Aku Tidak Lagi Takut Akan Tanggung Jawab

04 Agustus 2021

Oleh Saudari Cheng Nuo, Tiongkok

Suatu hari di bulan November 2020, seorang pemimpin menghadiri pertemuan tim kami, dan setelah selesai, berkata bahwa dia ingin kami memilih pemimpin tim yang akan bertanggung jawab atas pekerjaan penyuntingan kami. Yang mengejutkanku, aku mendapat suara terbanyak. Aku sangat terkejut: aku terpilih menjadi pemimpin tim? Aku hampir tidak memiliki jalan masuk kehidupan dan kenyataan kebenaran. Bisakah aku menjalankan tugas memimpin tim? Jika ada masalah dalam pekerjaan, bukankah wajar jika mencari pemimpin tim untuk menerima tanggung jawab? Bagaimana jika aku tidak bisa menyelesaikan masalah-masalah itu dan akibatnya pekerjaan kami terganggu? Aku teringat sebuah pengalaman saat aku bertindak sebagai pemimpin tim. Aku hanya bermain aman tanpa menerapkan kebenaran. Saat melihat orang-orang mengganggu dan menghalangi pekerjaan gereja, aku tidak langsung menghentikannya karena takut menyinggung mereka. Akibatnya, pekerjaan gereja terganggu dan aku diberhentikan. Aku merasa jika tidak melakukan tugasku dengan baik kali ini, tetapi justru menghambat pekerjaan rumah Tuhan dan jalan masuk kehidupan saudara-saudari, itu sama dengan melakukan kejahatan. Diberhentikan bukan satu-satunya kekhawatiranku—bahkan ada kemungkinan aku disingkirkan. Aku tidak ingin melihat itu terjadi dan merasa tidak akan bisa menerimanya. Jadi, aku memberi tahu pemimpin bahwa aku tidak memiliki cukup jalan masuk kehidupan dan tidak mampu menyelesaikan masalah orang lain, karena itu aku tidak cocok untuk posisi itu. Aku mengutarakan berbagai macam alasan. Dia berkata aku harus menerima tugas itu dan tunduk, tetapi aku tidak bisa menemukan kedamaian dengan itu. Pikiranku berkecamuk. Saat itu, aku tiba-tiba teringat kutipan firman Tuhan ini: "Engkau harus tunduk dan bekerja sama secara aktif. Ini adalah tugas dan tanggung jawabmu. Apa pun jalan yang ada di depan, engkau harus memiliki hati yang taat. Tidak percaya diri, takut, khawatir, curiga—semua ini bukanlah sikap yang seharusnya engkau miliki terhadap tugasmu" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?"). Saat merenungkan ini, aku mulai merasakan ketenangan dan menyadari tugas yang diletakkan di depanku ini berasal dari kuasa dan pengaturan Tuhan. Meskipun tidak memahami kehendak Tuhan pada saat itu, aku melihat bahwa aku harus membiarkan diriku dipimpin oleh Tuhan dan tunduk.

Setelah itu, aku mendapati diriku menghadapi segala macam masalah dan kesulitan dalam tugasku, dan aku terutama tidak melihat kemajuan dalam pekerjaan tim kami. Kekhawatiranku muncul lagi, jika kinerja kami tidak meningkat, aku tidak akan bisa mengabaikan tanggung jawabku sebagai pemimpin tim. Memikirkan hal ini membuatku benar-benar kacau balau. Suatu malam, saat aku mengobrol dengan saudari yang bekerja paling dekat denganku tentang keadaan kami, aku mulai merasa sangat tidak nyaman saat dia membicarakan pemimpin tim sebelumnya yang telah diberhentikan karena tidak mengejar kebenaran atau berusaha untuk bekerja lebih baik. Dia tidak membuat peningkatan apa pun dalam keterampilan profesionalnya dan tidak bisa melakukan pekerjaan nyata apa pun. Aku tahu bahwa aku melayani sebagai pemimpin tim untuk sebuah tim yang menghadapi sejumlah kesulitan dan masalah, jadi jika aku tidak bisa mengatasinya dan melakukan pekerjaan nyata, apakah aku akan diberhentikan juga? Aku ingin kembali menjadi anggota tim biasa tanpa banyak tanggung jawab. Aku berpikir akan menjalankan tugas ini untuk sementara waktu karena aku baru saja terpilih, lalu jika ternyata tidak mampu, aku harus mundur baik-baik secepat mungkin agar tidak melakukan kejahatan yang bisa mengganggu dan merugikan pekerjaan gereja, lalu diberhentikan. Jika itu terjadi, aku bahkan mungkin kehilangan tempat tujuan akhirku. Aku menemukan diriku terjebak dalam keadaan itu, takut tidak melakukan tugasku dengan baik, harus bertanggung jawab atas masalah apa pun. Saat menemui kesulitan dalam pekerjaanku, aku mendapati diriku sangat takut jika aku tidak akan mampu menanganinya—aku terus-menerus menahan dalam rasa sakit dan penderitaan.

