dialaminya; kedua hal ini tidak menghalangi atau memengaruhi tugas manusia. Mereka yang berhenti melayani atau menyerah dan mundur karena takut ada kekurangan dalam pelayanan mereka adalah orang yang paling pengecut di antara umat manusia. Jika manusia tidak dapat mengungkapkan apa yang seharusnya dia ungkapkan selama pelayanan atau mencapai apa yang secara mendasar mungkin dicapainya, dan malah bermain-main dan asal-asalan, mereka telah kehilangan fungsi yang seharusnya dimiliki oleh makhluk ciptaan. Orang-orang semacam ini dikenal sebagai 'orang yang biasa-biasa saja'; mereka adalah sampah yang tidak berguna. Bagaimana orang-orang semacam ini dapat disebut makhluk ciptaan? Bukankah mereka adalah makhluk rusak yang bersinar di luar tetapi busuk di dalam? ... Tidak ada hubungan antara tugas manusia dan apakah dia diberkati atau dikutuk. Tugas adalah apa yang manusia harus penuhi; itu adalah panggilan surgawinya, dan seharusnya tidak bergantung pada imbalan jasa, kondisi, atau nalar. Baru setelah itulah dia bisa dikatakan melakukan tugasnya. Diberkati adalah ketika orang disempurnakan dan menikmati berkat Tuhan setelah mengalami penghakiman. Dikutuk adalah ketika wataknya tidak berubah setelah mereka mengalami hajaran dan penghakiman, itu adalah ketika mereka tidak mengalami proses disempurnakan tetapi dihukum. Namun terlepas dari apakah mereka diberkati atau dikutuk, makhluk ciptaan harus memenuhi tugasnya, melakukan apa yang seharusnya dilakukan, dan melakukan apa yang mampu dilakukannya; inilah yang setidaknya harus dilakukan oleh orang yang mengejar Tuhan. Engkau tidak seharusnya melakukan tugasmu hanya untuk diberkati, dan engkau tidak seharusnya menolak untuk bertindak karena takut dikutuk. Kuberitahukan satu hal kepadamu: pelaksanaan tugas manusia adalah apa yang harus dia lakukan, dan jika dia tidak mampu melaksanakan tugasnya, maka ini adalah pemberontakannya. Melalui proses melakukan tugasnyalah manusia secara berangsur-ansur akan diubahkan, dan melalui proses inilah dia menunjukkan kesetiaannya. Karena itu, semakin banyak tugas yang mampu kaulakukan, semakin banyak kebenaran yang akan kauterima, dan akan semakin nyata pengungkapanmu" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perbedaan antara Pelayanan Tuhan yang Berinkarnasi dan Tugas Manusia"). Bagian ini membantuku memahami bahwa tugas tidak ada hubungannya dengan diberkati atau dikutuk. Sebagai makhluk ciptaan, sudah kewajibanku untuk melaksanakan tugas tanpa menghubungkannya dengan berkat. Kesulitan apa pun dalam tugas, aku harus berusaha sepenuh hati dan mengambil tanggung jawab itu. Sekalipun aku dipindahkan atau diberhentikan karena tidak bekerja dengan baik, aku akan memiliki sesuatu untuk dipelajari. Aku seharusnya tidak menyerah karena merasa takut disingkapkan dan disingkirkan. Rumah Tuhan memiliki prinsip untuk pemberhentian dan penyingkiran orang. Ketika orang dikeluarkan dari rumah Tuhan, itu bukan karena tugas tertentu yang mereka lakukan atau bukan karena mereka baru saja melakukan kesalahan dalam tugas mereka. Bukan itu alasannya. Alasannya selalu karena mereka tidak mengejar kebenaran dan tidak berada di jalan yang benar, dan terus-menerus tidak mau bertobat. Saudara-saudari yang mengejar kebenaran akan tetap diberi kesempatan bahkan setelah melakukan pelanggaran. Dengan bantuan dan penanganan, jika orang mengenal diri mereka sendiri, bertobat dan berubah, mereka dapat tinggal di rumah Tuhan. Aku juga memahami bahwa ketika Tuhan menilai apakah seseorang memenuhi syarat dalam melaksanakan tugasnya, ini bukan tentang seberapa banyak yang tampaknya dia korbankan atau seberapa banyak pencapaian yang mereka miliki, tetapi ini tentang apakah mereka berfokus mencari kebenaran dan mengikuti prinsip atau tidak, apakah mereka telah berusaha dengan sepenuh hati dan dengan segenap kekuatan mereka atau tidak Dan sebanyak apa pun masalah yang dihadapi seseorang, asalkan mereka memikirkan kehendak Tuhan dan mengejar kebenaran, Tuhan akan mencerahkan mereka, maka apa pun bisa diselesaikan. Jika orang tidak mengejar kebenaran, tetapi hanya memikirkan keuntungan dan kerugiannya sendiri, bersikap asal-asalan dalam tugas mereka dan tidak pernah bertobat, mereka pasti akan disingkapkan dan disingkirkan. Setelah memahami kehendak Tuhan, aku kembali memanjatkan doa, ingin berhenti memikirkan keuntungan dan kerugianku sendiri, tetapi hanya mengerahkan segenap kemampuan dalam tugasku.
Setelah itu, aku benar-benar mengabdikan diri ke dalam tugasku dan memeriksa dengan saksama detail pekerjaan di gereja-gereja, menuliskan semua masalah nyata yang ada. Aku berkonsultasi dengan pemimpin untuk hal-hal yang tidak mampu kuselesaikan, dan mencari persekutuan dari para pemimpin gereja lain. Setelah memahami prinsip dan penerapannya, aku mampu menangani banyak masalah. Ketika aku mengubah sikapku dan berhenti memikirkan masa depanku sendiri, tetapi hanyak memikirkan tentang bagaimana bekerja bersama saudara-saudari untuk menyelesaikan masalah petobat baru, kehidupan bergereja berada di jalur yang benar, selangkah demi selangkah. Para petobat baru yang tidak berkumpul juga secara berangsur mendapatkan kembali kehidupan bergereja mereka dan bisa makan dan minum firman Tuhan. Beberapa petobat baru juga mulai mengambil tugas penginjilan. Aku melihat bimbingan dan berkat Tuhan. Firman Tuhan "Berusaha secara aktif melakukan tugas sebagai makhluk ciptaan Tuhan adalah jalan menuju keberhasilan" adalah sesuatu yang kualami secara pribadi. Mengingat kembali semua itu, dari sejak gereja-gereja petobat baru itu memiliki banyak masalah ketika mereka secara berangsur berada di jalur yang benar dan para petobat baru menjalani kehidupan bergereja yang normal, semua itu adalah hasil pekerjaan Tuhan. Aku sadar bahwa pekerjaan Tuhan benar-benar sedang dilakukan oleh Tuhan sendiri, dan kita hanya bekerja sama dengan Tuhan. Apa pun tugas atau kesulitannya, kita harus tunduk dan tidak memikirkan keuntungan atau kerugian kita. Kita harus mencari kebenaran, memikirkan kehendak Tuhan, dan mengerahkan segenap kemampuan ke dalam tugas kita, dan kemudian kita akan melihat berkat Tuhan.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.