Kenapa Aku Khawatir Melakukan Kesalahan?

09 Februari 2023

Oleh Saudari Qian Yi, Filipina

Saat bekerja di divisi desain gereja, awalnya aku mengalami beberapa kesulitan, tapi dengan mengandalkan Tuhan dan bekerja sama dengan saudara-saudari, kinerjaku membaik. Lalu, tiba-tiba kudengar Saudari Lisa dipindahtugaskan karena desainnya penuh kesalahan dan harus sering diulang. Meski saudara-saudari sering memperingatkan, bersekutu, dan mendukungnya, kinerjanya tak membaik, yang akhirnya berimbas fatal pada pekerjaan gereja. Setelah Lisa dipindahtugaskan, aku bertekad untuk lebih berhati-hati dalam bekerja dan berusaha tak melakukan kesalahan. Jika melakukan banyak kesalahan dan terbukti tak kompeten, sewaktu-sewaktu aku akan dipindahtugaskan. Aku hanya pernah bekerja sebagai desainer di gereja dan tak punya keterampilan lain—jika aku dipindahtugaskan dan tak bisa bekerja di divisi lain, apa mungkin aku akan dipertahankan? Lalu, saat membuat desain, aku selalu memberikan tiga atau empat versi, tapi tiap versi sangat sederhana dan tak bisa digunakan. Sebenarnya, dua versi saja cukup, tapi aku berusaha cerdas. Kupikir, jika kuberikan beberapa versi, pasti ada salah satu yang bisa mereka terima. Namun, makin aku berhati-hati, makin banyak kesalahan dalam desainku. Ketua tim mengingatkan agar aku lebih serius dan tekun dalam bekerja, meluangkan waktu untuk memeriksa kualitas tiap desain dan tak asal-asalan. Saat ketua mengatakan ini, alih-alih merenungkan masalahku atau meninjau kekeliruan dalam hasil kerjaku, aku justru merasa cemas akan dianggap tak kompeten dan dipindahtugaskan oleh ketua tim. Setelah itu, aku makin takut melakukan kesalahan dalam membuat desain. Terkadang saat tak setuju dengan saran saudara-saudari, aku ingin membahas cara memperbaiki pekerjaan dengan mereka, tapi jika terlalu banyak bicara, aku merasa orang akan mengganggapku tak serius dan enggan melakukan perbaikan. Jika aku memberikan kesan buruk, aku pasti akan dipindahtugaskan. Aku merasa harus lebih berhati-hati dan menunjukkan bahwa aku bisa menerima saran, tekun, serta bertanggung jawab. Jadi, aku memilih diam. Selama masa itu, makin besar rasa khawatirku terhadap pemindahan tugas, makin banyak kesalahan yang kubuat. Satu desain dikembalikan beberapa kali dan akibatnya pekerjaan kami tertunda. Dalam sepekan, aku hanya mampu menghasilkan seperempat dari total hasil kerjaku yang biasanya. Karena kinerjaku buruk, ketua tim menanganiku dan berkata: "Belakangan ini kualitas desainmu buruk hingga semua hasil kerjamu dikembalikan dan kau tak efisien—apa kau berkonsentrasi saat bekerja? Ada masalah apa? Apa kau pernah merenung?" Kritik ketua tim membuat hatiku remuk. Aku sadar bahwa aku memperlambat kemajuan kerja dan kini sifat asliku terungkap di hadapan semuanya. Sepertinya aku memang akan dipindahtugaskan karena banyak bermasalah. Aku jadi depresi dan kehilangan motivasi dalam bekerja. Aku menanti saat ketua mendatangiku dan memberi tahu bahwa aku dipindahtugaskan.

