Tugas Bukanlah Alat Tawar-Menawar untuk Berkat
Aku selalu rentan terhadap penyakit. Aku didiagnosis mengidap anemia aplastik pada usia 11 tahun, jadi sistem kekebalanku sangat buruk, tubuhku dan anggota tubuhku lemah, bahkan berjalan beberapa langkah pun melelahkan. Ketika kondisiku parah, aku hanya terbaring di tempat tidur. Dokterku berkata saat kondisiku parah, aku bisa terinfeksi karena kekebalan yang buruk, yang akan menyebabkan demam tinggi, dan jika terluka, pendarahanku mungkin tidak berhenti, yang bisa berakibat fatal. Setelah menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman, kondisiku membaik, dan aku juga melaksanakan tugas di gereja. Bertahun-tahun berlalu, dan aku tak mengalami gejala penyakitku. Aku melihat ini adalah berkat Tuhan, dan sangat bersyukur kepada Tuhan.
Kemudian, aku mulai melakukan pekerjaan produksi video untuk rumah Tuhan. Ketika aku memikirkan bagaimana film dan video ini bersaksi tentang pekerjaan Tuhan, aku merasa melakukan pekerjaan ini sangat bermakna. Pada saat yang sama, kupikir jika aku bekerja keras berkorban untuk Tuhan dan membuat video bagus yang bersaksi tentang Tuhan, aku akan mendapat bagian dalam perbuatan baik yang penting ini, jadi bukan saja aku akan mendapatkan perlindungan dan berkat Tuhan, aku juga pasti akan diselamatkan oleh Tuhan dan selamat dari bencana besar. Memikirkan hal-hal ini membuatku bekerja lebih keras dalam keterampilan profesional dan prinsipku dan berusaha untuk menghasilkan lebih banyak karya yang bersaksi tentang Tuhan. Setiap kali video yang selesai ditayangkan dan menonton klip yang kubantu pembuatannya, hatiku penuh sukacita, dan aku merasa lebih termotivasi melaksanakan tugasku. Untuk mencapai hasil yang lebih baik lagi, aku secara proaktif mencari informasi dan mempelajari keterampilan terkait dan mendiskusikan segala sesuatunya dengan saudara-saudariku. Terkadang, pembicaraan berlangsung sampai pukul tiga pagi, dan aku sudah lemah, jadi begadang terlalu berat bagi tubuhku. Namun setelah dipikir-pikir, aku tak ada masalah dengan tubuhku selama bertahun-tahun, dan begadang untuk belajar bertujuan melaksanakan tugasku dengan lebih baik. Aku juga agak produktif dalam tugasku, jadi aku yakin Tuhan pasti melindungiku. Asalkan aku melaksanakan tugasku, mencapai hasil lebih banyak, dan berkontribusi, aku punya harapan besar untuk diselamatkan. Meskipun kini aku lebih menderita, itu sepadan.
Suatu hari, atasanku memberitahuku, "Saudara, kami tahu kesehatanmu kurang baik. Sekarang ini beban kerja kita berat, dan kami khawatir jika kau melanjutkan, penyakitmu bisa kambuh. Mengapa kau tidak pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan? Jika semuanya normal, kau dapat terus melaksanakan tugasmu di sini. Jika kesehatanmu kurang baik, kau bisa pulang untuk memulihkan kesehatan, dan bekerjalah semampumu sementara menjalani pengobatan." Namun pada waktu itu, aku tak mampu tunduk, dan tak mampu menenangkan hatiku. Kupikir, "Ini saat yang penting dalam tugas kita, dan saudara-saudariku secara aktif melaksanakan tugas mereka untuk mengumpulkan perbuatan baik. Jika ada penyakit dalam tubuhku saat ini, aku takkan mampu mengumpulkan perbuatan baik dalam tugas penting ini, dan aku takkan memperoleh pekerjaan dan hasil yang baik. Ketika pekerjaan Tuhan selesai, apa yang akan kupersembahkan kepada Tuhan? Bukankah pada akhirnya aku akan disingkirkan oleh Tuhan dan jatuh ke dalam bencana?" Kupikir aku juga telah menghasilkan beberapa karya dalam beberapa tahun terakhir, jadi jika aku pulang untuk memulihkan kesehatan karena sakit dan tak mampu melanjutkan tugas ini, bukankah harga kubayar selama beberapa tahun terakhir ini sia-sia? Kulihat para rekan sekerjaku dalam keadaan sehat, tak ada kekhawatiran seperti itu, dan dapat melaksanakan tugas mereka dengan tenang, tapi aku akan kehilangan segalanya. Makin kupikirkan, makin aku merasa negatif. Masa depanku tampak suram, dan aku kehilangan minat pada tugasku. Kemudian, aku berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan! Aku sangat sedih dan negatif, dan punya banyak keluhan dan kesalahpahaman. Aku tak mampu keluar dari keadaan ini. Kumohon cerahkan aku agar memahami kehendak-Mu dan watakku yang rusak, dan tunduk pada pengaturan dan penataan-Mu."
