Bagaimana Menerima Pengawasan Membantuku

16 September 2022

Oleh Saudari Dan Yi, Jepang

Aku bertanggung jawab atas pekerjaan Injil dua tim. Beberapa waktu lalu, beberapa saudara-saudari lain diberhentikan karena tak melakukan kerja nyata dan selalu lalai dalam tugas. Aku merasa gugup. Kupikir aku harus menuntaskan pekerjaan sungguhan dan menyelesaikan masalah nyata, atau aku akan diberhentikan juga. Dalam sebuah pertemuan, pemimpin bertanya, "Sudahkah kau bersekutu tentang prinsip dengan saudara-saudari yang baru dipindahkan dari gereja lain?" Aku terkejut. Ada sebuah masalah—aku hanya memberi tahu mereka tentang alur kerja kami, bukan prinsip. Apa harus bilang apa kepada pemimpin? Jika bilang belum bersekutu dengan mereka, apa dia akan pikir aku tak menyelesaikan pekerjaan? Namun, jika bilang sudah bersekutu dengan mereka, itu tak benar. Aku merasa bersalah dan bicara tergagap, "Aku hanya bersekutu sedikit berdasarkan kelemahan mereka." Pemimpin segera menjawab, "Jika kau tak menjelaskan prinsip, mereka tak akan punya arah dalam tugas. Bisakah mereka mendapatkan hasil yang baik? Kita harus fokus membina saudara-saudari ini." Saat pemimpin menunjukkan masalahku, aku bisa merasakan wajahku terbakar. Aku bertanya-tanya apa pendapatnya tentangku setelah itu, jika dia pikir aku bahkan tak menyelesaikan tugas dasar, artinya aku tak melakukan kerja nyata.

Tak lama, salah satu tim yang kupegang mulai menurun produktivitasnya dan beberapa masalah muncul dalam pekerjaanku saat itu. Pemimpin berpikir itu bisa memengaruhi efektivitas kerja kami jika berlanjut, jadi dia mengurangi tim yang kupegang dari dua menjadi satu. Aku sangat kecewa saat mendengar berita itu. Aku bertanya-tanya apa pemimpin berpikir aku orang yang tak melakukan kerja nyata. Jika tidak, dia tak akan mengurangi tanggung jawabku. Akhir-akhir ini dia sering memeriksa pekerjaanku. Apa dia pikir aku tak bekerja keras dalam tugasku dan tak bisa diandalkan? Apa dia akan berhentikan aku jika menemukan kesalahanku yang lain? Selama masa itu, setiap kali kudengar pemimpin akan ikut pertemuan kami, aku mulai memikirkan pertanyaan apa yang akan dia tanyakan, pekerjaan apa yang akan dia tindak lanjuti. Kupikir pemimpin menanyakan kemajuan tugas saudara-saudari hampir setiap saat, jadi aku akan buru-buru mencari tahu tentang itu sebelum pertemuan. Terkadang ada masalah lain yang perlu diselesaikan, tapi memikirkan tak bisa menjawab pertanyaan pemimpin besok, aku takut disingkap karena tak melakukan kerja nyata. Jadi, aku mengesampingkan masalah yang perlu segera ditangani dan bicara dengan yang lain satu per satu. Setelah beberapa waktu, aku bekerja tanpa henti pada tugas-tugas yang paling menjadi fokus pemimpin, dan meski sibuk setiap hari, aku tak mendapatkan hasil yang lebih baik dalam tugasku—justru memburuk. Suatu kali pemimpin bertanya dalam sebuah pertemuan, "Saudari Liu mencapai hasil bagus dalam pekerjaan Injilnya bulan lalu, kenapa beberapa hari terakhir ini tak bagus? Kau tahu alasannya?" Aku tercengang. Gawat! Aku benar-benar fokus menangani masalah lain. Aku tak tahu kenapa pekerjaan Injil Saudari Liu tak bagus. Lalu, pemimpin bertanya, "Apa kau sudah melihat kebenaran mana yang Saudari Liu persekutukan saat membagikan Injil, juga apa dia telah menyelesaikan gagasan orang?" Aku makin panik ditanya seperti itu. Aku tak menanyakan itu—apa yang harus kulakukan? Jika tak bisa menjawab, pemimpin mungkin berpikir aku tak menindaklanjuti pekerjaan Saudari Liu, tak menemukan dan menyelesaikan masalahnya tepat waktu, itulah sebabnya produktivitasnya menurun. Aku segera mengirim