Aku meminta pada Tuhan dalam doaku dan mencari: Kenapa aku selalu khawatir akan melakukan kesalahan dan dipindahtugaskan? Suatu hari, aku melihat kutipan firman Tuhan. "Seorang antikristus memandang berkat sebagai sesuatu yang lebih besar daripada surga itu sendiri, lebih besar daripada hidup, lebih penting daripada mengejar kebenaran, perubahan watak, atau keselamatan pribadi, dan lebih penting daripada melakukan tugas mereka dengan baik, dan menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi standar. Mereka berpikir bahwa menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi standar, melakukan tugas mereka dengan baik dan diselamatkan, semua itu adalah hal-hal remeh yang hampir tidak layak disebutkan, sedangkan mendapatkan berkat adalah satu-satunya hal di sepanjang hidup mereka yang tidak akan pernah bisa dilupakan. Dalam apa pun yang mereka hadapi, sebesar atau sekecil apa pun, mereka menghubungkannya dengan diberkati oleh Tuhan, dan sangat berhati-hati dan penuh perhatian, serta selalu mencadangkan jalan keluar untuk diri mereka sendiri. Jadi ketika tugas mereka disesuaikan, jika itu adalah promosi, seorang antikristus akan berpikir ada harapan untuk mereka diberkati. Jika itu adalah penurunan jabatan, dari pemimpin tim menjadi asisten pemimpin tim, atau dari asisten pemimpin tim menjadi anggota kelompok biasa, atau jika mereka sama sekali tidak memiliki tugas, mereka merasa ini adalah masalah besar dan mereka berpikir harapan mereka untuk mendapatkan berkat sangat kecil. Pandangan macam apa ini? Apakah itu pandangan yang benar? Sama sekali tidak. Pandangan ini tidak masuk akal. Apakah seseorang mendapatkan perkenanan Tuhan atau tidak, itu bukan didasarkan pada tugas apa yang dia laksanakan, tetapi didasarkan pada apakah dia memiliki kebenaran, apakah dia benar-benar menaati Tuhan, dan apakah dia setia atau tidak. Ini adalah hal yang terpenting. Selama masa penyelamatan manusia oleh Tuhan, orang-orang harus mengalami banyak ujian. Terutama dalam melaksanakan tugas mereka, mereka harus melewati banyak kegagalan dan rintangan, tetapi pada akhirnya, jika mereka memahami kebenaran dan memiliki ketaatan yang tulus kepada Tuhan, mereka akan menjadi orang yang mendapatkan perkenanan Tuhan. Dalam hal dipindahkan dalam tugas mereka, dapat dilihat bahwa antikristus tidak memahami kebenaran, dan mereka sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk menerima kebenaran" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Dua Belas). "Jika dinilai dari sikap dan sudut pandang antikristus mengenai perubahan dalam tugas mereka, di manakah letak masalahnya? Apakah masalahnya di sini masalah yang besar? (Ya.) Kesalahan terbesar mereka adalah mereka tidak seharusnya mengaitkan perubahan dalam tugas dengan menerima berkat; ini adalah sesuatu yang sama sekali tidak boleh mereka lakukan. Sebenarnya, tidak ada hubungan di antara kedua hal itu, tetapi karena hati antikristus penuh dengan keinginan untuk diberkati, apa pun tugas yang mereka laksanakan, mereka menghubungkan dan mengaitkannya dengan apakah mereka akan diberkati atau tidak. Dengan demikian, mereka tak mampu melaksanakan tugas mereka dengan benar, dan hanya bisa disingkapkan dan disingkirkan; ini adalah kesalahan mereka sendiri, mereka sendirilah yang mulai menempuh jalan yang menyedihkan ini" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Dua Belas). Firman Tuhan mengungkapkan, antikristus punya watak jahat dan pemahaman kebenaran yang absurd. Mereka pikir hal sewajar pemindahan tugas berkaitan dengan berkat, dan khawatir akan kehilangan tempat tujuan akhir jika dipindahtugaskan atau diberhentikan. Akibatnya, mereka berusaha keras