Setelah itu, aku membaca firman Tuhan ini, "Zaman sekarang, kebanyakan orang berada dalam keadaan seperti ini: 'Untuk mendapatkan berkat, aku harus mengorbankan diriku bagi Tuhan dan membayar harga bagi-Nya. Untuk mendapatkan berkat, aku harus meninggalkan segalanya bagi Tuhan; Aku harus menyelesaikan apa yang telah Dia percayakan kepadaku, dan melaksanakan tugasku dengan baik.' Ini didominasi oleh niat untuk mendapatkan berkat; yang adalah contoh mengorbankan diri sendiri sepenuhnya dengan tujuan memperoleh upah dari Tuhan dan mendapatkan mahkota. Orang semacam itu tidak memiliki kebenaran di dalam hati mereka, dan pemahaman mereka pasti hanya terdiri dari beberapa kalimat doktrin yang mereka pamerkan ke mana pun mereka pergi. Jalan mereka adalah jalan Paulus. Iman orang semacam itu adalah tindakan kerja keras yang terus-menerus, dan di lubuk hati mereka, mereka merasa bahwa semakin banyak mereka melakukannya, semakin itu akan membuktikan kesetiaan mereka kepada Tuhan; juga, bahwa semakin banyak mereka melakukannya, semakin Dia pasti akan dipuaskan; dan bahwa semakin banyak mereka melakukannya, semakin mereka akan layak diberikan mahkota di hadapan Tuhan, dan mereka pasti akan menerima berkat terbesar di dalam rumah-Nya. Mereka berpikir bahwa jika mereka dapat menanggung penderitaan, berkhotbah, dan mati bagi Kristus, jika mereka dapat mengorbankan hidup mereka sendiri, dan jika mereka dapat menyelesaikan semua tugas yang dipercayakan Tuhan kepada mereka, mereka akan berada dalam kumpulan orang yang paling diberkati Tuhan—yaitu yang mendapatkan berkat terbesar—dan kemudian mereka pasti akan diberikan mahkota. Inilah tepatnya yang Paulus bayangkan dan apa yang dicari olehnya; inilah tepatnya jalan yang ditempuh olehnya, dan di bawah tuntunan pemikiran seperti itulah dia bekerja untuk melayani Tuhan. Bukankah pemikiran dan niat seperti itu berasal dari natur jahat? Ini sama seperti manusia duniawi, yang yakin bahwa selama berada di bumi mereka harus mengejar pengetahuan, dan yang yakin bahwa setelah memperoleh pengetahuan barulah mereka dapat menjadi lebih baik daripada orang lain, menjadi pejabat, dan memiliki status; mereka berpikir bahwa begitu mereka memiliki status, mereka dapat mewujudkan ambisi mereka dan membawa rumah tangga dan bisnis mereka naik sampai ke tingkat kemakmuran tertentu. Bukankah semua orang tidak percaya menempuh jalan ini? Mereka yang dikuasai oleh natur jahat ini hanya dapat menjadi seperti Paulus dalam iman mereka. Mereka berpikir: 'Aku harus membuang segalanya untuk mengorbankan diriku bagi Tuhan; Aku harus setia di hadapan-Nya, dan pada akhirnya, aku pasti akan menerima mahkota yang paling indah dan berkat terbesar.' Ini adalah sikap yang sama seperti sikap yang dimiliki oleh orang-orang duniawi yang mengejar hal-hal duniawi; mereka sama sekali tidak ada bedanya, dan tunduk pada natur yang sama. Ketika manusia memiliki natur jahat semacam ini, di dunia, mereka akan berusaha mendapatkan pengetahuan, pembelajaran, status, dan menonjolkan diri; jika mereka percaya kepada Tuhan, mereka akan berusaha mendapatkan mahkota mulia dan berkat yang besar. Jika