pesan kepada Saudari Liu, tapi dia tak membacanya. Aku sangat cemas sampai telapak tanganku berkeringat. Lalu, tiba-tiba kuingat Saudari Liu telah memberi tahu yang dia persekutukan, jadi aku langsung memberi tahu pemimpin. Dia tak mengatakan apa-apa lagi, dan kecemasanku mereda. Untuk beberapa waktu, aku takut menerima pesan dari pemimpin, kadang tak bisa tidur nyenyak pada malam sebelum pertemuan. Aku tak bisa berhenti berpikir: Apa yang akan ditanyakan pemimpin? Bagaimana aku harus menjawab? Aku akan lebih gugup saat waktu pertemuan tiba, khawatir jika lebih banyak masalah dalam pekerjaanku muncul, aku akan diberhentikan. Aku berhasil melewati tiap pertemuan, tapi batinku sengsara, dan itu melelahkan. Aku tak punya energi dalam tugasku, saat ada masalah di pekerjaan orang lain dan produktivitas mereka menurun, aku tak ingin menyelesaikannya. Saat itulah aku sadar kondisiku tak baik. Aku segera berdoa di hadapan Tuhan dan mencari: "Ya Tuhan, akhir-akhir ini aku sangat takut kepada pemimpin mengawasi pekerjaanku. Aku khawatir diberhentikan jika banyak masalah muncul. Aku tahu itu bukan sudut pandang yang tepat. Aku ingin merenung dan mengenal diriku—bimbinglah aku."

Lalu, aku membaca sebuah kutipan dalam masa teduhku. "Ada orang-orang yang tidak yakin bahwa rumah Tuhan mampu memperlakukan orang dengan adil. Mereka tidak yakin bahwa Tuhan berkuasa di rumah-Nya, bahwa kebenaran berkuasa di sana. Mereka yakin bahwa tugas apa pun yang orang laksanakan, jika masalah muncul dalam tugas itu, rumah Tuhan akan segera menangani orang tersebut, melepaskan kedudukan mereka dalam melaksanakan tugas, menyingkirkan mereka, atau bahkan mengeluarkan mereka dari gereja. Benarkah seperti itu? Tentu saja tidak. Rumah Tuhan memperlakukan setiap orang sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Tuhan itu adil dalam memperlakukan setiap orang. Dia tidak hanya melihat bagaimana orang berperilaku dalam satu kali peristiwa; Dia melihat natur dan esensi orang itu, melihat niat mereka, sikap mereka, dan Dia terutama melihat apakah orang itu mampu merenungkan dirinya sendiri ketika mereka melakukan kesalahan, dan apakah mereka menyesal, apakah mereka mampu memahami inti masalahnya berdasarkan terang firman-Nya, sehingga mereka mulai memahami kebenaran, membenci diri mereka sendiri, dan sungguh-sungguh bertobat. ... Katakan kepada-Ku, jika seseorang yang telah melakukan kesalahan mampu memiliki pemahaman yang benar dan mau bertobat, bukankah rumah Tuhan akan memberi mereka kesempatan? Karena rencana pengelolaan Tuhan selama 6.000 tahun akan segera berakhir, ada begitu banyak tugas yang harus dilaksanakan. Yang perlu ditakutkan adalah jika orang tidak memiliki hati nurani atau nalar, dan melalaikan tugas mereka, jika mereka telah memperoleh kesempatan untuk melaksanakan tugas tetapi tidak tahu betapa mereka harus menghargainya, tidak sedikit pun mengejar kebenaran, membiarkan waktu yang optimal berlalu begitu saja. Hal ini menyingkapkan orang-orang. Jika engkau selalu ceroboh dan asal-asalan dalam melaksanakan tugasmu, dan engkau sama sekali tidak tunduk ketika menghadapi dirimu dipangkas dan ditangani, akankah rumah Tuhan tetap memakaimu untuk melaksanakan tugas? Di rumah Tuhan, kebenaranlah yang berkuasa, bukan Iblis. Tuhan-lah yang menjadi penentu keputusan atas segalanya. Dialah yang melakukan pekerjaan menyelamatkan manusia, Dialah yang menyelesaikan masalah. Tidak perlu bagimu untuk menganalisis apa yang benar dan apa yang salah; tugasmu hanyalah mendengarkan dan taat, dan ketika menghadapi dirimu dipangkas dan ditangani, engkau harus