Bagaimana Aku Dibebaskan dari Kecongkakan
Pada Juni 2019, aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Setahun kemudian, aku memulai tugasku sebagai pemimpin gereja. Aku bersyukur kepada Tuhan karena memberiku kesempatan ini untuk berlatih, jadi dengan senang hati kuabdikan diriku ke dalam tugasku, menindaklanjuti dan memahami pekerjaan, dan menyelesaikan masalah yang dihadapi saudara-saudariku. Beberapa waktu kemudian, kebanyakan pendatang baru menghadiri pertemuan secara normal, mereka mengabarkan Injil dan melaksanakan tugas mereka. Pekerjaanku yang lain juga membuahkan beberapa hasil, dan mau tak mau aku merasa sedikit bangga. Kupikir, "Tak butuh waktu lama dalam tugas kepemimpinanku untuk menyelesaikan beberapa masalah nyata, dan saudara-saudari menghormatiku. Aku harus menjadi jauh lebih baik daripada pemimpin sebelumnya."
Setelah satu pertemuan, seorang saudari berkata bahwa dia masih tidak memahami prinsip-prinsip menerima orang ke dalam gereja dan meminta persekutuanku. Saudari Zhang, rekan sekerjaku, juga ingin mendengarkan, jadi aku mempersekutukan prinsip-prinsip yang relevan secara rinci dan menekankan beberapa hal penting. Setelah persekutuan, aku mendengar sebagian besar saudara-saudari mengatakan bahwa mereka memahami, yang membuatku sangat bahagia dan membuatku merasa masalah ini mudah kuselesaikan. Lambat laun, aku mulai menjadi congkak. Ketika memeriksa pekerjaan orang lain, aku melihat beberapa pemimpin tim tidak memahami situasi di tim mereka dan menunda-nunda tugas, dan aku menjadi sangat jengkel, jadi kumarahi mereka, dan tidak mau bersekutu dengan mereka. Ketika melihat bahwa beberapa dari mereka merasa terkekang olehku, pada awalnya, aku merasa sedikit bersalah ketika menyadari bahwa aku sedang memperlihatkan kemarahanku, tetapi kemudian kupikir, "Aku bekerja untuk gereja, dan aku tidak dapat mencapai hasil jika aku tidak bersikap ketat." Setelah itu, aku tidak merenungkan diriku sendiri, dan masalah itu berlalu.
Sebelum pertemuan penginjilan, aku bertemu dengan para pemimpin kelompok penyiraman untuk membahas isi pertemuan. Aku terlebih dahulu meminta mereka untuk mengemukakan pandangan mereka, tetapi setelah sekian lama, tak seorang pun yang berbicara, dan hanya satu saudari yang bersekutu sedikit. Pada waktu itu, aku sangat marah. Kupikir mereka sangat tidak berguna sehingga bahkan tidak mampu memberitahukan isi pertemuan, dan aku mau marah terhadap mereka, tetapi takut akan memengaruhi pertemuan malam itu, jadi aku berdoa kepada Tuhan untuk memadamkan amarahku. Kupikir, "Tak seorang pun dari mereka yang punya pendapat, jadi aku akan bersekutu terlebih dahulu. Di pertemuan, jika semua orang bersekutu berdasarkan gagasanku, kita seharusnya bisa mencapai beberapa hasil." Dengan pemikiran ini, dengan tenang aku mempersekutukan pemikiranku dengan mereka secara mendetail. Aku mengatakan pertemuan ini berkisar pada beberapa aspek kebenaran, jadi mereka harus mempersekutukan A terlebih dahulu, dan baru B. Namun, aku menambahkan, "Jika menurut kalian apa yang kukatakan sesuai, silakan gunakan, tetapi jika kalian punya gagasan yang lebih baik, silakan bersekutu sesuai gagasan kalian." Namun dalam pertemuan itu, aku melihat bahwa beberapa saudari tidak berbicara seperti yang kuinstruksikan, dan yang lainnya sama sekali tidak bersekutu. Aku sangat marah dan ingin meluapkannya, tetapi aku takut para pendatang baru di pertemuan itu akan merasa terkekang, jadi aku menahan emosiku. Setelah pertemuan, kami tidak mencapai hasil yang diharapkan, dan aku merasa sangat sedih. Setelah pertemuan selesai, aku berkata, "Bagaimana perasaan kalian tentang hasil pertemuan malam ini? Sampaikan masalah atau kekurangan apa yang kalian lihat." Seorang saudari berkata bahwa dia tidak bisa cukup tenang untuk bersekutu, beberapa saudari mengatakan pertemuan itu terlalu singkat, dan yang lainnya hanya mengikuti, mengatakan tidak ada cukup waktu.... Setelah mendengarnya, kemarahanku kembali muncul. Kupikir, "Aku mau dengan tenang membahas kekurangan bersama kalian, tetapi kalian bukan hanya tidak merenungkan masalah kalian, kalian juga mencari-cari alasan. Aku benar-benar harus memberi kalian pelajaran." Setelah itu, aku mengirimi mereka satu bagian firman Tuhan dan menggunakannya untuk menangani mereka. Aku mengatakan mereka sangat pasif ketika membahas isi pertemuan dan membuat-buat alasan serta tidak merenungkan diri mereka sendiri ketika pertemuan tidak berjalan dengan baik. Tak seorang pun dari saudara-saudari yang berani bicara. Setelah itu, aku merenungkan apakah perkataanku terlalu keras atau tidak. Menangani saudara-saudari seperti itu tidaklah tepat. Namun kemudian kupikir, "Aku melakukan ini untuk membantu mereka mengenal diri mereka sendiri." Aku merasa telah melakukan hal yang benar dan tidak merenungkan masalahku sendiri. Setelah itu, aku melapor ke pemimpinku bahwa para penyiram memiliki kualitas yang rendah dan tidak punya rasa tanggung jawab dalam tugas mereka. Aku ingin dia mengirimiku para penyiram yang baik dan bahkan ingin menyingkirkan satu saudari. Namun, pemimpinku bersekutu denganku, berkata, "Mereka belum lama percaya kepada Tuhan dan memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah. Kita tidak bisa menuntut terlalu banyak, dan harus bersekutu dan membantu mereka." Dia juga mengatakan ada banyak pendatang baru yang belakangan ini telah menerima pekerjaan baru Tuhan, jadi mereka tidak bisa memberikan penyiram untukku. Setelah mendengar hal ini, aku dengan enggan menerimanya.
Belakangan, aku mengetahui bahwa Saudari Zhang, rekan sekerjaku, tidak banyak berbicara kepadaku tentang pekerjaan. Dia sama sekali tidak suka memberitahuku tentang masalah apa pun di tempat kerja, dan beberapa kali di pertemuan rekan sekerja, beberapa diaken tidak bersekutu secara aktif, yang membuatku frustrasi. Hanya beberapa hari kemudian, pemimpinku menunjukkan masalahku, berkata, "Saudari Zhang melaporkan bahwa kau cenderung menegur dan menangani orang di pertemuan. Persekutuan seperti ini membuat orang merasa terkekang, jadi kau harus merenungkan masalah ini dengan benar...." Kupikir, "Aku sedang menunjukkan masalah mereka. Mereka tidak mengenal diri sendiri, dan kini mengatakan bahwa mereka merasa terkekang, padahal aku tak pernah membuat mereka merasa terkekang. Jika mereka merasa terkekang, itu masalah mereka." Belakangan, aku juga merasa bersalah, dan menyadari aku telah memperlihatkan kerusakan saat bekerja sama dengan saudara-saudariku, yang membuat mereka merasa terkekang. Aku menemui Saudari Zhang untuk membuka diri dan bersekutu, dan aku berkata, "Aku adalah orang yang bicara terus terang dan sering mudah marah. Terkadang, aku tidak memperlakukan kerusakan dan kekurangan saudara-saudariku dengan benar, dan berbicara dengan sangat kasar kepada orang, yang membuat mereka merasa terkekang." Aku terkejut ketika Saudari Zhang berkata, "Kurasa kau congkak, merasa diri benar, memiliki watak yang buruk, dan suka merendahkan serta menegur orang lain." Aku tercengang ketika mendengar hal itu. Kupikir, "Kuakui aku congkak, tetapi aku tentu saja tidak merendahkan seorang pun di antara kalian! Aku baru saja membuka diri dan bersekutu denganmu, tetapi kau tidak mengenal dirimu sendiri, dan sekarang kau menggali masalahku." Aku tidak bisa menerimanya, jadi aku juga menunjukkan beberapa masalah dia dalam tugasnya. Aku terkejut ketika Saudari Zhang segera menerima apa yang kukatakan. Aku merasa malu, dan juga sedikit gelisah, jadi aku berdoa kepada Tuhan berkata, "Tuhan, aku tahu masalah ini adalah bagian dari pengaturan dan penataan-Mu. Saudariku menunjukkan masalahku, tetapi aku tak mampu mengakui atau menerimanya. Tuhan, kumohon cerahkan aku dan tolong aku merenungkan diriku sendiri."