mengamankan masa depannya. Sambil memikirkan firman Tuhan, aku merenungkan diri. Perilakuku mirip dengan antikristus. Aku menganggap tugasku sebagai sarana perolehan berkat dan khawatir akan kehilangan kesempatan untuk diselamatkan jika dipindahtugaskan. Saat mendengar Lisa dipindahtugaskan, aku khawatir akan mengalami hal serupa. Aku menganggap tugasku sebagai tameng dan berpikir jika kehilangannya, aku takkan mendapat penyelamatan. Lalu, aku jadi penuh perhitungan, dan memberikan beberapa versi desainku agar tak semua ditolak. Namun, aku gagal meningkatkan kualitas desainku dan akibatnya, makin banyak masalah muncul dalam pekerjaanku dan jumlah desain yang kuhasilkan terjun bebas. Aku makin segan berinteraksi dengan saudara-saudari dan menutup diri, serta enggan membahas ideku dengan mereka, khawatir mereka akan menganggapku menolak saran mereka dan memberiku penilaian buruk, yang akan membuatku dipindahtugaskan. Aku selalu waspada terhadap saudara-saudari dan memasang topeng. Karena selalu khawatir soal berkat, aku tak bisa berkonsentrasi saat bekerja, tak meninjau masalahku, dan tak mencari kebenaran serta prinsip. Akibatnya, aku terus melakukan kesalahan, tak efisien, dan menghambat pekerjaan. Aku juga makin depresi. Setelah ditangani dan dipangkas oleh ketua tim, alih-alih berusaha merenungkan diri, aku malah bersikap negatif dan menentang. Kupikir: "Habislah aku—ketua tim menganggapku tak tekun bertugas dan selalu melakukan kesalahan. Aku pasti akan dipindahtugaskan." Aku menjadi negatif, mengambil keputusan dengan gegabah, dan kehilangan motivasi dalam bertugas. Tuhan menganugerahiku kesempatan untuk bertugas agar aku mencari kebenaran, bekerja sesuai prinsip, dan mampu mendapatkan penyelamatan-Nya. Namun, aku tak berada di jalan yang benar—aku tak mengutamakan pencarian kebenaran dan penerapan prinsip. Setiap kali masalah muncul, aku khawatir akan dipindahtugaskan dan kehilangan kesempatan mendapatkan berkat. Aku memandang tugasku sebagai sarana perolehan berkat: kupikir, selama aku tak melakukan kesalahan saat bertugas dan tak dipindahtugaskan, aku pasti akan mendapatkan penyelamatan dan memasuki kerajaan surga saat pekerjaan Tuhan selesai. Aku tahu, aku hanya bertugas demi mendapatkan berkat. Aku menganggap tugasku sebagai "pemelihara hidup," memanfaatkan, dan mencurangi Tuhan. Ini membuat Tuhan merasa jijik dan benci kepadaku. Aku merasa bersalah dan menyesal, jadi aku berdoa pada Tuhan dan siap bertobat.

Setelah itu, aku melihat firman Tuhan lainnya. "Katakan kepada-Ku, jika seseorang yang telah melakukan kesalahan mampu memiliki pemahaman yang benar dan mau bertobat, bukankah rumah Tuhan akan memberi mereka kesempatan? Karena rencana pengelolaan Tuhan selama 6.000 tahun akan segera berakhir, ada begitu banyak tugas yang harus dilaksanakan. Namun, jika orang tidak memiliki hati nurani atau nalar, dan melalaikan tugas mereka, jika mereka telah memperoleh kesempatan untuk melaksanakan tugas tetapi tidak tahu bahwa mereka harus menghargainya, tidak sedikit pun mengejar kebenaran, membiarkan waktu yang optimal berlalu begitu saja, maka mereka akan disingkapkan. Jika engkau selalu ceroboh dan asal-asalan dalam melaksanakan tugasmu, dan engkau sama sekali tidak tunduk ketika menghadapi dirimu dipangkas dan ditangani, akankah rumah Tuhan tetap memakaimu untuk melaksanakan tugas? Di rumah Tuhan, kebenaranlah yang berkuasa, bukan Iblis. Tuhan-lah yang menjadi penentu keputusan atas segalanya. Dialah yang melakukan pekerjaan menyelamatkan manusia, Dialah yang berkuasa atas segala sesuatu. Tidak perlu bagimu untuk menganalisis apa yang benar dan apa yang salah; tugasmu hanyalah mendengarkan dan taat. Ketika