Keuntunganku Dari sebuah Pemilihan

27 Juli 2022

Oleh Saudari Mu Tong, Jepang

Barusan gereja mengadakan pemilihan khusus untuk mengisi peran kepemimpinan. Ketika tahu bahwa pimpinan atasan berencana untuk mempromosikan Saudari Zhao, mau tak mau kupertanyakan keputusan itu: Saudari Zhao? Sebagai pemimpin, dia telah menabur kecemburuan, perselisihan, menekan dan menghukum orang, menyakiti saudara-saudarinya serta mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja. Saudara-saudari telah menyingkapnya berkali-kali, tapi ia tak pernah menerimanya dan kemudian diganti. Sudahkah dia merenungkan dan mengenal dirinya sendiri? Sudahkah dia bertobat dan mencapai transformasi? Namun, kemudian kupikir, "Jika pimpinan ingin mempromosikannya, mereka pasti telah mengevaluasi kasusnya sesuai prinsip. Dia pasti telah bertobat dan berubah ke tingkat tertentu. Dan bagaimanapun, pemilihan pimpinan adalah urusan pimpinan atasan dan tidak begitu relevan bagiku. Aku seharusnya tak khawatir dengannya."

Beberapa hari kemudian, para pemimpin mengadakan pertemuan untuk membahas prinsip-prinsip pemilihan pemimpin gereja dan membaca evaluasi Saudari Zhao dari sumber informasi. Dari evaluasi, aku tahu bahwa ketika Saudari Zhao ditangani, dia sering marah dan berdebat, serta sulit menerima kebenaran. Terlebih lagi, evaluasi ini tak menyebutkan bagaimana dia memandang pelanggaran masa lalunya. Kupikir sendiri: "Jika Saudari Zhao belum merenungkan dan mengenal dirinya, maka dia pasti tak mengejar atau menerima kebenaran. Jika dia terpilih sebagai pemimpin lagi, bukankah dia akan terus menabur kecemburuan dan perselisihan dan menekan saudara-saudari?" Tapi kemudian kupikir, "Aku tak sering bertemu dengannya beberapa tahun ini dan tak tahu jelas situasinya saat ini, jadi aku tak perlu khawatir dengan masalah ini. Yang terpenting kulakukan pekerjaanku. Bagaimanapun, bukan masalah siapa yang menjadi pemimpin." Saat itu, kubiarkan saja dan hidup terus berjalan. Herannya, beberapa hari kemudian, para pemimpin mengadakan pertemuan lain. Mereka mengatakan bahwa ada saudara-saudari yang menentang promosi Saudari Zhao karena dia belum merenungkan dan beroleh pemahaman tentang pelanggarannya sebelumnya dan belum bertobat dan berubah, serta dia tak cocok dipromosikan ke peran kepemimpinan. Para pemimpin melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap situasi Saudari Zhao, memastikan bahwa tuduhan yang dibuat adalah faktual, dan akhirnya membuat penilaian berdasarkan prinsip bahwa Saudari Zhao memang tak layak menjadi pemimpin. Saat mengetahui tentang semua ini, aku merasa malu: Kenapa orang lain dapat melaporkan masalah saat melihatnya dan menjaga pemilihan gereja sementara aku hanya pasif dan tak anggap serius masalah ini? Apa yang kupikirkan?

Aku agak sedih menyadari semua ini, jadi kudatang ke hadapan Tuhan untuk mencari dan berdoa: Pelajaran apa yang harus kupetik dari situasi ini? Kutemukan kutipan firman Tuhan ini: "Semua orang yang berpura-pura rohani padahal tidak memahami hal-hal rohani adalah orang-orang yang palsu, dan mereka tidak memedulikan apa pun selain menghabiskan sepanjang hari menaati aturan dengan kaku atau mengulang-ulang perkataan doktrin; ini mirip dengan apa yang para cendekiawan kuno lakukan, 'membenamkan diri dalam karya-karya sastra kuno dan mengabaikan apa yang terjadi di luar lingkungan terdekat mereka.' Orang yang berpura-pura rohani menganggap apa pun yang orang lain lakukan tidak ada hubungannya dengan mereka, dan apa pun yang orang lain pikirkan, mereka menganggapnya urusan orang itu sendiri, dan mereka tak mau belajar membedakan orang, tak mau melihat melebihi apa yang tampak di permukaannya, dan tak mau memahami kehendak Tuhan sesuai dengan firman Tuhan. Kebanyakan orang seperti ini. Setelah mereka mendengarkan khotbah atau membaca firman Tuhan, mereka mencatatnya di kertas atau menghafalkannya dalam hati mereka dan memperlakukannya sebagai doktrin atau aturan, yang mereka taati sebentar, dan setelah itu selesai. Mengenai apa hubungan hal-hal yang terjadi di sekitar mereka dengan kebenaran, atau apa hubungan berbagai perilaku dan perwujudan yang mereka lihat dalam diri orang-orang di sekitar mereka dengan kebenaran, mereka tidak pernah merenungkannya atau berusaha memahami hal-hal ini dalam hati mereka, mereka juga tidak berdoa atau mencari. Inilah bentuk kehidupan rohani kebanyakan orang. Karena alasan inilah, dalam hal masuk ke dalam kebenaran, kebanyakan orang begitu lambat dan dangkal; kehidupan rohani mereka sangat monoton, mereka sekadar mengikuti aturan, tidak ada prinsip dalam cara mereka melakukan berbagai hal. Bisa kita katakan, kehidupan rohani kebanyakan orang adalah kosong dan tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata. Karena alasan inilah, bahkan ketika berhadapan langsung dengan tingkah laku dan perilaku orang jahat dan antikristus, mereka sama sekali tidak memiliki konsep, apalagi definisi, mereka tidak memiliki gagasan apa pun ataupun mampu membuat perbedaan" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Lima)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Membaca firman Tuhan, kurasa seperti sedang menggambarkan penerapan imanku. Aku bertindak seperti yang firman Tuhan ungkapkan: "membenamkan diri dalam karya-karya sastra kuno dan mengabaikan apa yang terjadi di luar lingkungan terdekat mereka." Aku percaya itu sudah cukup hanya memenuhi tugasku dan melakukan bagian kerjaku. Apa pun selain itu tidak ada hubungannya denganku. Aku berpikir bahwa iman kepada Tuhan itu hanya berdoa, membaca firman Tuhan, memenuhi tugas, dan tidak membuat kesalahan besar. Dengan melakukan hal-hal ini, seseorang dapat memperoleh pujian dari Tuhan. Hanya setelah membaca firman Tuhan, kusadari betapa absurdnya gagasan ini. Pekerjaan Tuhan sangat nyata dan tak samar sedikit pun—tak ada aspek yang terlepas dari kenyataan. Di saat yang sama Dia membekali kita kebenaran, Dia pun merancang semua jenis situasi dalam hidup kita sehari-hari untuk membantu kita mengalami firman-Nya dan berlatih melihat segalanya melalui lensa firman-Nya, agar kita bertahap dapat memahami dan beroleh kebenaran. Memikirkan kembali pemilihan pimpinan itu, beberapa orang mampu mencari kebenaran dan memahami berdasarkan firman Tuhan. Ketika menyadari pemimpin tidak dipromosikan sesuai prinsip, mereka dapat bertindak tepat waktu untuk campur tangan dan menjaga pekerjaan gereja. Melalui situasi ini, mereka belajar untuk memahami orang dan segala hal dan beroleh keuntungan nyata. Namun, aku memandang situasi yang sama seperti orang luar, memeriksa segera setelah pemilihan selesai dan tak berusaha memahami pelajaran apa yang bisa dipetik sedikit pun. Dan, akibatnya, aku tak mendapatkan apa-apa. Penerapan imanku benar-benar terputus dari kehidupan nyataku. Aku tidak mementingkan mengalami pekerjaan Tuhan, apalagi menekankan mencari kebenaran dalam situasi yang Tuhan rencanakan. Apa pun itu yang terjadi, aku selalu menghindar diri dari situasi, seperti orang tidak percaya. Akibatnya, ada banyak hal yang tidak aku sadari, dan dalam sepuluh tahun beriman, aku muncul dengan tangan hampa, tak memahami kebenaran apa pun atau memperoleh pemahaman apa pun tentang orang dan segala hal. Betapa menyedihkan dan malang!

Saat menyadari punya masalah ini, aku merasa sangat sedih, tapi aku bersedia mengubah keadaanku dan memetik pelajaran dari pemilihan itu. Setelah merenung, kusadari alasan aku tak menunjukkan kepedulian terhadap pemilihan pimpinan gereja adalah karena aku selalu punya ide yang salah bahwa siapa yang terpilih sebagai pemimpin bukan urusanku. Aku akan terus menerapkan iman kepada Tuhan dan memenuhi tugasku seperti sebelumnya, terlepas dari siapa yang terpilih. Baru kemudian, saat menemukan kutipan dari firman Tuhan, akhirnya kupahami arti pemilihan pimpinan gereja. Firman Tuhan katakan: "Apa penyebab munculnya kategori orang yang merupakan para pemimpin dan pekerja, dan bagaimana mereka muncul? Dalam skala besar, mereka diperlukan untuk pekerjaan Tuhan; dalam skala yang lebih kecil, mereka diperlukan untuk pekerjaan gereja, mereka diperlukan oleh umat pilihan Tuhan. ... Perbedaan antara pemimpin dan pekerja dan umat pilihan Tuhan lainnya hanyalah karakteristik khusus dalam tugas yang mereka laksanakan. Karakteristik khusus ini terutama terlihat dalam peran kepemimpinan mereka. Sebagai contoh, sebanyak apa pun jemaat yang dimiliki sebuah gereja, pemimpin adalah kepalanya. Jadi peran apa yang dimainkan pemimpin ini di antara para jemaat? Mereka memimpin semua umat pilihan Tuhan di gereja. Jadi apa pengaruh mereka terhadap seluruh jemaat? Jika pemimpin ini menempuh jalan yang salah, umat pilihan Tuhan di gereja akan mengikuti pemimpin ini menempuh jalan yang salah, yang akan berdampak yang besar pada mereka semua. Misalnya Paulus. Dia memimpin banyak gereja yang dirintisnya dan umat pilihan Tuhan. Ketika Paulus tersesat, gereja-gereja dan umat pilihan Tuhan yang dipimpinnya juga tersesat. Jadi, ketika pemimpin tersesat, mereka bukan satu-satunya yang terkena dampaknya, tetapi gereja-gereja dan umat pilihan Tuhan yang mereka pimpin juga terkena dampaknya. Jika seorang pemimpin adalah orang yang tepat, orang yang sedang berjalan di jalan yang benar dan mengejar serta menerapkan kebenaran, orang-orang yang dipimpinnya akan makan dan minum firman Tuhan dengan benar dan mencari kebenaran dengan benar, dan, pada saat yang sama, pengalaman hidup dan kemajuan pribadi pemimpin tersebut akan selalu terlihat oleh orang lain, dan akan memengaruhi orang lain. Jadi, jalan yang benar seperti apa yang harus ditempuh seorang pemimpin? Pemimpin harus mampu menuntun orang lain untuk memahami kebenaran dan masuk ke dalam kebenaran, dan memimpin orang lain ke hadapan Tuhan. Seperti apa jalan yang salah itu? Jalan yang salah adalah mengejar status, reputasi, dan keuntungan, sering kali meninggikan diri sendiri dan memberi kesaksian tentang diri sendiri, tidak pernah memberi kesaksian tentang Tuhan. Apa dampaknya pada umat pilihan Tuhan? Mereka akan menyimpang jauh dari Tuhan dan berada di bawah kendali pemimpin ini. Jika engkau memimpin orang untuk datang ke hadapanmu, artinya engkau sedang memimpin mereka untuk datang ke hadapan manusia yang rusak, dan engkau sedang memimpin mereka untuk datang ke hadapan Iblis, bukan ke hadapan Tuhan. Hanya memimpin orang untuk datang ke hadapan kebenaranlah yang berarti memimpin mereka untuk datang ke hadapan Tuhan. Para pemimpin dan pekerja, tidak peduli entah mereka menempuh jalan yang benar atau salah, memiliki pengaruh langsung terhadap umat pilihan Tuhan. Jika mereka belum memahami kebenaran, banyak dari antara umat pilihan Tuhan mengikuti secara membabi buta. Pemimpin bisa saja orang yang baik, dan mereka mengikutinya; pemimpin bisa saja orang yang jahat, dan mereka juga mengikutinya—mereka tidak membeda-bedakan. Mereka mengikuti saat dipimpin, siapa pun pemimpinnya. Oleh karena itu, sangatlah penting agar gereja memilih orang-orang yang baik untuk menjadi pemimpin mereka. Jalan mana yang ditempuh orang beriman berkaitan langsung dengan jalan yang ditempuh oleh para pemimpin dan pekerja, dan dalam berbagai tingkatan, dapat dipengaruhi oleh para pemimpin dan pekerja tersebut" ("Mereka Berusaha Memenangkan Hati Orang" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Setelah membaca firman Tuhan, kusadari bahwa pemimpin punya dampak besar pada kehidupan bergereja dan jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan, dan pengaruh langsung pada jalan yang orang tempuh dalam imannya. Entah pemimpin itu orang yang tepat atau tidak, entah mereka mencari kebenaran dan jalan apa yang mereka ikuti berdampak langsung pada kualitas kehidupan bergereja dan jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan. Pemimpin yang baik dapat menggunakan pengalaman nyatanya untuk menyelesaikan masalah saudara-saudari dan membantu mereka memahami kebenaran dan memasuki kenyataan kebenaran lebih cepat. Saudara-saudari dapat memperoleh manfaat tertentu dari pemimpin. Jika pemimpin tak menempuh jalan mencari kebenaran, dan hanya bekerja untuk mempertahankan statusnya, hanya selalu bicara tentang doktrin tanpa meninggikan dan bersaksi tentang Tuhan, gagal melakukan kerja nyata dan tak menyelesaikan masalah nyata orang, kemudian, seiring waktu, mereka hanya akan membawa orang ke hadapan mereka dan menjauhkannya dari Tuhan, akhirnya merugikan dan menghancurkan mereka. Merenungkan perilaku Saudari Zhao, ketika dipangkas dan ditangani, dia terus marah, berdebat, dan gagal merenungkan dirinya dan belajar. Dia tak merenungkan dan mengakui pelanggaran masa lalunya, apalagi benar-benar bertobat. Dari sini, orang dapat mengerti bahwa Saudari Zhao tak mencari kebenaran dan tak berkualitas seorang pemimpin. Jika dia terpilih untuk peran kepemimpinan, dia hanya akan berbicara tentang doktrin dan tak benar-benar membantu orang. Bagaimana dia bisa bimbing kita untuk paham kebenaran dan masuk ke realitas kebenaran? Namun, aku berpaut pada keyakinan absurd bahwa siapa pun yang terpilih sebagai pemimpin, kita masih membaca firman Tuhan, memenuhi tugas, dan menjalani kehidupan bergereja seperti biasa dan itu tidak akan berdampak besar. Sungguh gagasan yang bodoh!

Suatu hari, kutemukan bagian lain dari firman Tuhan yang membahas sikap seperti apa yang harus orang miliki selama pemilihan dan apa niat dan gagasan tak pantas yang mungkin mereka miliki. Baru kemudian kudapatkan pemahaman tentang diriku. Firman Tuhan katakan: "Setiap kali pemilihan gereja diadakan, baik itu untuk para pemimpin dan pekerja atau untuk umat pilihan Tuhan, setiap orang bertanggung jawab dan berkewajiban untuk mendukung pekerjaan pemilihan tersebut. ... Ada sebagian orang yang hanya duduk dan menonton dengan berkata, 'Bagaimanapun aku sendiri tak mampu menjadi pemimpin. Siapa pun yang melayani, itu sama saja. Siapa pun yang punya kemampuan boleh saja melayani. Jika antikristus mau melayani, itu tidak ada hubungannya denganku, asalkan mereka tidak menyingkirkanku, itu tidak masalah.' Itulah yang dikatakan orang-orang yang sangat negatif. Mereka tak dapat membayangkan apa akibatnya jika antikristus melayani sebagai pemimpin, dan apa dampaknya terhadap kepercayaan mereka kepada Tuhan. Hanya orang yang memahami kebenaran yang mampu menyadari yang sebenarnya mengenai hal ini. Mereka akan berkata: 'Jika antikristus menjadi pemimpin gereja, umat pilihan Tuhan-lah yang akan dirugikan, terutama orang-orang yang mengejar kebenaran, yang memiliki rasa keadilan dan siap sedia melakukan tugasnya, mereka semualah yang akan ditindas dan dikucilkan. Hanya orang-orang yang bingung dan yang selalu setuju dengan atasan mereka yang akan didukung, dan mereka akan dipegang erat oleh antikristus, di genggaman tangan mereka.' Namun orang-orang negatif itu tidak mempertimbangkan hal-hal ini. Menurut mereka: 'Orang percaya kepada Tuhan agar diselamatkan. Kepercayaan adalah jalan masing-masing orang. Sekalipun antikristus menjadi pemimpin, itu tidak akan ada pengaruhnya pada diriku. Asalkan aku tidak melakukan hal-hal buruk, antikristus tidak bisa menindasku atau mengucilkanku, atau menyingkirkanku dari gereja.' Apakah sudut pandang ini benar? Jika tak seorang pun dari antara umat pilihan Tuhan peduli mengenai pemilihan dalam gereja, begitu mereka biarkan antikristus berkuasa, akan seperti apa akibatnya? Akankah akibatnya sesederhana yang orang bayangkan? Perubahan macam apa yang akan terjadi dalam kehidupan bergereja? Ini berkaitan langsung dengan jalan masuk umat pilihan Tuhan ke dalam kehidupan. Jika antikristus berkuasa di gereja, kebenaran tidak akan berkuasa di sana, dan firman Tuhan tidak akan berkuasa di sana. Gereja pun menjadi tempat, di mana Iblis dan orang-orang tidak percaya berkuasa. Walaupun firman Tuhan mungkin masih dibacakan di pertemuan, antikristus mengendalikan siapa yang berhak berbicara. Mampukah antikristus mempersekutukan kebenaran dengan jelas? Mungkinkah antikristus mengizinkan umat pilihan Tuhan mempersekutukan kebenaran dengan bebas dan terbuka? Tidak mungkin. Jika antikristus berkuasa, akan ada lebih banyak halangan dan gangguan, dan dampak kehidupan bergereja pasti akan berkurang. Jika itu terjadi, umat pilihan Tuhan tidak akan menuai banyak saat mereka berkumpul, dan itu bahkan bisa menimbulkan gangguan dalam pertemuan mereka. Masalah umat pilihan Tuhan tidak dapat dibereskan, penerapan kebenaran juga terganggu, dan suasana kehidupan bergereja sepenuhnya berubah. Ketika awan gelap muncul dan menghalangi sinar matahari, apakah kenikmatan tetap ada dalam kehidupan bergereja? Kehidupan bergereja pasti akan sangat terganggu" (Mengenali Para Pemimpin Palsu). Firman Tuhan mengungkap semua ide dan sikap apatis orang saat dihadapkan dengan pemilihan gereja. Rasanya seolah Tuhan berdiri di depanku menghakimiku. Perilakuku persis sama seperti yang diungkapkan oleh firman-Nya. Selama pemilihan itu kusadari bahwa Saudari Zhao tampaknya tak mencari kebenaran, tapi aku tak mencari prinsip pemilihan pimpinan gereja, gagal mempertimbangkan konsekuensi apa yang akan timbul jika Saudari Zhao terpilih, dan aku tentu tidak meragukan hasil pemilihan terhadap pimpinan, justru memilih untuk diam dalam sikap apatis. Aku percaya siapa yang menjabat sebagai pemimpin tak ada bedanya, mereka akan melakukan tugasnya dan aku akan melakukan tugasku, tak akan mengganggu yang lain. Aku pun berpikir kalaupun ada masalah dengan pemilihan, itu adalah masalah bagi pimpinan atasan dan bukan masalahku. Aku hampir tak memikirkannya dan tak bisa diganggu untuk mengkhawatirkannya. Jadi, selama pemilihan itu, aku tak punya sudut pandang sendiri dan hanya mengikuti dan tunduk secara spontan. Bukankah aku menerapkan iman seperti orang-orang dari dunia religi yang hanya mementingkan diri dengan mengisi perut dan mengikuti secara serta-merta? Aku hidup dengan racun iblis seperti "Biarkan hal-hal berlalu jika tidak memengaruhi seseorang secara pribadi," "Siapa pun yang memberiku uang dan memberiku makan adalah kekasihku." Aku hanya menuruti dan mengikuti siapa pun pemimpinnya tanpa wawasan sedikit pun. Betapa kelirunya aku! Jika gereja dikendalikan oleh antikristus dan pemimpin palsu, bukan hanya pekerjaan gereja akan terganggu, umat pilihan Tuhan pun akan dirugikan dan kesempatan mereka untuk memperoleh keselamatan akan hancur. Namun, meski ini menjadi masalah yang sangat penting, aku masih bertindak secara egoistis, apatis dan tak bertanggung jawab. Di mana hati nurani dan rasionalitasku? Aku memikirkan firman Tuhan, yang berbunyi: "Jika engkau tidak benar-benar mengabdikan diri pada imanmu kepada Tuhan dan pelaksanaan tugasmu; jika engkau selalu asal-asalan dan acuh tak acuh dalam tindakanmu, seperti orang tidak percaya yang bekerja untuk bos mereka; jika engkau hanya sedikit berupaya, tidak menggunakan pikiranmu, sekadar mengatasi masalah yang ada tanpa perencanaan apa pun, tidak melaporkan persoalan ketika engkau melihatnya, melihat masalah tanpa berusaha mengatasinya, dan tanpa pandang bulu mengabaikan segala sesuatu yang tidak memberi keuntungan bagi dirimu sendiri—bukankah ini berarti masalah? Bagaimana orang seperti ini bisa menjadi anggota rumah Tuhan? Orang-orang seperti itu adalah orang-orang tidak percaya; mereka bukan anggota rumah Tuhan. Tak seorang pun dari mereka diakui oleh Tuhan" ("Untuk Melaksanakan Tugas dengan Baik Dibutuhkan, Setidaknya, Hati Nurani" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Berdasarkan firman Tuhan, perilakuku bukanlah orang dari rumah Tuhan. Aku telah percaya Tuhan bertahun-tahun, bebas membaca firman-Nya, menikmati kasih karunia dan berkat-Nya, tapi tidak melindungi pekerjaan gereja. Seperti apa pun gangguan atau kekacauan yang terjadi di gereja, atau berapa banyak kerusakan yang terjadi pada pekerjaan rumah Tuhan, aku hanya menutup mata untuk itu, tak ingin repot mengkhawatirkannya. Aku sangat egoistis dan tercela—orang tidak percaya di rumah Tuhan, dan di mata Tuhan aku memang seorang tidak percaya. Dalam hal ini, orang yang dipromosikan menjadi pemimpin tak cocok untuk pekerjaan itu dan aku sudah bertindak begitu acuh tak acuh. Jika antikristus atau pelaku kejahatan menguasai gereja, memanipulasi dan mengganggu pemilihan, dan seseorang perlu bertindak tegas dan melawan balik antikristus atau pelaku kejahatan, aku pasti akan bersembunyi dan tetap apatis. Aku tak akan tampil dan menjaga pekerjaan rumah Tuhan. Makin aku memikirkannya, makin kusadari betapa Tuhan memandang rendah sikap apatisku terhadap pekerjaan rumah Tuhan. Jika terus bertindak seperti itu, aku akhirnya akan diusir.

Setelah merenungkan, aku pun menyadari aku keliru berpikir bahwa pimpinan atasan mengawasi dan menilik pekerjaan para pemimpin jadi semua keputusan yang mereka buat harus sesuai prinsip dan tak ada yang perlu dipertanyakan atau diragukan. Lalu, dengan membaca firman Tuhan, kusadari pandangan ini tak sesuai dengan kebenaran. Firman Tuhan katakan: "Ketika seseorang di gereja dipromosikan dan dibina untuk menjadi pemimpin, mereka hanya dipromosikan dan dibina dalam arti yang sederhana; itu bukan berarti bahwa mereka telah menjadi pemimpin yang memenuhi syarat atau cakap, bukan berarti bahwa mereka sudah mampu melakukan pekerjaan seorang pemimpin dan dapat melakukan pekerjaan nyata—itu tidak benar. Kebanyakan orang tidak melihat dengan jelas tentang hal-hal ini, dan mereka memandang orang-orang yang dipromosikan ini dengan mengandalkan imajinasi mereka, tetapi ini adalah kesalahan. Seberapa pun lamanya mereka sudah percaya kepada Tuhan, apakah mereka yang dipromosikan benar-benar memiliki kebenaran kenyataan? Belum tentu. Mampukah mereka melaksanakan pengaturan kerja rumah Tuhan? Belum tentu. Apakah mereka memiliki rasa tanggung jawab? Apakah mereka memiliki komitmen? Apakah mereka mampu tunduk kepada Tuhan? Ketika mereka menghadapi suatu masalah, apakah mereka mampu mencari kebenaran? Semua ini tidak diketahui. Apakah orang-orang ini memiliki hati yang takut akan Tuhan? Dan seberapa besar takut akan Tuhan yang mereka miliki? Apakah mereka cenderung mengikuti keinginan mereka sendiri ketika mereka melakukan segala sesuatu? Apakah mereka mampu mencari Tuhan? Selama mereka melakukan pekerjaan pemimpin, apakah mereka sering dan secara teratur datang ke hadapan Tuhan untuk mencari kehendak Tuhan? Mampukah mereka membimbing orang untuk masuk ke dalam kebenaran kenyataan? Mereka tentu saja tidak mampu dengan segera melakukan hal-hal semacam itu. Mereka belum menerima pelatihan dan memiliki terlalu sedikit pengalaman sehingga mereka tak mampu melakukan hal-hal ini. Inilah sebabnya mengapa mempromosikan dan membina orang bukan berarti mereka telah memahami kebenaran, juga tidak bisa dikatakan bahwa mereka sudah mampu melakukan tugas mereka dengan memuaskan. ... Orang tidak boleh memiliki harapan yang tinggi atau tuntutan yang tidak realistis terhadap orang yang dipromosikan dan dibina tersebut; itu tidak masuk akal dan tidak adil bagi mereka. Engkau semua dapat memantau pekerjaan mereka, dan jika engkau menemukan masalah atau hal-hal yang melanggar prinsip dalam proses pekerjaan mereka, engkau dapat mengangkat masalah itu dan mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah-masalah ini. Yang tidak boleh kaulakukan adalah mengkritik, menghukum, menyerang, atau mengucilkan mereka, karena mereka sedang berada dalam masa pembinaan dan tidak boleh dipandang sebagai orang yang telah disempurnakan, apalagi sebagai orang yang sempurna, atau sebagai orang yang memiliki kenyataan kebenaran. Mereka sama seperti engkau semua: ini adalah waktu ketika mereka sedang dilatih. Perbedaannya adalah mereka melakukan lebih banyak pekerjaan dan tanggung jawab daripada orang biasa. Mereka memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk melakukan lebih banyak pekerjaan; mereka membayar harga yang lebih mahal, mengalami lebih banyak kesulitan, menanggung lebih banyak penderitaan, memecahkan lebih banyak masalah, menoleransi lebih banyak celaan dari orang, dan tentu saja mengerahkan upaya yang lebih besar, kurang tidur, lebih sedikit makan makanan enak, dan lebih sedikit mengobrol, dibandingkan orang biasa. Inilah yang istimewa dari mereka; selain dari hal ini, mereka sama seperti orang lain. Apa maksud-Ku mengatakan hal ini? Untuk memberitahukan kepada semua orang bahwa mereka harus memperlakukan promosi dan pembinaan terhadap berbagai jenis orang dalam rumah Tuhan dengan benar, dan tidak boleh bersikap keras dalam tuntutan mereka terhadap orang-orang ini. Tentu saja, orang juga harus bersikap realistis dalam memberikan pendapat mereka tentang orang-orang tersebut. Adalah bodoh untuk terlalu menghargai atau menghormati mereka, dan tidaklah manusiawi atau realistis untuk terlalu keras dalam tuntutanmu terhadap mereka" (Mengenali Para Pemimpin Palsu). Melalui firman Tuhan, kusadari bahwa para pemimpin tak berbeda dengan saudara-saudari; mereka juga sedang dibina dan dilatih. Hanya saja karena kebutuhan pekerjaan gereja, ada yang harus dipromosikan untuk mengambil peran khusus ini. Namun, itu tak berarti mereka adalah pemimpin atau pekerja yang berkualitas, atau memiliki kenyataan kebenaran. Aku harus melihat mereka dalam terang firman Tuhan dan mendekatinya secara adil dan objektif. Seharusnya aku tak berharap atau menuntut yang terlalu tinggi dari mereka dan tak boleh terlalu kritis. Sebagai anggota gereja, aku bertanggung jawab untuk memantau pekerjaan para pemimpin dan pekerja dan berkoordinasi dengan mereka untuk menjaga pekerjaan gereja. Saat para pemimpin bertindak sesuai kebenaran, aku harus tunduk dan menerimanya, tapi jika tahu para pemimpin mengalami masalah atau penyimpangan, aku harus segera mengungkap dan memperbaiki mereka dan membantu mereka membuat perubahan dan beroleh jalan masuk, karena melakukan itu akan menjadi yang terbaik untuk pekerjaan rumah Tuhan. Jika pemimpin palsu atau antikristus muncul di gereja, aku harus melaporkan mereka ke atasan mereka. Ini bertanggung jawab atas pekerjaan gereja dan bertanggung jawab kepada diriku dan, lebih dari itu, menunaikan tanggung jawab dan tugasku. Saat menyadari prinsip tentang cara memperlakukan pemimpin dan pekerja, aku merasa jauh lebih jelas dan punya jalan penerapan.

Beberapa waktu kemudian, kuamati bahwa pemimpin, Saudari Liu, tak mengikuti pekerjaan penyiraman, katanya dia terlalu sibuk untuk melakukannya. Terkadang, saat saudara-saudari datang kepadanya dengan masalah, dia bahkan akan kesal karena mereka lebih membebaninya dengan pekerjaan. Aku berpikir sendiri: Pemimpin bertanggung jawab atas banyak pekerjaan, tapi kita selalu dapat memprioritaskan. Mereka tak perlu melakukan semua pekerjaan sendiri, tapi dapat menugaskan seseorang untuk melakukan beberapa pekerjaan, dan setelah itu mengevaluasi dan mengawasi. Jika seorang pemimpin selalu menggunakan kesibukan sebagai dalih, dan tak mengawasi pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya atau hanya bersantai, itu kelalaian serius, bukan pekerjaan nyata dan aku harus melaporkan masalah ini kepada atasan mereka. Namun, kemudian kupikir aku tak perlu khawatir dengan bagaimana kinerja pemimpin dalam pekerjaannya, dan aku harus memastikan untuk mengemban tugasku sendiri. Saat itu, kuingat firman Tuhan, yang berbunyi: "Merupakan tanggung jawab semua orang untuk mengawasi apakah para pemimpin dan pekerja sedang melakukan pekerjaan nyata atau tidak, apakah mereka menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalah atau tidak" (Mengenali Para Pemimpin Palsu). Aku menyadari bahwa ideku salah. Aku harus mengingatkan pemimpin dan membantunya memperbaiki masalahnya dengan cepat. Jadi, kuberanikan diri dan mengangkat masalah ini dengannya. Pemimpin bilang: "Hmn. Kau benar, ini benar-benar masalah. Aku pasti akan memikirkan ini dan merenungkannya." Aku benar-benar terharu mendengarnya mengatakan itu. Setelah itu, kulihat pemimpin mulai aktif mengikuti pekerjaan penyiraman, dan menyelesaikan beberapa masalah nyata dalam pekerjaan itu. Pengalaman ini membantuku menyadari bahwa apa pun tugas kita, kita semua mesti menjaga pekerjaan gereja. Ini adalah tanggung jawab dan tugas semua orang.

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Aku Tidak Lagi Menghina Rekanku

Oleh Saudara Qi Hang, Korea Aku mengelola buku dan barang gereja. Aku memeriksa apakah barang-barang sudah diatur dan disimpan, apakah...