Menghadapi Penyesuaian Staf Mengungkapkanku

02 Januari 2023

Oleh Saudari Zhou Jing, Tiongkok

Pada Maret 2021, aku bertugas untuk pekerjaan penginjilan. Aku membuat laporan kepada pemimpin tentang jangkauan tanggung jawabku yang luas dan minimnya penginjil, jadi dia mengirim Saudari Liu untuk menginjil. Saudari Liu pernah menjadi pemimpin, dan setelah menghabiskan waktu dengannya, aku tahu bahwa dia cukup ahli menggunakan firman Tuhan untuk menyelesaikan masalah para calon penerima Injil. Aku lantas berpikir, "Jika aku membinanya dengan baik, dia dapat menjadi penginjil dan pemberi kesaksian bagi Tuhan, lalu pemimpin akan memuji kemampuanku bekerja dan membina orang." Setelahnya, aku mengajak Saudari Liu untuk berlatih menginjil, dan aku sering bersekutu dengannya serta menyelesaikan masalahnya. Setelah beberapa waktu, dia menunjukkan banyak perkembangan, dan menunjukkan hasil yang cukup baik dalam pekerjaan penginjilan. Aku tak bisa menyembunyikan kebahagiaanku, dan energiku untuk melaksanakan tugas setiap hari pun menjadi tak terbatas.

Suatu hari, pemimpin bertanya padaku, "Belakangan ini, gereja menerima banyak pendatang baru dan kita membutuhkan pekerja penyiraman tambahan. Siapa di antara saudara-saudari yang memahami kebenaran dan dapat menyiram para pendatang baru?" Aku menjawab dengan ceria, "Saudari Liu berkualitas, dapat memahami kebenaran dengan cepat, dan mempersekutukan kebenaran dengan jelas. Dia akan sesuai untuk tugas itu." Pemimpin lantas merespons, "Baiklah, kalau begitu minta Saudari Liu menyiram para pendatang baru." Jantungku berdebar saat mendengar perkataannya, dan aku berpikir, "Kau bersedia menyerahkannya setelah bekerja keras membinanya? Seharusnya aku tak berkata jujur. Jika menyerahkan andalanku, aku harus kembali bersusah payah melatih orang lain. Jika jumlah pekerja penyiraman kurang, bukankah kau bisa memindahkan orang dari gereja lain? Jika kau menyerahkan Saudari Liu, pekerjaan penginjilan kita bulan ini tak akan seefektif biasanya. Bagaimana pendapatmu tentangku jika itu terjadi? Akankah kau menganggapku tak mampu, lalu memberhentikanku? Tidak bisa! Aku tak bisa melepaskan Saudari Liu." Berpegang pada pemikiran itu, aku berkata pada pemimpin, "Pekerjaan penyiraman memang penting, tapi bukankah pekerjaan penginjilan juga penting? Bagaimana jika kali ini, kau memindahkan seseorang dari gereja lain, dan Saudari Liu dapat dipindahkan jika masih diperlukan anggota baru?" Pemimpin langsung memahami jalan pemikiranku dan bersekutu, "Kita harus mempertimbangkan pekerjaan gereja secara menyeluruh. Menahan orang berbakat adalah bentuk keegoisan, apalagi jika tujuannya meringankan beban pribadi. Banyak pendatang baru yang memasuki gereja, tapi karena pekerja penyiraman tak cukup, banyak pendatang baru yang tak disirami tepat waktu, dan beberapa orang bahkan merasa terancam dan terganggu oleh rumor CCP dan dunia religius, hingga terlalu takut untuk berkumpul. Beberapa orang bahkan sudah keluar. Pekerjaan penginjilan seperti menebar benih. Jika hanya menebar benih dan tak menyiramnya, maka usahamu sia-sia! Jadi, hal terpenting saat ini adalah menugaskan seseorang untuk menyirami para pendatang baru secepatnya. Menugaskan Saudari Liu untuk menyirami orang yang percaya kepada Tuhan adalah hal yang dibutuhkan pekerjaan penyiraman. Kita harus menjamin kelangsungan pekerjaan gereja. Jika menahan orang demi meringankan beban pribadi, dan menjamin reputasi serta status pribadi, kita mengabaikan kehendak Tuhan!" Pemimpin benar. Mempertimbangkan situasi Saudari Liu, dia lebih pants menyirami para pendatang baru, selain itu, para pendatang baru sangat membutuhkan orang untuk menyirami mereka. Aku hanya mementingkan reputasi dan statusku, dan aku kesal membayangkan Saudari Liu dipindahkan dan pekerjaan penginjilan terimbas. Tapi setelah dipikir kembali, penyiraman para pendatang baru tak boleh ditunda, jadi aku terpaksa berkata kepada pemimpin, "Lakukan sesukamu. Jika dia memang harus dipindahkan, aku tak bisa berbuat apa-apa ...." Sesampainya di rumah, aku terus memikirkan masalah itu, jadi aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan! Aku tahu bahwa keputusan pemimpin untuk menugaskan Saudari Liu di penyiraman sejalan dengan prinsip, tapi aku tak bisa terima. Tolong cerahkan dan izinkan aku menyadari kerusakan watakku."