menghadapi dirimu dipangkas dan ditangani, engkau harus menerima kebenaran dan mampu memperbaiki kesalahanmu. Jika engkau melakukannya, rumah Tuhan tidak akan melepaskan kedudukanmu untuk melaksanakan tugas. Jika engkau selalu takut disingkirkan, selalu mencari-cari alasan, selalu membenarkan dirimu, itu berarti masalah. Jika engkau membiarkan orang lain melihat bahwa engkau tidak sedikit pun menerima kebenaran, dan engkau tidak mau menerima penalaran apa pun, engkau berada dalam masalah. Gereja akan berkewajiban untuk menanganimu" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). "Antikristus menyimpan hal-hal berikut di lubuk hati mereka, dan mereka menasihati diri mereka dengan berkata: 'Kehati-hatian adalah pangkal keselamatan; paku paling menonjollah yang akan dipaku; dan berada di puncak berarti kesepian.' Mereka tidak percaya bahwa firman Tuhan adalah kebenaran, dan mereka tidak percaya bahwa watak-Nya benar dan kudus. Mereka memandang semua ini melalui gagasan dan imajinasi manusia, dan mereka memandang pekerjaan Tuhan dengan sudut pandang manusia, pemikiran manusia, dan tipu daya manusia, menggunakan logika dan pemikiran Iblis untuk menggambarkan watak, identitas, dan esensi Tuhan. Jelas, para antikristus bukan saja tidak menerima ataupun mengakui watak, identitas, dan esensi Tuhan, tetapi juga penuh dengan gagasan, penentangan, dan pemberontakan terhadap Tuhan dan tidak memiliki sedikit pun pengenalan yang nyata tentang Dia. Definisi antikristus tentang pekerjaan Tuhan, watak Tuhan, dan kasih Tuhan patut dipertanyakan—diragukan. Mereka penuh dengan skeptisisme, penolakan dan fitnah terhadap semua itu; lalu bagaimana dengan identitas-Nya? Watak Tuhan merepresentasikan identitas-Nya; dengan menganggap watak Tuhan sebagai watak mereka, pandangan mereka tentang identitas Tuhan sudah jelas—penolakan langsung. Inilah esensi dari para antikristus" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sepuluh (Bagian Enam)). Firman Tuhan menyingkapkan, antikristus tak memercayai firman Tuhan sebagai kebenaran dan tak pernah memandang segala hal berdasarkan firman-Nya. Mereka justru menimbang segala hal dengan logika licik dan jahat mereka. Watak mereka benar-benar jahat. Saat merenungkan diriku berdasarkan firman Tuhan, aku sadar bahwa cara pandangku selama ini tak berbeda dengan antikristus. Saat Lisa dipindahtugaskan, aku tak memandang hal tersebut dari perspektif kebenaran dan prinsip, aku justru mengadopsi gagasan jahat, yaitu "Kehati-hatian adalah pangkal keselamatan," dan memutuskan untuk lebih berhati-hati dan tak melakukan kesalahan. Jika melakukan terlalu banyak kesalahan dan dipindahtugaskan, aku berpikir diriku akan disingkap dan disingkirkan. Saat bertugas, aku bahkan segan mengungkapkan pendapat saat sesi tukar pendapat bersama saudara-saudari, menutup diri, dan enggan mempersekutukan ideku, khawatir jika salah bicara atau melakukan kesalahan, aku akan dipindahtugaskan. Setelah ketua menangani dan mengingatkanku untuk lebih tekun saat bertugas, aku menjadi waspada. Kupikir, ditangani itu adalah tanda bahwa aku akan dipindahtugaskan, dan aku akan kehilangan kesempatan mendapatkan penyelamatan. Kusadar aku telah lama beriman dan membaca banyak firman Tuhan, tapi aku tak mencari kebenaran dan tak memandang segala hal sesuai firman Tuhan. Aku justru menghakimi pekerjaan Tuhan dengan logika dan keyakinan jahat, berpikir bahwa Tuhan hanya seperti pemimpin dunia yang tak punya keadilan dan kebenaran. Dalam bertugas, aku merasa berada di ujung tanduk dan akan disingkap, disingkarkan, serta kehilangan kesempatan bertobat jika tindakan atau ucapanku mengandung kesalahan. Dalam keyakinanku, aku