manusia tidak mengejar kebenaran ketika mereka percaya kepada Tuhan, mereka pasti akan mengambil jalan ini; ini adalah fakta yang tidak dapat diubah, ini adalah hukum alam. Jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang tidak mengejar kebenaran itu sangat bertentangan dengan jalan Petrus" ("Cara Menempuh Jalan Petrus" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan menyingkapkan keadaanku dengan tepat. Kupikir menderita kesukaran dan membayar harga dalam tugasku membuat video yang berkualitas, sehingga dapat berkontribusi bagi pekerjaan pekabaran Injil Kerajaan memastikan aku akan dipuji dan diberkati oleh Tuhan, dan pada akhirnya, aku akan diberi upah dan diselamatkan oleh Tuhan. Untuk mencapai tujuan ini, aku begadang tanpa mengeluhkan betapa menderitanya diriku, tapi saat ada kemungkinan aku tak dapat melanjutkan pekerjaan karena alasan kesehatan, aku melihat keinginanku untuk diberkati hancur, sehingga tekadku untuk melaksanakan tugas lenyap, dan tak mau mengorbankan apa pun. Aku sadar aku selalu berusaha bertransaksi dalam kepercayaanku kepada Tuhan. Aku mengejar untuk dipakai dalam peran penting dan menghasilkan karya sebagai sarana untuk meminta kasih karunia dan berkat dari Tuhan. Aku selalu berkata aku rela menderita dan berkorban tapi itu hanya bertujuan mendapatkan berkat. Aku menipu Tuhan, memanfaatkan Tuhan. Niatku sungguh hina! Dengan pemikiran ini, aku sadar aku tak boleh lagi menolak lingkungan ini. Aku harus tunduk, mencari kebenaran, dan menyelesaikan ketidakmurnian dalam kepercayaanku kepada Tuhan dan watakku yang rusak.
Setelah itu, aku pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Ada berbagai indikator darah yang lebih rendah daripada orang normal, dan jumlah trombositku jauh di bawah normal. Dokter berkata aku dapat dengan mudah mengalami pendarahan hebat jika tidak menjaga kesehatanku. Pengawas, saudara, dan saudariku menyarankan agar aku pulang selama beberapa waktu dan melanjutkan tugasku setelah sembuh. Setelah itu, aku pulang ke rumah untuk menyelesaikan pengobatan, dan sesekali pergi untuk meninjau. Beberapa bulan berlalu, tapi kesehatanku tak membaik, jadi aku merasa sedikit cemas dan pergi ke sinse tua untuk mendapatkan obat. Sinse tua itu berkata, "Pemulihanmu prosesnya akan lambat. Kondisimu parah, dan butuh waktu lama untuk sembuh." Aku sangat kecewa setelah mendengar perkataan sinse itu. Kupikir, setelah pulang dan memulihkan kesehatan, aku bisa kembali ke pekerjaan video setelah kondisiku membaik. Namun, aku sudah berobat hampir setahun. Mengapa kondisiku tak membaik? Tahun itu, rumah Tuhan memproduksi banyak film dan video, tapi aku tak bisa ambil bagian dalam produksi video ini karena alasan kesehatan. Aku khawatir kelak takkan bisa lagi melakukan tugas ini. Tanpa perbuatan baik yang cukup, apakah aku masih bisa diselamatkan ketika pekerjaan Tuhan berakhir? Makin kupikirkan, makin aku merasa negatif. Dalam perjalanan pulang, aku melihat dedaunan tertiup angin, dan aku merasa seperti dedaunan yang jatuh ini, tidak ada harapan bagiku. Aku merasa sangat tak berdaya dan sedih, dan tak berdaya selain mengeluh. Mengapa