menerima kebenaran dan mampu memperbaiki kesalahanmu. Jika engkau melakukannya, rumah Tuhan tidak akan melepaskan kedudukanmu untuk melaksanakan tugas. Jika engkau selalu takut disingkirkan, selalu mencari-cari alasan, selalu membenarkan dirimu, itu berarti masalah. Jika kaubiarkan orang lain melihat bahwa engkau tidak sedikit pun menerima kebenaran, dan semua orang melihat engkau tidak mau menerima penalaran apa pun, engkau berada dalam masalah. Gereja akan berkewajiban untuk menanganimu. Jika engkau sama sekali tidak menerima kebenaran dalam pelaksanaan tugasmu dan selalu takut dirimu tersingkap dan disingkirkan, artinya ketakutanmu ini dinodai oleh niat manusia dan watak Iblis yang rusak dalam dirimu, dan oleh kecurigaan, sikap waspada, dan kesalahpahaman. Orang tidak boleh memiliki satu pun dari sikap-sikap ini. Engkau harus mulai dengan menyelesaikan ketakutanmu, juga kesalahpahamanmu tentang Tuhan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Firman Kristus saat Ia Berjalan di tengah Jemaat, Pendahuluan"). Aku sadar dari firman Tuhan bahwa aku takut dipecat karena tak mengerti watak Tuhan atau prinsip untuk memberhentikan orang di rumah Tuhan. Saat melihat beberapa orang diberhentikan karena tak melakukan kerja nyata, dan jelas ada banyak masalah dalam pekerjaanku, aku khawatir jika makin banyak masalah muncul, pemimpin akan pikir aku tak melakukan kerja nyata dan memecatku juga. Jadi, aku hidup dalam kesalahpahaman dan kewaspadaan, takut pemimpin memeriksa pekerjaanku. Namun, sebenarnya masalah dan kekurangan dalam pekerjaanku terungkap bukanlah hal buruk. Itu bisa membantuku menemukan dan menyelesaikan masalah dengan cepat, juga meningkatkan efektivitasku dalam tugas. Namun, aku picik dan berpikiran sempit. Saat pemimpin mengawasi pekerjaanku, aku waspada dan mulai meragukan dia, bertanya-tanya apakah dia pikir aku tak melakukan kerja nyata dan tak bisa diandalkan. Kupikir dia mengawasiku dan mungkin akan memecatku suatu hari. Aku penuh dengan siasat dan muslihat. Di rumah Tuhan, kebenaran memegang kendali, dan ada prinsip untuk memberhentikan orang. Tak ada yang akan dipecat karena kelalaian kecil, sebuah kesalahan dalam tugas mereka. Orang punya sebanyak mungkin kesempatan untuk bertobat, jika mereka menolak berubah dan berdampak negatif terhadap pekerjaan, mereka harus diberhentikan. Aku bisa lihat beberapa saudara-saudari lain punya kelalaian dan masalah dalam pekerjaan, tapi pemimpin tak memberhentikan mereka. Dia berusaha sebaik mungkin mendukung dan membantu mereka, bersekutu tentang prinsip. Lalu, melalui analisis dan perubahan konstan, mereka terus membaik dalam melakukan tugas. Kualitas saudara-saudari juga tak menentukan tugas, gereja mengatur tugas yang cocok untuk mereka sesuai dengan kekuatan mereka. Itu bukan pemecatan sewenang-wenang. Meski beberapa diberhentikan karena tak melakukan kerja nyata, setelah merenungkan diri dan belajar mengenal diri selama beberapa waktu, mendapatkan pertobatan sejati, gereja akan promosikan dan memakai mereka lagi. Masalah yang muncul dalam tugasmu tak menakutkan sama sekali. Yang terpenting adalah bisa menerima kenyataan dan merenungkan masalahmu, lalu benar-benar bertobat dan berubah. Kulihat pemimpin tak memecatku karena penyimpangan dan kesalahanku, jadi aku tak boleh waspada atau salah paham kepadanya. Aku harus merangkum dan merenungkan masalahku, lalu berubah. Aku berdoa di hadapan Tuhan setelah itu dan merasa siap untuk tunduk pada pengaturan Tuhan entah diberhentikan atau tidak, untuk melakukan tugasku dengan jujur. Aku merasa jauh lebih damai setelah berdoa.