menyangkal kebenaran Tuhan dan menghujat-Nya! Di gereja, Tuhan dan kebenaran yang memegang kuasa. Penyingkiran dan pemindahtugasan selalu dilakukan sesuai prinsip. Gereja tak akan menghukum dan menyingkirkan orang berdasarkan kejadian terpisah, tapi mendasarkannya pada cara orang tersebut menyikapi kebenaran, perilaku yang menyeluruh, natur, dan substansi orang tersebut. Lisa selalu asal-asalan saat bertugas, yang akhirnya merugikan pekerjaan gereja. Saudara-saudari mempersekutukan kebenaran dengannya, mendukung, menyingkapkan, dan menanganinya, tapi dia tak menunjukkan tanda-tanda bertobat, dan akhirnya dipindahtugaskan. Meski dipindahtugaskan, bukan berarti Lisa disingkirkan. Jika dia merenung, mencari kebenaran, sungguh bertobat, dan berubah, dia masih berkesempatan mendapatkan kebenaran dan penyelamatan Tuhan. Namun, jika dia tetap tak bertobat dan enggan menerima kebenaran setelah berkali-kali mendapat persekutuan, dukungan, dan penanganan, maka dia akan disingkapkan dan disingkirkan. Aku teringat saat Tuhan menangani Niniwe. Saat Tuhan mengetahui kerusakan, kejahatan, dan dosa para penduduk Niniwe, Dia mengutus Yunus untuk memperingatkan mereka dan memberi mereka waktu empat puluh hari untuk bertobat. Orang Niniwe lantas mengenakan kain kabung, duduk di abu, dan sungguh bertobat. Tuhan melihat ketulusan mereka dan mengampuni dosa mereka. Kisah ini menujukkan bahwa tak semua pelanggaran berujung penyingkiran—Tuhan akan melihat apakah manusia bertobat dan bersikap tulus. Aku tak mencari kebenaran dan tak memandang masalah ini berdasarkan firman Tuhan, aku justru bersikap waspada dan salah paham. Aku menentang dan melawan Tuhan dan jika aku tak bertobat, aku akan disingkapkan dan disingkirkan.

Setelah itu, aku melihat dua kutipan firman Tuhan yang membantuku memahami kehendak-Nya. Firman Tuhan katakan: "Ada orang-orang yang pada akhirnya akan berkata: 'Aku sudah melakukan begitu banyak pekerjaan bagi-Mu, dan meskipun Aku tidak memiliki pencapaian yang patut dirayakan, tetap saja aku sudah rajin dalam upayaku. Tidak dapatkah Engkau mengizinkanku masuk ke dalam surga untuk memakan buah pohon kehidupan?' Engkau harus tahu orang-orang macam apa yang Aku inginkan; mereka yang tidak murni tidak diizinkan masuk ke dalam kerajaan, mereka yang tidak murni tidak diizinkan mencemarkan tanah yang kudus. Meskipun engkau mungkin sudah melakukan banyak pekerjaan, dan telah bekerja selama bertahun-tahun, pada akhirnya, jika engkau masih sangat kotor, maka menurut hukum Surga tidak dapat dibenarkan jika engkau berharap dapat masuk ke dalam kerajaan-Ku! Semenjak dunia dijadikan sampai saat ini, tak pernah Aku menawarkan jalan masuk yang mudah ke dalam kerajaan-Ku kepada orang-orang yang menjilat untuk mendapatkan perkenanan-Ku. Ini adalah peraturan surgawi, dan tak seorang pun dapat melanggarnya! Engkau harus mencari hidup. Sekarang ini, orang-orang yang disempurnakan adalah mereka yang sejenis dengan Petrus. Mereka adalah orang-orang yang mengusahakan perubahan pada wataknya sendiri, dan bersedia menjadi kesaksian bagi Tuhan serta melaksanakan tugasnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hanya orang-orang seperti inilah yang akan disempurnakan. Jika engkau hanya mencari upah, dan tidak berusaha mengubah watak hidupmu sendiri, maka semua upayamu akan sia-sia—ini adalah kebenaran yang tak dapat diubah!" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani"). "Pelaksanaan tugas manusia sebenarnya adalah pencapaian dari semua yang melekat di dalam diri manusia, yaitu, apa yang mungkin dilakukan manusia. Saat itulah tugasnya terpenuhi. Kekurangan manusia selama pelayanannya secara berangsur-angsur berkurang melalui pengalaman yang progresif dan proses pengalaman penghakiman yang dialaminya; kedua hal ini tidak menghalangi atau memengaruhi tugas manusia. Mereka yang berhenti melayani atau menyerah dan mundur karena takut ada kekurangan dalam pelayanan mereka adalah orang yang paling pengecut di antara umat manusia" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perbedaan antara Pelayanan Tuhan yang Berinkarnasi dan Tugas Manusia"). Saat memikirkan firman Tuhan, aku sadar bahwa Tuhan menetapkan tempat tujuan akhir manusia bukan berdasarkan tugas, besarnya penderitaan, atau jumlah modal yang mereka kumpulkan, tapi berdasarkan kesetiaan terhadap tugas, ketundukan pada Tuhan, kesaksian atas penerapan kebenaran, dan perubahan watak mereka. Selain itu, semua permintaan Tuhan terhadap manusia dalam bertugas bersifat nyata. Dia tak meminta agar manusia mencapai kesempurnaan dan tak melakukan kesalahan sedikit pun, tapi Dia meminta agar mereka mengerahkan segenap kemampuan saat bekerja, melakukan yang terbaik, dan menghindari sikap asal-asalan serta licin. Pelaksanaan tugas yang seperti itu membuat Tuhan puas. Kupikir, meski seseorang selalu bertugas, tanpa melakukan kesalahan fatal atau ditangani dan dipangkas, dia tak mencari kebenaran, asal-asalan, tak bertanggung jawab, dan gagal mendapatkan hasil dalam jangka panjang. Pada akhirnya, orang seperti itu disingkapkan dan disingkirkan, bahkan dalam beberapa kasus, mereka diusir dari gereja. Namun, beberapa saudara-saudari menunjukkan watak rusak saat bertugas, atau ada penyimpangan di pekerjaan karena gagal memahami prinsip, dan akibatnya mereka dipangkas dan ditangani. Namun, karena mereka fokus merenungkan diri, mencari kebenaran untuk mengatasi watak mereka yang rusak, meninjau kesalahan, dan mencari prinsip kebenaran, kinerja mereka pun membaik, dan mereka mengalami kemajuan hidup. Fakta ini menunjukkan bahwa mendapatkan penyelamatan tak berkaitan dengan tugas yang dilaksanakan. Hal terpenting saat bertugas adalah, fokus untuk mencari dan menerapkan kebenaran agar dapat bertindak sesuai prinsip. Inilah jalan yang benar. Aku ingat, dari luar aku terlihat bertugas, tapi saat diungkapkan dan menemui kegagalan, responsku justru khawatir. Aku tak pernah sungguh-sungguh mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalahku. Aku sadar, aku berada di tempat berbahaya. Lalu, aku menghadap Tuhan untuk merenung—kenapa aku selalu melakukan kesalahan dan menjalankan tugas dengan setengah hati, dan kenapa kinerjaku tak efektif? Akhirnya aku sadar bahwa aku tak menghargai kemitraanku dengan saudara-saudari. Seandainya, sebelum mulai mendesain, aku dapat menyampaikan proses berpikirku kepada orang lain, mencapai kesepakatan, dan menentukan arah yang jelas untuk desainku berdasarkan prinsip, aku pasti punya ide yang lebih baik, bisa mencegah pekerjaanku dikembalikan dan menunda kemajuan kerja. Selain itu, aku tak berusaha meningkatkan diri saat bertugas dan puas dengan diriku saat itu. Aku tak berfokus untuk meninjau masalah dalam pekerjaanku, mencari prinsip, dan menentukan area untuk dipelajari lebih lanjut. Akibatnya, beberapa masalah terus muncul dan kualitas serta efisiensi desainku terimbas. Saat merenungkan ini, akhirnya aku sadar bahwa pendekatanku saat bekerja punya banyak masalah. Ketua tim hanya menyebutkan masalahnya dan mendampingiku agar aku menyadari masalahku dan segera memperbaikinya. Namun, aku justru mewaspadai saudara-saudariku, dan akibatnya, selain gagal menyadari masalahku, aku menjadi negatif dan menentang. Sikapku sangat tak masuk akal! Aku merasa sangat menyesal dan bersalah dan aku bertekad untuk memperbaiki masalahku sesegera mungkin.