aku menderita penyakit ini sedangkan saudara-saudariku yang lain sehat? Jika aku asal-asalan dalam tugasku, dan menyebabkan gangguan dan kekacauan atau tidak efektif, dan karena itu tak mampu melaksanakan tugasku, aku bisa membalikkan keadaan dengan bertobat dan berubah. Namun, kesehatan yang buruk adalah kondisi bawaan, dan bukan sesuatu yang bisa kuubah dengan kerja keras. Ketika memikirkan hal ini, aku merasa seolah-olah aku ditinggalkan oleh Tuhan, yang membuatku merasa sangat sedih dan sengsara. Sesampainya di rumah, aku seperti bola kempis, dan tidak ada yang bisa mengangkat semangatku. Kupikir, "Penyakitku seperti ini. Tak ada yang bisa mengubahnya. Jika aku tak bisa ambil bagian dalam pekerjaan penting, apa ada harapan untuk diselamatkan?" Aku mulai mulai memanjakan dagingku. Setiap hari, kuhabiskan waktu menonton TV dan film sekuler dan mengobrol dengan orang-orang secara online. Hubunganku dengan Tuhan makin jauh, dan rohku makin gelap dan kosong. Suatu hari, tiba-tiba aku sadar, "Bukankah keadaanku sama dengan orang tidak percaya? Bagaimana aku bisa dikatakan orang yang percaya kepada Tuhan? Aku hanyalah orang tidak percaya! Jika aku terus mengalami kemerosotan, aku hanya akan menjadi makin rusak, dan akhirnya Tuhan akan menyingkirkanku." Dengan pemikiran ini, aku merasa sedikit takut. Aku tahu aku tak boleh lagi terus seperti ini. Aku harus merenungkan diriku sendiri dan mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalahku.
Setelah itu, aku membaca satu bagian firman Tuhan. "Tidak ada yang lebih memberontak dibanding ketika orang tidak menerima kebenaran. Dan tidak ada yang lebih berbahaya bagi mereka. Jika orang-orang ini terus-menerus tidak mampu menerima kebenaran, itu berarti mereka adalah orang-orang tidak percaya—dan begitu harapan orang-orang tersebut untuk diberkati menjadi musnah, mereka akan menyimpang dari Tuhan. Apa alasannya? (Yang mereka kejar adalah supaya diberkati dan menikmati anugerah Tuhan.) Mereka percaya kepada Tuhan tetapi tidak mengejar kebenaran; bagi mereka, keselamatan hanyalah hiasan, tidak lain adalah kata-kata yang sedap didengar. Yang mereka kejar di dalam hati mereka adalah supaya diberi upah, dimahkotai, menerima manfaat, mereka ingin menerima seratus kali lipat dalam kehidupan ini, dan hidup yang kekal di masa yang akan datang, dan jika mereka tidak menerima hal-hal ini, mereka pun berhenti percaya, diri mereka yang sebenarnya pun tersingkap, dan mereka pun menyimpang dari Tuhan. Di dalam hati mereka, yang mereka yakini bukanlah pekerjaan Tuhan, bukan juga kebenaran yang Tuhan ungkapkan. Yang mereka kejar bukanlah keselamatan, apalagi melakukan tugas sebagai makhluk ciptaan Tuhan; sebaliknya, mereka tidak ada bedanya dengan Paulus: mereka menginginkan berkat yang besar, memegang kekuasaan yang besar, mengenakan mahkota yang mulia, memiliki kedudukan yang setara dengan Tuhan—ini adalah ambisi dan keinginan mereka. Jadi, setiap kali manfaat atau keuntungan tertentu dapat diperoleh dari rumah Tuhan, mereka memperebutkannya, dan mulai berbicara tentang 'senioritas.' Yang mereka pikirkan dalam hati mereka adalah, 'Aku