Kemudian, aku membuka diri dalam persekutuan dengan seorang saudari tentang keadaanku. Dia menyarankanku membaca firman Tuhan tentang menerima pengawasan. Aku membaca ini dalam firman Tuhan: "Adalah hal yang baik jika engkau memperbolehkan rumah Tuhan mengamati, mengawasi, dan memeriksa dirimu. Hal itu akan membantumu dalam melaksanakan tugasmu, sehingga pelaksanaan tugasmu akan memuaskan dan memenuhi kehendak Tuhan. Hal itu juga bermanfaat dan membantu orang-orang, tanpa kerugian sama sekali. Setelah orang memahami prinsip-prinsip dalam hal ini, apakah mereka boleh atau tidak boleh lagi memiliki perasaan yang menentang atau membela diri terhadap pengawasan pemimpin, pekerja dan umat pilihan Tuhan? Engkau mungkin saja diperiksa dan diamati pada waktu-waktu tertentu, dan pekerjaanmu mungkin saja dipantau, tetapi janganlah menganggap hal itu serangan terhadap pribadimu. Mengapa demikian? Karena tugas yang kauemban sekarang bukanlah milikmu, tugas yang kaulaksanakan dan pekerjaan apa pun yang kaulakukan bukanlah urusan pribadi atau pekerjaan pribadi seseorang; semua itu berkaitan dengan pekerjaan rumah Tuhan dan berkaitan dengan satu bagian dari pekerjaan itu. Oleh karena itu, ketika ada orang yang menghabiskan sedikit waktu mereka untuk mengawasi dan mengamatimu, atau mengajukan pertanyaan mendalam kepadamu, mencoba berbicara dari hati ke hati denganmu, dan mencari tahu bagaimana keadaanmu selama waktu ini, dan bahkan terkadang ketika sikap mereka sedikit lebih keras, dan mereka menangani serta memangkasmu sedikit, mendisiplinkan dan menegurmu, semua ini karena mereka memiliki sikap berhati-hati dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan rumah Tuhan. Engkau tidak boleh memiliki pemikiran atau perasaan negatif terhadap hal ini" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 4, Tanggung jawab para pemimpin dan pekerja). Membaca firman Tuhan adalah pencerahan bagiku. Tugas kerja kita bukan urusan pribadi. Itu persoalan penting, menyangkut pekerjaan gereja dan jalan masuk kehidupan saudara-saudari kita. Saat para pemimpin dan pekerja mengawasi dan memeriksa tugas kita, mereka melakukan pekerjaan mereka. Ini bermanfaat untuk tugas kita dan pekerjaan rumah Tuhan. Setiap orang punya watak rusak. Sebelum kita mendapatkan kebenaran, sebelum watak hidup berubah, kita tak bisa diandalkan atau dipercaya. Jika tak diawasi, kita cenderung memilih jalan sendiri kapan pun. Kita akan sewenang-wenang dan curang dalam pekerjaan, serta melakukan hal-hal untuk mengganggu pekerjaan gereja. Jadi, para pemimpin mengawasi pekerjaan kita untuk membantu kita dalam tugas, dan untuk kemajuan pekerjaan gereja. Aku ingat sebelumnya, saat pemimpin bilang aku tak menjelaskan prinsip menyebarkan Injil dengan anggota tim yang baru, itu adalah penyimpangan dalam tugasku. Aku tak berpikir maju dalam tugas, tapi puas dengan status quo, jadi kupikir saudara-saudari yang tak terbiasa dengan pekerjaan bisa diajari seiring waktu, dan itu tak akan memengaruhi efektivitas kerja kami. Sikap yang kumiliki terhadap tugas menjijikkan bagi Tuhan, dan jika tak mengubahnya, seiring waktu, itu tak hanya akan menghambat pekerjaan gereja, tapi akan merugikan jalan masuk kehidupanku sendiri. Saat pemimpin melihat masalah ini dan menunjukkannya, aku bisa segera merenungkan diri, memperbaiki kesalahanku. Itu sangat membantuku. Lalu, setiap kali pemimpin memeriksa pekerjaanku, dia menunjukkan masalah yang biasanya tak kulihat. Dengan cara ini, banyak masalah dalam pekerjaanku bisa langsung diselesaikan, aku juga punya jalan penerapan dan arah dalam tugas. Setelah menyadari semua itu, aku merasa sangat bodoh dan penuh penyesalan. Jika bisa secara sukarela menceritakan kesalahan dalam pekerjaanku dengan pemimpin, masalah ini bisa selesai jauh lebih cepat, dan pekerjaan Injil kami tak akan terpengaruh.

Kemudian, aku merenungkan diri. Kenapa aku selalu takut pada pengawasan pemimpin, takut diberhentikan? Apa akar masalahnya? Aku membaca kutipan firman Tuhan ini dalam masa teduhku. "Jika engkau adalah pemimpin, pekerja, atau pengawas di tingkat mana pun, apakah engkau takut rumah Tuhan akan mempertanyakan pekerjaanmu? Apakah engkau takut rumah Tuhan akan menemukan penyimpangan dan kesalahan dalam pekerjaanmu dan menanganimu? Apakah engkau takut setelah Yang di Atas mengetahui kualitas dan tingkat pertumbuhanmu yang sebenarnya, mereka akan memandangmu secara berbeda dan tidak mempertimbangkanmu untuk dipromosikan? ... Ketakutan di dalam hatimu itu setidaknya membuktikan bahwa engkau memiliki watak antikristus, dan ketika rasa takut menyerang, engkau ingin menutupi segala sesuatunya dan menipu orang lain. Seperti itukah keadaanmu? (Ya.) Apa yang kautakutkan? Mengapa engkau tidak dapat memperlakukan masalah ini dengan jujur dan terbuka, dan berkata, 'Jika aku berakhir tanpa status, maka begitulah adanya. Meskipun masalah ini tersingkap dan Yang di Atas mengetahuinya, dan kemudian mereka tidak memakaiku lagi, aku tetap harus menjelaskan situasinya dengan jelas'? Ketakutanmu membuktikan bahwa engkau mencintai statusmu lebih daripada kebenaran. Bukankah ini watak antikristus? (Ya.) Menghargai status di atas segalanya adalah watak antikristus" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 3, Bab Delapan: Mereka Akan Membuat Orang Lain Hanya Taat kepada Mereka, Bukan kepada Kebenaran atau Tuhan (Bagian Dua)). Firman Tuhan menyingkap akar dari kenapa aku takut pemimpin mengawasi pekerjaanku. Aku terlalu terpikat dengan status. Aku takut pemimpin menemukan masalah dalam tugasku, berpikir aku tak melakukan kerja nyata, lalu memberhentikanku. Jadi, untuk mempertahankan status, aku hanya bekerja untuk cari muka, hanya pekerjaan dangkal, tak melakukan pekerjaan krusial dan penting yang seharusnya kulakukan. Akibatnya, pekerjaan Injil kurang produktif. Aku sangat egois dan tercela! Faktanya, orang dengan hati yang benar-benar menghormati Tuhan mendahulukan kepentingan rumah Tuhan dalam tugas mereka. Lebih memilih nama dan status mereka dirugikan jika itu berarti menjunjung pekerjaan gereja. Dalam tugas, mereka bisa menerima pengawasan Tuhan dan saudara-saudari. Mereka sederhana dan berhati jujur. Namun, aku, yang kupikirkan hanyalah cara melindungi nama dan statusku, bahkan siap melihat