Aku pun membaca firman Tuhan. "Dalam lingkup pekerjaan rumah Tuhan, berdasarkan kebutuhan pekerjaan secara keseluruhan, mungkin ada beberapa pemindahan personel. Jika beberapa orang dipindahkan dari gereja, apa cara yang masuk akal bagi para pemimpin gereja untuk menangani masalah ini? Apa masalahnya jika mereka hanya mementingkan pekerjaan gereja mereka sendiri, daripada kepentingan gereja secara keseluruhan? Mengapa, sebagai pemimpin gereja, mereka tidak mampu tunduk pada pengaturan keseluruhan rumah Tuhan? Apakah orang semacam itu memikirkan kehendak Tuhan dan memperhatikan gambaran keseluruhan pekerjaan itu? Jika mereka tidak memikirkan pekerjaan rumah Tuhan secara keseluruhan, tetapi hanya memikirkan kepentingan gereja mereka sendiri, bukankah mereka sangat egois dan hina? Para pemimpin gereja seharusnya tunduk tanpa syarat pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan, dan pada pengaturan dan koordinasi rumah Tuhan yang terpusat. Inilah yang sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Ketika dibutuhkan oleh pekerjaan rumah Tuhan, siapa pun mereka, setiap orang harus tunduk pada koordinasi dan pengaturan rumah Tuhan, dan sama sekali tidak boleh dikendalikan oleh pemimpin atau pekerja individu seolah-olah orang-orang itu adalah milik mereka. Ketaatan umat pilihan Tuhan pada pengaturan terpusat rumah Tuhan ditetapkan oleh Surga dan diakui oleh bumi, dan tidak boleh ditentang oleh siapa pun. Kecuali jika pemimpin atau pekerja secara individu melakukan pemindahan yang tidak masuk akal, yang tidak sesuai dengan prinsip—maka dalam hal ini, pemindahan ini boleh untuk tidak dipatuhi—semua umat pilihan Tuhan harus taat, dan tidak ada pemimpin atau pekerja yang memiliki hak atau alasan apa pun untuk berusaha mengendalikan siapa pun. Apakah menurutmu ada pekerjaan yang bukan pekerjaan rumah Tuhan? Apakah ada pekerjaan yang tidak melibatkan perluasan Injil kerajaan Tuhan? Semua itu adalah pekerjaan rumah Tuhan, setiap pekerjaan adalah sama, dan tidak ada 'pekerjaanmu' dan 'pekerjaanku'. Jika pemindahan itu sesuai dengan prinsip dan berdasarkan kebutuhan pekerjaan gereja, maka orang-orang ini harus pergi ke tempat di mana mereka paling dibutuhkan. Namun, apa respons antikristus ketika menghadapi keadaan semacam ini? Mereka mencari berbagai alasan dan dalih untuk menahan orang-orang yang sesuai ini, untuk melayani mereka. Mereka hanya memberikan dua orang biasa, dan kemudian mencari dalih tertentu untuk mempersulit dirimu, entah mengatakan betapa pekerjaan sangat menyibukkan, atau bahwa mereka kekurangan orang, sulit mencari orang, dan jika kedua orang ini dipindahkan, pekerjaan akan terpengaruh. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang harus mereka lakukan dan membuatmu merasa bersalah. Bukankah ini cara Iblis bekerja? Beginilah cara orang-orang tidak percaya melakukan segala sesuatu. Apakah orang yang selalu berusaha dan melindungi kepentingan mereka sendiri di gereja—adalah orang yang baik? Apakah mereka adalah orang yang bertindak berdasarkan prinsip? Sama sekali tidak. Mereka adalah orang-orang tidak percaya. Dan bukankah ini egois dan keji?" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Lampiran Empat: Meringkas Karakter Para Antikristus dan Esensi Watak Mereka (Bagian Satu)"). Dari firman Tuhan, aku paham bahwa Tuhan membenci dan muak dengan orang egoistis yang hanya menjamin kepentingan pribadinya. Ini sangat jelas saat aku membaca firman-Nya: "Bukankah ini cara Iblis bekerja? Beginilah cara orang-orang tidak percaya melakukan segala sesuatu. ... Mereka adalah orang-orang tidak percaya." Aku merasa Tuhan berdiri di hadapanku dan mengungkapkanku, dan aku hanya ingin mengubur kepalaku karena malu. Aku jelas tahu bahwa gereja kekurangan pekerja penyiraman, banyak pendatang baru yang pergi karena terlambat menerima penyiraman, dan keputusan pemimpin untuk menugaskan Saudari Liu di penyiraman sungguh sesuai dan sejalan dengan prinsip, tapi alih-alih mempertimbangkan pekerjaan gereja, aku hanya mengutamakan kepentinganku. Aku takut jika Saudari Liu dipindah, aku harus berusaha lebih keras dan bersusah payah. Aku juga mengkhawatirkan reputasi dan statusku jika efektivitas penginjilan menurun. Karena itu, aku berusaha menghalangi pemimpin dan menggagalkan pemindahan Saudari Liu dengan dalih "pekerjaan penginjilan juga penting dan tak bisa ditunda." Aku sangat egoistis dan hina. Aku hanya memikirkan kepentingan pribadi. Aku hanya ingin menahan Saudari Liu di sisiku untuk meningkatkan reputasi dan statusku. Bukankah aku seperti orang tak percaya? Bos korporat di dunia orang tak percaya mengajarkan keterampilan kepada beberapa orang, lalu ingin agar mereka mengabdi kepadanya. Aku pun demikian, karena merasa telah membinca Saudari Liu sendirian, dia harus tetap di sisiku dan tunduk dengan penugasan dariku. Pemikiranku sangat tak masuk akal. Gereja telah menugasiku mengawasi pekerjaan penginjilan. Ini adalah kewajiban dan tugas yang harus kupenuhi, Ini bukan kegiatan pribadi; ini adalah pekerjaan gereja. Terkait pemindahan dan penugasan personel, pemimpin membagi tugas secara rasional berdasarkan prinsip, dan aku tak berhak mencampurinya, apalagi menghalanginya. Aku seharusnya tunduk dan menerima; inilah tindakan yang paling rasional. Dengan pemikiran seperti itu, diriku dipenuhi penyesalan dan celaan terhadap tindakan dan sikapku. Aku bergegas menghadap Tuhan untuk mengaku, bertobat, dan siap melepaskan keinginan egoistisku dan tunduk pada penugasan dari gereja. Hari berikutnya, aku bersekutu dengan Saudari Liu mengenai tugasnya menyirami para pendatang baru. Aku merasakan kedamaian dan kelegaan setelah menerapkan sikap seperti ini.