berhak atas ini, aku harus mendapat bagianku, aku harus berjuang untuk ini.' Memikirkan hal ini membuat hati mereka tenang. Mereka menempatkan diri mereka di antara orang-orang berkedudukan tinggi di rumah Tuhan, dan dengan demikian mereka yakin bahwa manfaat seperti itu sudah menjadi hak mereka. ... Jelas bahwa hati mereka telah diperdaya oleh hal-hal yang mereka kejar ini, dan juga jelas bahwa apa yang biasanya mereka kejar sama sekali tidak sesuai dengan kebenaran. Sebanyak apa pun pekerjaan yang mereka lakukan, tujuan dan motif mereka sama seperti tujuan dan motif Paulus: mereka ingin menerima mahkota, dan mereka akan memegang erat tujuan dan motif mereka, tanpa pernah melepaskannya. Bagaimanapun kebenaran dipersekutukan kepada mereka, bagaimanapun mereka ditangani dan dipangkas, bagaimanapun mereka disingkapkan dan dianalisis, mereka akan dengan gigih menolak untuk melepaskan motif mereka untuk diberkati. Dan ketika mereka tidak menerima perkenanan Tuhan, ketika mereka melihat harapan mereka untuk diberkati musnah, mereka pun menjadi negatif dan mundur, mengabaikan tugas mereka, dan mulai menghindar. Mereka tidak benar-benar melaksanakan tugas mereka dalam mengabarkan Injil Kerajaan, mereka juga tidak memberikan pelayanan yang baik, yang sepenuhnya menunjukkan bahwa mereka tidak mempunyai iman yang sejati kepada Tuhan, tidak memiliki ketaatan yang sejati, tanpa pengalaman atau kesaksian yang nyata, dan mereka tidak lebih dari serigala berbulu domba; pada akhirnya, seorang tidak percaya yang tidak mau berubah seperti itu akan sepenuhnya disingkapkan dan disingkirkan, iman mereka kepada Tuhan akhirnya akan berakhir" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Lima)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Firman Tuhan menyingkapkan sepenuhnya niat hina dalam diriku. Meskipun setuju pulang ke rumah untuk memulihkan kesehatan, dalam hati, aku masih berharap cepat sembuh dan terus membuat video. Ketika tidak mendapatkan hasil yang kuinginkan setelah berobat berulang kali, aku merasa tak punya harapan lagi untuk melaksanakan tugas penting, keinginanku untuk mendapatkan berkat hancur, dan tak ada motivasi untuk percaya kepada Tuhan. Aku merasa tersesat, bingung, dan berpikir Tuhan tidak adil kepadaku, jadi aku mulai memanjakan dagingku. Aku tak mau lagi membaca firman Tuhan dan berdoa kepada Tuhan. Aku bahkan melampiaskan ketidakpuasanku terhadap Tuhan dengan mengejar tren duniawi. Aku percaya kepada Tuhan dan melaksanakan tugasku hanya untuk mendapatkan berkat. Begitu tak bisa mendapatkan berkat, aku menentang Tuhan. Yang kuperlihatkan hanyalah watak jahat Iblis, dan sama sekali tak punya hati nurani dan akal. Ini membuktikan semua pengorbananku sebelumnya palsu dan dimaksudkan untuk menipu Tuhan. Selama bertahun-tahun aku percaya kepada Tuhan, Tuhan memberiku begitu banyak kebenaran dan kasih karunia. Tanpa perlindungan Tuhan, aku pasti sudah lama mati, tapi aku bukan hanya tidak berterima kasih dan membalas Tuhan, aku juga mengeluhkan Tuhan tidak adil kepadaku karena tidak memberiku tubuh yang sehat. Aku benar-benar tak bernalar dan tak punya kemanusiaan!