Lalu, kutipan firman Tuhan yang kubaca suatu hari yang menyingkap esensi dari watak antikristus memberiku wawasan tentang keadaanku: "Ketika penyesuaian sederhana dibuat untuk tugasmu, lakukan apa yang diperintahkan kepadamu, dan lakukan apa yang engkau mampu, dan apa pun yang engkau lakukan, lakukan itu sebaik mungkin dengan tenaga yang engkau miliki, dengan segenap hati dan segenap kekuatanmu. Apa yang telah Tuhan lakukan tidaklah salah. Bahkan kebenaran yang sesederhana ini tidak ada di hati para antikristus. Apa yang mereka miliki di dalam hati mereka? Kecurigaan, keraguan, penentangan, pencobaan ... Masalah yang begitu sederhana—tetapi seorang antikristus meributkannya, dan memikirkannya terus menerus, sampai-sampai mereka tidak tertidur sekejap pun. Mengapa cara berpikir mereka seperti itu? Mengapa mereka berpikir sedemikian rumit tentang hal yang sederhana? Alasannya sederhana, dan hanya ada satu: dalam setiap urusan atau pengaturan rumah Tuhan yang ada sangkut pautnya dengan mereka, mereka akan mengikat tali erat-erat yang menghubungkan hal tersebut dengan tempat tujuan mereka dan keinginan mereka untuk mendapatkan berkat. Inilah mengapa mereka berpikir, 'Aku harus berhati-hati; satu langkah yang salah akan membuat setiap langkah menjadi salah, dan keinginanku untuk mendapatkan berkat tidak akan terjadi—dan itu akan menjadi kesudahanku. Aku tidak boleh ceroboh! Rumah Tuhan, saudara-saudari, kepemimpinan atas, bahkan Tuhan—mereka semua tidak dapat diandalkan. Aku tidak menaruh kepercayaanku kepada salah seorang pun dari mereka. Orang yang paling dapat diandalkan dan paling dapat dipercaya adalah diri sendiri; jika engkau tidak membuat rencana untuk dirimu sendiri, siapa lagi yang akan menjagamu? Siapa lagi yang akan mempertimbangkan prospekmu dan apakah engkau akan mendapatkan berkat atau tidak? Jadi, aku harus bekerja sangat keras untuk membuat rencana bagi diriku sendiri, dan membuat persiapan dan perhitungan yang cermat; aku tidak boleh membuat kesalahan, dan aku tidak boleh ceroboh sedikit pun—jika tidak, akan mudah bagi orang-orang untuk membingungkanku dan memanfaatkanku'" ("Untuk Pemimpin dan Pekerja, Memilih Jalan adalah yang Paling Penting (29)" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Baru setelah membaca firman Tuhan ini aku mengerti sangatlah normal mengalami perubahan dalam tugas kita, dan aku harus mendekatinya dengan sikap yang tepat. Aku harus berusaha keras meningkatkan pekerjaanku dan menggenapi tanggung jawabku, dan jika masih belum bisa meningkatkan bahkan dengan upaya terbaikku, aku harus dengan legawa menerima diberhentikan. Tugas dialihkan sesuai kebutuhan rumah Tuhan dan kemampuan pribadi orang-orang untuk menjalankan tugas tertentu. Itu tidak ada hubungannya dengan kesudahan dan tempat tujuan orang. Namun, imanku kepada Tuhan kurang, dan aku tidak bisa memahami dengan benar perubahan yang sangat tepat dalam tugas orang di rumah Tuhan. Aku memiliki perspektif yang keliru, berpikir bahwa tugasku terkait erat dengan tempat tujuan dan kesudahanku, apakah aku akhirnya akan diberkati atau tidak. Aku meragukan semuanya, waspada terhadap Tuhan, takut akan disingkap dan disisihkan jika tidak bisa melakukan tugasku dengan baik, lalu aku tidak akan memiliki status atau masa depan apa pun. Aku benar-benar