pekerjaan gereja dirugikan untuk menjaga posisiku. Aku ingat bagaimana antikristus menghargai status di atas segalanya dan melakukan segala cara untuk mendapatkan status. Perilakuku persis mengungkapkan watak antikristus. Makin dipikir, makin aku merasa yang kutunjukkan adalah perilaku orang hina, tanpa integritas atau martabat. Aku benar-benar jijik dengan diriku. Dari lubuk hati, aku mendambakan menjadi orang yang jujur dan terhormat. Aku teringat firman Tuhan ini: "Bagi orang yang mencintai kebenaran, pilihan mereka adalah menerapkan kebenaran, menjadi orang yang jujur. Inilah jalan yang benar dan diberkati oleh Tuhan. Bagi orang yang tidak mencintai kebenaran, apa yang mereka pilih untuk dilakukan? Mereka menggunakan kebohongan untuk mempertahankan reputasi, status, martabat, dan karakter mereka. Orang-orang semacam itu lebih suka menjadi orang yang curang dan dibenci dan ditolak oleh Tuhan. Mereka tidak menginginkan kebenaran ataupun Tuhan. Yang mereka pilih adalah reputasi dan status mereka sendiri. Mereka ingin menjadi orang yang curang, dan mereka tidak peduli apakah itu menyenangkan Tuhan atau apakah Tuhan menyelamatkan mereka atau tidak, jadi apakah orang semacam itu masih bisa diselamatkan oleh Tuhan? Tentu saja tidak, karena mereka menempuh jalan yang salah. Mereka hanya bisa hidup dengan berbohong dan menipu, dan mereka hanya bisa menjalani kehidupan yang menyakitkan dengan berbohong dan menutupinya serta memeras otak untuk membela diri mereka setiap hari. Engkau mungkin berpikir bahwa menggunakan kebohongan dapat melindungi reputasi, status, dan kesombongan yang kaudambakan, tetapi ini adalah kesalahan besar. Kebohongan tidak hanya gagal melindungi kesombongan dan martabat pribadimu, tetapi yang lebih serius, juga menyebabkanmu kehilangan peluang untuk menerapkan kebenaran dan menjadi orang yang jujur. Meskipun engkau mempertahankan reputasi dan kesombonganmu pada waktu itu, yang hilang darimu adalah kebenaran, dan engkau mengkhianati Tuhan, yang berarti engkau sama sekali kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keselamatan Tuhan dan disempurnakan. Ini adalah kerugian terbesar dan penyesalan abadi" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 2, Hanya dengan Bersikap Jujur Orang Dapat Hidup sebagai Manusia Sejati). Aku malu saat memikirkan firman Tuhan. Mengandalkan kebohongan untuk melindungi nama dan statusku di permukaan, kupikir aku sangat pintar, tapi aku kehilangan kesempatan menjadi orang jujur, terlebih lagi kesempatan mendapatkan penyelamatan dan kebenaran. Itu kerugian yang tak bisa ditebus. Aku sering kali menggunakan kebohongan dan muslihat untuk melindungi nama dan status, tapi Tuhan melihat segalanya. Aku bisa membodohi orang untuk sementara waktu, tapi tak pernah bisa lepas dari pengawasan Tuhan. Fakta aku tak melakukan kerja nyata dan menghambat akan terungkap cepat atau lambat. Watak Tuhan tak menoleransi pelanggaran. Jika tak bertobat, tapi terus memilih berbohong dan melindungi status, dipecat hanya masalah waktu. Aku memikirkan para pemimpin palsu dan antikristus. Mereka hanya bekerja demi nama dan status, tak melakukan