Kegetiran dari Menjadi Seorang Penggembira

28 Juni 2022

Oleh Saudara Qu Cong, Yunani

Tahun lalu, Saudara Xin, rekanku memberitakan Injil, diberhentikan. Saat kutanyakan tentang hal itu, dia bilang sudah beberapa tahun tak bekerja dengan baik dalam tugas yang diberikan gereja, bahwa dia bekerja dengan caranya sendiri, yang sangat mengganggu pekerjaan gereja, dan karena itulah dia diberhentikan. Aku merasa kasihan, melihat dia begitu menyesal dan merasa sangat buruk. Selama bekerja bersama, kulihat dia ceroboh dan bekerja dengan caranya sendiri. Aku ingin menunjukkan itu kepadanya, membantunya merenung dan belajar tentang dirinya, tapi aku ragu saat hendak membuka mulut. Kupikir pemimpin telah keras menangani dia saat memberhentikannya, jadi dia sudah cukup menderita. Jika aku juga mengatakan sesuatu, bukankah artinya mengoleskan garam pada luka? Akankah dia pikir aku tak punya empati? Di samping itu, pemimpin pasti telah menyebutkan masalah yang telah sangat lama kulihat, jadi kuputuskan untuk menghiburnya saja. Aku beri tahu dia, "Aku yakin kau telah mendapatkan banyak hal selama bertahun-tahun memberitakan Injil, kau berwawasan luas. Banyak saudara-saudari yang cukup baru di gereja tak punya pengalaman penginjilan. Kau akan bisa membantu mereka saat pulang ke rumah." Yang mengejutkanku, tanggapannya adalah, "Saudaraku, mendengarmu mengatakan ini membuatku kecewa. Kupikir kau akan bicara untuk membantuku agar aku bisa merenungkan diri dan lebih mengenal diriku, itu akan bermanfaat bagi hidupku. Namun, kau justru memujiku meski aku sudah di titik ini, agar aku merasa pemecatanku bukan masalah besar dan aku lebih cakap daripada yang lain. Kau memainkan peran Iblis, mendorongku lebih dekat ke neraka. Itu mengingatkanku kepada Tuhan Yesus yang menegur Petrus: 'Enyahlah kau, Iblis' (Matius 16:23). Ucapan-ucapan sopan ini tak membangun dan kau tak boleh mengatakannya lagi. Itu bukan mengasihi, tapi berbahaya dan merusak bagi orang lain." Aku merasa sangat malu saat itu dan ingin menemukan lubang untuk bersembunyi. Aku tahu watak Saudara Xin tak banyak berubah setelah bertahun-tahun beriman dan dia tak pernah mencapai banyak dalam tugasnya—itu keadaan yang berbahaya. Namun, aku hanya mengucapkan hal-hal manis. Aku tak jujur, bersikap sopan dan memuji dengan cara sekuler. Bukankah itu licik? Pemberhentian Saudara Xin adalah kesempatan baik baginya untuk merenung dan lebih mengenal diri. Jika dia bisa mencari kebenaran, merenungkan diri dan benar-benar bertobat, kegagalan itu bisa menjadi titik balik dalam imannya. Namun, aku menjadi batu sandungan, mengucapkan omong kosong tak tulus untuk mempermainkan perasaannya dan menyesatkan dia. Aku menjadi antek iblis. Tuhan berusaha keras menyelamatkan manusia, tapi Iblis mengerahkan segalanya untuk menjauhkan manusia dari Tuhan, menyeret mereka ke neraka. Omong kosongku itu hanya membahayakan saudaraku. Aku merasakan ketakutan luar biasa saat itu, jadi aku mencari firman Tuhan untuk membantuku merenungkan masalahku.