Setelah itu, berdasarkan ucapan Saudari Zhang yang mengatakan aku congkak, merasa diri benar, dan merendahkan orang, aku merenung, tetapi setelah merenungkannya selama tiga hari, aku tetap tidak mampu memahaminya. Aku menemui Saudari Zhang dan memintanya untuk menjelaskannya kepadaku. Dia berkata, "Pada pertemuan sebelumnya, di akhir pertemuan, kau tidak bertanya kepada kami masalah spesifik apa yang sedang kami hadapi, kau tiba-tiba begitu saja menangani kami." Kupikir, "Hanya karena satu peristiwa ini, kau bilang aku congkak dan suka merendahkan orang lain?" Aku menjelaskan, "Aku punya alasan untuk menangani kalian. Awalnya, aku ingin membahas kekurangan. Aku hanya kehilangan kesabaranku ketika kulihat tak seorang pun dari antaramu yang mengenal dirimu sendiri." Kupikir Saudari Zhang akan mengerti, tetapi dia segera berkata, "Kurasa kau terlalu congkak. Kau menganggap gagasanmu sendiri sebagai kebenaran dan menuntut agar semua orang mendengarkanmu." Ketika mendengarnya mengatakan hal ini, aku hanya merasa bingung. Kupikir aku salah dengar, jadi aku bertanya lagi untuk mengonfirmasi, dan dia memberitahuku dengan sangat jelas, "Benar." Aku mulai merasa takut dan kupikir, "Yang dia katakan hanyalah omong kosong! Beraninya aku menganggap gagasanku sendiri sebagai kebenaran? Aku tak pernah berpikir seperti itu." Namun, aku tahu maksud baik Tuhan ada di balik aku ditangani seperti ini, jadi aku segera berdoa kepada Tuhan dan memohon agar Dia mencerahkanku sehingga aku dapat merenung dan mengenal diriku sendiri.
Kemudian, selama perenunganku, aku membaca dua bagian firman Tuhan. "Ada orang-orang yang mengatakan bahwa mereka tidak memiliki watak yang rusak, bahwa mereka tidak congkak. Orang macam apakah ini? Ini adalah orang tidak berakal, dan mereka juga adalah orang yang paling bodoh dan paling congkak dari semuanya. Sebenarnya, mereka lebih congkak dan memberontak daripada siapa pun; semakin orang mengatakan diri mereka tidak rusak, semakin mereka congkak dan merasa dirinya benar. Mengapa orang lain mampu mengenal diri mereka sendiri dan menerima penghakiman Tuhan, sedangkan engkau tidak mampu? Apakah engkau adalah pengecualian? Apakah engkau orang kudus? Apakah engkau hidup sendirian tanpa interaksi dengan orang lain? Engkau tidak mengakui bahwa umat manusia telah dirusak oleh Iblis, bahwa manusia memiliki watak yang rusak, dan karenanya, engkau adalah orang yang paling memberontak dan congkak dari semuanya" ("Natur Manusia yang Congkak adalah Akar dari Perlawanannya kepada Tuhan" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Aku telah mendapati bahwa banyak pemimpin hanya mampu menguliahi orang, mereka hanya mampu berkhotbah kepada orang dari posisi yang tinggi dan tak mampu menyampaikan kepada mereka pada tingkat yang sama; mereka tak mampu berinteraksi dengan orang secara normal. Sebagian orang, ketika berbicara, selalu saja seperti sedang berpidato atau membuat laporan; perkataan mereka hanya diarahkan pada keadaan orang lain, dan mereka sendiri tidak pernah membuka diri, mereka tidak pernah menganalisis watak rusak mereka sendiri, melainkan hanya menganalisis masalah orang lain untuk diketahui orang lain. Dan mengapa mereka melakukan hal ini? Mengapa mereka cenderung berkhotbah seperti itu, mengatakan hal-hal seperti itu? Ini adalah bukti bahwa mereka tidak mengenal diri mereka sendiri, bahwa mereka terlalu tidak berakal, terlalu congkak dan sombong. Mereka berpikir bahwa kemampuan mereka untuk mengenali watak rusak orang lain membuktikan bahwa mereka lebih unggul, bahwa mereka lebih baik daripada orang lain dalam hal mengenali orang dan berbagai hal, bahwa mereka lebih tidak rusak dibandingkan orang lain. Hanya mampu menganalisis dan menguliahi orang lain, tetapi tak mampu membuka diri, tidak menyingkapkan atau menganalisis watak rusak mereka sendiri, tidak memperlihatkan diri mereka yang