terlalu banyak berpikir dan terjebak dalam kejahatan! Aku mencoba bersikap licik dan bermain-main dengan Tuhan untuk melindungi kepentingan pribadiku, membuat rencana untuk menyerah jika tidak bisa bekerja dengan baik dalam tugasku. Aku sama sekali tidak memikirkan tentang bagaimana sebenarnya melakukan tugasku dengan baik, aku justru terpaku pada prospek masa depanku sendiri. Tuhan mengangkatku untuk bertindak sebagai pemimpin tim guna memberiku kesempatan untuk melatih diriku agar bisa membuat kemajuan dalam pekerjaan dan jalan masuk kehidupanku. Itulah kasih Tuhan untukku. Namun, aku telah memutarbalikkan gagasanku tentang kasih Tuhan, berpikir bahwa itu sebenarnya adalah aku hendak disingkap dan disingkirkan. Bukankah itu penghujatan terhadap Tuhan? Bukankah aku menyingkap watak jahat seorang antikristus?

Aku memikirkan kembali apa yang telah kusingkap selama periode waktu itu: aku sama sekali tidak memahami Tuhan, aku hanya diliputi spekulasi dan kewaspadaan. Aku sangat kesal dan tidak bisa berhenti berpikir kenapa aku ada dalam keadaan seperti itu, di mana sebenarnya akar masalahnya. Aku kemudian membaca kutipan lain dari firman Tuhan yang menyingkap watak antikristus yang benar-benar menggambarkan diriku: "Para antikristus tidak percaya bahwa ada kebenaran dalam firman Tuhan, dan mereka tidak percaya pada watak, identitas, atau esensi-Nya. Mereka memandang semua ini dengan pemikiran manusia dan sudut pandang manusia, menganalisis dan menyelidiki semua yang terjadi di sekitar mereka, dan juga dengan sudut pandang manusia, pemikiran manusia, dan tipu daya manusialah mereka memandang cara Tuhan memperlakukan manusia, berbagai pekerjaan yang Tuhan lakukan dalam diri manusia. Lebih dari itu, mereka menggunakan pemikiran manusia dan metode manusia, menggunakan logika dan pemikiran Iblis untuk memandang watak, identitas, dan esensi Tuhan. Jelas, para antikristus bukan hanya tidak menerima ataupun mengakui watak, identitas, dan esensi Tuhan, tetapi mereka penuh dengan gagasan dan konsepsi yang samar dan kosong tentang watak, identitas, dan esensi Tuhan. Mereka hanya dipenuhi pemahaman manusia; mereka tidak memiliki sedikit pun pengetahuan nyata. Oleh karena itu, pada akhirnya, bagaimana seorang antikristus mendefinisikan watak, identitas, dan esensi Tuhan? Bisakah mereka menetapkan bahwa Tuhan itu benar dan bahwa bagi manusia, Dia adalah kasih? Mereka pasti tidak bisa. Definisi para antikristus tentang kebenaran dan kasih Tuhan adalah sebuah tanda tanya—keraguan. Watak Tuhan menentukan identitas-Nya, dan mereka mendengus mengejek watak-Nya, dan mereka penuh dengan skeptisisme dan penuh penyangkalan dan penghinaan terhadap watak-Nya, lalu bagaimana dengan identitas-Nya? Watak Tuhan mewakili identitas-Nya; dengan menganggap identitas Tuhan sama seperti identitas mereka, pandangan mereka tentang identitas Tuhan terbukti dengan sendirinya—penyangkalan langsung. Inilah esensi dari para antikristus" ("Untuk Pemimpin dan Pekerja, Memilih Jalan adalah yang Paling Penting (26)" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan menunjukkan bahwa antikristus tidak percaya firman Tuhan adalah kebenaran, apalagi mengakui watak benar Tuhan. Mereka tidak pernah mendasarkan opini mereka pada firman Tuhan, tetapi mendekati segala sesuatu berdasarkan