Tak lama kemudian, aku tahu bahwa Saudari Peng dan Saudara Yang memiliki kelebihan yang berguna bagi pekerjaan penginjilan, jadi, aku sering mengajak mereka saat menginjil dan sangat fokus membina mereka. Setelah beberapa saat, mereka menunjukkan perubahan cepat sebagai penginjil dan mencapai hasil luar biasa. Seperti yang bisa kau bayangkan, kebahagiaanku membuncah, dan dengan tambahan dua penginjil dalam kelompok, pekerjaan pun membaik, dan aku termotivasi dalam melaksanakan tugas. Namun ternyata, beberapa pekan kemudian pemimpin berkata padaku, "Banyak pekerjaan penginjilan yang harus diselesaikan di gereja lain, tapi jumlah penginjilnya tak cukup. Aku ingin menugaskan Saudara Yang dan Lu ke gereja lain. Selain itu, Saudari Peng memiliki kualitas yang baik dan pantas dibina. Aku ingin menugaskannya mengawasi pekerjaan para pekerja penyiraman baru." Hatiku mencelos saat mendengarnya, dan layaknya balon pecah, aku merasa lemah, merosot di kursi, tak bisa bergerak. Aku lantas berpikir, "Memindahkan satu orang tak masalah, tapi kini kau memindahkan tiga orang? Apa kau ingin mempersulit tugasku? Jika kau memindahkan tiga andalanku dan pekerjaanku terimbas, akankah kau bilang aku tak melakukan pekerjaan nyata dan merupaka pemimpin palsu? Jika aku diberhentikan, bagaimana aku bisa menjalani hidup? Aku akan dianggap tak mampu dalam pekerjaan ini." Dengan berpikir demikian, aku merespons dengan ketus, "Bisakah kau menyisakan satu orang? Bukankah memindahkan tiga orang sekaligus menunda pekerjaan penginjilan?" Pemimpin menunjukkan betapa kerasnya perlawananku dan bersekutu denganku, tapi aku sama sekali tak mendengarkannya. Saat pemimpin pergi, diriku dipenuhi rasa tak puas tentang pemindahan tiga andalanku. Karena tiga andalanku dipindahkan, aku harus menemukan orang baru untuk dilatih, belum lagi lelah fisik yang harus kuderita, lalu jika hasil kerjanya tak sepadan, apa pendapat orang tentangku? Akankah mereka bilang aku bersemangat hanya karena baru menempati posisi itu, dan aku menjadi tak kompeten setelah ledakan antusiasmeku berakhir? Makin dipikirkan, makin kesal diriku. Hatiku terasa berat dan motivasiku hilang. Setelah itu, aku tak menanggung beban dalam tugasku, dan tak sungguh-sungguh berusaha menyelesaikan kesulitan yang kutemui. Setelah itu pemimpin mengirimkan beberapa orang baru untuk pekerjaan penginjilan, tapi aku tak berminat melatih mereka. Aku yakin jika mereka memulai pekerjaan penginjilan, pasti banyak masalah yang tak bisa mereka selesaikan, tapi aku tak memperhatikan mereka dan langsung menugaskan mereka untuk menginjil. Perlahan, hatiku makin kelam, dan aku merasa pelaksanaan tugasku tak memenuhi standar. Aku sadar keadaanku tak benar, jadi, aku berdoa kepada Tuhan dan merenung agar mengenali diriku.

Di salah satu saat teduhku, aku membaca firman Tuhan berikut ini. "Jika seseorang berkualitas baik yang berada di bawah kepemimpinan antikristus dipindahkan untuk melakukan tugas lain, di dalam hatinya, antikristus dengan gigih menentang dan menolaknya—mereka ingin berhenti bekerja, dan tidak memiliki semangat untuk menjadi pemimpin atau pemimpin kelompok. Masalah apakah ini? Mengapa mereka tidak memiliki ketaatan terhadap pengaturan gereja? Mereka menganggap pemindahan 'tangan kanan' mereka akan berdampak pada produktivitas dan kemajuan pekerjaan mereka, dan akibatnya status dan reputasi mereka akan terpengaruh, yang akan memaksa mereka untuk bekerja lebih keras dan lebih menderita untuk menjamin produktivitas—dan inilah hal yang paling tidak mereka inginkan. Mereka telah terbiasa dengan kenyamanan, dan tidak ingin bekerja lebih keras atau lebih menderita, jadi mereka tidak mau mengizinkan orang itu pergi. Jika rumah Tuhan bersikeras memindahkan orang itu, mereka akan sangat marah dan bahkan tidak mau melakukan pekerjaan mereka sendiri. Bukankah ini egois dan keji? Umat pilihan Tuhan harus dialokasikan secara terpusat oleh rumah Tuhan. Ini tidak ada kaitannya dengan pemimpin, kepala tim, atau individu mana pun. Semua orang harus bertindak berdasarkan prinsip; ini adalah aturan rumah Tuhan. Ketika antikristus tidak bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip rumah Tuhan, ketika mereka selalu membuat rencana demi status dan kepentingan mereka sendiri, dan membuat saudara-saudari yang berkualitas baik melayani mereka untuk memperkuat kekuasaan dan status mereka, bukankah ini egois dan keji? Di luarnya, mempertahankan orang-orang yang berkualitas baik di sisi mereka dan tidak membiarkan mereka dipindahkan oleh rumah Tuhan terlihat seolah-olah mereka memikirkan pekerjaan gereja, padahal sebenarnya mereka hanya memikirkan kekuasaan dan status mereka sendiri, dan sama sekali tidak memikirkan pekerjaan gereja. Mereka takut pekerjaan mereka akan menjadi kacau, mereka akan digantikan, dan kehilangan status mereka. Jika antikristus tidak memikirkan pekerjaan rumah Tuhan secara keseluruhan, hanya memikirkan status mereka sendiri, melindungi status mereka sendiri dengan tidak segan-segan mengorbankan kepentingan rumah Tuhan, dan mempertahankan status dan kepentingan mereka sendiri dengan merugikan pekerjaan gereja, ini egois dan keji. Ketika orang menghadapi situasi semacam itu, setidaknya dia harus berpikir dengan menggunakan hati nuraninya: 'Orang-orang ini semuanya adalah anggota keluarga Tuhan, mereka bukan milik pribadiku. Aku juga adalah anggota keluarga Tuhan. Apa hakku untuk menghentikan rumah Tuhan memindahkan orang? Aku seharusnya memikirkan kepentingan rumah Tuhan secara keseluruhan, dan bukannya hanya berkonsentrasi pada pekerjaan dalam lingkup tanggung jawabku sendiri.' Pemikiran seperti itulah yang seharusnya ditemukan dalam diri orang-orang yang memiliki hati nurani dan akal sehat, dan akal sehat yang seharusnya dimiliki oleh orang yang percaya kepada Tuhan. Ketika rumah Tuhan memiliki kebutuhan khusus, yang terpenting adalah menaati pengaturan rumah Tuhan. Para pemimpin palsu dan antikristus tidak memiliki hati nurani dan akal sehat seperti itu. Mereka semua egois, mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri, dan mereka tidak memikirkan pekerjaan gereja. Mereka hanya memikirkan keuntungan di depan mata mereka sendiri, mereka tidak memikirkan pekerjaan rumah Tuhan secara keseluruhan, jadi mereka sama sekali tidak mampu menaati pengaturan rumah Tuhan. Mereka sangat egois dan keji. Di rumah Tuhan, mereka bahkan cukup berani untuk mengganggu, dan bahkan berani dengan keras kepala menolak untuk mengubah pendapat atau tindakan mereka; ini adalah orang-orang yang paling tidak memiliki kemanusiaan, mereka adalah orang-orang jahat. Orang-orang seperti inilah para antikristus itu. Mereka selalu memperlakukan pekerjaan gereja, saudara-saudari, dan bahkan aset rumah Tuhan—semua yang berada di bawah kekuasaan mereka—sebagai milik pribadi mereka sendiri. Terserah mereka bagaimana hal-hal ini didistribusikan, dipindahkan, dan digunakan, dan rumah Tuhan tidak boleh ikut campur. Begitu semua itu berada di tangan mereka, seolah-olah mereka dirasuki Iblis, tak seorang pun yang boleh menyentuh mereka. Merekalah yang paling berpengaruh, paling berkuasa, dan siapa pun yang masuk ke wilayah mereka harus menaati perintah dan pengaturan mereka, serta melakukan apa yang diinginkan mereka. Ini merupakan perwujudan dari keegoisan dan kekejian dalam karakter antikristus. Mereka tidak mengikuti prinsip sedikit pun, mereka tidak memikirkan kepentingan rumah Tuhan, serta hanya memikirkan kepentingan dan status mereka sendiri—dan semua ini adalah ciri khas keegoisan dan kejahatan antikristus" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Lampiran Empat: Meringkas Karakter Para Antikristus dan Esensi Watak Mereka (Bagian Satu)"). Setelah membaca firman-Nya, aku merasa sangat menderita dan tak nyaman. Tuhan mengungkapkan bahwa antikristus bersifat egoistis, dan tak memiliki kemanusiaan. Saat mengalami sesuatu, mereka hanya mempertimbangkan reputasi dan status pribadi. Mereka berusaha mengendalikan orang lain, tak mengizinkan