Lalu, aku menemukan kutipan firman Tuhan ini. "Jika seseorang memiliki hati yang terbuka, dia adalah orang yang jujur. Ini berarti dia telah membuka hati dan jiwanya sepenuhnya kepada Tuhan, tidak ada yang disembunyikan dan tidak ada yang dia hindari. Dia telah sepenuhnya menyerahkan dan memperlihatkan hatinya kepada Tuhan, yang berarti dia telah memberikan seluruh dirinya kepada-Nya. Apakah masih akan ada jarak antara dirinya dengan Tuhan? Tidak. Dengan demikian, mudah baginya untuk tunduk kepada Tuhan. Jika Tuhan berkata dia curang, dia akan mengakuinya. Jika Tuhan berkata dia congkak dan merasa dirinya benar, dia juga akan mengakuinya. Dan dia tidak mau hanya mengakui hal-hal ini dan menganggapnya selesai—dia mampu bertobat, mengejar prinsip kebenaran, dan mengakui kesalahannya serta memperbaikinya. Tanpa sadar, dia sudah memperbaiki banyak kesalahannya, dan dia menjadi makin tidak curang, licik, ceroboh, dan asal-asalan. Semakin lama dirinya hidup dengan cara seperti ini, semakin dia menjadi terbuka dan tulus dan semakin dekat tujuannya menjadi orang jujur akan tercapai. Itulah artinya hidup dalam terang. ... Apakah mereka yang hidup dalam terang mampu menerima pemeriksaan Tuhan? Mungkinkah mereka masih menyembunyikan hati mereka dari Tuhan? Apakah mereka masih memiliki rahasia yang tak mau mereka ceritakan kepada Tuhan? Apakah mereka masih punya rencana rahasia yang curang? Tidak. Mereka telah membuka hati mereka sepenuhnya kepada Tuhan, dan tidak menyembunyikan apa pun. Mereka mampu mengungkapkan isi hati mereka kepada Tuhan, bersekutu dengan-Nya mengenai apa pun, dan membiarkan Dia mengetahui segalanya. Tidak ada yang mereka sembunyikan dari Tuhan dan tidak ada yang tidak akan mereka perlihatkan kepada-Nya. Ketika orang mampu mencapai tingkat keterbukaan ini, hidup mereka menjadi mudah, bebas dan merdeka" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Firman Tuhan menunjukkan, seseorang harus bersikap jujur agar dapat bertugas dengan baik. Aspek paling berharga dari orang jujur adalah kemampuan mereka untuk menerima kebenaran dan pemeriksaan Tuhan. Meski disingkapkan atau mengalami kegagalan, mereka dapat menyadari kekurangan mereka, mencari kebenaran, merenungkan diri, dan memperbaiki kesalahan dalam pekerjaan mereka. Orang-orang seperti itu berkesempatan besar untuk mendapatkan pencerahan dan bimbingan Tuhan, dan hasil kerja mereka akan terus membaik. Saat orang mulai mencurahkan energi ke jalan yang benar, mereka akan merasakan perbaikan. Kekhawatiran dan ketakutan mereka akan hilang dengan sendirinya.

Setelah memahami kehendak Tuhan, aku secara sadar menerapkan cara tersebut saat bertugas. Lalu, saat aku berpartner dengan Alicia untuk membuat desain, konsepku dikembalikan karena aku tak memahami prinsip, dan aku kembali khawatir akan dipindahtugaskan jika kesalahanku terlalu banyak. Namun, begitu perasaan itu muncul, aku langsung sadar bahwa aku kembali memikirkan prospek masa depanku. Aku segera berdoa pada Tuhan dan siap untuk mengambil sikap yang benar, bukan waspada terhadap Tuhan, memahami perspektif yang benar mengenai kekuranganku, meninjau kekeliruanku, dan mencari prinsip yang harus kumasuki. Setelah itu, aku membuka diri terhadap Alicia mengenai keadaanku, dan dia tak mencaciku. Dia justru bersekutu tentang beberapa jalan khusus untuk memperbaiki kekuranganku. Desainku pun membaik. Setelah itu, masalah ini makin jarang muncul dalam hasil kerjaku. Saat aku bersikap positif untuk masuk, kewaspadaanku terhadap Tuhan berkurang. Aku berhenti mengkhawatirkan pemindahan tugas, dan aku dapat fokus mencari kebenaran dan merenungkan diri. Seiring waktu, hasil kerjaku mengalami kemajuan dan aku makin jarang melakukan kesalahan. Aku juga mendapatkan banyak hal pada jalan masuk kehidupanku, dan merasa damai serta tenang.

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait