Hikmah yang Kupetik dari Diberhentikan

27 Juli 2022

Oleh Saudari Xiao Wen, Spanyol

Pada tahun 2018, aku bertugas menangani video. Terkadang beberapa tugas video datang bersamaan, dan harus diberikan ke orang yang tepat untuk produksi. Tiap kali, aku langsung memikirkan cara membagikan pekerjaan itu, tapi saat aku membahasnya dengan saudara-saudariku soal ini, mereka selalu menambahkan dan memperbaiki rencanaku. Terkadang, mereka akan menunjukkan hal-hal yang tak terpikirkan olehku, dan aku merasa malu saat diberi terlalu banyak masukan. Cara mereka menunjukkan kekuranganku, selalu membuatku merasa kemampuan kerjaku tidak baik. Entah apa pandangan mereka terhadapku sebagai ketua tim. Salah satu dari dua rekanku punya kemampuan kerja yang baik. Rekanku yang lain punya banyak pengalaman kerja dan telah lama percaya Tuhan. Keduanya mampu memikirkan masalah secara menyeluruh. Aku selalu merasa, "Meskipun aku bisa melihat masalah dan mampu memberi ide dan saran, tapi saat kami menjalankannya, semua orang akan mengira itu hasil diskusi kami bertiga, dan kontribusiku tidak akan terlihat. Seiring waktu berjalan, saudara-saudariku mungkin merasa, selain sebagai ketua tim yang membuat video, kontribusiku terhadap pekerjaan grup tidak banyak." Aku merasa makin buruk saat memikirkannya dan mulai bertanya-tanya, "Jika aku bisa mengerjakan yang rekanku tak bisa, tapi dengan lebih giat dan lebih baik, bukankah peranku jadi lebih terlihat?" Aku tahu kemampuan kerjaku dalam grup tidak buruk, kata mereka aku punya jalan masuk kehidupan yang baik, jika aku lebih sering mengatasi masalah saudara-saudariku, dan turut menyumbangkan pengetahuan kerjaku, saudara-saudariku pasti akan menghormatiku. Jadi, terlepas mereka membutuhkanku atau punya masalah, aku akan menanyakan kondisi mereka dan bersekutu dengan mereka. Aku pun sering mencari informasi teknis dan merangkum keterampilan kerja untuk dibagikan. Meski tugasku membuat video jadi tertunda, aku tetap melakukannya. Menurutku semua ini sepadan.

Karena niatku tidak benar, aku tidak bisa menangani semuanya dengan benar. Efektivitas pekerjaanku menurun drastis, dan selalu ada masalah. Aku pernah melakukan kesalahan yang bahkan pemula pun bisa hindari. Ini membuatku merasa sangat malu. Dalam hatiku, "Sungguh konyol aku membuat kesalahan mendasar itu sebagai ketua tim. Jika aku tidak memperbaiki citraku, bagaimana bisa aku jadi ketua tim?" Setelah itu, agar tidak dipandang rendah, tiap kali menerima tugas, aku segera memberikannya ke saudara-saudariku, lalu aku sibuk mengerjakan tugasku sendiri. Aku bahkan tidak bertanya progres pekerjaan dalam grup, yang beberapa kali membuat pemberian tugas tertunda karena aku telat menindaklanjutinya. Waktu itu, aku mati rasa. Saat hal ini terjadi, tak terpikirkan olehku untuk merenungkan diri. Lalu, karena kebutuhan kerja, aku dan rekanku memberi pelatihan ke anggota baru. Kukira Saudari Li, yang aku latih, punya dasar lebih kuat daripada anggota lain, kalau aku bisa membinanya dengan cepat, aku bisa membuktikan aku mampu membina orang. Namun, setelah benar-benar mengamati dia dari dekat, ternyata kualitas dia biasa saja dan perkembangannya cukup lambat. Setelah itu, aku sudah tidak bersungguh-sungguh mengajari dia. Saat dia bertanya, aku tidak menjawab dengan jelas. Terkadang, saat dia tidak paham jawabanku, aku tidak berusaha menjelaskannya. Seiring waktu berjalan, dia tidak hanya gagal berkembang, tugas produksi juga menjadi makin sulit. Lalu, rekanku menyarankan agar dia melatih Saudari Li bersamaku, dan aku berpikir, "Kau menginjak-injak citraku. Aku ketua tim. Dia pikir aku butuh bantuan membina Saudari Li? Bukankah aku akan terlihat tidak mampu?" Tapi, aku tahu pelatihanku tidak efektif, aku tak bisa menolak sarannya. Dengan berat hati aku setuju. Demi mengembalikan citraku, aku mencari kesempatan lain untuk membuktikan diri. Grup lain pernah meminta bantuanku saat mengalami kesulitan pekerjaan. Dalam hatiku, "Ini kesempatan yang langka. Jika aku bisa mengatasi masalah ini, saudara-saudariku pasti akan menghormatiku, dan reputasiku yang baik akan tersebar ke grup lain." Tapi begitu aku memeriksa lebih jauh, ternyata butuh banyak waktu dan tenaga untuk mengatasinya. Pada waktu itu, sudah ada banyak masalah dalam pekerjaanku yang harus segera diatasi, dan permasalahan grup lain pun tidak begitu mendesak. Mungkin aku bisa mengatasi masalah mereka nanti. Tapi ini kesempatan baik untuk memperbaiki citraku, tak mungkin kulewatkan. Lagi pula, rekanku bisa menangani tugas grup kami. Kali ini mereka bisa tanpa aku. Setelah memikirkannya, aku dengan percaya diri membantu.

