Hari-hariku Saat Aku Dipaksa Dirawat di Rumah Sakit Jiwa
Pada Agustus 2011, seorang rekan memberitakan Injil Tuhan pada akhir zaman kepadaku. Pada waktu itu, aku sudah lama terpapar obat-obatan kimia karena pekerjaanku dan menderita anemia aplastik1, jadi aku sering mengambil cuti untuk istirahat dan punya banyak waktu luang. Melalui doa dan membaca firman Tuhan, aku mulai memahami bahwa langit, bumi dan segala sesuatu diciptakan oleh Tuhan, serta manusia berasal dari Tuhan, karena itu kita harus percaya kepada Tuhan dan menyembah Tuhan. Aku juga memahami bahwa pada akhir zaman, Tuhan datang berinkarnasi dan mengungkapkan firman untuk menyelamatkan umat manusia sepenuhnya dari dosa, dan manusia hanya dapat diselamatkan dengan menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Setelah itu, aku sering menghadiri pertemuan dan membaca firman Tuhan. Di luar dugaan, penyakitku perlahan mulai membaik. Setelah melihat hasil ini, keluargaku mendukung kepercayaanku kepada Tuhan.
Pada Desember 2012, PKT memulai babak baru penindasan dan penganiayaan terhadap Gereja Tuhan Yang Mahakuasa. Pada waktu itu, banyak saudara-saudari ditangkap. Suatu hari, kakak laki-lakiku, yang adalah wakil direktur Biro Konservasi Air, memanggilku ke rumahnya. Dia berkata kepadaku, "Pemerintah sedang menindak keras Gereja Tuhan Yang Mahakuasa. Jika seseorang kedapatan percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa, atau anggota keluarga mereka percaya, mereka akan segera diberhentikan dari jabatan publik. Dengan begitu, baik mereka maupun anggota keluarga mereka tidak akan diizinkan untuk bergabung dengan Partai, dan anak-anak mereka tidak akan diizinkan untuk bergabung dengan ketentaraan atau masuk universitas. Mulai sekarang kau harus berhenti percaya kepada Tuhan. Sekarang, jika kau ditangkap, anak-anakmu tidak akan dapat mengikuti ujian masuk universitas atau bergabung dengan ketentaraan, karena mereka tidak akan lulus pemeriksaan latar belakang politik. Kau harus mempertimbangkan masa depan anak-anakmu! Selain itu, aku dan kakak iparmu sama-sama bekerja di departemen pemerintahan dan memiliki kedudukan penting. Jika kau tertangkap, itu akan memengaruhi kami. Jika itu terjadi, siapa yang akan mengatur pekerjaan untuk putramu nanti?" Kakak ipar dan keponakanku sama-sama memintaku untuk berhenti. Itu membuatku sangat sedih karena kakak laki-lakiku sudah sangat baik kepadaku sejak aku masih kecil, dan dia sering mengurus kebutuhan keluarga kami. Dia mengatur pekerjaan putriku. Aku selalu sangat berterima kasih kepadanya. Seandainya dia kehilangan pekerjaannya karena kepercayaanku kepada Tuhan, bagaimana aku bisa menghadapinya? Dan jika seluruh keluarga terlibat, mereka akan membenciku karena hal ini. Memikirkan hal ini, aku merasa sedikit kesal, jadi aku harus berjanji kepada mereka bahwa aku tidak akan pergi ke pertemuan atau memberitakan Injil. Namun, kakak laki-lakiku masih khawatir, dan sebelum pergi, dia secara khusus meminta suamiku untuk mengawasiku lebih cermat.
Setelah itu, suamiku sering datang menemuiku di tempat kerja karena takut aku akan pergi ke pertemuan, dan dia tidak mengizinkanku membaca firman Tuhan di rumah. Aku harus membacanya dengan sembunyi-sembunyi karena takut diketahui oleh suamiku. Aku mengenang kembali ke masa lalu, ketika anggota keluargaku tidak menghalangiku untuk memercayai Tuhan dan menghadiri pertemuan. Sekarang, karena mereka takut pada kekuasaan PKT, mereka bersatu untuk menganiayaku sehingga aku tidak bisa menghadiri pertemuan atau membaca firman Tuhan secara normal. Aku merasa bahwa percaya kepada Tuhan di Tiongkok merupakan hal yang sangat sulit. Lalu, aku membaca firman Tuhan ini: "Karena dimulai di sebuah negeri yang melawan Tuhan, semua pekerjaan Tuhan menghadapi rintangan-rintangan yang luar biasa, dan memenuhi sekian banyak firman-Nya membutuhkan waktu; akibatnya, orang-orang dimurnikan sebagai hasil dari firman Tuhan, yang juga adalah bagian dari penderitaan. Teramat sulit bagi Tuhan untuk menjalankan pekerjaan-Nya di negeri si naga merah yang sangat besar—tetapi lewat kesulitan inilah Tuhan mengerjakan satu tahap pekerjaan-Nya, membuat hikmat-Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya yang menakjubkan menjadi nyata, dan menggunakan kesempatan ini untuk melengkapi kelompok orang ini. Melalui penderitaan manusialah, melalui kualitas mereka, dan melalui semua watak Iblis orang-orang di negeri yang najis inilah Tuhan mengerjakan pekerjaan penyucian dan penaklukan-Nya, agar dari ini, Dia bisa memperoleh kemuliaan, dan agar Dia bisa mendapatkan mereka yang akan menjadi saksi perbuatan-perbuatan-Nya. Seperti itulah seluruh makna penting semua pengorbanan yang telah Tuhan lakukan bagi kelompok orang ini" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Apakah Pekerjaan Tuhan Sesederhana yang Manusia Bayangkan?"). "Tak seorang pun dari antaramu yang dilindungi oleh hukum—sebaliknya, engkau semua dihukum oleh hukum. Bahkan, yang lebih jadi masalah adalah orang-orang tidak memahamimu: entah itu kerabat, orang tua, para sahabat, atau rekan-rekanmu, tak seorang pun dari antara mereka yang memahami dirimu. Ketika engkau dibuang Tuhan, mustahil bagimu untuk melanjutkan hidup di bumi, tetapi, meskipun demikian, manusia tidak tahan berada jauh dari Tuhan, inilah arti penting penaklukan Tuhan atas manusia, dan inilah kemuliaan Tuhan" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Apakah Pekerjaan Tuhan Sesederhana yang Manusia Bayangkan?"). Firman Tuhan menyentuh hatiku. Di Tiongkok, negara ateis ini, karena percaya kepada Tuhan dan mengikuti jalan hidup yang benar, kami bukan hanya tidak dilindungi oleh hukum, tetapi dikutuk dan ditangkap, dan bahkan kerabat kami terlibat. PKT benar-benar adalah setan yang membenci Tuhan. Di Tiongkok, jika orang percaya dan mengikut Tuhan, mereka pasti akan dianiaya, tetapi melalui penderitaan inilah Tuhan menyempurnakan iman orang. Setelah aku memahami maksud Tuhan, kesengsaraanku berkurang, dan aku bersedia mengandalkan Tuhan untuk mengalami situasi ini. Dua bulan kemudian, pengawasan suamiku terhadap diriku mengendur, dan aku mulai menghadiri pertemuan lagi secara diam-diam.
Pada Desember 2015, aku memberitakan Injil kepada seorang teman. Keluarganya mengetahuinya dan mengancam akan melaporkanku. Kakak laki-lakiku khawatir penangkapanku akan memengaruhi kariernya, jadi dia dan keluargaku memasukkanku ke rumah sakit jiwa setelah Festival Musim Semi. Pada hari itu, putra, putri, saudara laki-laki dan perempuanku semuanya hadir. Putriku mengalami depresi, dan dia menggunakan insomnianya baru-baru ini sebagai alasan untuk masuk dan mendapatkan obat ketika kami melewati rumah sakit jiwa. Aku tak menyangka ketika dia keluar, dia juga membawa dua perawat dengan tali di tangan mereka untuk mengikatku. Akhirnya aku sadar bahwa mereka hendak memasukkanku ke rumah sakit jiwa, tetapi sudah terlambat untuk lari. Keluargaku mendorong dan menyeretku secara paksa ke dalam rumah sakit. Aku meronta mati-matian dan mengatakan aku tidak sakit, tetapi tak seorang pun yang peduli. Ketika aku melihat anggota keluargaku begitu kejam, kupikir, "Bagaimanapun kalian menganiayaku, aku tidak akan pernah menyerah untuk percaya kepada Tuhan." Saat aku tidak memperhatikan, dua perawat mendorongku ke atas tempat tidur dan menyuntikku secara paksa. Setelah disuntik, aku merasa pusing dan terlalu lemah untuk melawan. Kemudian, mereka melakukan apa yang disebut pemeriksaan terhadap diriku. Perawat mengatakan tekanan darahku terlalu tinggi, dan aku harus dirawat di rumah sakit semalaman untuk observasi. Malam itu, aku terbaring di ranjang rumah sakit, mengingat kembali apa yang terjadi hari itu, dan merasakan ledakan kesedihan. Tak pernah kusangka keluargaku memasukkanku ke rumah sakit jiwa hanya untuk melindungi kepentingan mereka sendiri dan tidak mau dilibatkan olehku. Itu sangat kejam. Bagaimana orang-orang ini bisa menjadi keluargaku? Mereka hanya sekumpulan setan! Keesokan harinya, aku melihat surat dokter, yang berbunyi, "Gangguan mental yang parah karena kepercayaan pada kultus; rentan terhadap serangan langsung kejiwaan ketika berhubungan dengan orang-orang yang percaya kepada Tuhan." Aku juga mendengar dari dokter itu bahwa aku harus dirawat di rumah sakit karena merawat kondisiku akan memakan waktu. Putriku berkata kepadaku, "Pamanku sudah menjelaskan kepada direktur rumah sakit. Ibu harus tinggal di sini selama beberapa hari dan berpikir secara jernih tentang berbagai hal. Kami akan menjemput Ibu jika Ibu memberi tahu kami bahwa Ibu tidak lagi percaya kepada Tuhan." Aku sangat marah: karena aku percaya kepada Tuhan, aku divonis sakit jiwa tanpa alasan yang jelas. Semua ini salah PKT! Jika bukan karena PKT menangkap dan menganiaya orang-orang yang percaya kepada Tuhan, mengarang kebohongan untuk menyesatkan orang, dan melibatkan keluarga mereka, aku tidak akan dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Pada waktu itu, aku ingat firman Tuhan: "Iblis mengikat erat seluruh tubuh manusia, ia menutupi kedua matanya dan membungkam mulutnya rapat-rapat. Raja Iblis telah mengamuk selama beberapa ribu tahun sampai sekarang, di mana ia terus mengawasi kota hantu ini dengan saksama, seakan-akan ini adalah istana setan yang tak bisa ditembus; sementara itu, gerombolan anjing penjaga ini menatap dengan mata liar penuh ketakutan kalau-kalau Tuhan akan menangkap mereka saat tidak waspada dan memusnahkan mereka semua, sehingga mereka tidak lagi memiliki tempat untuk merasakan kedamaian dan kebahagiaan. Bagaimana mungkin penduduk kota hantu seperti ini pernah melihat Tuhan? Pernahkah mereka menikmati keindahan dan kasih Tuhan? Pemahaman apa yang mereka miliki tentang masalah dunia manusia? Siapakah di antara mereka yang mampu memahami maksud-maksud Tuhan yang penuh hasrat?" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pekerjaan dan Jalan Masuk (8)"). Firman Tuhan sepenuhnya benar. Bagi seseorang yang lahir di negeri si naga merah yang sangat besar, sama sekali tidak ada kebebasan. PKT secara membabi buta menindas dan menganiaya orang Kristen, dan bahkan rumah sakit jiwa telah menjadi tempat untuk menyiksa orang Kristen. Aku benar-benar waras, tetapi aku terjebak di rumah sakit jiwa dan dipaksa untuk mengkhianati Tuhan. Aku membenci PKT, dalang di balik segalanya. Semakin mereka menganiayaku, semakin memungkinkanku untuk melihat dengan jelas esensi jahat permusuhan terhadap Tuhan, dan itu juga memperkuat imanku dalam mengikut Tuhan.
Kemudian, dokter berkata kepada keluargaku, "Jangan khawatir. Biarkan dia di sini selama beberapa bulan, dan dia tidak akan percaya kepada Tuhan ketika dia keluar." Keluargaku percaya ini benar, jadi mereka membuat surat pernyataan untuk dirawat. Setelah itu, seperti pasien lainnya, aku disuntik tiga kali sehari, dan harus minum obat tiga kali sehari sesudah makan di bawah pengawasan perawat. Pada awalnya, aku menolak suntikan dan obat-obatan itu, dan perawat mengancamku, "Jika kau tidak bekerja sama, kami akan mengikatmu dan memaksamu untuk menerimanya!" Aku secara pribadi telah melihat bagaimana pasien yang menolak pengobatan diikat ke tempat tidur dan disiksa. Setelah menyaksikan siksaan kejam mereka terhadap pasien, aku merasa tak punya pilihan selain menurut.
Suatu hari saat makan siang, aku tidak pergi makan. Aku duduk di bangku dan menangis dalam diam, berpikir dalam hati, "Aku tidak sakit, tetapi aku dikurung di sini, dan aku bahkan tidak punya siapa pun untuk diajak bicara. Aku tidak bisa membaca firman Tuhan, aku tidak bisa melaksanakan tugasku, dan aku harus disuntik dan minum obat-obatan setiap hari. Kapan ini akan berakhir? ..." Semakin memikirkannya, semakin aku merasa sedih. Melihat bahwa aku tidak mau makan, perawat mengancamku, "Kalau kau tidak mau makan, kami akan mengikatmu dengan tali, seperti pasien tadi. Kami akan mengikatmu ke tempat tidur, memasang kateter di hidungmu, dan memasukkan makanan ke dalamnya!" Aku teringat pemandangan menyedihkan dari pasien yang baru saja kulihat, yang berteriak dalam kesengsaraan, dan aku sangat takut, jadi aku tidak punya pilihan selain pergi mengambil makananku. Selama di rumah sakit, setiap hari aku melihat pasien yang tidak mau bekerja sama dengan pengobatan dianiaya dan menjerit kesakitan, yang menakutkan untuk dilihat. Aku merasa seperti berada di sarang setan-setan, dan sangat gugup setiap hari. Aku sangat khawatir bahwa menghabiskan sepanjang hari dengan orang-orang yang sakit jiwa ini, dan para dokter memaksaku untuk minum obat dan menyuntikku, bisa-bisa aku jadi gila benaran. Jika aku benar-benar sakit jiwa, aku tidak akan bisa lagi percaya kepada Tuhan, jadi apa gunanya hidupku? Dalam penderitaan dan ketidakberdayaanku, aku berdoa memohon Tuhan memimpin jalanku di depan. Setelah berdoa, aku teringat firman Tuhan: "Apa maksud kata 'iman'? Iman adalah kepercayaan yang sejati dan hati yang tulus yang harus manusia miliki ketika mereka tidak bisa melihat atau menyentuh sesuatu, ketika pekerjaan Tuhan tidak sesuai dengan gagasan manusia, ketika itu di luar jangkauan manusia. Inilah iman yang Aku maksudkan. Manusia membutuhkan iman selama masa-masa sulit dan selama pemurnian, dan iman adalah sesuatu yang diikuti oleh pemurnian; pemurnian dan iman tidak bisa terpisahkan. Bagaimanapun cara Tuhan bekerja, dan dalam lingkungan seperti apa pun engkau, engkau mampu mengejar kehidupan, dan mencari kebenaran, serta mencari pengetahuan tentang pekerjaan Tuhan, dan memiliki pemahaman tentang tindakan-tindakan-Nya, dan engkau mampu bertindak sesuai kebenaran. Melakukan semua itu adalah arti memiliki iman yang sejati, dan menunjukkan bahwa engkau belum kehilangan iman kepada Tuhan" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mereka yang Akan Disempurnakan Harus Mengalami Pemurnian"). Firman Tuhan menyadarkanku bahwa situasi ini adalah ujian bagiku untuk melihat apakah aku memiliki iman yang sejati. Aku teringat tentang Daniel ketika dia dilemparkan ke dalam gua singa. Tuhan menyertainya, dan Tuhan menutup mulut singa-singa itu sehingga Daniel tidak terluka sedikit pun. Aku melihat bahwa Daniel beriman kepada Tuhan, menjadi kesaksian bagi-Nya, dan menyaksikan perbuatan-Nya, jadi aku seharusnya tidak lagi hidup dalam ketakutan dan kepengecutan. Aku harus mengandalkan imanku kepada Tuhan untuk menjadi kesaksian bagi-Nya. Ketika menyadari hal ini, rasa sakit di hatiku berkurang.
Suatu kali, setelah pukul dua pagi, saat sedang tidur, seseorang menepukku dua kali. Mendadak aku bangun dan terkejut melihat seseorang berdiri di samping tempat tidurku. Pasien sakit jiwa itu hanya menertawakanku dan mengoceh sembarangan. Aku mengusirnya, tetapi dia tidak mau pergi dan terus tertawa. Saat itu, pasien lain di ruangan itu juga terbangun, dan akhirnya, perawat datang dan mengusirnya. Sebagian besar dari orang-orang yang sakit jiwa ini dirasuki oleh roh-roh jahat, dan aku diharuskan tinggal bersama mereka setiap hari. Jika ini terus berlanjut, cepat atau lambat, siksaan ini akan membuatku menjadi gila juga. Semakin kupikirkan, semakin menyakitkan rasanya. Selama hari-hari itu, aku berhenti bernyanyi dan tidak lagi merenungkan firman Tuhan. Aku sangat putus asa, dan berpikir alangkah baiknya jika seseorang bisa bersekutu denganku. Aku berdoa dan mengatakan kepada Tuhan tentang kesulitan dan penderitaanku. Suatu pagi, tiga atau empat hari kemudian, saat menonton TV dengan pasien lain di lobi, aku melihat seorang perempuan, sekitar tiga puluh tahun, yang sepertinya kukenal dari suatu tempat. Dia terlihat familier. Setelah berbicara dengannya, aku mengetahui bahwa dia percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Seperti aku, dia dimasukkan ke rumah sakit jiwa secara paksa karena keluarganya mendengarkan kabar bohong PKT. Setelah bertemu dengan seorang saudari di sana, aku sangat senang akhirnya memiliki teman untuk diajak bicara. Tuhan mengaturku untuk bertemu seorang saudari di sana agar kami dapat bersekutu dan mendorong satu sama lain, jadi aku sangat bersyukur kepada Tuhan.
Rumah sakit jiwa dijaga oleh staf medis 24 jam sehari, jadi kami harus mencari kesempatan untuk secara diam-diam mempersekutukan firman Tuhan, mendiskusikan pengalaman dan pemahaman kami, serta saling membantu dan mendukung. Suatu ketika, di aula aktivitas pasien, aku berbisik kepadanya, "Aku khawatir kalau tinggal di sini terlalu lama, aku akan sakit jiwa, jadi aku ingin sekali pergi, tetapi tidak bisa, dan itu sangat menyakitkan." Dia menjawab dengan membisikkan satu bagian firman Tuhan kepadaku: "Hati dan roh manusia berada di tangan Tuhan, segala sesuatu dalam kehidupannya berada dalam pengamatan mata Tuhan. Entah engkau memercayainya atau tidak, setiap dan segala hal, apakah hidup atau mati, akan berganti, berubah, diperbarui, dan lenyap sesuai dengan pemikiran Tuhan. Begitulah cara Tuhan memimpin segala sesuatu" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan adalah Sumber Kehidupan Manusia"). Dia juga bercerita tentang pengalamannya di rumah sakit jiwa, dan mengatakan kepadaku bahwa Tuhan mengendalikan segalanya, jadi aku tak perlu takut, dan harus lebih mengandalkan Tuhan. Aku sadar bahwa semuanya berada di tangan Tuhan, dan tanpa seizin Tuhan, Iblis tidak dapat melakukan apa pun terhadapku. Dengan bimbingan firman Tuhan, aku tidak lagi merasa takut.
Selanjutnya, aku dan saudariku menuliskan firman Tuhan dan lagu pujian yang kami ingat, lalu meneruskannya kepada satu sama lain sebagai sarana dorongan. Suatu kali, dia memberiku sebuah catatan berisi lagu pujian. Liriknya berbunyi: "Dengan nasihat Tuhan di dalam hatiku, aku tidak akan pernah bertekuk lutut kepada Iblis. Meskipun kepala kita bisa terguling dan darah kita tumpah, tetapi keberanian umat Tuhan tidak dapat digoyahkan. Aku akan memberikan kesaksian yang gemilang bagi Tuhan, dan mempermalukan setan serta Iblis. Kesulitan dan penderitaan digariskan oleh Tuhan, dan aku akan setia serta tunduk kepada-Nya sampai mati. Tidak akan pernah lagi aku membuat Tuhan menitikkan air mata atau khawatir. Aku akan memberikan kasih dan kesetiaanku kepada Tuhan dan menyelesaikan misiku untuk memuliakan Tuhan" (Ikuti Anak Domba dan Nyanyikan Lagu Baru, "Aku Ingin Melihat Hari Kemuliaan Tuhan"). Lirik ini menginspirasiku, dan aku merasa hatiku semakin teguh. Bagaimanapun Iblis si setan memperlakukanku, aku tidak akan pernah mengkhianati Tuhan. Aku harus menjadi kesaksian dan mempermalukan Iblis.
Dokter kepala biasanya berbicara kepadaku seminggu sekali, dan setiap kali datang, dia membujukku untuk melepaskan kepercayaanku kepada Tuhan. Aku tahu dia mengikuti dan bekerja untuk PKT, jadi aku mengabaikannya. Setelah itu, dia datang lagi untuk berbicara denganku dan menanyakan pendapatku tentang rawat inapku. Kupikir, "Kalian semua tahu aku tidak sakit, tetapi karena aku percaya kepada Tuhan, kalian memperlakukanku seolah-olah aku sakit jiwa dan menahanku di sini. Kalian memaksaku minum obat dan disuntik setiap hari. Sebagai para dokter, kalian menyiksaku tanpa hati nurani sama sekali, dan sekarang kalian menanyakan pendapatku?" Aku bertanya kepadanya dengan nada menuduh, "Aku tidak sakit, jadi mengapa kau bersikeras mengatakan aku sakit dan memperlakukanku seperti pasien sakit jiwa?" Dia menatapku, lalu berkata dengan kejam, "Aku mau berterus terang kepadamu, pemeriksaan yang kami lakukan untukmu tidak jadi masalah. Masalahnya adalah kepercayaanmu kepada Tuhan membuatmu tidak normal. Kondisimu jauh lebih serius daripada orang-orang yang sakit jiwa itu. Dan asal tahu saja, kau bukanlah orang pertama atau terakhir yang percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa yang kami tangani di sini. Jika kau bersikeras untuk percaya, kau akan dipenjara selama beberapa tahun. Aku yang menjadi penentu keputusan di sini. Entah kau sakit atau tidak tergantung pada keputusanku!" Aku sangat marah saat mendengar ini. Rumah sakit dimaksudkan untuk menjadi tempat untuk menyelamatkan orang yang sekarat dan merawat yang sakit, tetapi sekarang telah menjadi tempat bagi PKT untuk menyiksa orang Kristen. Kami percaya kepada Tuhan dan menempuh jalan yang benar dalam hidup, tetapi PKT menggunakan segala cara tercela untuk menyakiti orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Mereka adalah setan-setan yang tiada taranya, sebuah partai politik yang benar-benar jahat! Karena kepercayaanku kepada Tuhan, aku dianiaya oleh PKT, ditolak oleh keluargaku, dan disiksa oleh para dokter dengan obat-obatan. Aku melihat dengan jelas bahwa PKT tak lain adalah setan-setan yang datang ke bumi. Mereka adalah Iblis-Iblis yang menentang Tuhan dan menyakiti manusia. Kemudian, aku dan saudariku memberitakan Injil kepada orang-orang percaya kepada Tuhan yang kami temui di rumah sakit. Beberapa orang dimasukkan ke rumah sakit untuk perawatan karena insomnia, dan beberapa dimasukkan secara paksa oleh pemerintah karena kepercayaan mereka kepada Tuhan. Pada akhirnya, beberapa dari mereka menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman.
Karena suntikan dan obat-obatan yang kuterima secara paksa dari dokter setiap hari, kesehatanku semakin memburuk. Aku merasa pusing dan lelah, selalu ingin tidur, bahuku terasa berat, dan aku hampir tidak punya kekuatan untuk mengangkat lenganku. Aku meminta dokter untuk menghentikan obat-obatan itu, tetapi mereka tidak menggubris. Kemudian, kondisiku semakin memburuk. Aku selalu menderita sakit kepala, dan rasanya seperti kesurupan setiap hari. Aku selalu bingung, tidak nyaman, dan sangat mudah tersinggung; tanganku gemetar, dan tak mampu menggunakan sumpit. Aku sering mengalami mimpi buruk, dan ingatanku juga memburuk. Aku sering meletakkan barang-barang dan segera lupa di mana meletakkannya, serta tidak dapat mempertahankan jalan pikiranku. Kemudian, aku terus mencari barang-barang yang masih berada di genggaman tanganku, dan sangat bingung setiap hari. Dahulu aku merasa bingung hanya beberapa menit, tetapi kemudian jangka waktunya bertambah dari sepuluh menit menjadi setengah jam. Itu sangat tidak nyaman, dan aku tak mampu mengendalikan pikiranku. Rasanya aku memiliki cacat mental dan selalu ingin menangis. Aku diam-diam berdoa di dalam hatiku, memohon Tuhan untuk menyelamatkanku dari kekejaman Iblis. Setelah lebih dari 40 hari di rumah sakit, putriku datang menjengukku. Hari itu, aku sedang duduk di aula sambil menunduk. Ketika mendengar putriku memanggilku, aku mengangkat kepala dan menatapnya selama beberapa detik dalam keadaan tidak sadar, lalu perlahan aku berdiri, berjalan ke arahnya, menarik lengannya, dan berseru, "Bawa aku pulang, bawa aku pulang ...." Setelah beberapa saat, aku mulai tertawa lagi. Putriku kaget dan bertanya, "Mengapa Ibu menjadi seperti ini? Apa Ibu benar-benar sakit?" Putriku membawaku ke rumah kakak laki-lakiku. Dia memarahi putriku, "Mengapa kaubawa pulang ibumu?" Kemudian dia bertanya apakah aku masih percaya kepada Tuhan. Pada waktu itu, kesadaranku sedikit membaik, dan dengan tegas berkata, "Ya! Aku percaya kepada Tuhan, aku mengejar kebenaran, dan berusaha menjadi orang yang baik serta mengikuti jalan yang benar. Mengapa aku tak boleh percaya?" Kakak iparku berkata, "Sepertinya kau belum cukup lama berada di sana. Sudah saatnya memasukkan dia kembali." Dengan marah aku berkata, "Kau sudah membuatku diperlakukan secara biadab, dan kau masih ingin aku kembali ke sana. Kau terlalu kejam! Kalau kau melakukan ini, cepat atau lambat kau akan dihukum!" Ketika mereka mendengarku mengatakan itu, mereka terdiam, dan kakak laki-lakiku dengan enggan meminta putriku untuk mengurus prosedur pemulanganku.
Setelah keluar dari rumah sakit, aku selalu mengalami sakit kepala, dan mengalami kesurupan setiap hari. Aku sering tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri. Ketika lampu dimatikan pada malam hari, aku sangat ketakutan karena rasanya seperti kembali ke rumah sakit jiwa, dan sering mengalami mimpi buruk. Menurut suamiku, aku terkadang menangis dan tertawa sembarangan, dan sering marah-marah kepadanya. Aku ketakutan, dan kupikir, "Apa aku benar-benar sakit jiwa? Jika demikian, bagaimana kelak aku bisa percaya kepada Tuhan?" Aku berlutut di samping tempat tidur dan berdoa dengan berlinang air mata, "Tuhan, apa yang kualami hari ini sepenuhnya disebabkan oleh si naga merah yang sangat besar. Aku membencinya! Tuhan, kumohon lindungilah aku, selamatkanlah aku ...." Setelah berdoa, aku merasa sedikit lebih tenang. Dua minggu kemudian, kondisiku membaik secara signifikan, dan aku mampu secara sadar mengendalikan emosiku. Tiga bulan kemudian, kondisi kejiwaanku pada dasarnya sudah kembali normal, dan kesehatan kejiwaanku telah meningkat pesat, tetapi ingatanku masih sangat lemah. Setengah tahun kemudian, aku mulai menghadiri pertemuan dan kembali melaksanakan tugasku.
Empat puluh lima hari berada di rumah sakit jiwa menyebabkan banyak kerusakan pada pikiran dan tubuhku. Melalui siksaan ini, aku dengan jelas melihat esensi jahat PKT yang membenci kebenaran dan memusuhi Tuhan. Aku benar-benar membenci PKT si setan, dan menolak serta memberontak terhadap mereka dari hatiku. Pada saat yang sama, aku juga mengetahui esensi keluargaku yang sebenarnya. Hanya karena aku percaya kepada Tuhan dan mereka takut dilibatkan dan status serta masa depan mereka terpengaruh, mereka mengikuti PKT dan mencoba cara licik untuk memaksaku melepaskan kepercayaanku kepada Tuhan. Mereka bahkan memasukkanku ke rumah sakit jiwa. Mereka tidak peduli entah aku hidup atau mati. Bagaimana aku bisa menganggap mereka sebagai keluargaku? Mereka adalah setan! Setelah mengalami situasi ini, aku benar-benar merasakan kasih dan keselamatan Tuhan bagiku. Di rumah sakit jiwa, tatkala aku takut, menderita, dan tak berdaya, Tuhan menggunakan firman-Nya berulang kali untuk mencerahkan, membimbing, memberiku iman dan kekuatan, serta Dia mengatur agar seorang saudari membantu dan mendukungku. Tanpa perlindungan Tuhan, setan-setan itu akan membuatku benar-benar gila dan tidak sadar. Aku melihat kedaulatan dan pengaturan, kemahakuasaan, serta hikmat Tuhan. Aku juga benar-benar merasa bahwa hanya Tuhanlah yang selalu menjadi penopangku dan hanya Dialah yang dapat menyelamatkan manusia, dan aku memperoleh kepercayaan yang lebih besar kepada Tuhan. Syukur kepada Tuhan!
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.