Tuhan berfirman: "Jika engkau memiliki hubungan yang baik dengan seorang saudara atau saudari, dan mereka memintamu untuk menunjukkan apa yang salah dengan diri mereka, bagaimana seharusnya engkau menunjukkannya? Hal ini berkaitan dengan caramu memperlakukan masalah tersebut. Apakah caramu memperlakukannya didasarkan pada prinsip-prinsip kebenaran, atau apakah engkau menggunakan falsafah hidup? Apa masalahnya ketika engkau bisa melihat dengan jelas bahwa seseorang memiliki masalah, tetapi tidak langsung memberi tahu mereka untuk menghindari konfrontasi, dan engkau bahkan membuat alasan dengan berkata, 'Tingkat pertumbuhanku sekarang rendah dan aku tidak memahami masalahmu sepenuhnya. Saat aku memahaminya, aku akan memberitahumu'? Ini berarti engkau sedang menggunakan falsafah hidup. Bukankah ini berarti engkau berusaha mengelabui orang lain? Ketika engkau melihat sesuatu yang salah, engkau harus angkat bicara; engkau tidak boleh diam saja; dan jika ada sesuatu yang tidak jelas bagimu, katakanlah dengan terus terang. Ini berarti mengatakan apa yang ada dalam hatimu. Jika engkau memiliki pemikiran tertentu dan ada hal-hal tertentu yang jelas bagimu, tetapi engkau takut menyinggung perasaan orang, takut menyakiti perasaan mereka, dan karenanya memilih untuk tidak mengatakan apa pun, ini berarti engkau sedang hidup berdasarkan falsafah dunia. Jika engkau mendapati seseorang memiliki masalah atau telah tersesat, meskipun engkau tidak dapat membantu mereka dengan kasih, setidaknya engkau harus menunjukkan masalahnya sehingga mereka dapat merenungkannya. Jika engkau mengabaikannya, bukankah ini merugikan mereka?" ("Hanya dengan Mengejar Kebenaran, Orang Dapat Menyelesaikan Gagasan dan Kesalahpahaman Mereka tentang Tuhan" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Lalu, ada kutipan tentang orang licik ini: "Mereka tidak menyukai hal-hal yang positif, mereka tidak merindukan terang, dan mereka tidak mencintai jalan Tuhan atau kebenaran. Mereka mencintai, memuja, dan menghargai kejahatan—mereka menyukai hal-hal yang negatif. Apa yang mereka puja, kagumi, kejar, dan rindukan di dalam hati mereka bukanlah menjadi orang yang memiliki kemanusiaan dan kebenaran, ataupun orang yang dicintai oleh Tuhan, tetapi menjadi orang yang tampak, secara lahiriah, melakukan perbuatan baik, tetapi yang juga sangat licin, dan tidak dapat dipahami. Mereka ingin dapat menyusup dengan mudah ke dalam kumpulan orang banyak mana pun, melakukan berbagai macam trik, siasat, dan taktik dengan strategi yang sempurna, serta untuk disambut dengan pemujaan dan diterima ke mana pun mereka pergi; mereka ingin menjadi berhala bagi orang-orang. Mereka ingin menjadi orang yang seperti itu. Cara macam apakah ini? Ini adalah cara setan, jalan kejahatan. Ini bukanlah cara yang ditempuh oleh orang percaya. Agar dapat menipu orang melalui kepercayaan pribadi orang, untuk membuat mereka memuja dan mengikuti mereka, mereka menggunakan falsafah Iblis, logikanya, menggunakan setiap taktiknya, setiap tipu muslihat, dalam setiap situasi. Ini bukanlah jalan yang harus ditempuh oleh orang yang percaya kepada Tuhan; orang semacam itu bukan hanya tidak akan diselamatkan, tetapi mereka juga akan menghadapi hukuman Tuhan—tidak ada keraguan sedikit pun tentang hal ini" ("Kepercayaan pada Agama Tidak akan Membawa pada Keselamatan" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman").