Memikirkan hal ini membuatku merasa menyesal dan membenci diriku sendiri. Aku ingin benar-benar menyelesaikan motifku untuk mendapatkan berkat dan berhenti tidak menaati Tuhan, jadi aku berdoa kepada Tuhan untuk mencari, dan kemudian aku membaca bagian firman Tuhan ini. "Karena diberkati bukan tujuan yang dapat dibenarkan untuk dikejar orang, lalu apa tujuan yang dapat dibenarkan? Mengejar kebenaran, mengejar perubahan watak, dan mampu menaati semua pengaturan dan penataan Tuhan: inilah tujuan yang harus orang kejar. Katakanlah, misalnya, dipangkas dan ditangani menyebabkanmu memiliki gagasan dan kesalahpahaman, dan engkau menjadi tak mampu untuk taat. Mengapa engkau tak mampu untuk taat? Karena engkau merasa bahwa tempat tujuan atau impianmu untuk diberkati telah ditantang. Engkau menjadi negatif dan kesal, dan mencoba berhenti melakukan tugasmu. Apa penyebab hal ini? Ada masalah dengan pengejaranmu. Jadi bagaimana memecahkan masalah ini? Sangatlah penting untuk engkau segera meninggalkan pemikiran yang salah ini, dan segera mencari kebenaran untuk memecahkan masalah watak rusakmu. Engkau harus berkata kepada diri sendiri, 'Aku tidak boleh berhenti, aku harus tetap melakukan tugas yang sudah seharusnya dilakukan makhluk ciptaan Tuhan, dan mengesampingkan keinginanku untuk diberkati.' Jika engkau melepaskan keinginanmu untuk diberkati, beban akan terangkat dari pundakmu. Dan apakah engkau masih mampu bersikap negatif? Meski ada kalanya engkau masih bersikap negatif, jangan biarkan hal ini menguasai dirimu, dan dalam hatimu, engkau tetap berdoa dan berjuang, mengubah tujuan pengejaranmu, dari mengejar berkat dan memiliki tempat tujuan, menjadi pengejaran akan kebenaran, dan engkau harus berpikir dalam hatimu, 'Mengejar kebenaran adalah tugas makhluk ciptaan Tuhan. Bisa memahami kebenaran tertentu pada zaman sekarang—tidak ada tuaian yang lebih besar daripada itu, ini adalah berkat yang paling luar biasa. Bahkan seandainya Tuhan tidak menginginkan aku, dan aku tidak memiliki tempat tujuan yang baik, dan harapanku untuk diberkati musnah, aku akan tetap melaksanakan tugasku dengan benar, aku wajib melakukannya. Apa pun alasannya, itu tidak akan memengaruhi pelaksanaan tugasku, tidak akan memengaruhi pencapaianku dalam melaksanakan amanat Tuhan; ini adalah prinsip hidupku.' Dan dalam hal ini, bukankah engkau sudah melepaskan dirimu dari belenggu daging?" ("Hanya di Dalam Mengejar Kebenaran Terdapat Jalan Masuk Kehidupan" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Pada waktu itu, melalui membaca firman Tuhan, aku mengerti mengapa aku mengeluh, menjadi negatif, dan kehilangan kendali atas diriku ketika keinginanku untuk mendapatkan berkat hancur. Sumber masalahnya adalah pandanganku yang keliru tentang pengejaran. Yang kukejar adalah berkat dan tempat tujuan yang baik, jadi aku selalu dikendalikan oleh masa depan dan nasibku. Saat keinginanku untuk berkat hancur, aku menjadi terlalu pasif untuk melanjutkan. Keinginanku akan berkat terlalu kuat. Aku adalah makhluk ciptaan. Entah menerima berkat dan memiliki tempat tujuan yang baik atau tidak, aku harus tetap melaksanakan tugasku. Meskipun tidak mendapatkan berkat, jika aku memenuhi tanggung jawab dan tugasku, setidaknya aku tak ada penyesalan sedikit pun. Dengan pemikiran ini, hatiku menjadi terang. Aku harus menerapkan menurut jalan yang ditunjukkan dalam firman Tuhan, melepaskan keinginanku akan berkat, mengubah pandanganku yang keliru tentang pengejaran, dan melaksanakan tugasku dengan berupaya sebaik mungkin. Selain itu, meskipun suatu hari kondisiku memburuk, aku tak boleh menyalahkan Tuhan. Inilah nalar yang makhluk ciptaan harus miliki. Aku sadar jika aku tak bisa melakukan tugas lain, aku bisa berlatih menulis artikel di rumah, menuliskan pengalaman dan pemahamanku sendiri, dan menyampaikannya kepada saudara-saudariku di pertemuan. Dengan begitu, aku pun bersaksi tentang Tuhan dan melaksanakan tugasku. Setelah menerapkan seperti ini, aku merasa sangat lega, dan tak begitu dikendalikan oleh nasib dan masa depanku.