pemahaman manusia dan logika Iblis. Aku melihat diriku juga menyimpan watak antikristus itu, aku tidak memiliki pemahaman tentang watak benar Tuhan yang berkaitan dengan gereja menyesuaikan posisi, memberhentikan, atau menyingkirkan orang. Sebaliknya, aku melihat masalah ini dengan logika iblis seperti "Semakin besar mereka, semakin keras mereka jatuh," "Paku yang paling menonjol akan dipalu," dan "Berada di atas mendatangkan kesepian." Aku pikir memiliki lebih banyak status dan tanggung jawab hanya akan menyingkapku lebih cepat, lalu berujung pada penyisihan diriku. Itulah sebabnya, meskipun menerima posisiku sebagai pemimpin tim di luar, aku tetap waspada terhadap Tuhan, takut disingkap dan disingkirkan jika aku tersandung, lalu akhirnya kehilangan tempat tujuan akhirku. Aku adalah orang percaya yang membaca firman Tuhan, tetapi perspektifku tentang berbagai hal tidak berubah sama sekali, aku juga tidak pernah mencari kebenaran saat menghadapi masalah atau melihat hal-hal dalam terang firman Tuhan, justru menilai pekerjaan Tuhan berdasarkan gagasan iblis, membayangkan Tuhan sebagai semacam diktator yang akan menyingkap dan menyingkirkanku saat gagal sekecil apa pun, bukankah aku menyangkal watak benar Tuhan? Bukankah aku menghujat Tuhan? Faktanya adalah setiap kali seseorang diberhentikan atau disingkirkan oleh gereja, itu berdasarkan prinsip. Itu didasarkan pada pertimbangan menyeluruh dari kualitas seseorang, apakah mereka memiliki kemanusiaan yang baik atau jahat, apakah mereka mengejar kebenaran atau tidak, dan jalan apa yang mereka tapaki. Mereka tidak didefinisikan sebagai pribadi, diberhentikan dan disingkirkan berdasarkan pelanggaran sesekali atau pengungkapan sesaat mereka, atau apakah mereka berstatus tinggi atau tidak. Rumah Tuhan akan memberikan kesempatan lebih bagi para pemimpin yang benar-benar mengorbankan diri untuk Tuhan dan mengejar kebenaran, meskipun melakukan pelanggaran. Mereka akan dipangkas dan ditangani, diingatkan dan diperingatkan, dan siapa pun yang mampu mengenal dirinya sendiri, siapa pun yang bertobat dan berubah, akan terus dipakai dan dipupuk. Ada pemimpin palsu yang tidak melakukan kerja nyata, yang rakus akan kenyamanan, lalai dalam tugasnya, serta memegang posisi pemimpin tanpa memikul kewajiban seorang pemimpin. Orang seperti itu pasti akan diberhentikan dari posisinya, tetapi selama mereka bukan orang jahat yang melakukan segala macam kejahatan, mereka tidak akan begitu saja disingkirkan, diusir dari gereja. Rumah Tuhan akan mengatur tugas lain yang cocok untuk mereka, memberi mereka kesempatan untuk bertobat dan berintrospeksi. Ada antikristus yang menolak untuk menerima kebenaran apa pun, yang hanya bekerja demi status dan kekuasaan mereka sendiri, yang hanya ingin merebut kekuasaan untuk mendapatkan kendali atas gereja—hanya merekalah yang sepenuhnya disingkap dan disingkirkan, diusir dari gereja selamanya. Aku melihat rumah Tuhan memperlakukan orang dengan cara yang sepenuhnya adil dan jujur, bahwa kebenaran menguasai rumah Tuhan. Tidak akan ada orang baik yang menerima tuduhan keliru, dan tidak akan ada orang jahat yang dilepaskan dengan mudah. Entah seseorang disingkap dan disingkirkan atau tidak, tidak ada hubungannya dengan posisi mereka. Yang terpenting adalah apakah mereka bisa menerima dan mengejar kebenaran atau tidak. Bagi mereka yang mengejar kebenaran, saat mengemban tugas penting, saat memikul lebih banyak tanggung jawab, mereka memperoleh lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan diri dan lebih dapat disempurnakan oleh Tuhan. Namun, mereka yang tidak mengejar kebenaran, yang tidak mencari prinsip dalam tugas mereka dan menolak menerima dihakimi, dihajar, dipangkas, dan ditangani, yang watak rusaknya tidak berubah sedikit pun, apa pun status mereka, mereka pada akhirnya akan disisihkan. Saat dipikirkan lebih jauh, aku sadar saat aku diberhentikan dari posisiku sebagai pemimpin tim, itu adalah karena aku pada dasarnya egois dan tercela serta tidak menerapkan kebenaran sama sekali. Aku menghalangi pekerjaan gereja. Itu adalah watak benar Tuhan yang datang kepadaku, dan Tuhan memberiku kesempatan untuk bertobat dan berubah. Namun, aku justru berlaku seperti orang tidak percaya, tidak memiliki iman akan penyelamatan Tuhan dan salah paham terhadap-Nya. Saat itulah aku akhirnya menyadari betapa mengerikan falsafah iblis "Semakin besar mereka, semakin keras mereka jatuh" telah merusakku. Aku tidak hanya diliputi kesalahpahaman dan kewaspadaan terhadap Tuhan, tetapi juga makin licik dan jahat. Aku tahu tidak bisa terus hidup berdasarkan logika dan hukum iblis seperti itu, tetapi aku harus melihat dan mendekati semua hal berdasarkan firman Tuhan. Menerima tugas menjadi pemimpin tim adalah Tuhan mengangkatku dan Tuhan memberiku kesempatan untuk belajar. Aku harus menghargai kesempatan ini. Aku telah menjadi penghalang dalam tugasku di masa lalu, tetapi kali ini, aku tahu ada harga yang harus kubayar dalam tugasku, untuk menebus kegagalanku dahulu, lebih banyak mencari prinsip kebenaran, dan mengerahkan segenap kemampuan untuk melakukan tugasku dengan baik.

Memahami hal-hal ini juga benar-benar membebaskanku. Saat memikirkan kembali tentang bagaimana aku salah paham dan waspada terhadap Tuhan, aku telah merasakan betapa tidak masuk akalnya aku, betapa bodoh dan butanya aku, tanpa pemahaman tentang Tuhan sama sekali. Aku diam-diam berdoa kepada Tuhan di dalam hatiku, "Ya Tuhan, terima kasih atas bimbingan-Mu, karena mengizinkanku melihat keburukanku, dan menunjukkan kepadaku betapa besar gagasan iblis ini menciptakan penghalang antara Engkau dan aku. Aku tidak berperasaan dan tidak sadar, salah paham dan waspada, aku juga sama sekali tidak menyadari perasaan-Mu. Aku telah begitu memberontak, dan aku sepenuhnya bertobat kepada-Mu."

Suatu hari, aku membaca sebuah artikel, di sana penulisnya benar-benar mengungkapkan keadaan pribadiku dan mengutip beberapa firman Tuhan yang memberiku jalan penerapan: "Pelaksanaan tugas manusia sebenarnya adalah pencapaian dari semua yang melekat di dalam diri manusia, yaitu, apa yang mungkin dilakukan manusia. Saat itulah tugasnya terpenuhi. Kekurangan manusia selama pelayanannya secara berangsur-angsur berkurang melalui pengalaman yang progresif dan proses pengalaman penghakiman yang dialaminya; kedua hal ini tidak menghalangi atau memengaruhi tugas manusia. Mereka yang berhenti melayani atau menyerah dan mundur karena takut ada kekurangan dalam pelayanan mereka adalah orang yang paling pengecut di antara umat manusia. ... Tidak ada hubungan antara tugas manusia dan apakah dia diberkati