Firman Tuhan sepenuhnya menyingkap motivasi jahat dan natur rusakku. Saudara Xin telah lalai dalam tugasnya, lalu tak sepenuh hati melakukan tugas barunya setelah diberhentikan. Dia tak gigih dalam pekerjaannya dan tak berprinsip, tapi bertindak sekehendak hati. Aku sudah melihat dengan jelas perilakunya ini, tapi aku adalah penggembira, takut menyinggung perasaannya dan tak pernah menunjukkan masalahnya. Dia diberhentikan lagi dan bercerita kepadaku dalam persekutuan tentang kegagalannya. Aku seharusnya membicarakan masalahnya dan bersekutu tentang kehendak Tuhan untuk membantunya merenung dan bertobat kepada Tuhan. Itulah tindakan penuh kasih, dan bermanfaat serta membangun baginya. Namun, aku si orang baik yang mengucapkan banyak omong kosong menyesatkan. Bukankah aku hanya coba membodohi dia agar menyukaiku? Aku ingin dia merasa saat mengalami kegagalan, pemimpin baru saja menangani dan menyingkap dia, aku justru hangat dan memberinya penghiburan. Dia pun akan berterima kasih dan punya kesan yang baik tentangku. Aku menggunakan falsafah duniawi orang tidak percaya, seperti "Jangan pernah mengucapkan hal yang terlalu pribadi," "Ucapkan kata-kata baik yang sesuai dengan perasaan dan nalar orang lain karena berkata jujur mengganggu sesama," "Lindungi pertemananmu dengan tak pernah menunjukkan kesalahan orang lain" dan seterusnya. Semua itu kata-kata jahat duniawi untuk dipatuhi dan sepenuhnya falsafah iblis. Semua orang tak percaya berinteraksi berdasarkan logika iblis, selalu lekas marah dan munafik tanpa mengucapkan sepatah kata pun yang benar dan tulus. Mereka semua berpura-pura dan bicara tersirat, dengan tipu daya dalam semua ucapan mereka. Namun, sebagai orang percaya lama yang telah membaca begitu banyak firman Tuhan, aku masih tak bisa mengatakan satu hal pun yang sejalan dengan kebenaran. Sebaliknya, aku memakai falsafah iblis seperti orang tak percaya dan menjadi sarana bagi Iblis, aku makin licin dan menipu. Itu menyedihkan! Itu mengingatkanku kepada firman Tuhan: "Apabila orang-orang percaya hanya asal-asalan dan tidak menjaga perkataan dan tingkah laku mereka, sama seperti orang tidak percaya, maka mereka bahkan lebih jahat daripada orang tidak percaya; mereka tipikal setan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Peringatan Bagi Orang yang Tidak Melakukan Kebenaran"). "Semakin engkau berada dalam hadirat Tuhan, semakin banyak pengalaman yang kauperoleh. Jika engkau tetap tinggal di dalam dunia seperti hewan liar—mulutmu mengaku percaya kepada Tuhan, tetapi hatimu berada di tempat lain—dan jika engkau tetap mempelajari falsafah hidup duniawi, maka bukankah semua kerja kerasmu sebelumnya menjadi sia sia?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tentang Pengalaman"). Selama bertahun-tahun beriman, aku tak mendapatkan kebenaran atau menjadi orang sederhana dan jujur, justru berpegang teguh pada cara-cara sekuler. Kulihat aku bukan orang yang mengasihi atau menerima kebenaran. Aku berdoa dia hadapan Tuhan, "Ya Tuhan, aku tak punya keserupaan dengan manusia dalam ucapan atau tindakanku. Aku sangat jahat dan licik! Aku ingin benar-benar bertobat dan berhenti hidup berdasarkan falsafah duniawi iblis."

Melalui pengalaman dan pelajaran itu, dalam interaksiku dengan orang lain dan tugasku setelah itu, aku bisa waspada dan berlatih bicara dengan cara yang bermanfaat bagi orang, bukan hanya menjadi penggembira licik. Namun, aku dirusak begitu dalam oleh Iblis sampai-sampai saat kepentingan pribadiku terlibat, aku tak bisa menahan diri melakukannya lagi.