sebenarnya, tidak mengatakan apa pun tentang motivasi mereka sendiri, hanya menguliahi orang lain karena melakukan hal yang salah—inilah yang dimaksud dengan membesar-besarkan dan meninggikan diri sendiri" ("Pembahasan Tentang Ketetapan Administratif Tuhan pada Zaman Kerajaan" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan menyingkapkan keadaanku yang sebenarnya. Seluruh umat manusia telah dirusak Iblis dan penuh dengan watak jahat. Aku tentu saja tidak hidup dalam ruang kosong. Aku juga telah dirusak Iblis. Bagaimana mungkin aku tidak memiliki watak yang congkak? Penanganan saudariku terhadapku karena bersikap congkak dan merendahkan berasal dari Tuhan. Namun, aku benar-benar berpikir dia berbicara terlalu keras ketika menanganiku. Aku sangat tidak peka sehingga sama sekali tidak mengenal diriku sendiri. Firman Tuhan mengatakan bahwa jika para pemimpin tidak mampu mempersekutukan kebenaran, membekali orang lain, menganalisis, atau mengenal diri mereka sendiri, tetapi menegur, merendahkan orang lain saat berkhotbah, dan selalu berpikir mereka lebih baik daripada orang lain, artinya mereka adalah orang yang paling congkak dan memberontak. Aku menyadari inilah caraku berperilaku dalam tugasku. Ketika pekerjaan yang menjadi tanggung jawabku berhasil, atau saudara-saudariku menyetujuiku, aku mulai menghargai diriku sendiri dan merasa lebih baik daripada saudara-saudariku. Ketika melihat mereka melakukan sesuatu dengan lamban, kupikir mereka tidak terbeban, jadi aku kehilangan kesabaran, menegur dan menyalahkan mereka, merasa mereka sangat buruk, dan ingin menyingkirkan saudariku yang kupikir punya kualitas yang buruk bahkan tanpa melihat apakah dia efektif atau tidak dalam tugasnya. Ketika kami membahas isi pertemuan, saudara-saudariku diam, tetapi bukannya bertanya tentang kesulitan mereka, aku memaksa mereka untuk bersekutu dengan cara tertentu, yang membuat mereka merasa terkekang. Selama pertemuan, ketika mereka tidak bersekutu sesuai dengan gagasanku, aku mau marah dan menangani mereka. Ketika aku menunjukkan masalah mereka, tetapi mereka tidak mengenalinya, aku memandang rendah dan meremehkan mereka di dalam hatiku, dan bahkan menangani mereka dengan keras. Aku sama sekali tidak mempertimbangkan apakah tingkat pertumbuhan mereka mampu menerimanya. Kemudian, pemimpinku memberitahuku bahwa Saudari Zhang merasa dikekang olehku dan memintaku untuk merenung, tetapi aku tidak menganggapnya serius, dan berpikir aku menangani Saudari Zhang untuk membantunya lebih mengenal dirinya sendiri. Aku ingat Saudari Zhang pernah memberitahuku ada pendatang baru yang tidak berani bersekutu saat aku hadir di pertemuan. Pada waktu itu, aku tidak memikirkan hal itu. Baru sekarang aku menyadari semua saudara-saudariku merasa terkekang olehku, tetapi aku tidak mengetahui masalahku, dan aku membenci mereka karena tidak terbeban. Aku benar-benar sangat congkak! Aku tidak memperlakukan saudara-saudari dengan setara, juga tidak berusaha memahami atau mempertimbangkan kesulitan dan kekurangan mereka. Sebaliknya, aku menegur mereka dengan sikap merendahkan. Ketika Tuhan memakai saudara-saudariku untuk memangkas, menangani, dan menyadarkanku, aku sama sekali tidak mengenal diriku sendiri dan berusaha membela dan menjelaskan diriku sendiri. Kupikir aku hanya bicara terus terang dan memiliki temperamen yang buruk. Aku tak mau mengakui bahwa aku sedang merendahkan dan menegur orang. Aku selalu menuntut orang lain untuk mengenal diri mereka sendiri, tetapi tidak merenungkan kerusakanku sendiri. Kupikir aku selalu benar dan itu adalah kesalahan orang lain. Aku sangat congkak dan tidak rasional. Baru pada saat itulah aku memahami belas kasihan dan toleransi Tuhan bagiku. Tuhan memakai Saudari Zhang untuk menunjukkan masalahku berkali-kali, untuk membuatku mengenal diriku sendiri, kemudian mengakui dosa-dosaku dan bertobat.