penugasan dan penyesuaian dari gereja, dan sama sekali tak mempertimbangkan pekerjaan gereja. Bukankan tindakan dan sikapku sama seperti seorang antikristus? Sebagai pengawas, seharusnya aku fokus membina individu berbakat. Ini adalah tanggung jawab dan tugasku. Gereja melakukan penyesuaian personel yang rasional sesuai dengan kebutuhan pekerjaan serta kualitas dan bakat tiap orang. Seharusnya aku menjunjung, mematuhi, dan melaksanakan tugasku. Nyatanya aku sama sekali tak mempertimbangkan pekerjaan gereja dan hanya fokus menahan para penginjil berbakat dengan kualitas bagus di sisiku agar reputasi dan status pribadiku meningkat. Sesaat setelah pemimpin berniat memindahkan orang di luar jangkauan tanggung jawabku, aku melawan, merasa tak puas, dan bahkan merasa dirugikan serta berniat keluar. Aku selalu khawatir jika andalanku dipindah, pekerjaan akan terimbas, dan reputasi serta statusku akan terancam. Aku sungguh egoistis dan hina. Apa aku masih punya secuil kemanusiaan atau nalar? Apa bedanya watak yang kuungkapkan dengan watak antikristus? Aku menginat kaum Farisi dan klerus dari dunia religious modern. Saat Tuhan bekerja, demi melindungi status dan mata pencaharian mereka, mereka menerapkan segala cara untuk menghentikan orang-orang yang tak percaya mengikuti Tuhan. Demi status dan mata pencaharian, mereka berusaha mengendalikan orang-orang yang tak percaya selamanya. Hasilnya, mereka menjadi antikristus dan dihukum serta dikutuk oleh Tuhan. Jika mengingat perilakuku, setelah bersusah payah membina saudara-saudari untuk menginjil dan melihat mereka bertugas dengan mandiri, aku ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk memaksimalkan kemampuanku dan memamerkan bakatku agar dikagumi orang lain. Karena ini, aku tak ingin pemimpin mempromosikan orang di luar jangkauan tanggung jawabku. Aku hanya ingin menahan orang-orang yang berkualitas dan dapat bertugas dengan baik di sisiku, dan memanfaatkan mereka untuk mengukuhkan reputasi serta statusku. Bukankah inti perilakuku sama seperti kaum Farisi dan antikristus di dunia religius? Pekerjaan di rumah Tuhan tak dibatasi. Orang seharusnya dapat dipindahkan ke tugas mana pun yang membutuhkannya. Inilah cara tepat untuk memindahkan personel. Tapi saat melihat saudara-saudari dengan kualitas dan kemampuan kerja yang baik dipromosikan dan dipindahkan satu per satu, aku seperti kehilangan tangan kanan, dan merasa pekerjaanku akan terimbas. Rasanya reputasi dan statusku terancam, jadi aku enggan melepaskan mereka. Bahkan saat pemimpin membahasnya denganku, aku tetap berdalih, menghalangi, dan menahan para andalanku. Aku menganggap diriku penguasa lahan, dan para orang berbakat yang kutemukan hanya berhak dimanfaatkan olehku. Bukankah aku seperti tiran lokal yang mengeklaim suatu tempat sebagai wilayah kekuasaannya? Saat orang-orang itu dipindahkan, aku khawatir pekerjaan akan terimbas dan hasratku akan reputasi serta status tak terpuaskan, jadi, aku bermalas-malasan, dan meski aku tahu ada beberapa prinsip yang belum dipahami oleh para penginjil baru, aku mengabaikan mereka dan menyuruh mereka menginjil. Aku tak ingin melatih mereka. Jika mengingat perilakuku, di mana hati nurani, nalar, dan kemanusiaanku? Gereja menugasiku mengawasi pekerjaan penginjilan agar aku bisa menginjil bersama saudara-saudari, dengan satu hati dan pikiran serta melaksanakan tugas dengan baik di posisi kami masing-masing. Tapi aku tak punya rasa malu, dan mengendalikan saudara-saudari sesukaku. Tindakan itu menunjukkan bahwa aku menentang Tuhan, menempatkan diriku berseberangan dengan-Nya dan melalui jalan antikristus! Jika bukan karena pengungkapan berkat firman Tuhan dan fakta, aku pasti masih tak menyadari watak antikristusku dan fakta bahwa aku melalui jalan antikristus, melakukan kejahatan, dan menolak Tuhan. Makin dipikirkan, makin takut diriku, jadi aku berdoa kepada Tuhan dan bertobat, mengatakan bahwa aku tak mau lagi menolak Tuhan, dan ingin tunduk serta melaksanakan tugasku dengan baik.

Setelah itu, aku membaca firman Tuhan yang berbeda: "Mereka yang mampu menerapkan kebenaran dapat menerima pemeriksaan Tuhan ketika melakukan segala sesuatu. Ketika engkau menerima pemeriksaan Tuhan, hatimu menjadi lurus. Jika engkau hanya pernah melakukan sesuatu supaya dilihat orang lain, selalu ingin mendapatkan pujian dan kekaguman orang lain, tetapi engkau tidak menerima pemeriksaan Tuhan, apakah Tuhan masih ada di dalam hatimu? Orang-orang semacam itu tidak menghormati Tuhan. Jangan selalu melakukan segala sesuatu demi kepentinganmu sendiri dan jangan selalu mempertimbangkan kepentinganmu sendiri; jangan mempertimbangkan kepentingan manusia, dan jangan memikirkan harga diri, reputasi, atau statusmu sendiri. Engkau harus terlebih dahulu memikirkan kepentingan rumah Tuhan, dan menjadikannya prioritas utamamu. Engkau harus mempertimbangkan kehendak Tuhan dan mulailah dengan merenungkan apakah engkau tidak murni dalam memenuhi tugasmu, apakah engkau telah setia, memenuhi tanggung jawabmu, dan mengerahkan seluruh tenagamu atau tidak, serta apakah engkau telah dengan sepenuh hati memikirkan tugasmu dan pekerjaan gereja atau tidak. Engkau harus memikirkan hal-hal ini. Renungkanlah hal-hal ini sesering mungkin dan pahamilah semuanya itu, maka akan menjadi lebih mudah bagimu untuk melaksanakan tugasmu dengan baik" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). "Bagi semua orang yang melaksanakan tugas mereka, sedalam atau sedangkal apa pun pemahaman mereka akan kebenaran, cara penerapan paling sederhana yang dapat digunakan untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran adalah dengan memikirkan kepentingan rumah Tuhan dalam segala sesuatu, dan melepaskan keinginan yang egoistis, niat, motif, kesombongan, dan status pribadi. Prioritaskan kepentingan rumah Tuhan—inilah setidaknya yang harus orang lakukan. Jika orang yang sedang melaksanakan tugasnya bahkan tidak bisa berbuat sebanyak ini, lalu bagaimana mungkin mereka bisa disebut melaksanakan tugasnya? Ini bukanlah melaksanakan tugas. Engkau harus terlebih dahulu mempertimbangkan kepentingan rumah Tuhan, mempertimbangkan kehendak Tuhan, dan mempertimbangkan pekerjaan gereja, serta menempatkan pertimbangan ini sebagai yang pertama dan terutama; baru setelah itulah engkau dapat memikirkan tentang stabilitas kedudukanmu atau bagaimana orang lain memandangmu. Bukankah engkau semua merasa bahwa hal ini menjadi sedikit lebih mudah apabila engkau membaginya ke dalam langkah-langkah ini dan melakukan beberapa kompromi? Jika engkau menerapkan hal ini selama beberapa waktu, engkau akan mulai merasa bahwa memuaskan Tuhan tidaklah sulit. Selain itu, engkau harus mampu memenuhi tanggung jawabmu, melaksanakan kewajiban dan tugasmu, mengesampingkan keinginanmu yang egoistis, mengesampingkan niat dan motifmu sendiri, memikirkan kehendak Tuhan, dan mengutamakan kepentingan rumah Tuhan, pekerjaan gereja, dan tugas yang harus engkau lakukan. Setelah mengalami hal ini selama beberapa saat, engkau akan merasa bahwa ini adalah cara yang baik untuk menjalani hidupmu. Ini berarti menjalani hidup dengan jujur dan tulus, tanpa menjadi orang yang hina atau tak berguna, serta hidup secara adil dan terhormat, bukan menjadi tercela atau jahat. Engkau akan merasa bahwa inilah cara orang seharusnya hidup dan bertindak. Lambat laun, keinginan di dalam hatimu untuk memuaskan kepentinganmu sendiri akan berkurang" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Firman Tuhan menunjukkan jalan penerapan untukku, yaitu, apa pun yang kau lakukan, jangan melakukannya demi dilihat orang lain, tapi kau harus menerima pengawasan Tuhan. Saat mengalami sesuatu, kau harus menunjukkan sikap yang benar dan mengutamakan pekerjaan gereja, indahkan kehendak Tuhan, dan tunjukkan bahwa kau selalu mempertimbangkan pekerjaan gereja. Itu satu-satunya cara agar bisa tugasmu selaras dengan kehendak Tuhan. Sebagai pengawas pekerjaan penginjilan, aku harus membina individu berbakat dengan hati-hati agar mereka dapat memenuhi tanggung jawab menyebarkan Injil kerajaan. Mulai saat itu, aku secara sadar berlaku sesuai firman Tuhan.