Aku bekerja dengan Saudara Chen untuk produksi video setelah itu. Dia punya pendapat kuat dan tahu lebih banyak tentang pekerjaan itu daripadaku. Aku merasa harus rendah hati agar dia tak berpikir aku si congkak yang tak tahu apa-apa. Jadi, selama kami bertugas, aku coba berpegang teguh pada "Keselarasan adalah harta karun; kesabaran adalah kebajikan." Kadang aku melihat masalah dan kekeliruan dalam video yang dia kerjakan, lalu menyarankan untuk memperbaikinya, tapi menurut dia hal-hal yang kusebutkan itu bukan masalah. Dia hanya memberi dalih dan pendapat. Meskipun tak sepenuhnya setuju dengannya, aku takut diskusi lebih lanjut akan membuat kami mandek atau berdebat, lalu semua orang akan menyebutku keras kepala. Aku ingin menyerah karena berpikir begitu. Namun, bukannya berdoa dan mencari, seperti itulah aku bekerja dengannya selama beberapa bulan, lalu video kami keluar dengan masalah di sana-sini. Belakangan aku sadar masalah itu adalah yang awalnya kutunjukkan, dan kami harus mengerjakan ulang video-video itu. Saudara Chen akhirnya diberhentikan karena congkak dan keras kepala. Meskipun video-video itu akhirnya selesai, hatiku tak terasa tenang atau damai tentang itu. Aku merasa gelisah dan bersalah. Kulihat aku selalu menjadi penggembira dalam tugas untuk menjaga keharmonisan superfisial, jadi aku tak menjunjung prinsip karena takut menyinggung orang. Aku bukan rekan sekerja sejati dan menghambat pekerjaan video rumah Tuhan. Aku merasa sangat buruk. Kemudian pemimpin datang untuk bicara denganku dan membuka kedokku, berkata, "Kau tak menjunjung prinsip kebenaran dalam bekerja dengan saudara-saudari. Kau jelas tahu pendapat seseorang salah, tapi tetap serta merta mengikutinya untuk mencegah konflik dan melindungi citra mereka tentangmu. Itu berarti video-video harus dikerjakan ulang dan menghambat kemajuan kita." Lalu, dia bilang, "Kau cenderung mengalah, kau harus segera mencari kebenaran dan memperbaiki ini." Sulit bagiku mendengar ini. Aku berdoa dan merenungkan ini selama beberapa hari, lalu mencari firman Tuhan untuk membantuku merenungkannya.

Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Dilihat dari luar, perkataan antikristus tampak sangat baik, beradab, dan terhormat. Siapa pun yang melanggar prinsip, yang suka ikut campur dan mengganggu dalam pekerjaan gereja, tidak akan disingkapkan atau dikritik, siapa pun mereka; antikristus berpura-pura tidak melihat, membiarkan orang berpikir bahwa mereka murah hati dalam segala hal. Setiap kerusakan dan perbuatan orang yang menjijikkan ditanggapi dengan kebaikan dan toleransi. Mereka tidak menjadi marah, atau meledak dalam kemarahan, mereka tidak akan gusar dan menyalahkan orang ketika mereka melakukan sesuatu yang salah dan merugikan kepentingan rumah Tuhan. Siapa pun yang melakukan kejahatan dan mengganggu pekerjaan rumah Tuhan, mereka tidak mengindahkannya, seolah-olah ini tidak ada kaitannya dengan mereka, dan mereka tidak akan pernah menyinggung orang karena hal itu. Apa yang paling mereka pedulikan? Mereka paling memedulikan berapa banyak orang yang menghormati mereka, dan berapa banyak orang yang melihat mereka ketika mereka menderita, dan mengagumi mereka karenanya. Antikristus yakin bahwa penderitaan tidak boleh sia-sia; seberat apa pun kesukaran yang mereka tanggung, berapa pun harga yang harus mereka bayar, perbuatan baik apa pun yang mereka lakukan, betapapun peduli, perhatian, dan penuh kasihnya mereka terhadap orang lain, semua ini harus dilakukan di depan orang lain, harus ada lebih banyak orang yang melihatnya. Dan apa tujuan mereka bertindak demikian? Untuk memenangkan hati orang, membuat orang merasa kagum dan setuju atas tindakan mereka, terhadap perilaku mereka, terhadap karakter mereka. Bahkan ada antikristus yang berusaha membangun citra diri mereka sebagai orang yang baik melalui perilaku baik mereka secara lahiriah, sehingga akan ada lebih banyak orang yang datang kepada mereka untuk mencari pertolongan. ... Tindakan mereka tidak hanya membangkitkan rasa hormat di hati orang—tetapi juga menyediakan tempat bagi mereka di hati orang-orang tersebut. Antikristus ingin mengambil tempat Tuhan. Inilah tujuan mereka ketika mereka melakukan hal-hal ini. Jelas sekali, tindakan mereka itu telah membuahkan hasil awal: di dalam hati orang-orang yang tidak memiliki kearifan ini, kini antikristus telah memiliki tempat, dan kini ada orang-orang yang memuja dan mengagumi mereka, itulah tepatnya tujuan antikristus" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Sepuluh)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Tuhan menunjukkan bahwa antikristus sangat jahat dan tercela, mereka bersikap baik dan bicara manis untuk menyamarkan diri dan membeli hati orang lain, agar orang berpikir hanya merekalah yang mengerti, mencari mereka untuk penghiburan. Membuat orang makin jauh dari Tuhan, dan antikristus mengambil tempat Tuhan di hati mereka. Kulihat aku bertindak seperti itu. Dalam tugas, saudara-saudari perlu angkat bicara dan saling membantu, tapi aku menghindari hal sensitif hanya untuk melindungi citraku. Aku melihat beberapa masalah dalam produksi video Saudara Chen dan tak menjunjung prinsip kebenaran, tapi hanya mengikuti arus, menjadi orang baik tanpa menerapkan kebenaran. Aku ingin semua orang berpikir aku tak terlalu congkak, aku toleran dan pengertian, serta penuh kasih sayang. Aku ingin membuat semua orang yang berinteraksi denganku senang agar menyukaiku dan punya kesan yang baik tentangku. Untuk mencapai tujuan keji ini, aku bahkan merugikan pekerjaan gereja dalam upayaku mempertahankan citra positif. Aku sangat egois dan jahat. Dari penghakiman dan penyingkapan Tuhan, kulihat dengan menjadi orang baik, aku berada di jalan antikristus. Aku merasa sangat bersalah saat menyadari ini. Aku terus merenungkan diri setelah itu. Merenungkan hidupku sebagai orang percaya, aku selalu manis terhadap orang lain. Setiap kali melihat seseorang yang tampak terlatih dan baik hati, aku mencoba meniru mereka. Aku ingin terlihat supel dan mudah didekati untuk menjaga citraku di mata saudara-saudari. Aku hampir tak pernah bicara saat melihat masalah orang lain atau mereka menunjukkan kerusakan, takut menyinggung mereka. Aku ingat saat menjadi diaken penginjilan, aku selalu berusaha keras tak menonjol dan bicara dengan kerendahan hati. Saat melihat orang lain terlalu santai dalam tugas dan tak berprinsip, aku takut membatasi mereka jika mengungkitnya, citraku akan buruk di mata orang lain, jadi dengan dalih kasih dan keinginan membantu, aku berhati-hati dengan kata-kataku, serta lembut dan tak blak-blakan. Aku tak pernah menantang siapa pun secara langsung atau membantu melihat keparahan perbuatan mereka. Aku hanya memberi petunjuk tak langsung. Saat harus memberhentikan orang dan bersekutu, aku merasa itu menyinggung dan tak tahu harus berkata apa. Aku selalu ingin orang lain yang menawarkan persekutuan, dan aku bersembunyi saja. Aku berusaha keras melindungi status dan citraku dengan cara itu, saudara-saudari pun berkata aku tak pernah sombong dan mudah bergaul. Mereka bahkan merekomendasikanku untuk posisi kepemimpinan karena itu, mereka pikir kemanusiaanku baik dan tak akan menindas orang lain. Aku merasa sangat puas pada diriku. Antikristus memakai perilaku baik yang dangkal untuk menyesatkan dan menjebak orang, coba mengambil tempat Tuhan di hati mereka. Aku sadar punya motivasi dan tujuan yang sama dalam hati. Aku tak pernah merenungkan motivasi tercela dan natur rusakku, merasa tak ada yang salah dari menjadi orang baik. Mudah mendapatkan persetujuan dan dukungan orang lain, juga mendapatkan penghargaan. Rasanya itu cara hidup yang bagus. Namun, kini aku bisa lihat bahwa aku memantapkan diri dengan cara yang paling rahasia dan samar, menipu orang lain, memperdaya mereka, menjadi antikristus untuk merusak pekerjaan Tuhan.