Setahun kemudian, aku ke rumah sakit untuk mendapatkan obat, dan dokter berkata, "Penyakitmu sudah sembuh. Tak perlu lagi minum obat. Kau hanya harus lebih memperhatikan tubuhmu dan jangan terlalu lelah." Ketika mendengar dokter mengatakan itu, aku sangat bersemangat, dan tak henti-hentinya bersyukur kepada Tuhan. Untuk mengubah dan menyucikanku, Tuhan telah mengatur begitu banyak orang dan hal-hal untuk kualami. Dengan pemikiran ini, aku merasa lebih tidak layak menerima keselamatan Tuhan. Setelah itu, aku membaca bagian lain firman Tuhan, "Aku memutuskan tempat tujuan setiap orang bukan berdasarkan usia, senioritas, jumlah penderitaan, dan yang utama, bukan berdasarkan sejauh mana mereka mengundang rasa kasihan, tetapi berdasarkan apakah mereka memiliki kebenaran. Tidak ada pilihan lain selain ini" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Persiapkan Perbuatan Baik yang Cukup demi Tempat Tujuanmu"). Ya. Tuhan menentukan kesudahan manusia berdasarkan apakah mereka memiliki kebenaran atau tidak, dan mereka yang tidak memperoleh kebenaran pada akhirnya tidak dapat diselamatkan. Jika aku tidak mengejar kebenaran atau perubahan watak, sebanyak apa pun pengorbanan atau kontribusiku pada akhirnya, jika watak rusakku tidak disucikan, aku tak dapat diselamatkan. Meskipun demikian, aku tetap ingin menipu Tuhan agar memberiku berkat melalui kerja keras. Bukankah ini omong kosong? Ini tak lain hanyalah angan-anganku. Kali ini, di luarnya sepertinya aku kehilangan kesempatan untuk melaksanakan tugasku karena penyakit, tapi melalui penyakitku, pandanganku yang keliru dan watakku yang rusak tersingkap, yang memungkinkanku untuk mengubah segala sesuatu tepat waktu dan mulai berfokus mengejar kebenaran. Ini perlindungan besar Tuhan bagiku. Dengan pemikiran ini, aku merasa sangat menyesal dan berutang, jadi aku berlutut di hadapan Tuhan dan berdoa, "Ya Tuhan! Aku mau membalikkan pandanganku yang keliru tentang pengejaran. Aku tak mau lagi mengejar berkat dan upah. Tugas apa pun yang kulakukan kelak, aku mau mengejar kebenaran, mengejar perubahan watak, dan memenuhi tugasku untuk memuaskan-Mu."