Sebulan kemudian, selama dia bersekutu di sebuah pertemuan, aku sadar bahwa Saudari Dong mempersekutukan kebenaran dengan jelas dan dia mampu memahami poin penting saat menyelesaikan masalah orang-orang yang menerima khotbahnya. Aku berpikir, jika aku melatihnya dengan baik, dia akan segera bisa menginjil secara mandiri. Setelah berlatih beberapa kali, Saudari Dong mendapatkan hasil yang baik dalam penginjilannya, dan dia juga mampu menyirami para pendatang baru yang telah menerima penginjilan darinya. Aku lantas berpikir, "Kualitas Saudari Dong tampaknya lebih sesuai untuk para pekerja penyiraman baru. Belakangan ini pemimpin memintaku menyediakan pekerja penyiraman, haruskan aku mengirim Saudari Dong?" Tapi setelah dipikir lagi, "Dia mendapatkan hasil yang baik dalam tugasny dan dia adalah aset bagi kelompok. Akankah pekerjaan yang kuawasi terimbas jika aku mengirimnya ke para pekerja penyiraman baru?" Aku pun langsung tersadar, "Bukankah aku hanya mempertimbangkan reputasi, status, dan kepentingan pribadiku lagi?" Aku lantas mengingat firman Tuhan, "Bertindak tanpa pamrih, memikirkan pekerjaan gereja, dan hanya melakukan apa yang memuaskan Tuhan adalah hal yang benar dan terhormat, dan akan membuat keberadaanmu menjadi bernilai. Hidup seperti ini di bumi berarti engkau sedang bersikap terbuka dan jujur, engkau sedang hidup dalam kemanusiaan yang normal, dan dalam gambar manusia yang sejati, dan engkau bukan saja memiliki hati nurani yang murni, tetapi juga layak menerima segala sesuatu yang Tuhan anugerahkan kepadamu. Semakin engkau hidup seperti ini, engkau akan semakin merasa rendah hati, semakin damai dan penuh sukacita, dan engkau akan semakin merasa bahagia. Dengan demikian, bukankah itu berarti engkau telah berjalan di jalur yang benar dalam imanmu kepada Tuhan?" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Dengan Menyerahkan Hatinya kepada Tuhan, Orang Dapat Memperoleh Kebenaran"). Dari firman Tuhan aku paham bahwa sebagai anggot gereja, seseorang harus selalu mengutamakan kepentingan rumah Tuhan dan mengesampingkan hasrat dan rencana pribadi yang egoistis. Dengan melakukan itu, orang dapat menjadi dermawan, berhati nurani, dan berpikiran rasional. Aku tak lagi mempertimbangkan status, reputasi, dan kepentingan pribadi. Aku harus mengesampingkan kepentingan dan rencana pribadiku, menunjukkan niat yang benar, dan menerapkan berdasarkan firman Tuhan. Dengan pemikiran seperti itu, aku mengirim surat kepada pemimpin berisi informasi tentang Saudari Dong. Tak lama kemudian, dia menugaskan Saudari Dong ke gereja lain untuk menyirami para pendatang baru. Aku merasakan kelegaan luar biasa setelah menerapkan car aini.

Melalui pengalaman ini aku belajar bahwa saat aku menunjukkan niat yang benar, mengutamakan pekerjaan gereja, dan tak hanya mempertimbangkan kepentingan pribadi, hatiku dapat menanggung beban sejati. Aku mulai menemukan orang di gereja yang sesuai untuk pekerjaan penginjilan, dan bergantung kepada Tuhan untuk menangani dan menyelesaikan masalah serta penyimpangan di pekerjaan. Saat berusaha keras dengan cara seperti ini, pekerjaan tak terimbas, tapi justru membaik! Melalui pemindahan Saudari Dong, aku belajar jika mengesampingkan hasrat egoistisku dalam melaksanakan tugas, mengindahkan kehendak Tuhan, dan mengutamakan pekerjaan gereja, aku bukan hanya bisa memenuhi tugas dan tanggung jawab, tapi aku juga berhasil dalam tugas, lengkap dengan perasaan damai dan tenang. Syukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Sadarnya Pemimpin Palsu

Oleh Saudara Yang Fan, TiongkokPada tahun 2019, aku memulai tugasku sebagai pemimpin, aku tahu Tuhan mengangkatku, dan aku bersumpah akan...