Kemudian, aku membaca bagian lain firman Tuhan. "Jika, di dalam hatimu, engkau benar-benar memahami kebenaran, engkau akan tahu bagaimana menerapkan kebenaran dan menaati Tuhan, dan secara alami engkau akan mampu memulai jalan mengejar kebenaran. Jika jalan yang kautempuh adalah jalan yang benar dan sesuai dengan kehendak Tuhan, maka pekerjaan Roh Kudus tidak akan meninggalkanmu—dan dengan demikian akan semakin kecil kemungkinan engkau mengkhianati Tuhan. Tanpa kebenaran, akan mudah bagimu untuk melakukan kejahatan, dan engkau akan melakukannya meskipun engkau sendiri tidak mau. Misalnya, jika engkau memiliki watak yang congkak dan sombong, maka diberitahu untuk tidak menentang Tuhan tidak ada bedanya, engkau tidak mampu menahan diri, itu berada di luar kendalimu. Engkau tidak akan melakukannya dengan sengaja; engkau akan melakukannya di bawah dominasi naturmu yang congkak dan sombong. Kecongkakan dan kesombonganmu akan membuatmu memandang rendah Tuhan dan menganggap-Nya tak berarti; itu akan mengakibatkanmu meninggikan diri sendiri, membuatmu selalu menonjolkan diri; itu akan membuatmu memandang rendah orang lain dan hanya memikirkan dirimu sendiri; itu akan membuatmu menganggap dirimu lebih hebat daripada orang lain dan Tuhan, dan akhirnya menyebabkanmu mengambil posisi Tuhan dan menuntut agar orang tunduk kepadamu, memuja pemikiran, ide, dan gagasanmu sebagai kebenaran. Lihatlah betapa banyak kejahatan yang dilakukan manusia di bawah dominasi natur mereka yang congkak dan sombong!" ("Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Dari firman Tuhan aku memahami bahwa orang-orang yang memiliki natur yang congkak dan merasa dirinya benar meninggikan diri sendiri, meremehkan orang lain, dan berpikir mereka selalu benar. Mereka bahkan memperlakukan gagasan mereka sebagai kebenaran dan mampu melakukan kejahatan atau menentang Tuhan setiap saat. Aku merenungkan interaksiku sebelumnya dengan orang lain: aku tak pernah menceritakan pengalamanku sendiri atau menganalisis kerusakanku sendiri untuk membantu mereka mengenal diri mereka sendiri. Sebaliknya dengan sikap merendahkan, aku menganalisis dan menyingkapkan mereka. Ketika mereka tidak paham, aku marah, meremehkan, dan menangani mereka, membuat mereka merasa terkekang. Mereka tidak berani memberitahuku jika mereka memiliki masalah yang menghambat tugas mereka dan memengaruhi keefektifan kehidupan bergereja. Semua ini disebabkan oleh naturku yang congkak. Aku merenungkan bagaimana Tuhan mengungkapkan kebenaran untuk membekali manusia dan menyingkapkan kerusakan kita. Tuhan tidak pernah memaksa kita untuk menerima atau menerapkannya. Sebaliknya, Dia dengan sabar membimbing manusia dan mengatur jalan bagi mereka untuk mengalami firman dan pekerjaan-Nya. Melalui pengalaman, manusia secara berangsur mulai mengenal diri mereka sendiri, menerapkan kebenaran, dan bertumbuh dalam hidup. Tuhan juga memiliki prinsip dalam memperlakukan manusia. Tuhan memperlakukan manusia dengan adil berdasarkan status dan tingkat pertumbuhan mereka. Dia tidak menuntut lebih daripada yang mampu kita lakukan. Dia tidak menghormati atau memandang rendah kita. Aku tak lain hanyalah makhluk ciptaan yang sangat kecil, tetapi hanya karena mampu menyampaikan pemahaman dalam persekutuan, aku menuntut orang untuk mendengarkanku. Aku tidak memperhitungkan berbagai keadaan orang, dan aku memiliki tuntutan yang tinggi terhadap semua orang. Ketika orang tidak mampu mencapai standarku, aku memandang rendah, meremehkan, dan bahkan ingin menyingkirkan orang. Aku merenungkan esensi dari apa yang telah kulakukan. Aku telah memperlakukan gagasanku seperti kebenaran, bersikeras menganggap sudut pandangku benar kapan pun dan di mana pun dan membuat saudara-saudari mendengarkanku. Aku sama sekali tidak melakukan tugasku. Bukankah aku menentang Tuhan? Aku tidak tahu bahwa aku dikendalikan oleh naturku yang congkak dan merasa diri benar dan aku melakukan hal-hal jahat yang menentang Tuhan dan merugikan saudara-saudariku. Aku sangat buruk dan pantas dihukum oleh Tuhan! Begitu aku menyadari hal ini, aku sangat bersyukur kepada Tuhan karena telah melindungiku. Melalui nasihat saudariku, aku dapat merenungkan diriku tepat waktu dan tidak tersesat. Kini baru aku sadar bahwa aku tidak memiliki kenyataan kebenaran. Aku tetap dapat menganggap pandangan dan pemahamanku sendiri sebagai kebenaran, memaksa saudara-saudari mendengarkanku. Aku terlalu congkak dan sama sekali tidak mengenal diriku sendiri.
Kemudian, seorang saudari mengirimiku satu bagian firman Tuhan. Itu ada di bagian pertama dari "Hanya Mereka yang Memiliki Kenyataan Kebenaran yang Dapat Memimpin". "Sebagai pemimpin atau pekerja gereja, jika engkau harus memimpin umat pilihan Tuhan untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran dan memberi kesaksian yang benar tentang Tuhan, yang terpenting adalah membimbing orang-orang untuk meluangkan waktu lebih banyak membaca firman Tuhan dan mempersekutukan kebenaran sehingga umat pilihan Tuhan dapat memiliki pemahaman yang semakin dalam tentang tujuan Tuhan dalam menyelamatkan manusia dan tujuan pekerjaan Tuhan, serta dapat memahami kehendak Tuhan dan berbagai tuntutan-Nya terhadap manusia sehingga memampukan mereka untuk memahami kebenaran. ... Dapatkah engkau membuat orang memahami kebenaran dan memasuki kenyataannya jika engkau hanya menangani dan menguliahi mereka? Jika kebenaran yang kaupersekutukan tidak nyata, jika itu hanyalah perkataan doktrin, maka sebanyak apa pun engkau menangani dan menguliahi mereka, itu akan sia-sia. Apakah menurutmu jika orang-orang takut kepadamu, dan melakukan apa yang kauperintahkan, serta tidak berani menentangmu, itu sama artinya mereka memahami kebenaran dan bersikap taat? Ini adalah kekeliruan besar; jalan masuk ke dalam kehidupan tidaklah sesederhana itu. Beberapa pemimpin bersikap seperti manajer baru yang berusaha membuat diri mereka terkesan kuat, mereka berusaha memaksakan otoritas baru mereka terhadap umat pilihan Tuhan sehingga semua orang tunduk kepada mereka, berpikir bahwa ini akan membuat pekerjaan mereka lebih mudah. Jika engkau tidak memiliki kenyataan kebenaran, maka dengan segera dirimu yang sebenarnya akan tersingkap, tingkat pertumbuhanmu yang sesungguhnya akan tersingkap, dan engkau akan disingkirkan. Dalam beberapa pekerjaan administratif, sedikit penanganan, pemangkasan, dan pendisiplinan dapat diterima. Namun, jika engkau tak mampu membekali orang dengan kebenaran—jika engkau hanya mampu menguliahi orang, dan yang kaulakukan hanyalah marah secara tiba-tiba—ini adalah watak rusakmu yang tersingkap dengan sendirinya, dan engkau telah memperlihatkan wajah buruk kerusakanmu. Seiring berjalannya waktu, umat pilihan Tuhan tidak akan dapat menerima perbekalan kehidupan darimu, mereka tidak akan mendapatkan sesuatu yang nyata, dan karenanya akan merasa muak dan jijik terhadapmu, dan akan menjauhimu" (Pembicaraan Kristus Akhir Zaman). Sebagai pemimpin, Tuhan mengajari kita untuk belajar mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan masalah dan membimbing orang untuk memahami kebenaran, tidak menegur dan menangani orang di setiap kesempatan, memperlihatkan kelebihan kita, dan membuat orang lain takut kepada kita. Ini adalah tindakan pemimpin palsu. Tuhan meninggikanku dengan tugas kepemimpinan, tetapi bukan hanya tidak melakukan pekerjaan nyata, aku juga tidak memberikan manfaat yang berarti bagi jalan masuk kehidupan saudara-saudari, dan selalu dengan membabi buta menegur dan menangani saudara-saudariku, menyebabkan mereka merasa dikekang olehku, takut kepadaku, dan menghindariku. Aku teringat pemimpin palsu yang diberhentikan bulan sebelumnya karena tidak melakukan pekerjaan nyata, tidak mampu menyelesaikan kesulitan yang dihadapi saudara-saudarinya dalam tugas mereka, dan selalu dengan membabi buta menangani orang-orang dan menuduh mereka melakukan pekerjaan yang buruk, menyebabkan mereka menangis, berkata mereka merasa terkekang. Mereka hidup dalam keadaan lemah dan negatif serta berpikir bahwa mereka tidak mampu melaksanakan tugas mereka. Tindakan pemimpin palsu ini menyebabkan kerugian serius terhadap pekerjaan rumah Tuhan dan jalan masuk kehidupan saudara-saudarinya. Bukankah aku sama seperti pemimpin palsu ini? Aku tidak memiliki kenyataan kebenaran dan tidak berfokus mengejar kebenaran atau perubahan watak. Aku hanya bisa dengan membabi buta menegur dan menangani orang dari watak congkakku. Aku sedang menempuh jalan para pemimpin palsu dan antikristus. Terus seperti ini berbahaya.
Kemudian, aku melihat satu bagian firman Tuhan. "Para pemimpin dan pekerja harus mampu mempersekutukan firman Tuhan, harus mampu menemukan jalan untuk melakukan penerapan dari firman Tuhan, dan harus memimpin orang-orang untuk memahami firman Tuhan, dan untuk mengalami serta memasuki firman Tuhan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Mereka harus mampu memasukkan firman Tuhan ke dalam kehidupan sehari-hari mereka, dan jika mereka menghadapi masalah, mereka harus mampu menyelesaikannya dengan menggunakan firman Tuhan; demikian pula harus mampu menggunakan firman Tuhan untuk mengatasi berbagai kesulitan yang mereka hadapi sementara melaksanakan tugas mereka" ("Mengenali Para Pemimpin Palsu (1)" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Para pemimpin dan pekerja harus sering mempersekutukan kebenaran dan prinsip, membimbing orang lain untuk memahami kebenaran dan memasuki kenyataannya. Mereka harus memahami dan menyelesaikan masalah serta kesulitan yang dihadapi orang lain dalam tugas mereka, sehingga ketika melaksanakan tugas mereka dan dalam kehidupan nyata, mereka dapat belajar menerapkan kebenaran dan membuat kemajuan dalam hidup. Inilah tugas para pemimpin dan pekerja. Bukan seperti aku, tidak memahami kesulitan orang, tidak mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan masalah mereka, dan selalu menuduh serta mengajukan tuntutan terhadap mereka dengan sikap meremehkan. Bahkan pemangkasan dan penanganan memiliki prinsipnya sendiri. Kita tidak boleh menggunakan doktrin untuk menangani orang, dan kita tidak boleh bersikap merendahkan orang lain berdasarkan gagasan atau kemarahan kita sendiri. Pemangkasan dan penanganan membutuhkan kemampuan membedakan berbagai situasi dan latar belakang. Jika seseorang melakukan sesuatu yang mengganggu atau mengacaukan pekerjaan rumah Tuhan, merugikan jalan masuk kehidupan saudara-saudarinya, dan tidak berubah setelah persekutuan yang berulang-ulang, mereka harus dipangkas dan ditangani. Beberapa orang sering bersikap asal-asalan dalam tugas mereka dan tidak bertobat meskipun mengikuti persekutuan, dan mereka harus dipangkas dan ditangani. Ketika orang dengan sengaja berbuat dosa atau mengetahui kebenaran tetapi tidak menerapkannya, mereka juga harus dipangkas dan ditangani. Ketika kita menangani orang lain, kita harus melihat dengan benar esensi masalahnya dan mempersekutukan kebenaran, agar mereka tahu apa kesalahan mereka, watak rusak apa yang mengendalikan mereka, dan esensi dari tindakan mereka. Juga, ketika memangkas, menangani, dan menyingkapkan kerusakan orang, kita harus berdiri setara dengan saudara-saudari kita. Kita tidak boleh mengecualikan diri kita sendiri, seolah-olah kita tidak rusak. Namun, aku tidak memahami prinsip-prinsip pemangkasan dan penanganan orang. Ketika melihat saudara-saudariku bersikap asal-asalan dan menunda-nunda tugas mereka, bukannya mempersekutukan kebenaran untuk membantu mereka, aku menegur dan menangani mereka. Akibatnya, alih-alih mendapatkan pengenalan akan diri mereka sendiri, mereka merasa dikekang olehku. Sebenarnya, para pemimpinku telah memberitahuku bahwa beberapa saudara-saudari baru saja memulai tugas mereka, tidak memahami beberapa prinsip, sehingga pasti akan ada beberapa kesalahan dan penyimpangan, dan seharusnya aku tidak menangani mereka dalam situasi seperti itu. Sebaliknya, aku harus memahami kekurangan dan kesulitan mereka, dengan penuh kasih menyokong dan membantu mereka, serta membimbing mereka untuk memahami prinsip-prinsip kebenaran. Seandainya aku telah membantu dan membimbing mereka lebih banyak, dan jika mereka tahu bagaimana melakukan penerapan, tetapi tidak bertobat atau berubah, aku seharusnya memperlakukan mereka dengan setara, menunjukkan esensi dari masalah mereka, membantu mereka mengenal diri mereka sendiri sesuai dengan firman Tuhan dan prinsip. Hanya pemangkasan dan penanganan seperti inilah yang sesuai dengan kehendak Tuhan, dan itu membantu pekerjaan rumah Tuhan dan jalan masuk kehidupan saudara-saudari kita. Apa pun yang terjadi, hanya melakukan penerapan sesuai dengan kebenaranlah yang bermanfaat bagi orang.
Suatu hari, pemimpinku mengirim pesan ke grup untuk menyelidiki keadaan suatu pekerjaan, tetapi rekan sekerjaku dan pemimpin tim tidak merespons tepat waktu. Kupikir, "Mengapa saudara-saudariku tidak secara proaktif merespons? Mereka terlalu pasif terhadap tugas mereka." Ketika tiba waktunya untuk pertemuan kami, aku mengajukan pertanyaan, dan ketika semua orang diam, tanpa sadar aku menuduh mereka terlalu lamban dan pasif dalam tugas mereka. Ketika aku selesai berbicara, mereka tetap diam, dan kupikir, "Apakah aku kembali menyingkapkan watak congkakku dan membuat saudara-saudari merasa terkekang?" Pada waktu itu, aku melihat komputerku dan menyadari bahwa mikrofonku telah dimatikan saat aku bersekutu. Saat itulah aku sadar Tuhan melindungiku dan mencegahku menyakiti saudara-saudariku. Dalam hati aku bersyukur kepada Tuhan, tetapi pada saat yang sama, aku merasakan penyesalan yang mendalam dan membenci diriku sendiri karena kembali memperlihatkan kecongkakan. Aku menyalakan mikrofonku dan dengan tenang bertanya kepada mereka mengapa mereka tidak membalas pesan itu tepat waktu. Saat itulah aku mengetahui bahwa rekan sekerjaku tidak punya Internet, dan yang lainnya tidak memahami prinsip atau memahami situasinya, dan tidak tahu bagaimana menanggapinya. Dengan sabar aku bersekutu dengan mereka tentang bagaimana melaksanakan pekerjaan ini sesuai dengan prinsip, dan kemudian melaporkan keadaan pekerjaan itu kepada pemimpinku. Ketika menerapkan dengan cara ini, aku merasa sedikit lebih nyaman.
Kemudian, aku membaca bagian lain firman Tuhan. "Setelah manusia ditaklukkan oleh Tuhan, sifat dasar akal sehat mereka yang harus diperlengkapi adalah memastikan untuk tidak berbicara dengan congkak. Mereka harus menganggap diri mereka memiliki status yang rendah, 'seperti kotoran di tanah,' dan mengatakan beberapa hal yang benar; inilah yang terbaik. Terutama saat menjadi kesaksian untuk Tuhan, jika engkau dapat mengatakan sesuatu yang berbobot dari hati, tanpa perkataan omong kosong atau kesombongan dan tidak ada kebohongan yang dibuat-buat, artinya watakmu telah berubah, dan ini adalah perubahan yang seharusnya terjadi begitu engkau telah ditaklukkan oleh Tuhan. Jika engkau tidak dapat memiliki nalar sebanyak ini, berarti engkau benar-benar tidak memiliki sedikit pun kemiripan dengan manusia. Di masa mendatang, ketika semua bangsa dan wilayah telah ditaklukkan oleh Tuhan, jika dalam sebuah pertemuan besar puji-pujian kepada Tuhan, engkau mulai kembali bertindak congkak, engkau akan dibuang dan disingkirkan. Mulai sekarang, manusia harus selalu berperilaku dengan tepat, mengenali status dan posisi mereka, dan tidak kembali ke cara lama mereka" ("Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Dari firman Tuhan aku memahami bahwa aku adalah makhluk ciptaan yang sangat kecil, orang yang sangat rusak, dan aku harus berdiri setara dengan saudara-saudariku dan melaksanakan tugasku dengan baik. Itulah yang dimaksud dengan berhikmat. Kini, ketika menindaklanjuti pekerjaan gereja, aku takkan lagi dengan gegabah marah dan menegur saudara-saudariku. Aku dengan sadar berupaya untuk memahami kesulitan mereka, dan mencari kebenaran dengan semua orang. Perlahan, aku dan saudara-saudariku mulai dapat bekerja sama secara harmonis. Perubahan dalam diriku ini adalah hasil dari penghakiman dan hajaran Tuhan, dan aku bersyukur kepada Tuhan karena telah menyelamatkanku.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.