Pelajaran yang Dipetik Dari Menyombong

08 Maret 2022

Pada Mei 2021, semua gereja yang kukelola mengadakan pemilihan. Dalam pertemuan, saudara-saudari mengangkat banyak masalah tentang pemilihan, dan aku menyelesaikan semuanya dengan bersandar pada Tuhan. Pemilihan itu berjalan lancar. Aku merasa sangat puas dengan diriku karena sendirian mengatur pemilihan ini. Aku merasa memiliki kualitas hebat dan keterampilan kerja.

Lalu, dalam pertemuan, saudari rekan kerjaku berkata pemimpin gereja bernama Li menabur perselisihan dan mengacaukan sebuah gereja. Mereka tidak yakin akan esensi Li, dan tidak berani mencopotnya begitu saja. Aku juga tidak yakin orang seperti apa dia, jadi aku berdoa kepada Tuhan, meminta pencerahan dan bimbingan-Nya. Lalu, saudari lain berkata Li tidak mengizinkan Saudari Liu, yang kami tugaskan sebagai rekan Li, melakukan tugas, dan Li bilang tidak tahu apa yang seharusnya Saudari Liu kerjakan. Mendengar ini, kupikir Li telah diberi tahu dengan jelas bahwa Saudari Liu akan melakukan pekerjaan gereja bersamanya. Bagaimana dia bisa bilang tidak tahu? Dia tidak meminta Saudari Liu berpartisipasi dalam pekerjaan itu. Bukankah ini berarti dia tidak ingin membagi kekuasan? Aku juga ingat, seorang saudari pernah pergi ke gereja itu untuk sebuah proyek. Li menolak bekerja sama, justru menjadikan dia pemimpin boneka. Lalu, aku teringat firman Tuhan yang mengatakan antikristus cenderung mendirikan kerajaan sendiri, dan makin dipikirkan, makin aku melihat itu seperti perilaku Li. Jadi, aku bersekutu dengan dua saudari ini, merujuk pada firman Tuhan, tentang motivasi dan taktik Li, serta natur dan konsekuensinya. Aku juga bilang Li harus dinyatakan sebagai antikristus, lalu bersekutu tentang kebenaran yang terkait. Ini memberi mereka pemahaman tentang Li. Awalnya aku merasa itu semua pencerahan dan bimbingan Tuhan, tetapi kupikir akulah yang menyelesaikan masalah rumit itu dan memberi saudari-saudariku jalan. Tanpa pemahamanku tentang kebenaran, Tuhan tidak akan bisa mencerahkanku. Sesampai di rumah, aku memberi tahu saudari lain, sangat bersemangat, tentang bagaimana aku mengandalkan Tuhan untuk mengenali bahwa Li adalah antikristus, dan bagaimana aku mengajari orang lain poin kunci untuk membedakan antikristus. Kulihat dia mendengarkanku dengan cermat, dan kupikir aku bisa menyelesaikan masalah sesulit apa pun melalui persekutuan. Aku pasti punya ketajaman dan kualitas yang cukup baik. Aku mulai mendongakkan kepala, merasa lebih baik daripada yang lain, aku punya visi. Aku sering menyombongkan diri. Kemudian, dia mencariku setiap kali tidak yakin tentang hal yang terkait ketajaman, dan aku merasa lebih percaya diri dalam pemahamanku tentang kebenaran, bahwa aku sangat diperlukan. Aku serasa di atas awan. Kemudian aku ditugaskan mengatur pemilihan lain. Di sebuah pertemuan, Saudari Luo mengajukan pertanyaan tentang masalah yang tidak seorang pun bisa pahami atau selesaikan. Lalu, persekutuan saudari lain memberiku visi, dan aku bersekutu berdasarkan itu untuk membuat Saudari Luo merenungkan diri, dan akhirnya masalah itu selesai. Aku merasa punya visi tentang masalah yang tidak dimiliki orang. Aku bisa menggunakan persekutuan untuk menyelesaikan masalah yang tidak bisa diselesaikan orang lain, jadi aku pasti punya kualitas. Begitu proses pemilihan dimulai, beberapa saudari menyampaikan kekhawatiran bahwa semua kandidat tidak tahu cara membenahi. Aku merasa tidak satu pun dari mereka bisa menangani masalah, jadi aku harus menunjukkan kepada mereka cara melakukannya. Aku mulai membicarakan masalah para saudari itu satu per satu, dan memberi tahu apa yang harus mereka lakukan. Seorang saudari berkata dengan kagum, "Tak satu pun dari kami melihat semua ini atau tahu apa yang harus dilakukan. Bagaimana kau melakukannya?" Aku senang mendengarnya dan, berpuas hati, berkata, "Aku punya lebih banyak pengalaman, jadi aku bisa mengenali masalah seperti ini." Setelah itu, saat saudara-saudari mengangkat masalah, aku bertindak seperti ingin para kandidat itu coba menyelesaikannya, tetapi saat melihat mereka kesulitan menemukan firman Tuhan yang tepat, aku langsung berpikir mereka tidak kompeten. Aku ingin mereka tahu seandal apa aku menyelesaikan masalah menggunakan firman Tuhan. Dalam persekutuan selanjutnya, aku hanya fokus pada perkataanku, dan tidak meminta yang lain angkat bicara. Semua kandidat perlahan berhenti bicara sama sekali, sehingga hanya aku yang bicara. Itu menjadi podium pribadi saya. Lalu, aku sadar ada yang aneh, seharusnya kandidatlah yang paling banyak bicara sehingga orang bisa melihat apakah mereka punya ketajaman dan kualitas, bisa menangani masalah nyata, lalu memutuskan memilih siapa. Namun, karena para kandidat tidak bicara, tidak ada yang bisa melihat apakah mereka bisa mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan masalah. Bagaimana mereka bisa memilih? Bukankah itu akan menggagalkan pemilihan? Aku mulai mencari tahu penyebabnya dan meminta tanggapan dari yang lain. Beberapa kandidat berkata aku memamerkan sebanyak apa kebenaran yang kupahami, membuat mereka merasa rendah diri dan enggan bicara. Saat mereka mengatakan itu, aku teringat bagaimana aku tidak bisa menahan diri pamer dan menyombongkan diri. Aku merasa sedikit bersalah. Aku berhenti bicara, takut meredam pendapat orang lain dan membatasi mereka, serta mengganggu pemilihan.

Setelah pertemuan, aku langsung mencari kebenaran dari masalahku, dan melihat ini dalam firman Tuhan: "Orang-orang yang tidak memahami kebenaran cenderung menganggap tinggi diri mereka sendiri—dan ketika mereka mulai menganggap diri mereka sendiri terlalu tinggi, apakah mudah untuk membuat mereka kembali rendah hati? (Tidak.) Orang normal yang sedikit berakal tidak menganggap tinggi diri mereka sendiri tanpa alasan. Ketika mereka belum mencapai apa pun, tidak memiliki apa pun untuk ditawarkan kepada orang-orang, dan tak seorang pun dalam kelompoknya yang memperhatikan mereka, mereka tidak menganggap tinggi diri mereka sendiri. Mereka mungkin sedikit congkak dan narsis, atau mereka mungkin merasa diri mereka agak berbakat dan lebih baik daripada orang lain, tetapi mereka tidak cenderung menganggap tinggi diri mereka sendiri; mereka lebih rendah hati daripada kebanyakan orang. Dalam keadaan apa orang menganggap tinggi dirinya sendiri? Ketika orang lain memuji mereka untuk beberapa pencapaian kecil. Mereka berpikir bahwa mereka lebih baik daripada orang lain, bahwa orang lain itu ala kadarnya dan biasa-biasa saja, bahwa mereka adalah orang yang memiliki status, dan tidak berada di kelas yang sama, tidak berada pada tingkat yang sama, seperti orang lain, bahwa mereka lebih tinggi daripada orang lain. Dan dengan demikian, mereka merasa congkak. Dan mereka menganggap diri mereka dapat dibenarkan dalam menganggap tinggi diri mereka sendiri. Bagaimana mereka menilai diri mereka sendiri? Yang mereka yakini adalah, 'Aku memiliki kelebihan, kualitas, dan kecerdasan, dan aku mau mengejar kebenaran. Kini aku juga telah mencapai sesuatu—aku sudah terkenal, reputasi dan nilaiku lebih tinggi daripada orang lain, jadi aku harus terlihat paling menonjol, aku harus menjadi seseorang yang dihormati semua orang, dan oleh karena itu, tidaklah salah jika aku menganggap tinggi diriku sendiri.' Inilah yang mereka pikirkan dalam benak mereka, dan akhirnya menjadi hal yang wajar—sesuatu yang normal atau diharapkan—bahwa sudah seharusnya mereka menganggap tinggi diri mereka sendiri. Mereka yakin bahwa ini masuk akal. Jika mereka tidak menganggap tinggi diri mereka sendiri, mereka merasa tidak seimbang, sepertinya mereka tidak layak menerima identitas mereka dan persetujuan orang lain; oleh karena itu, adalah wajar jika mereka menganggap tinggi diri mereka sendiri" ("Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan menunjukkan kepada kita, saat orang yang rusak berhasil, mereka sangat bahagia, berpikir mereka lebih baik daripada semua orang, bahwa mereka punya status dan berbeda kelas. Mereka tak bisa menahan diri pamer dan menyombongkan diri—sangat dangkal. Kulihat diriku seperti itu. Aku mencapai beberapa hal, punya ketajaman tentang antikristus, jadi kupikir aku luar biasa, punya visi dan kualitas, aku sangat diperlukan. Saat melihat para kandidat tidak bisa mengatasi masalah dalam pemilihan, aku memandang rendah mereka. Aku tidak mendengarkan pencerahan Roh Kudus dalam persekutuan mereka. Aku tidak bisa tutup mulut, memamerkan kemampuanku memahami kebenaran dan menyelesaikan masalah, yang mengganggu jalannya pemilihan. Peranku adalah memimpin pemilihan, aku harus membimbing yang lain mengekspresikan ide mereka, agar bisa saling memahami, lalu memilih pemimpin yang baik berdasarkan prinsip. Itulah tugasku. Namun, aku menjadi sangat congkak sehingga kehilangan nalar, hanya pamer dan menonjolkan diri. Bagaimana itu disebut melakukan tugas? Bukankah aku menggagalkan pemilihan? Aku sangat bangga pada diriku, meraih keberhasilan, lalu merasa di atas awan, berpikir aku lebih baik daripada orang lain.

Pelajaran yang Dipetik Dari Menyombong

Kemudian aku melihat kutipan firman Tuhan yang benar-benar membuka mataku. "Sebagai orang yang dipakai Tuhan, semua orang layak bekerja bagi Tuhan, artinya, semua orang memiliki kesempatan untuk dipakai oleh Roh Kudus. Namun, ada satu hal yang harus engkau semua sadari: ketika manusia melakukan pekerjaan yang diamanatkan Tuhan, manusia telah diberi kesempatan untuk dipakai oleh Tuhan, tetapi apa yang dikatakan dan diketahui manusia bukan seluruhnya merupakan tingkat pertumbuhan manusia. Satu-satunya yang dapat engkau semua lakukan adalah mengetahui dengan lebih baik kekuranganmu sendiri selama melakukan pekerjaanmu, dan mulai menerima pencerahan yang lebih besar dari Roh Kudus. Dengan cara ini, engkau semua akan dimampukan untuk memperoleh jalan masuk yang lebih baik dalam melakukan pekerjaanmu. Jika manusia menganggap bimbingan yang berasal dari Tuhan sebagai jalan masuk mereka sendiri dan sebagai sesuatu yang pada dasarnya ada dalam diri mereka, maka tidak ada kemungkinan bagi tingkat pertumbuhan manusia itu untuk berkembang. Pencerahan saat Roh Kudus bekerja dalam diri manusia terjadi ketika mereka berada dalam keadaan yang normal; pada saat seperti itu, orang sering keliru mengira bahwa pencerahan yang mereka terima adalah tingkat pertumbuhan mereka sendiri yang sebenarnya, karena Roh Kudus mencerahkan dengan cara yang sangat biasa, dan Dia memanfaatkan apa yang pada dasarnya ada dalam diri manusia. Ketika orang bekerja dan berbicara, atau ketika mereka berdoa dan melakukan saat teduh, suatu kebenaran tiba-tiba menjadi jelas bagi mereka. Namun, pada kenyataannya, hal yang manusia lihat itu hanyalah pencerahan Roh Kudus (tentu saja, pencerahan ini berkaitan dengan kerja sama manusia) dan tidak merepresentasikan tingkat pertumbuhan manusia yang sebenarnya. Setelah suatu periode pengalaman, di mana manusia menjumpai beberapa kesulitan dan ujian, tingkat pertumbuhan manusia yang sebenarnya menjadi jelas dalam keadaan seperti itu. Baru setelah itulah, manusia mendapati bahwa tingkat pertumbuhannya tidaklah sehebat itu, dan keegoisan, sifat memikirkan diri sendiri, serta keserakahan manusia semuanya muncul. Baru setelah mengalami beberapa siklus pengalaman seperti ini, banyak dari mereka yang dibangunkan di dalam roh mereka, akhirnya menyadari bahwa apa yang telah mereka alami di masa lalu bukanlah kenyataan pribadi mereka sendiri, melainkan penerangan sesaat dari Roh Kudus, dan bahwa manusia hanyalah telah menerima terang tersebut" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pekerjaan dan Jalan Masuk (2)"). Firman Tuhan menunjukkan kepadaku meraih pencapaian dalam tugas tidak berarti aku memahami kebenaran atau punya tingkat pertumbuhan hebat. Setiap pencapaian datang dari pencerahan dan bimbingan Roh Kudus, bukan karena aku mengerti kebenaran. Memikirkan kembali antikristus Li, awalnya aku juga tidak melihat yang sebenarnya, atau tahu cara menangani dia. Yang membuatku berpikir adalah komentar seorang saudari, lalu Roh memberiku pencerahan. Begitulah aku punya ketajaman dan melihat dia adalah antikristus. Bukan tingkat pertumbuhanku sesungguhnya atau visiku tentang dia. Pada awalnya, aku juga tidak tahu ada apa dengan Saudari Luo, barulah saat persekutuan saudari lain mencerahkanku, aku memahami keadaan dia yang sebenarnya dan memecahkan masalahnya. Itu juga datang dari Roh Kudus. Itu semua bimbingan Tuhan. Tanpa masukan dari saudari itu, tanpa pencerahan Roh Kudus, aku tidak akan melihat atau memahami apa pun. Namun, aku tanpa malu mengeklaim semua pujian untuk semua itu, berpikir aku punya ketajaman dan begitu memahami kebenaran. Aku sangat sombong, sungguh. Aku tidak memahami pekerjaan Roh Kudus atau mengetahui tingkat pertumbuhanku sendiri. Aku salah arah, berpikir karena bisa melakukan beberapa hal, aku punya kenyataan kebenaran. Aku berpuas diri, hidup dalam keadaan bangga pada diri sendiri. Aku merebut semua pujian untuk pekerjaan Roh Kudus, persekutuan dan komentar bermanfaat dari saudara-saudari. Aku selalu berpikir aku bekerja dengan sangat baik, menjadi makin congkak, dan tidak tahu malu. Aku tidak bisa berhenti menyombong agar saudara-saudari mengagumiku. Aku berada di jalan melawan Tuhan, tanpa sadar menyinggung watak-Nya. Aku sangat menyedihkan dan bodoh. Kuncinya adalah membedakan antara pekerjaan Roh Kudus dan tingkat pertumbuhan sesungguhnya. Dengan begitu kita tidak akan menganggap pekerjaan Roh sebagai kenyataan kebenaran kita sendiri dan tidak akan berpuas diri. Setelah itu, aku menjadi lebih rendah hati. Dalam pertemuan, saat aku punya visi dan jalan penerapan untuk dibagikan, aku akan bersyukur atas bimbingan Tuhan. Aku berhenti berpikir itu pencapaianku, dan berhenti menyombong.

Namun, tidak lama kemudian, karena tidak punya pemahaman yang benar tentang natur rusakku, aku mulai menyombong lagi saat situasi yang tepat datang. Dalam rapat rekan kerja, Saudari Zhang berkata seorang pemimpin bernama Chen di sebuah gereja tidak membersihkan orang tidak percaya dan pelaku kejahatan, dan mereka adalah kerabat Chen. Saudari Zhang tidak yakin tentang Chen, dan tidak tahu cara menanganinya. Itu membuatku teringat firman Tuhan bahwa antikristus cenderung melakukan nepotisme, dan kulihat itulah yang direncanakan Chen. Jadi, aku menggunakan firman Tuhan untuk bersekutu dengan saudara-saudari tentang esensi perilaku Chen. Semua orang setuju, dan berkata dengan semangat bahwa itu pertemuan yang hebat dan membantu mereka memahami kebenaran untuk menyelesaikan masalah. Ini langsung merasuk ke kepalaku. Aku juga berpikir bahwa terakhir kali, aku secara akurat menyimpulkan bahwa Li adalah antikristus, dia punya esensi itu. Kali ini, aku mengenali masalah Chen, jadi kupikir aku benar-benar mengerti kebenaran. Kupikir jika aku mengunjungi setiap gereja dan berbagi persekutuan, saudara-saudari mungkin mendapatkan ketajaman. Setelah menyimpulkan ini, aku berada di awan lagi. Pada pertemuan hari berikutnya, aku mulai membicarakan ketajaman yang kumiliki atas orang-orang belakangan ini, dan betapa pentingnya punya pemimpin yang baik di gereja, hanya jika pemimpin bisa melakukan kerja nyata, kita bisa menyingkirkan orang-orang yang menimbulkan gangguan. Pada saat itu, aku sadar bahwa bicara seperti itu mungkin membuat orang lain berpikir aku menyombongkan ketajamanku, bahwa aku bisa melakukan pekerjaan nyata. Lalu, aku bergegas mengatakan mengenali antikristus ini adalah bimbingan Tuhan. Lalu, seorang saudara berkata, "Itu benar-benar bimbingan Tuhan, bukan pekerjaanmu." Aku tidak terlalu senang mendengarnya, dan tidak sepenuhnya setuju dengannya. Kupikir: Bagaimana itu bukan pekerjaanku? Tentu saja itu bimbingan Tuhan, tetapi aku juga punya bagian. Jika tidak, mengapa hanya aku yang melihat masalah Chen? Hanya aku yang menanggung beban, punya kualitas, itu sebabnya Tuhan mencerahkanku. Setelah pertemuan itu, perutku sangat sakit sehingga tidak bisa makan apa pun, dan malam itu aku demam tinggi. Aku sadar itu pendisiplinan Tuhan bagiku. Aku mulai menyombong, berpuas diri lagi beberapa hari terakhir. Aku segera datang ke hadapan Tuhan untuk merenungkan diri.

Lalu, aku membaca ini dalam firman-Nya: "Dalam proses melaksanakan tugasmu, apakah engkau dapat merasakan bimbingan Tuhan dan pencerahan Roh Kudus? (Ya.) Jika engkau dapat merasakan pekerjaan Roh Kudus dan tetap menganggap tinggi dirimu sendiri, dan merasa bahwa engkau memiliki kenyataan, lalu apa yang sedang terjadi di sini? (Ketika pelaksanaan tugas kami telah membuahkan sedikit hasil, kami perlahan-lahan mulai berpikir bahwa setengah dari pujian adalah milik Tuhan, dan setengahnya lagi adalah milik kami. Kami membesar-besarkan kerja sama kami sampai sejauh mungkin, dengan berpikir bahwa tidak ada yang lebih penting daripada kerja sama kami, dan bahwa pencerahan Tuhan tidak akan mungkin terjadi tanpa kerja sama kami.) Jadi, mengapa Tuhan mencerahkanmu? Bisakah Tuhan mencerahkan orang lain juga? (Ya.) Ketika Tuhan mencerahkan seseorang, ini adalah anugerah Tuhan. Dan apa istimewanya bagian kerja sama di pihakmu yang sedikit itu? Apakah kerja samamu yang sedikit itu adalah sesuatu yang membuatmu patut menerima pujian—atau apakah itu merupakan tugasmu, tanggung jawabmu? (Tugas dan tanggung jawab.) Ketika engkau menyadari bahwa itu adalah tugas dan tanggung jawab, inilah pola pikir yang benar, dan engkau tidak akan berpikir untuk menuntut pujian untuk itu. Jika apa yang selalu kauyakini adalah 'Ini adalah modalku. Mungkinkah pencerahan Tuhan terjadi tanpa kerja samaku? Ini membutuhkan kerja sama manusia; kerja sama manusia menyumbang sebagian besar dari hal ini', maka keyakinan ini keliru. Bagaimana mungkin engkau mampu bekerja sama jika Roh Kudus tidak mencerahkanmu, jika Tuhan tidak melakukan apa pun, dan jika tak seorang pun yang mempersekutukan prinsip-prinsip kebenaran kepadamu? Engkau juga pasti tidak tahu apa yang Tuhan tuntut; engkau bahkan tidak akan mengetahui jalan penerapannya. Sekalipun engkau ingin menaati Tuhan dan bekerja sama dalam pekerjaan Tuhan, engkau pasti tidak tahu caranya. Bukankah 'kerja sama'-mu ini adalah omong kosong? Tanpa kerja sama yang benar, engkau hanya bertindak menurut gagasanmu sendiri—dalam hal ini, dapatkah tugas yang kaulaksanakan memenuhi standar? (Tidak.) Tidak, dan ini menunjukkan adanya masalah. Masalah apa yang ditunjukkan oleh hal ini? Apa pun tugas yang seseorang lakukan, baik mencapai hasil untuk memuaskan Tuhan dan mendapatkan perkenanan-Nya maupun melakukan tugas mereka sesuai dengan standar, semua itu bergantung pada tindakan Tuhan. Jika engkau menjalankan tanggung jawabmu, jika engkau melakukan tugasmu, tetapi Tuhan tidak bertindak dan Tuhan tidak memberitahumu apa yang harus dilakukan, engkau tidak akan mengetahui jalan, arah, atau tujuanmu. Apa yang akhirnya dihasilkan dari semua itu? Itu akan menjadi upaya yang sia-sia, engkau tidak akan mendapatkan apa pun. Oleh sebab itu, melakukan tugasmu sesuai dengan standar dan mampu berdiri teguh di dalam rumah Tuhan, mendidik kerohanian saudara-saudari serta mendapatkan perkenanan Tuhan, semua itu sepenuhnya bergantung pada Tuhan! Manusia hanya dapat melakukan hal-hal yang secara pribadi mampu mereka lakukan, yang seharusnya mereka lakukan, dan yang sesuai dengan kemampuan hakiki mereka—tidak lebih dari itu. Oleh karena itu, hasil yang akhirnya dituai dari tugasmu ditentukan oleh bimbingan firman Tuhan dan pencerahan dari Roh Kudus, yang membuatmu mengerti jalan, tujuan, arah, dan prinsip yang disediakan oleh Tuhan" ("Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Ketika engkau didapatkan oleh Tuhan, engkau bukan saja mempunyai pekerjaan Roh Kudus; pada prinsipnya, engkau mampu hidup dalam tuntutan Tuhan yang praktis. Hanya memiliki pekerjaan Roh Kudus bukan berarti engkau memiliki hidup. Intinya adalah apakah engkau mampu bertindak seturut tuntutan Tuhan yang praktis bagimu, yang berkaitan dengan apakah engkau bisa didapatkan Tuhan. Inilah makna terbesar pekerjaan Tuhan yang praktis dalam daging" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Engkau Harus Tahu Bahwa Tuhan yang Praktis adalah Tuhan itu Sendiri"). Setelah membacanya, aku sangat malu. Aku bisa lihat apa pun yang kita capai dalam suatu tugas adalah berkat bimbingan Tuhan. Tanpa pencerahan-Nya, tanpa kebenaran yang Dia ungkapkan, sekeras apa pun kita bekerja, kita tidak akan menyelesaikan apa pun. Juga, menyelesaikan masalah apa pun yang muncul dalam pekerjaan adalah tugas pemimpin, itu tanggung jawab mereka. Tidak melakukannya adalah kegagalan, dan menyelesaikannya hanya melakukan pekerjaanmu. Tidak ada yang perlu dibanggakan. Namun, kupikir itu semua pencapaianku sendiri, jadi aku pamer, menyombongkan diri. Aku sangat tidak masuk akal. Bukankah kemampuanku mengenali antikristus sepenuhnya karena firman Tuhan? Tanpa Tuhan mengungkapkan kebenaran, menyingkap esensi dan perilaku mereka, sekeras apa pun aku bekerja atau memeras otak, aku tidak akan pernah mengenali antikristus. Aku sadar tidak punya apa-apa untuk dibanggakan. Bimbingan dan firman Tuhan-lah yang mengajariku jalan penerapan dan prinsip, agar aku tahu apa yang harus kulakukan. Jika tidak, aku tidak akan pernah memahami kebenaran dan mencapai apa pun. Namun, aku buta dan bodoh, serta tidak mengikuti firman Tuhan, justru mencoba mencuri kemuliaan Tuhan, menyombong untuk rasa kagum saudara-saudari. Lebih buruk lagi, saat seorang saudara berkata itu bimbingan Tuhan, bukan pekerjaanku, aku kesal, berpikir bahwa pekerjaanku sangat penting. Aku sangat congkak dan tidak masuk akal! Jalan yang kuambil adalah jalan antikristus melawan Tuhan. Aku juga salah mengira bahwa aku mendapatkan pekerjaan Roh Kudus karena memahami kebenaran, tetapi sekarang aku tahu punya pekerjaan Roh tidak berarti memiliki kebenaran atau hidup, tetapi kuncinya adalah apa seseorang bisa menerapkan firman Tuhan. Hanya menjalani dan hidup dengan firman Tuhan adalah sungguh memahami kebenaran dan memiliki kenyataannya. Aku telah lama memuji diri selama ini, selalu berpikir jika aku tidak bekerja sama, Roh Kudus tidak akan bekerja melalui aku, bahwa aku ikut berperan. Aku tanpa malu mencuri kemuliaan Tuhan, bagaimana mungkin orang yang congkak dan tidak masuk akal seperti aku punya kenyataan kebenaran? Aku selalu berpikir bisa mengenali antikristus, tetapi tidak punya kesadaran tentang jalanku menjadi antikristus. Aku begitu congkak dan bodoh. Aku lalu berdoa di hadapan Tuhan, "Ya Tuhan, aku tidak mengenal diriku dan telah mencuri kemuliaan-Mu. Aku berada di jalan melawan-Mu. Tolong selamatkan aku, Tuhan."

Setelah berdoa, aku membaca kutipan firman Tuhan ini: "Kata 'kemuliaan' tidak berlaku untuk manusia, tetapi hanya berlaku untuk Tuhan, untuk Sang Pencipta; kemuliaan tidak ada kaitannya dengan manusia. Manusia mungkin berupaya, dan mereka mungkin kooperatif, tetapi ini tetap berada di bawah bimbingan pekerjaan Roh Kudus; apa yang mampu mereka lakukan tanpa pekerjaan Roh Kudus? Hal yang sama berlaku untuk kata 'kesaksian': baik itu 'bersaksi' sebagai kata kerja maupun 'kesaksian' sebagai kata benda, tidak ada kaitannya dengan manusia yang diciptakan. Hanya Sang Pencipta yang layak untuk menjadi kesaksian manusia dan menjadi yang dipersaksikan; kesaksian ditentukan oleh identitas, status, dan esensi Tuhan, dan menjadi hak-Nya karena semua yang telah dilakukan oleh Tuhan, dan karena semua pengorbanan yang telah Dia lakukan. Apa yang mampu manusia lakukan sangatlah terbatas, dan tak lain adalah hasil dari dibimbing oleh pencerahan Roh Kudus. Natur manusia itu sedemikian rupa sampai-sampai begitu mereka memahami sedikit kebenaran, dan mampu melakukan beberapa pekerjaan, mereka pun menjadi kurang ajar. Tanpa penghakiman dan hajaran Tuhan, tak seorang pun yang mampu taat dan bersaksi tentang Tuhan. Karena mereka telah ditentukan oleh Tuhan dari semula untuk memiliki beberapa karunia atau kelebihan, atau mempelajari suatu profesi atau keterampilan, atau menjadi sedikit cerdas, orang menjadi sombong dan selalu berusaha menerima bagian dari kemuliaan dan kesaksian Tuhan—yang mana ini tidak rasional, bukan? Ini sama sekali tidak rasional; ini adalah contoh melampaui apa yang sepantasnya dan memandang diri mereka sebagai sesuatu selain dari siapa diri mereka yang sebenarnya. Kerendahhatian manusia bukan karena manusia telah merendahkan dirinya sendiri. Manusia pada dasarnya rendah dan hina. Kerendahhatian Tuhan adalah karena Dia merendahkan diri-Nya sendiri. Mengatakan seseorang itu rendah hati adalah sama dengan meninggikan orang itu, padahal sebenarnya manusia itu hina. Manusia selalu ingin bersaing dengan Tuhan. Ini membuat mereka memegang peran Iblis; ini adalah natur Iblis. Mereka benar-benar keturunan Iblis" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Satu)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Membaca ini sungguh mencerahkan. Tuhan adalah Pencipta yang menciptakan kita semua. Tuhan menjadi daging dan memberikan segalanya, hanya untuk menyelamatkan kita dari kuasa iblis. Dia telah melakukan pekerjaan yang luar biasa, tetapi sedikit pun tidak pernah pamer. Dia juga tidak merasa telah melakukan sesuatu yang begitu luar biasa atau terpuji, sebaliknya Dia rendah hati dan tersembunyi, diam-diam melakukan pekerjaan-Nya. Esensi Tuhan begitu indah, begitu pemurah. Hanya Tuhan yang layak mendapatkan kemuliaan, menerima pujian, dan penyembahan abadi kita. Aku hanya makhluk ciptaan, manusia yang rusak. Tuhan menganugerahiku bakat, kemampuan memahami firman-Nya sehingga aku bisa memahami kebenaran untuk memiliki visi. Itulah kasih karunia Tuhan. Aku mendapatkan begitu banyak dari Tuhan, tetapi tidak pernah bersaksi tentang Dia atau memuliakan Dia. Aku justru sangat congkak, berpikir aku luar biasa, dan ingin mencuri kemuliaan Tuhan, membawa saudara-saudari ke hadapanku. Aku sungguh tidak tahu malu. Namun, aku lalu sadar Iblis telah menanamkan watak iblis padaku, dan aku tidak punya kebenaran apa pun. Setiap pencapaian yang kubuat adalah berkat bimbingan Tuhan, jadi semua kemuliaan harus diberikan kepada-Nya, dan aku harus melakukan tugasku dari tempat makhluk ciptaan.

Setelah itu, aku bertanya kepada diriku, kenapa aku sangat tidak masuk akal? Aku membaca beberapa kutipan firman Tuhan yang membantuku memahami ini. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Kecongkakan adalah akar dari watak manusia yang rusak. Semakin congkak manusia, semakin besar kemungkinan mereka untuk menentang Tuhan. Seberapa seriuskah masalah ini? Orang yang memiliki watak yang congkak tidak hanya menganggap orang lain berada di bawah mereka, tetapi, yang terburuk dari semuanya, mereka bahkan bersikap merendahkan Tuhan. Meskipun, secara lahiriah, beberapa orang mungkin tampak percaya kepada Tuhan dan mengikuti Dia, mereka sama sekali tidak memperlakukan-Nya sebagai Tuhan. Mereka selalu merasa bahwa mereka memiliki kebenaran dan menganggap diri mereka hebat. Inilah esensi dan akar dari watak yang congkak, dan itu berasal dari Iblis. Karena itu, masalah kecongkakan harus diselesaikan. Merasa bahwa seseorang lebih baik daripada yang lain—itu adalah masalah sepele. Masalah seriusnya adalah bahwa sikap congkak seseorang menghalangi orang tersebut untuk tunduk kepada Tuhan, pada pemerintahan-Nya, dan pengaturan-Nya; orang seperti itu selalu merasa ingin bersaing dengan Tuhan untuk mendapatkan kekuasaan atas orang lain. Orang seperti ini tidak sedikit pun menghormati Tuhan, apalagi mengasihi Tuhan atau tunduk kepada-Nya. Orang-orang yang congkak dan sombong, terutama mereka yang begitu congkak sampai kehilangan akalnya, tidak mampu tunduk kepada Tuhan dalam kepercayaan mereka kepada-Nya, dan bahkan meninggikan serta memberikan kesaksian tentang diri mereka sendiri. Orang-orang semacam itulah yang paling menentang Tuhan. Jika orang-orang ingin sampai pada titik di mana mereka menghormati Tuhan, mereka harus terlebih dahulu menyelesaikan masalah watak mereka yang congkak. Semakin teliti engkau menyelesaikan masalah watakmu yang congkak, semakin engkau akan memiliki rasa hormat kepada Tuhan, dan baru setelah itulah engkau mampu tunduk kepada-Nya dan mampu mendapatkan kebenaran dan mengenal Dia" (persekutuan Tuhan). "Sebaiknya engkau semua mencurahkan lebih banyak upaya untuk mengetahui kebenaran tentang mengenal dirimu sendiri. Mengapa engkau semua tidak berkenan bagi Tuhan? Mengapa watakmu adalah kejijikan bagi-Nya? Mengapa perkataanmu membangkitkan kebencian-Nya? Begitu engkau semua telah menunjukkan sedikit kesetiaan, engkau memuji dirimu sendiri dan menuntut upah untuk sumbangsih kecilmu; engkau memandang rendah orang lain ketika mampu memperlihatkan sedikit ketaatan, dan menjadi sombong di hadapan Tuhan setelah menyelesaikan tugas kecil. Karena menyambut Tuhan, engkau semua meminta uang, hadiah, dan pujian. Hatimu sakit ketika memberikan satu atau dua koin; lalu ketika memberi sepuluh koin, engkau semua berharap mendapat berkat dan diistimewakan dari yang lain. Kemanusiaan seperti itu benar-benar menjijikkan untuk dibicarakan atau didengarkan. Adakah yang layak dipuji dari perkataan dan tindakanmu? Mereka yang melakukan tugasnya dan yang tidak; mereka yang memimpin dan yang mengikuti; mereka yang menyambut Tuhan dan yang tidak; mereka yang memberi sumbangan dan yang tidak; mereka yang berkhotbah dan yang menerima firman, dan seterusnya: manusia-manusia seperti itu semuanya mencari pujian bagi diri mereka sendiri. Tidakkah menurutmu ini menggelikan? Sekalipun mengetahui sepenuhnya bahwa engkau percaya kepada Tuhan, engkau tidak dapat hidup sesuai dengan Tuhan. Sekalipun mengetahui sepenuhnya bahwa engkau sama sekali tidak layak, engkau tetap saja menyombong. Tidakkah engkau semua merasa bahwa akalmu sudah tumpul sedemikian rupa sampai-sampai engkau tidak lagi punya pengendalian diri?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mereka yang Tidak Sesuai dengan Kristus Pasti Merupakan Lawan Tuhan"). Firman Tuhan menyingkapkan akar dari kesombongan manusia. Ini terutama berasal dari natur congkak, dari tidak mengenal diri sendiri. Saat sedikit berhasil dalam pekerjaanku, aku tak bisa menahan berbangga dan menyombong tanpa mengenali diri sendiri. Aku menyelesaikan beberapa hal dan sepenuhnya kehilangan diriku, tidak memikirkan Tuhan sama sekali. Kupikir semua pencapaianku adalah milikku sendiri, dan tanpa malu mengakui pekerjaan Tuhan agar orang lain memujiku. Kupikir aku punya kenyataan kebenaran, dan punya ide luar biasa untuk pergi ke setiap gereja agar semua orang bisa belajar kebenaran dariku. Kulihat diriku kini sangat congkak. Aku sama sekali tidak mengenal diriku, tidak mengetahui esensiku sendiri atau siapa aku, justru melihat diriku sebagai sumber kebenaran. Bukankah aku mencoba mengambil tempat Tuhan dalam kata-kata dan tindakanku, bertindak sebagai Tuhan? Makin merenungkan diri, makin aku takut dengan perilaku yang kutunjukkan. Ini sangat menyinggung Tuhan. Itu keadaan yang sangat berbahaya. Aku tidak pernah menganggap menyombong sebagai masalah besar, tetapi kini kulihat, itu cara untuk menyesatkan dan mengendalikan orang, itu jalan antikristus. Jika bukan karena pendisiplinan langsung dari Tuhan, entah sampai mana dampak dari kecongkakanku. Lalu, sudah terlambat untuk bertobat dari kejahatan apa pun yang kulakukan. Setelah menyadari semua ini, aku merasa takut dan jijik dengan natur congkakku. Aku juga memohon kepada Tuhan, meminta-Nya membimbingku untuk benar-benar bertobat dan berperilaku dengan hati-hati.

Lalu, aku membaca ini dalam firman Tuhan: "Di mata Tuhan, engkau akan selamanya menjadi makhluk kecil, dan sehebat apa pun keterampilan dan kemampuanmu, sebanyak apa pun karunia yang engkau miliki, engkau, dalam keseluruhan dirimu, berada di bawah kekuasaan Sang Pencipta. ... Sebagai salah satu makhluk ciptaan, manusia harus berperilaku sesuai dengan statusnya sendiri, dan berperilaku dengan penuh tanggung jawab. Dengan patuh menjaga apa yang dipercayakan kepadamu oleh Sang Pencipta. Jangan bertindak di luar batas, atau melakukan hal-hal di luar jangkauan kemampuanmu atau yang menjijikkan bagi Tuhan. Jangan berusaha menjadi orang hebat, atau menjadi manusia super, atau berada di atas orang lain, jangan berusaha menjadi Tuhan. Ini adalah hal-hal yang seharusnya tidak diinginkan oleh orang. Berusaha menjadi orang hebat atau manusia super itu tidak masuk akal. Berusaha untuk menjadi Tuhan lebih memalukan lagi; itu hal yang menjijikkan, dan tercela. Apa yang patut dipuji, dan apa yang harus terus dilakukan oleh makhluk ciptaan lebih dari apa pun, adalah menjadi makhluk ciptaan yang sejati; ini adalah satu-satunya tujuan yang harus dikejar oleh semua orang" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I"). Firman Tuhan memberiku jalan penerapan. Aku hanya orang biasa, apa pun bakat yang Tuhan anugerahkan atau apa pun yang kucapai dalam tugasku, aku hanyalah makhluk ciptaan di hadapan Tuhan. Identitas dan statusku tidak akan pernah berubah. Aku tidak boleh punya ambisi atau hasrat, aku harus tahu tempatku dan melakukan tugasku. Menyadari ini sangat melegakan, dan aku tahu jalanku ke depan.

Dalam pertemuan kami setelah itu, saat menyelesaikan masalah orang, saat mendapat keberhasilan, aku tidak mengakui itu karena kemampuanku, dan sebaliknya memberikan semua kemuliaan kepada Tuhan. Suatu saat, ketika mendiskusikan pekerjaan dengan seorang saudari, aku memberinya saran khusus dan melihat dia mendengarkanku dengan cermat. Aku bertanya-tanya apa dia mengagumiku, berpikir aku mengerti kebenaran dan bisa memecahkan masalah. Namun, aku lalu sadar aku bisa berbagi jalan penerapan adalah berkat pencerahan Tuhan. Itu juga tugasku sebagai pemimpin, dan tidak ada yang perlu dibanggakan. Segala kemuliaan harus ditujukan kepada Tuhan. Setelah itu, aku menyesuaikan pola pikirku dan berfokus pada persekutuan dengan dia untuk mengatasi masalahnya, berusaha melakukan tugasku dengan baik. Setelah itu, aku merasa jauh lebih baik. Memiliki pemahaman dan perubahan ini adalah sepenuhnya berkat penghakiman dan hajaran firman Tuhan. Kemuliaan bagi Tuhan Yang Mahakuasa!

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Sadarnya Pemimpin Palsu

Oleh Saudara Yang Fan, Tiongkok Pada tahun 2019, aku memulai tugasku sebagai pemimpin, aku tahu Tuhan mengangkatku, dan aku bersumpah akan...