Aku selalu memikirkan cara agar orang lain menghormatiku. Aku benar-benar mengabaikan pekerjaan grup, yang membuat kemajuan produksi video sangat lambat. Karena aku juga asal-asalan memberikan tugas, dan ada tumpukan pekerjaan, efektivitas kerjaku menurun drastis. Sebagai salah satu pengawas, aku tak tahu cara mengatasi masalah ini, dan situasiku makin memburuk. Meski aku kerja lembur tiap hari menyelesaikan tugas, hasil yang kuberikan tetap tidak bagus. Pemimpinku menangani hal ini setelah mengetahuinya, katanya aku hanya mengejar ketenaran dan status dan tidak mengatasi masalah yang ada. Setelah itu, meski aku berusaha mengubah diri, tak pernah sekalipun aku mempelajari diriku sendiri, dan saat terjadi sesuatu, aku hanya melindungi reputasi dan statusku. Lalu, Saudari Li dipindahkan karena tidak bisa membuat video sendiri. Sebelum pergi, dia menuliskan pemikirannya dalam ringkasan pekerjaan. Menurutnya, saat aku mengajarkan keterampilan kerja, dia menghadapi banyak kesulitan yang tak teratasi, dan keterampilan kerjanya baru meningkat setelah diajari oleh Saudari Liu. Saat membacanya, aku sangat marah. Dalam hatiku, "Jika pemimpin dan rekanku membaca hal ini, apa yang akan mereka pikirkan? Bisa saja mereka pikir aku tidak bisa apa-apa?" Agar status dan citraku tetap terjaga, aku melaporkan masalah Saudari Li ke pemimpin dan rekanku, sengaja meremehkan kualitasnya, melebih-lebihkan kesulitan dia dalam bekerja dan sering kali berdebat, dan menekankan kurangnya rasa kemanusiaan dia. Aku terkejut saat pemimpinku berkata, "Jika benar, mungkin dia tidak cocok dengan tugas penyiraman saat ini." Saat mendengar itu, aku kaget. Aku tak menyangka ucapanku berdampak seperti ini. Jika Saudari Li diberhentikan karena ucapanku, aku telah berbuat jahat. Aku ingin menjelaskannya kepada pemimpinku, tapi aku ingat reputasiku sudah buruk di mata orang. Jika aku jujur tentang hal ini, dan terlihat tidak bisa bekerja, orang akan menganggap kemanusiaanku buruk. Jadi, secara tersirat aku berkata kepada pemimpin, "Sebaiknya dipikirkan baik-baik." Lalu, setelah memeriksa dan memverifikasi, pemimpin menganggap masalah Saudari Li tidak serius, dan dia tidak jadi dipindahkan.

Sementara itu, karena aku bersikeras mengejar ketenaran dan status dan enggan berubah, berdasarkan evaluasi saudara-saudariku, pemimpin menganggapku melalaikan tugas, tidak melakukan pekerjaan nyata, dan hanya melakukan hal yang tampak baik bagiku. Aku diberhentikan karena hal-hal ini. Aku tidak paham. Aku terlalu sibuk dengan tugas harianku, dan beginilah jadinya. Kurasa jika saudara-saudariku mengetahui alasan aku diberhentikan, mereka akan menganggap kemanusiaanku buruk dan tidak mengejar kebenaran. Bagaimana aku nanti bisa menghadapi orang? Memikirkannya membuatku sangat sedih, tapi aku tahu, apa pun yang terjadi, aku harus rela menerimanya. Aku telah memilih jalan ini, dan tak ada selain diriku yang harus disalahkan. Saat itu, aku ingin merenungkan masalahku, aku pun berdoa kepada Tuhan agar dibimbing untuk memahaminya.

Lalu, aku membaca firman Tuhan dan ada bagian yang mencerminkan diriku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Setiap hari antikristus hidup hanya untuk memperoleh reputasi dan status, mereka hidup hanya untuk menikmati manfaat dari status mereka, hanya inilah yang mereka pikirkan. Bahkan ketika mereka kadang kala mengalami kesukaran kecil atau membayar sedikit harga, ini pun adalah demi memperoleh status dan reputasi. Mengejar status, memegang kekuasaan, dan memiliki kehidupan yang mudah adalah hal-hal utama yang selalu antikristus rencanakan begitu mereka percaya kepada Tuhan, dan mereka tidak menyerah sampai tujuan mereka tercapai. Jika perbuatan jahat mereka tersingkap, mereka panik, seakan-akan langit akan runtuh menimpa mereka. Mereka tak bisa makan atau tidur, dan mereka tampak seperti kesurupan, seolah-olah sedang menderita depresi. Ketika orang bertanya ada apa, mereka mengarang kebohongan dan berkata, 'Kemarin aku sangat sibuk sehingga tak bisa tidur sepanjang malam, jadi aku sangat lelah.' Namun sebenarnya, semua ini tidak benar. Mereka merasa seperti ini karena mereka terus-menerus berpikir, 'Hal-hal buruk yang kulakukan telah tersingkap, jadi bagaimana aku bisa memulihkan reputasi dan statusku?' Setelah lama memikirkannya, mereka tetap tidak tahu apa yang harus mereka lakukan, sehingga mereka pun merasa tertekan. Terkadang mata mereka menatap kosong ke satu titik, dan tak seorang pun tahu apa yang mereka lihat. Masalah ini membuat mereka memeras otak, berpikir sekuat tenaga, dan tak mau makan atau minum. Meskipun demikian, mereka tetap berpura-pura peduli dengan pekerjaan gereja, dan akan bertanya kepada orang-orang, 'Bagaimana keadaan pekerjaan penginjilan? Berapa orang yang telah kaudapatkan bulan ini? Sudahkah saudara-saudari memperoleh jalan masuk kehidupan akhir-akhir ini? Adakah orang yang menimbulkan gangguan dan kekacauan?' Terkadang mereka dengan sengaja bertanya tentang masalah-masalah gereja, tetapi mereka hanya berpura-pura untuk dilihat orang lain. Yang sebenarnya mereka pikirkan adalah, 'Perbuatan jahatku telah tersingkap, apa yang harus kulakukan? Akan seperti apa akibatnya? Bagaimana caraku membereskan keadaan ini?' Mereka tak mampu melakukan apa pun; inilah masalah terbesar yang dihadapi antikristus sepanjang hidup mereka. ... Di mana pun antikristus berada, apa pun lingkup pengaruh mereka, baik dalam kelompok atau gereja, selama mereka memegang kekuasaan, pekerjaan Tuhan dan kehendak Tuhan akan terhambat di sana. Mengapa pengaturan kerja rumah Tuhan tidak dapat dilaksanakan? Fakta bahwa ini terjadi membuktikan bahwa antikristus tidak pernah menyibukkan diri dengan pekerjaan rumah Tuhan, dan mereka tidak pernah melaksanakan pengaturan kerja rumah Tuhan. Lalu, apa yang antikristus lakukan sepanjang hari? Mereka menyibukkan diri untuk berpura-pura dan pamer. Mereka hanya melakukan hal-hal yang berkaitan dengan ketenaran, kepentingan, dan status mereka sendiri. Mereka sibuk menipu orang, menarik orang, membangun kekuasaan mereka untuk mendirikan kerajaan mereka sendiri. Mereka hanya memikirkan apakah upaya mereka menciptakan kerajaan mereka sendiri berhasil dan apakah mereka dapat memperoleh kekuasaan penuh dan mengendalikan lebih banyak umat pilihan Tuhan. Mereka tidak sedikit pun memedulikan hal-hal lainnya. Mereka tidak memikirkan pekerjaan gereja ataupun jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan, apalagi memedulikan apakah kehendak Tuhan akan terlaksana. Mereka hanya memikirkan kapan mereka bisa menjadi penguasa tunggal, mengendalikan umat pilihan Tuhan, dan berdiri sejajar dengan Tuhan. Keinginan dan ambisi antikristus memang sangat besar! Sekeras apa pun antikristus kelihatannya bekerja, mereka hanya menyibukkan diri melakukan upaya mereka sendiri, melakukan apa yang mereka sukai, dan melakukan hal-hal yang berkaitan dengan ketenaran, kepentingan, dan status mereka sendiri. Mereka bahkan tidak memikirkan tanggung jawab mereka ataupun tugas yang seharusnya mereka laksanakan, dan mereka sama sekali tidak melakukan apa pun dengan benar. Seperti inilah tepatnya antikristus itu" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Dua)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Menurut firman Tuhan, antikristus hidup hanya demi ketenaran dan status, tidak pernah melakukan pekerjaan nyata. Terutama untuk mencegah orang lain mengenali dan melihat siapa mereka sebenarnya, mereka memeras otak untuk menemukan cara mempertahankan posisi, dan mereka senang menghalangi pekerjaan rumah Tuhan. Aku telah merenungkan tindakanku sejak menjadi ketua tim, dan melihat diriku berperilaku seperti antikristus. Saat aku melihat rekanku memikirkan masalah secara menyeluruh, dan selalu menunjukkan kekuranganku dalam bekerja, aku takut saudara-saudariku menganggap kualitasku buruk dan tidak mampu bekerja, aku pun memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk menyelamatkan harga diriku. Aku menghabiskan waktu menyusun informasi agar semua orang bisa melihat aku menanggung beban dan memahami kemampuan profesional. Aku bahkan menunda mengatasi masalah mendesak dalam grupku dan meluangkan waktu menyelesaikan masalah grup lain untuk pamer. Saat melakukan kesalahan dalam tugas videoku, aku takut saudara-saudariku meragukan kemampuanku, aku pun mengesampingkan pekerjaan grup dan menyibukkan diri dalam tugas produksiku, agar bisa mengerjakan tugas dengan cukup baik agar dianggap mampu. Aku pun membina orang lain untuk membuktikan diri, dan saat Saudari Li tidak berkembang cepat untuk mencerminkan kemampuanku, aku berhenti memedulikan dan asal-asalan terhadap dia, yang membuatnya sulit mengembangkan kemampuan. Aku hanya peduli akan reputasi dan statusku dan melakukan hal yang baik bagiku, tidak melakukan pekerjaan nyata. Aku menghambat dan merusak pekerjaan rumah Tuhan. Bukankah perbuatanku persis seperti antikristus? Bahkan setelah Saudari Li dipindahtugaskan, aku tidak menyesal, dan karena dia menunjukkan kekurangan dan kelemahanku, demi menjaga reputasi dan status, aku berusaha membenarkan dan membela diri dengan meremehkan dan menghakiminya, hampir membuat dia diberhentikan. Sekarang, aku telah sadar sifatku terlalu kejam, egois, dan tercela! Memikirkan semua kerusakan yang kuperbuat pada pekerjaan rumah Tuhan dan Saudari Li, aku merasa sangat sengsara. Tindakan ini telah mencemari jalan kepercayaanku kepada Tuhan! Lalu, aku berdoa kepada Tuhan untuk mengaku dan bertobat.

Suatu hari, aku membaca satu bagian firman Tuhan. "Ketika Tuhan meminta agar orang-orang mengesampingkan status dan gengsi, bukan berarti Dia sedang merampas hak kebebasan orang untuk memilih; sebaliknya, sementara mengejar status dan gengsi, orang merugikan pekerjaan gereja, mereka mengganggu jalan masuk saudara-saudari ke dalam kehidupan, dan bahkan memengaruhi orang lain dalam hal makan dan minum firman Tuhan secara normal dan dalam memahami kebenaran, dan dengan demikian dalam memperoleh keselamatan Tuhan. Yang lebih serius lagi adalah, ketika orang mengejar status dan gengsi, perilaku dan tindakan semacam itu dapat digolongkan sebagai bekerja sama dengan Iblis dalam merusak dan menghalangi kemajuan normal pekerjaan Tuhan sampai taraf tertinggi, dan mencegah dilaksanakannya kehendak Tuhan secara normal di antara umat pilihan-Nya. Mereka dengan sengaja menentang dan memperdebatkan apa yang telah Tuhan tetapkan. Inilah natur dari pengejaran orang akan status dan gengsi. Masalah dengan orang yang mengejar kepentingan diri mereka sendiri adalah bahwa tujuan yang mereka kejar adalah tujuan Iblis—semua itu adalah tujuan yang jahat dan tidak adil. Ketika orang mengejar kepentingan pribadi seperti gengsi dan status, tanpa disadari mereka menjadi alat Iblis, mereka menjadi saluran bagi Iblis, dan selain itu, mereka menjadi perwujudan Iblis. Mereka memainkan peran negatif di dalam gereja; terhadap pekerjaan gereja, dan terhadap kehidupan bergereja yang normal serta terhadap pengejaran normal umat pilihan Tuhan, efek yang mereka hasilkan adalah mengganggu dan merusak; mereka memiliki efek negatif" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Satu)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Setelah membaca firman Tuhan, aku akhirnya sadar, saat hanya mengejar status, melindungi kepentingan pribadi, dan tidak melindungi pekerjaan rumah Tuhan, hakikatnya, aku seperti hamba Iblis dan mengganggu pekerjaan rumah Tuhan, suatu hal yang dibenci dan dikutuk Tuhan. Aku tahu kemampuan kerja dan keterampilan profesionalku tidak sebaik rekanku. Andaikan aku bisa merelakan reputasiku, dengan rendah hati belajar dari mereka, dan bekerja sama secara harmonis dengan mereka, keterampilanku pasti akan berkembang, dan mampu memahami beberapa prinsip kebenaran. Ini akan menjadi hal yang baik bagiku. Namun, aku tidak menyadari kesempatan ini. Posisi "ketua tim" membuatku benar-benar kehilangan akal. Aku tidak meluangkan waktu melakukan tugas nyata atau berusaha keras untuk pekerjaan utamaku. Sebaliknya, aku mencari cara menyamarkan diri dan pamer agar orang lain mengagumiku. Aku menduduki posisi ketua tim tanpa benar-benar melakukan pekerjaan, dan aku menghalangi dan menunda kemajuan kami. Tuhan membenci dan tidak menyukai apa yang kulakukan. Pemberhentianku adalah bentuk kebenaran dan perlindungan Tuhan bagiku. Memikirkan kerusakan yang kuperbuat pada pekerjaan rumah Tuhan, aku merasa sangat bersalah. Tuhan telah meninggikanku, tapi aku mengecewakan-Nya, dan mengkhianati kepercayaan saudara-saudariku. Aku berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, keinginanku akan status terlalu kuat! Tanpa pengungkapan ini, aku tak tahu berapa lama akan tetap mati rasa. Kegagalan ini akan kujadikan permenungan diri."

Lalu, saat mencari jalan penerapan dalam bidang ini, aku membaca dua bagian firman Tuhan. "Jangan selalu melakukan segala sesuatu demi kepentinganmu sendiri dan jangan selalu mempertimbangkan kepentinganmu sendiri; jangan mempertimbangkan kepentingan manusia, dan jangan memikirkan harga diri, reputasi, atau statusmu sendiri. Engkau harus terlebih dahulu memikirkan kepentingan rumah Tuhan, dan menjadikannya prioritas utamamu. Engkau harus mempertimbangkan kehendak Tuhan dan mulailah dengan merenungkan apakah engkau tidak murni dalam memenuhi tugasmu, apakah engkau telah setia, memenuhi tanggung jawabmu, dan mengerahkan seluruh tenagamu atau tidak, serta apakah engkau telah dengan sepenuh hati memikirkan tugasmu dan pekerjaan gereja atau tidak. Engkau harus memikirkan hal-hal ini. Renungkanlah hal-hal ini sesering mungkin dan pahamilah semuanya itu, maka akan menjadi lebih mudah bagimu untuk melaksanakan tugasmu dengan baik" ("Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Jika orang hanya mengejar status dan gengsi—jika mereka hanya mengejar kepentingan diri mereka sendiri—mereka tidak akan pernah memperoleh kebenaran dan hidup, dan pada akhirnya, merekalah yang akan mengalami kerugian. Tuhan menyelamatkan orang yang mengejar kebenaran. Jika engkau tidak menerima kebenaran, dan jika engkau tidak mampu merenungkan dan mengetahui watak rusakmu sendiri, maka engkau tidak akan benar-benar bertobat, dan tidak akan memiliki jalan masuk ke dalam kehidupan. Menerima kebenaran dan mengenal dirimu sendiri adalah jalan menuju pertumbuhan hidupmu dan menuju keselamatan, itu adalah kesempatan bagimu untuk datang ke hadapan Tuhan untuk menerima pemeriksaan Tuhan dan menerima penghakiman dan hajaran Tuhan serta mendapatkan hidup dan kebenaran. Jika engkau tidak mau mengejar kebenaran demi mengejar status dan gengsi dan demi kepentinganmu sendiri, ini sama saja dengan melepaskan kesempatan untuk menerima penghakiman dan hajaran Tuhan serta memperoleh keselamatan. Engkau memilih status dan gengsi dan kepentinganmu sendiri, tetapi yang engkau lepaskan adalah kebenaran, dan yang hilang darimu adalah hidup, dan kesempatan untuk diselamatkan. Yang mana yang lebih berarti? Jika engkau memilih kepentinganmu sendiri dan meninggalkan kebenaran, bukankah engkau bodoh? Bahasa kasarnya, ini adalah kerugian besar hanya untuk mendapatkan keuntungan yang kecil. Gengsi, status, uang, dan kepentingan, semua itu sementara, semua itu bersifat fana, sedangkan kebenaran dan hidup bersifat kekal dan tidak berubah. Jika orang menyelesaikan watak rusak mereka yang menyebabkan mereka mengejar status dan gengsi, mereka memiliki harapan untuk memperoleh keselamatan. Selain itu, kebenaran yang orang peroleh bersifat kekal; Iblis tak mampu merebutnya dari mereka, begitu pun orang lain. Engkau telah melepaskan kepentinganmu tetapi yang telah kauperoleh adalah kebenaran dan keselamatan; semua hasil ini adalah milikmu. Engkau mendapatkannya untuk dirimu sendiri. Jika orang memilih untuk menerapkan kebenaran, maka meskipun mereka telah kehilangan kepentingan mereka, mereka sedang memperoleh keselamatan Tuhan dan hidup yang kekal. Orang-orang itu adalah orang yang paling cerdas. Jika orang mendapatkan keuntungan dengan mengorbankan kebenaran, maka yang hilang dari mereka adalah hidup dan keselamatan Tuhan; orang-orang itu adalah orang yang paling bodoh" ("Mengetahui Watak Orang adalah Landasan untuk Mengubahnya" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan membuatku paham bahwa dalam tugas, kita harus meninggalkan niat yang salah. Alih-alih reputasi dan status, kita harus mengutamakan kepentingan rumah Tuhan dalam segala hal. Hanya penerapan seperti ini sesuai dengan kehendak Tuhan, dan ini yang harus dilakukan oleh orang yang punya hati nurani dan nalar. Menyadari hal ini, aku meninggalkan dagingku, tidak lagi memedulikan reputasi dan status, hanya berfokus pada tugas. Selain menyelesaikan tugas produksiku sendiri, aku pun menulis masalah dan penyimpangan yang sering ada dalam pekerjaanku dan orang lain, dan membawanya ke ketua tim dan saudara-saudariku untuk didiskusikan dan dicarikan solusinya. Melakukan hal ini bermanfaat bagi semua orang, dan aku bisa mengembangkan keterampilan profesionalku. Saat melihat hasilnya, aku sangat bersyukur kepada Tuhan. Ini adalah hasil usaha semua orang yang melakukan tugas dengan satu hati dan pikiran. Dahulu, aku selalu berusaha melindungi reputasi dan statusku. Aku selalu melakukan hal-hal untuk meningkatkan citra dan pamer dalam tugas, aku tidak memecahkan masalah nyata, dan hanya melakukan pelanggaran. Namun, begitu aku berhenti memikirkan reputasi, dan berinisiatif mencari kekurangan dan kesalahan dalam pekerjaan, saudara-saudariku tidak lagi memandangku rendah, mereka berdiskusi dan berkoordinasi denganku, dan menemukan cara lebih baik dalam menjalankan tugas. Baru kemudian aku melihat betapa bodohnya aku menyamar dan memamerkan diri. Andaikan aku melakukan ini sebelumnya, aku takkan menghalangi pekerjaan rumah Tuhan.