Aku membaca sebuah kutipan firman Tuhan dalam masa teduhku yang benar-benar membuatku tergerak. "Tidak menerapkan kebenaran ketika sesuatu terjadi padamu adalah pelanggaran. Dan jika engkau tetap tidak menerapkan kebenaran ketika sesuatu terjadi lagi padamu—jika engkau meninggalkan kebenaran demi melindungi kepentingan, kesombongan, dan harga dirimu sendiri—perilaku macam apa ini? Apakah ini melakukan kejahatan? Jika setiap saat engkau tidak menerapkan kebenaran dan pelanggaranmu semakin bertambah banyak, maka kesudahanmu sudah ditentukan. Jelas terlihat bahwa jika semua pelanggaranmu itu digabungkan, dan ditambahkan dengan pilihanmu dan hal-hal yang kaukejar, keinginan subjektifmu, juga arah yang kauambil dan jalan yang kaupilih ketika melakukan segala sesuatu—jika semua ini dijumlahkan, maka adalah mungkin untuk menentukan kesudahanmu: engkau harus dilemparkan ke neraka, yang berarti engkau akan dihukum. Bagaimana menurutmu, apakah ini sesuatu yang sepele? Jika digabungkan, semua pelanggaranmu adalah sekumpulan perbuatan jahat, dan karenanya engkau harus dihukum—yang merupakan konsekuensi akhir ketika engkau percaya kepada Tuhan tetapi tidak menerima kebenaran" ("Bagian Terpenting dari Percaya kepada Tuhan adalah Menerapkan Kebenaran" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Aku selalu menjadi orang baik dan tak menerapkan kebenaran. Dalam kerja samaku dengan orang lain, pekerjaan gereja selalu dikorbankan. Itu untuk motivasi jahat memenangkan hati mereka. Itu sangat jahat. Jika berjalan ke arah itu, aku akan berakhir disingkirkan dan dihukum oleh Tuhan. Dari firman Tuhan, aku bisa merasakan watak benar-Nya dan bagaimana Dia jijik terhadap orang yang tak menerapkan kebenaran. Aku ingin segera bertobat, mencari kebenaran, dan memperbaiki watak penggembiraku.

Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Apabila hubunganmu dengan Tuhan telah menjadi normal, engkau juga akan memiliki hubungan yang normal dengan orang-orang. Untuk membangun hubungan yang normal dengan Tuhan, semuanya harus dibangun di atas dasar firman Tuhan, engkau harus mampu melaksanakan tugasmu sesuai dengan firman Tuhan dan apa yang Tuhan tuntut, engkau harus memperbaiki sudut pandangmu, dan harus mencari kebenaran dalam segala sesuatu. Engkau harus menerapkan kebenaran tatkala engkau memahaminya, dan apa pun yang terjadi pada dirimu, engkau harus berdoa kepada Tuhan dan mencari dengan hati yang taat kepada Tuhan. Dengan melakukan penerapan seperti itu, engkau akan mampu memelihara hubungan yang normal dengan Tuhan. Sementara melaksanakan tugasmu dengan benar, engkau juga harus memastikan bahwa engkau tidak melakukan apa pun yang tidak bermanfaat bagi jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan, dan tidak mengatakan apa pun yang tidak membantu saudara-saudari. Setidaknya, engkau tidak boleh melakukan apa pun yang bertentangan dengan hati nuranimu dan sama sekali tidak boleh melakukan apa pun yang memalukan. Khususnya, hal-hal yang memberontak atau menentang Tuhan, tidak boleh kaulakukan, dan engkau tidak boleh melakukan apa pun yang mengganggu pekerjaan atau kehidupan bergereja. Bersikaplah adil dan terhormat dalam segala hal yang kaulakukan, dan pastikan bahwa setiap tindakanmu layak di hadapan Tuhan. Meskipun daging terkadang lemah, engkau harus mampu mengutamakan kepentingan keluarga Tuhan, tanpa keserakahan untuk keuntungan pribadi, tanpa melakukan apa pun yang egois atau hina, sering merenungkan dirimu sendiri. Dengan cara ini, engkau akan mampu untuk sering hidup di hadapan Tuhan, dan hubunganmu dengan Tuhan akan menjadi normal sepenuhnya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Bagaimana Hubunganmu dengan Tuhan?"). "Bagi semua orang yang melaksanakan tugas mereka, sedalam atau sedangkal apa pun pemahaman mereka akan kebenaran, cara penerapan paling sederhana yang dapat digunakan untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran adalah dengan memikirkan kepentingan rumah Tuhan dalam segala sesuatu, dan melepaskan keinginan yang egois, niat, motif, reputasi, dan status individu. Prioritaskan kepentingan rumah Tuhan—inilah setidaknya yang harus orang lakukan. Jika orang yang sedang melaksanakan tugasnya bahkan tidak bisa berbuat sebanyak ini, lalu bagaimana mungkin dia bisa disebut melaksanakan tugasnya? Ini bukanlah melaksanakan tugas. Engkau harus terlebih dahulu memikirkan kepentingan rumah Tuhan, memikirkan kepentingan Tuhan sendiri, dan memikirkan pekerjaan-Nya, serta menempatkan pertimbangan ini sebagai yang pertama dan terutama; baru setelah itulah engkau dapat memikirkan tentang stabilitas kedudukanmu atau bagaimana orang lain memandangmu. Bukankah engkau semua merasa bahwa hal ini menjadi sedikit lebih mudah apabila engkau membaginya ke dalam langkah-langkah ini dan melakukan beberapa kompromi? Jika engkau melakukan hal ini selama beberapa waktu, engkau akan mulai merasa bahwa memuaskan Tuhan tidaklah sulit. Selain itu, engkau harus mampu memenuhi tanggung jawabmu, melaksanakan kewajiban dan tugasmu, mengesampingkan keinginanmu yang egois, mengesampingkan niat dan motifmu sendiri, memikirkan kehendak Tuhan, dan mengutamakan kepentingan Tuhan dan rumah-Nya. Setelah mengalami hal ini selama beberapa saat, engkau akan merasa bahwa ini adalah cara hidup yang baik. Ini berarti menjalani hidup dengan jujur dan tulus, tanpa menjadi orang yang hina atau tak berguna, serta hidup secara adil dan terhormat, bukan berpikiran sempit atau jahat; engkau akan merasa bahwa inilah cara orang seharusnya hidup dan bertindak" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Orang yang mencari kebenaran dan berdiri di sisi Tuhan, yang melepaskan hasrat pribadi dan menjunjung kepentingan rumah Tuhan hidup dalam kerupaan dengan manusia dan bisa punya hubungan normal dengan orang lain. Setelah itu, aku mulai memikirkan kepentingan rumah Tuhan lebih dulu dalam situasi apa pun dan mencoba memuaskan kehendak Tuhan dalam segala hal. Setelah beberapa lama melakukan ini, kulihat ada sangat banyak kesempatan untuk menerapkan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari dan dalam tugas. Misalnya, dalam pertemuan, kuperhatikan beberapa orang bicara tentang doktrin atau keluar dari topik, atau seseorang mengoceh, memperpanjang waktu pertemuan kami, yang merugikan kehidupan gereja, tapi pemimpin tim tak coba memperbaikinya. Awalnya aku tak ingin bicara, tapi aku merasa agak bersalah dan tahu aku menjadi penggembira lagi. Aku langsung berdoa. Menjelang akhir pertemuan, aku mengemukakan masalah yang kulihat dan menyarankan solusi. Aku merasa meninggalkan diri dan menjunjung kepentingan rumah Tuhan benar-benar memberiku kedamaian. Juga, seorang saudara yang kukenal dengan baik diberhentikan, dan dia bilang itu karena dia mencari kenyamanan dan licik dalam tugasnya, tanpa ada efektivitas. Awalnya aku ingin menghibur dan membuatnya berpikir baik tentangku, tapi lalu sadar aku harus menerapkan kebenaran. Jadi, perlahan kupikirkan apa yang harus kukatakan untuk memuaskan Tuhan dan membantu membangun saudara ini. Aku mengingat interaksi kami sebelumnya. Hasratnya akan kenyamanan terlihat cukup jelas dalam tugasnya. Tidak mempermanis kata, kuberi tahu dia tentang masalah dalam sikapnya terhadap tugas dan mengiriminya beberapa firman Tuhan yang relevan. Setelah itu, dia berterima kasih dan berkata semua itu telah membantunya. Setelah melakukan itu, aku merasa sangat tenang dan damai.

Lingkungan yang Tuhan atur serta penghakiman dan penyingkapan firman-Nya menunjukkan kepadaku, jika aku hidup berdasarkan falsafah duniawi Iblis, aku akan makin licik dan kehilangan esensiku sebagai manusia, aku hanya akan menyakiti orang lain dan diri sendiri. Aku juga belajar bahwa hidup berdasarkan firman Tuhan dan prinsip kebenaran adalah satu-satunya cara untuk punya kemanusiaan dan menjadi orang baik.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Kisah Joy

Oleh Saudari Joy, FilipinaDahulu, aku selalu memperlakukan orang berdasarkan emosi. Selama orang bersikap baik kepadaku, aku pasti bersikap...

Ujian bagi Keturunan Moab

Oleh Saudari Zhuan Yi, TiongkokTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Semua pekerjaan yang dilakukan sekarang ini bertujuan agar manusia dapat...