atau dikutuk. Tugas adalah apa yang manusia harus penuhi; itu adalah panggilan surgawinya, dan seharusnya tidak bergantung pada imbalan jasa, kondisi, atau nalar. Baru setelah itulah dia bisa dikatakan melakukan tugasnya. Diberkati adalah ketika orang disempurnakan dan menikmati berkat Tuhan setelah mengalami penghakiman. Dikutuk adalah ketika wataknya tidak berubah setelah mereka mengalami hajaran dan penghakiman, itu adalah ketika mereka tidak mengalami proses disempurnakan tetapi dihukum. Namun terlepas dari apakah mereka diberkati atau dikutuk, makhluk ciptaan harus memenuhi tugasnya, melakukan apa yang seharusnya dilakukan, dan melakukan apa yang mampu dilakukannya; inilah yang setidaknya harus dilakukan oleh orang yang mengejar Tuhan. Engkau tidak seharusnya melakukan tugasmu hanya untuk diberkati, dan engkau tidak seharusnya menolak untuk bertindak karena takut dikutuk. Kuberitahukan satu hal kepadamu: pelaksanaan tugas manusia adalah apa yang harus dia lakukan, dan jika dia tidak mampu melakukan tugasnya, maka itu terjadi karena pemberontakannya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perbedaan antara Pelayanan Tuhan yang Berinkarnasi dan Tugas Manusia"). Saat memikirkan ini, aku mulai memahami kehendak Tuhan. Tuhan tidak mengharapkan banyak dari umat manusia. Dia hanya ingin kita mengejar kebenaran, berusaha sekuat tenaga untuk menerapkan apa pun yang bisa kita pahami dan bisa kita capai, tidak bekerja sembarangan, tidak licin dan menipu, tetapi mengerahkan segenap kemampuan ke dalamnya dan melakukan yang Tuhan minta dari kita. Meskipun mengalami kegagalan dan salah langkah dalam prosesnya, selama kita bisa menerima kebenaran, serta menerima dipangkas dan ditangani, semua masalah ini bisa diselesaikan. Kita bisa melihat kemajuan dan perubahan. Sejak menerima amanat itu, aku tak memiliki sikap menerima dan tunduk. Aku takut dengan salah langkah sekecil apa pun, pelanggaran apa pun, aku akan disingkirkan, aku akan kehilangan kesudahan dan tempat tujuan akhirku. Aku melihat diriku sama sekali tidak memahami kebenaran dan tidak benar-benar memahami pekerjaan Tuhan. Aku terutama melihat selama bertahun-tahun percaya kepada Tuhan dan melakukan tugasku, itu bukanlah untuk memuaskan Tuhan, aku hanya berjuang demi masa depan dan tempat tujuanku sendiri. Aku sangat egois dan licik! Tugas adalah amanat dari Tuhan dan itu adalah tanggung jawab yang harus digenapi oleh setiap makhluk ciptaan. Tidak masalah apakah kita diberkati atau dikutuk pada akhirnya—kita semua harus melakukan tugas kita sendiri. Aku tidak bisa menolak melakukan tugasku hanya karena takut melakukan kejahatan. Meskipun jalan masuk ke dalam kehidupanku kurang dan tidak memiliki kenyataan kebenaran, Tuhan telah mengangkatku untuk melayani sebagai pemimpin tim. Ini bukan karena aku layak untuk posisi itu sekarang, tetapi dengan harapan saat menjalankan tugas ini, aku akan bisa mengejar kebenaran, menerima dihakimi, dihajar, dipangkas, dan ditangani, serta terus memperbaiki kekurangan pribadiku. Semoga pada akhirnya aku bisa menjalankan tugas ini dengan baik. Setelah memahami kehendak Tuhan, aku menjadi lebih percaya diri dalam menghadapi masalah dan kesulitan yang muncul dalam tugasku, dan aku memperoleh tekad untuk memuaskan Tuhan dengan menjalankan tugas itu.