kerja nyata. Beberapa bahkan tak berhenti pada mengacaukan pekerjaan gereja untuk nama dan status sendiri, mereka melakukan banyak kejahatan, lalu disingkap dan diusir. Aku juga ingat pekerjaan rumah Tuhan terpenting sekarang adalah menyebarkan Injil kerajaan Tuhan. Namun, sebagai penanggung jawab pekerjaan Injil, bukan hanya tak menjadi penggerak pekerjaan Injil, tapi aku coba melindungi nama dan status, menghambat pekerjaan Injil kami. Berdasarkan perilaku, aku seharusnya diganti. Bisa terus melakukan tugasku adalah toleransi besar Tuhan untukku. Setelah menyadari semua ini, aku datang ke hadapan Tuhan untuk berdoa dan bertobat, siap mengubah pengejaranku yang salah, menerima pengawasan pemimpin, dan berusaha yang terbaik dalam tugasku.

Lalu, dalam masa teduhku, aku membaca kutipan firman Tuhan yang memberiku jalan penerapan. Firman Tuhan katakan: "Mereka yang mampu menerima pengawasan, penyelidikan, dan pemeriksaan orang lain adalah orang yang paling masuk akal. Mereka memiliki toleransi dan kemanusiaan yang normal. Ketika engkau menemukan bahwa engkau melakukan kesalahan atau menyingkapkan watak rusak yang ada dalam dirimu, jika engkau mampu membuka diri dan berkomunikasi dengan orang-orang, ini akan membantu orang-orang di sekitarmu untuk mengawasimu. Menerima pengawasan tentu saja diperlukan, tetapi yang terutama engkau harus berdoa kepada Tuhan dan mengandalkan Dia, terus-menerus merenungkan dirimu sendiri. Khususnya ketika engkau telah menempuh jalan yang salah atau melakukan sesuatu yang salah, atau ketika engkau hendak mengambil tindakan yang sewenang-wenang dan sepihak, dan seseorang di dekatmu memberitahu dan mengingatkanmu, engkau harus menerimanya dan segera merenungkan dirimu sendiri, dan mengakui kesalahanmu, lalu memperbaikinya. Ini dapat menghindarkanmu menempuh jalan antikristus. Jika ada seseorang yang membantu dan mengingatkanmu dengan cara ini, bukankah engkau sedang dilindungi tanpa menyadarinya? Ya—itulah perlindungan terhadap dirimu" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 2, Penyelesaian Tugas yang Benar Membutuhkan Kerja Sama yang Harmonis). Syukur kepada Tuhan! Aku merasa sangat lega setelah punya jalan penerapan dan tak lagi waspada terhadap pengawasan dan pertanyaan pemimpin. Aku juga berhenti menyembunyikan masalahku, mulai fokus melakukan kerja nyata dan menyelesaikan masalah nyata. Aku tak merasa terkekang saat pemimpin menanyakan pekerjaanku, bisa menerima pengawasan Tuhan dan menjadi orang jujur. Aku bisa mengakuinya saat tak melakukan bekerja dengan baik, serta berhenti melindungi reputasi dan statusku. Saat pemimpin menemukan masalah dalam pekerjaanku, aku berhenti memikirkan pendapatnya tentangku atau apa dia akan memecatku, hanya bagaimana berubah sesegera mungkin dan bekerja dengan baik. Aku merasa sangat nyaman sejak menerapkan semua ini dan melakukan tugasku dengan hati terbuka sungguh luar biasa.

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Telah Kutemukan Tempatku

Oleh Saudari Si Fan, Korea Setelah percaya Tuhan, aku mengejar dengan sangat antusias. Apa pun tugas dari gereja, aku patuh. Saat kesulitan...