Selanjutnya, aku membaca beberapa firman Tuhan, dan hatiku menjadi sedikit lebih terang tentang bagaimana menangani tugasku. Firman Tuhan katakan: "Untuk melaksanakan tugasmu secara memadai, berapa tahun pun engkau telah percaya kepada Tuhan, betapapun banyaknya yang telah kaulakukan dalam tugasmu, atau betapapun banyaknya kontribusi yang telah kauberikan bagi rumah Tuhan, terlebih lagi, betapapun berpengalamannya dirimu dalam tugasmu, itu bukan masalah. Hal utama yang Tuhan lihat adalah jalan yang orang tempuh. Dengan kata lain, Dia melihat sikap orang terhadap kebenaran dan prinsip, arah, sumber, dan motivasi di balik tindakan orang tersebut. Tuhan berfokus pada hal-hal ini; semua itulah yang menentukan jalan yang kautempuh" ("Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Manusia berpikir bahwa semua orang yang berkontribusi kepada Tuhan semestinya mendapat upah, dan semakin besar kontribusi yang diberikan, tentu semakin besar pula perkenanan Tuhan yang semestinya diterimanya. Esensi sudut pandang manusia adalah selalu bertransaksi, dan manusia tidak berusaha secara aktif melakukan tugasnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Bagi Tuhan, semakin orang berusaha memiliki kasih yang sejati kepada Tuhan dan ketaatan penuh kepada Tuhan, yang juga berarti berusaha melakukan tugasnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan, semakin mereka dapat memperoleh perkenanan Tuhan. Sudut pandang Tuhan adalah menuntut manusia memulihkan kembali tugas dan status mereka yang semula. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, jadi manusia seharusnya tidak melewati batasnya sendiri dengan mengajukan tuntutan kepada Tuhan, dan seharusnya tidak melakukan apa pun selain melakukan tugasnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Tempat tujuan Paulus dan Petrus ditentukan berdasarkan apakah mereka dapat melakukan tugas mereka sebagai makhluk ciptaan Tuhan, dan bukan berdasarkan ukuran kontribusi mereka; tempat tujuan mereka ditentukan berdasarkan perkara yang mereka cari sejak semula, bukan berdasarkan berapa banyak pekerjaan yang mereka lakukan, atau perkiraan orang lain mengenai mereka. Jadi, berusaha secara aktif melakukan tugas sebagai makhluk ciptaan Tuhan adalah jalan menuju keberhasilan; mengupayakan jalan kasih sejati kepada Tuhan adalah jalan yang paling benar; mengusahakan perubahan pada watak lama seseorang, dan mengupayakan kasih yang murni kepada Tuhan, adalah jalan menuju keberhasilan. Jalan menuju keberhasilan yang seperti itu adalah jalan pemulihan tugas yang semula, juga pemulihan rupa makhluk ciptaan Tuhan yang semula. Inilah jalan pemulihan, dan inilah juga tujuan semua pekerjaan Tuhan dari awal hingga akhir" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani"). Setelah membaca firman Tuhan aku mengerti, di rumah Tuhan sebenarnya tidak ada tugas yang tinggi atau rendah. Apakah orang dapat diselamatkan atau tidak, bukan tergantung pada tugas apa yang mereka lakukan, seberapa hebat pekerjaan mereka, atau apa yang mereka capai. Asalkan kau mengejar kebenaran, secara aktif memenuhi tugas makhluk ciptaan, dan mencapai perubahan dalam watakmu, kau dapat memperoleh kebenaran dan diselamatkan oleh Tuhan. Berusaha efektif dalam tugasmu dan berkontribusi kepada rumah Tuhan itu sendiri tidak salah. Selama niatmu adalah untuk bersaksi tentang Tuhan, dan mampu mencari kebenaran serta bertindak sesuai prinsip dalam tugasmu, kau bisa mendapatkan perkenanan Tuhan. Melakukan tugas bukanlah alat untuk mendapatkan keuntungan, juga bukan alat tawar-menawar untuk mendapatkan upah, itu adalah tanggung jawab makhluk ciptaan. Entah diberkati atau tidak, aku akan memenuhi tugasku. Setelah itu, rumah Tuhan mengatur tugas yang sesuai untukku berdasarkan kondisi kesehatanku.
Kini, aku makin tidak dikendalikan oleh masa depan dan nasibku, dan tugas apa pun yang kulaksanakan, aku tahu memperoleh kebenaran adalah hal terpenting. Entah kesudahanku baik atau tidak di masa depan, jika aku dapat memenuhi tanggung jawabku dalam tugasku, aku merasa tenang dan damai. Syukur kepada Tuhan!
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.