Aku membaca ini dalam firman Tuhan setelah itu: "Apa ungkapan dari orang yang jujur? Intinya adalah menerapkan kebenaran dalam segala hal. Jika engkau mengatakan bahwa engkau jujur, tetapi engkau selalu mengesampingkan firman Tuhan dan melakukan apa pun yang kauinginkan, apakah ini adalah ungkapan dari orang yang jujur? Engkau berkata, 'Kualitasku rendah, tetapi aku memiliki hati yang jujur.' Namun, ketika engkau menerima sebuah tugas, engkau takut bahwa tugas itu mungkin melelahkan atau engkau tidak dapat melakukannya dengan baik, dan karenanya engkau mencari-cari alasan untuk menghindarinya dan merekomendasikan orang lain untuk melakukannya. Apakah ini ekspresi dari seseorang yang jujur? Jelas tidak. Bagaimanakah seharusnya orang yang jujur bersikap? Mereka harus menerima dan menaati, dan kemudian sungguh-sungguh mengabdikan diri dalam melakukan tugas mereka dengan sebaik mungkin, berjuang untuk memuaskan kehendak Tuhan. Mengapa melakukan hal ini? Dalam hal ini ada beberapa aspek dari ekspresi tersebut. Salah satu aspeknya adalah engkau harus menerima tugasmu dengan hati yang jujur, tulus, tidak memikirkan apa pun lainnya dan pikiran tidak mendua, berkomplot demi kepentinganmu sendiri—inilah ekspresi dari kejujuran. Aspek lainnya adalah bahwa engkau harus mengerahkan seluruh kekuatan dan segenap hatimu, dan berkata, 'Aku akan mengungkapkan seluruh keberadaanku kepada Tuhan. Hanya inilah yang bisa kulakukan; aku akan menerapkannya seluruhnya, dan aku akan mengabdikannya sepenuhnya kepada Tuhan.' Engkau mengabdikan semua yang engkau miliki dan semua yang dapat engkau lakukan—inilah ekspresi dari kejujuran. Jika engkau tidak mau menyerahkan semua yang engkau miliki, jika engkau menyembunyikan dan memendamnya, licik dalam tindakanmu, mengelak dari tugasmu dan meminta orang lain untuk melakukannya karena engkau takut harus menanggung konsekuensi karena tidak melakukan pekerjaan dengan baik, lalu apakah ini bersikap jujur? Tidak. Oleh karena itu, menjadi orang yang jujur bukan hanya soal memiliki keinginan. Jika engkau tidak menerapkannya ketika sesuatu menimpamu, itu berarti engkau bukanlah orang yang jujur. Ketika engkau menghadapi masalah, engkau harus menerapkan kebenaran dan harus ada ungkapan yang nyata. Inilah satu-satunya cara untuk menjadi orang yang jujur dan hanya inilah yang merupakan ungkapan dari hati yang jujur" ("Hanya dengan Menjadi Orang yang Jujur, Orang Bisa Benar-Benar Bahagia" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Tuhan menyukai orang yang jujur, dan mereka yang jujur tidak sibuk memikirkan berkat. Mereka tidak takut mengambil tanggung jawab, tetapi dengan sepenuh hati berusaha melakukan tugas dengan baik untuk memuaskan Tuhan. Mereka mengerahkan segenap tenaga untuk melakukan apa pun yang mereka bisa. Memikirkan hal ini benar-benar membuatku malu. Aku selalu berbicara tentang bagaimana aku ingin memuaskan Tuhan, tetapi saat tiba waktunya menerima amanat, mencurahkan segenap hatiku kepada sesuatu, aku menjadi tidak tulus dan ingin keluar dari situ. Aku kemudian menyadari bahwa aku hanya mengatakan hal-hal yang terdengar bagus, tetapi sebenarnya mencoba membodohi Tuhan, dan aku tak benar-benar jujur dalam hatiku. Saat menyadari ini, aku tahu tidak bisa terus seperti itu. Meskipun memiliki banyak masalah dan kekurangan, aku harus berlatih menjadi orang jujur sesuai dengan persyaratan Tuhan. Aku harus memberikan hatiku kepada Tuhan dan melakukan tugasku sebaik mungkin dengan tekad yang kuat. Lalu, bagaimanapun hasilnya, aku bersedia mematuhi penataan dan pengaturan Tuhan. Setelah itu, aku merasa amat sangat tenang. Saat menemui kesulitan dalam tugasku, aku berdoa kepada Tuhan untuk mencari dan menyelesaikannya, lalu saat kebingungan, aku mengeksplorasi hal-hal bersama dengan saudara-saudari, mencari prinsip kebenaran. Aku menemukan seiring waktu, aku bisa menyelesaikan banyak masalah dan kesulitan.

Pengalaman ini telah menunjukkan kepadaku bagaimana penghakiman dan hajaran Tuhan adalah kasih dan penyelamatan-Nya bagi umat manusia. Aku telah kehilangan rasa takut untuk mengambil tanggung jawab dan tidak lagi terlalu defensif atau rentan terhadap kesalahpahaman. Meskipun masih memiliki banyak watak yang rusak, aku bersedia untuk dihakimi, dihajar, dipangkas, dan ditangani oleh Tuhan, serta mengejar agar ditahirkan dan diubah. Aku bersyukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Hidup di Hadapan Tuhan

Oleh Saudari Yong Sui, KoreaTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Untuk memasuki realitas, orang harus mengarahkan semuanya ke kehidupan nyata....