Lalu, pemimpin memberiku pekerjaan paruh waktu untuk menyirami petobat baru. Pemimpin memintaku karena beberapa petobat baru tak punya dasar kepercayaan kepada Tuhan, mereka menjadi pasif, lemah, dan enggan berkumpul saat mengalami kesulitan atau diganggu pendeta, sehingga mereka sangat butuh dukungan melalui penyiraman. Meskipun tahu tugas ini sangat penting, aku masih sedikit enggan. Hanya saja itu pekerjaan paruh waktu. Meski aku melakukannya dengan baik, anggota grup kami takkan tahu. Kupikir lebih baik meluangkan lebih banyak waktu untuk pekerjaanku sendiri. Aku bisa memakai waktu luang untuk meningkatkan teknik profesionalku. Jika aku lebih efektif dalam pekerjaan utama, saudara-saudariku akan menghormatiku. Jadi, aku tak ingin bekerja terlalu keras menyirami petobat baru. Namun, selama beberapa hari setelahnya, aku merasa sedikit nyaman, jadi, aku membuka diri dan bersekutu dengan saudara-saudariku, dan saat itulah aku sadar masih mengejar reputasi dan status. Lalu, aku membaca firman Tuhan, "Walaupun kebanyakan orang mengatakan bahwa mereka rela mengejar kebenaran, ketika mereka harus menerapkannya atau membayar harga untuk itu, beberapa orang menyerah begitu saja. Pada dasarnya ini adalah pengkhianatan. Makin genting suatu momen, makin perlu engkau melepaskan kepentingan daging dan menyingkirkan kesombongan dan kecongkakanmu; jika engkau tak mampu melakukannya, engkau tidak dapat memperoleh kebenaran, dan itu menunjukkan bahwa engkau tidak taat kepada Tuhan. Jika suatu momen menjadi makin genting, orang-orang menjadi semakin mampu untuk tunduk dan melepaskan kepentingan diri, kesombongan dan kecongkakan mereka sendiri, serta melaksanakan tugas mereka dengan benar, baru pada saat itulah mereka akan diingat oleh Tuhan. Semua itu adalah perbuatan baik! Tugas apa pun yang orang lakukan, atau apa pun yang mereka lakukan, manakah yang lebih penting—kesombongan dan kecongkakan, ataukah kemuliaan Tuhan? Mana yang seharusnya orang-orang pilih? (Kemuliaan Tuhan.) Manakah yang lebih penting—tanggung jawabmu, atau kepentinganmu sendiri? Memenuhi tanggung jawabmu adalah hal yang terpenting, dan engkau terikat oleh tugas padanya" ("Mendapatkan Tuhan dan Kebenaran adalah Hal yang Paling Membahagiakan" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Setelah membaca firman Tuhan, aku melihat dengan jelas, bahwa apakah aku dihormati atau tidak, ini tugasku, yang artinya inilah tanggung jawabku, dan amanat dari Tuhan. Aku harus menerima dan menjalankannya dengan tulus. Aku tak bisa lagi mementingkan reputasi dan statusku. Ada yang harus melakukan pekerjaan penyiraman, dan jika aku menolak tugas ini karena tak bisa memamerkan diri, tindakanku tidak adil dan di luar nalar. Malam itu, aku mendengar lagu pujian firman Tuhan. Liriknya seperti ini, "Tuhan menghargai kasih setiap manusia. Kepada semua orang yang mengasihi-Nya, berkat-Nya berlipat kali ganda, karena kasih manusia begitu sulit didapat, dan hanya ada sedikit" ("Apakah Engkau Mau Mempersembahkan Kasih di Dalam Hatimu kepada Tuhan?" dalam "Ikuti Anak Domba dan Nyanyikan Lagu Baru"). Saat itu, aku sangat terharu. Kian banyak pekerjaan rumah Tuhan yang perlu dilindungi, aku harus makin memenuhi tugas dan tanggung jawabku. Aku tidak boleh mengecewakan Tuhan lagi. Lalu, aku menghampiri saudari yang mengurus penyiraman dan berkata, "Aku bersedia menerima tugas ini." Meski aku punya banyak kekurangan saat menyirami petobat baru dan menghadapi banyak kesulitan, saat niatku benar dan mengandalkan Tuhan, aku melihat bimbingan dan berkat Tuhan, dan tak butuh waktu lama bagi beberapa petobat baru untuk berkumpul secara normal.

Setelah itu, gereja memberiku tugas lain. Dalam hatiku, "Kali ini, meskipun aku sibuk dengan tugas produksiku, aku akan mengawasi kemajuan grup dan memberikan tugas tepat waktu." Aku juga membahas pekerjaan dengan saudara-saudari untuk mengatasi kesulitan dalam pekerjaan mereka, dan hal-hal yang tak kupahami, aku menemukan orang-orang yang mampu membantu menyelesaikan masalah. Perlahan, hasil kerjaku meningkat signifikan. Aku tahu ini semua karena bimbingan dan berkat Tuhan. Dahulu, aku hanya peduli reputasi dan status. Kini, aku bisa berhenti mengejar status, sadar melindungi pekerjaan rumah Tuhan, dan melakukan tugas dengan rendah hati. Ini hasil yang dicapai oleh pekerjaan Tuhan. Syukur kepada Tuhan!

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Cara Memandang Tugasmu

Oleh Saudara Zhong Cheng, TiongkokTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Hal paling mendasar yang dituntut dari manusia dalam kepercayaan mereka...

Kualitas Buruk Bukanlah Alasan

Oleh Saudari Zhuiqiu, TiongkokDahulu, setiap kali aku dihadapkan dengan beberapa kesulitan ketika melaksanakan tugasku, atau melakukan...