Tugas Tak Terelakkan
Bulan September 2020, aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Setelah itu, aku sering menghadiri pertemuan dan menanyakan apa pun yang tak kumengerti kepada saudara-saudariku. Aku juga aktif mempersekutukan pemahamanku tentang firman Tuhan dan mendorong orang lain bersekutu juga. Suatu kali, pemimpin kelompok bilang: "Kau bersekutu sangat baik dalam pertemuan dan punya pemahaman yang baik, apa kau bersedia mengadakan pertemuan?" Aku sulit memercayainya: Dia ingin aku mengadakan pertemuan? Aku sudah lama menantikan ini. Saat aku percaya kepada Tuhan, aku selalu iri kepada pengkhotbah. Aku bahkan ingin menjadi pendeta agar suatu hari bisa berdiri di mimbar dan menyampaikan khotbah seperti mereka, mendapatkan kekaguman dan pujian dari orang. Sulit dipercaya mimpiku akhirnya terwujud. Hanya aku di antara anggota pertemuan yang dipilih sebagai tuan rumah dan aku merasa lebih baik dari yang lain. Aku merasa sangat beruntung dan menerima tawaran itu tanpa ragu. Aku memutuskan mempersiapkan pertemuan di awal, menyelesaikan masalah saudara-saudari segera setelah muncul, dan jika tak bisa menyelesaikannya, aku akan minta bantuan pemimpin kelompok. Tak lama, pemimpin kelompok bilang aku bekerja dengan baik sebagai tuan rumah dan dia makin percaya kepadaku. Aku sangat bangga. Kemudian, karena tuntutan pekerjaan, pemimpin gereja, Saudari Ivy, menugaskanku berlatih membagikan Injil. Tanggung jawab utamaku adalah mengundang orang mendengarkan khotbah. Aku tak bisa menerima ini karena merasa status pembagi Injil lebih rendah daripada tuan rumah. Tuan rumah dianggap sebagai pemimpin—posisi ini memungkinkanku memimpin orang dan menonjolkan diri, sedangkan mengundang orang mendengarkan khotbah adalah pekerjaan di belakang layar dan tak akan diperhatikan oleh orang lain. Aku mengeluh dalam hati: "Kenapa aku ditugaskan untuk pekerjaan ini? Apa aku tak cukup baik?" Aku tak mengerti. Aku bahkan mengembangkan bias terhadap pemimpin, percaya dia tak menganggapku. Dia bersekutu denganku tentang membagikan Injil adalah amanat Tuhan dan tugas yang harus dilakukan semua orang. Barulah aku dengan enggan tunduk. Namun, hatiku tak senang saat membagikan Injil dan aku selalu ingin menjadi tuan rumah pertemuan lagi. Aku bahkan pikir membagikan Injil bukan pekerjaan yang tepat untukku, dan aku bisa lebih andal sebagai tuan rumah pertemuan.
Namun, tak disangka, suatu hari, seorang pemimpin tingkat atas memberitahuku: "Aku punya kabar baik, kau telah terpilih sebagai pemimpin gereja." Aku terkejut. Aku belum mengerti kebenaran, bagaimana bisa mengemban peran sepenting itu? Namun, aku tahu ini adalah Tuhan meninggikanku, jadi aku menerimanya. Kemudian, pemimpin itu memberitahuku tanggung jawab utamaku pekerjaan Injil. Begitu mendengar "pekerjaan Injil", pikiran pertamaku adalah itu tugas yang kurang penting. Itu hanya persekutuan dengan para pencari kebenaran, tak akan membantuku dikenal. Aku mulai mengeluh dalam hati dan merasa menentang lagi. Aku tak ingin bertanggung jawab atas pekerjaan Injil. Kemudian, saat melakukan tugas, aku hanya fokus mengadakan pertemuan dan tak terlalu memperhatikan pekerjaan Injil. Saat seorang pemimpin tingkat atas menanyakan pekerjaan Injil, aku tak punya pemahaman yang baik dan tak bisa menjawab. Aku tahu alasan gereja tak mendapatkan hasil baik dalam pekerjaan Injil dan saudara-saudari tak tahu cara membagikan Injil, adalah karena kelalaianku. Aku merasa sangat buruk. Kemudian, aku membuka diri kepada para pemimpin tentang keadaanku, mereka memberi persekutuan dan mendiskusikan cara menyelesaikan masalah itu denganku. Mereka juga memintaku lebih fokus pada pekerjaan Injil ke depannya. Aku merasa sangat bersalah. Sebagai pemimpin, aku seharusnya memikul beban dalam pekerjaan Injil, tapi aku gagal bertanggung jawab dalam tugasku dan akibatnya kami mendapat hasil buruk. Saat menyadari semua ini, aku merasa sangat tak enak.
Selama pertemuan, aku melihat kutipan firman Tuhan yang membantuku memahami diriku. Firman Tuhan katakan: "Bagaimana seharusnya sikapmu terhadap tugasmu, yang dapat disebut sikap yang benar dan sesuai dengan kehendak Tuhan? Pertama, engkau tidak boleh memeriksa siapa yang mengatur tugas tersebut, oleh tingkat kepemimpinan mana tugas itu ditugaskan—engkau harus menerimanya dari Tuhan. Engkau tidak boleh menganalisisnya, engkau harus menerima bahwa tugas ini adalah dari Tuhan. Inilah syaratnya. Selain itu, apa pun tugasmu, jangan membedakan antara tugas yang tinggi dan rendah. Misalkan engkau berkata, 'Meskipun tugas ini adalah amanat dari Tuhan dan merupakan pekerjaan rumah Tuhan, jika aku melakukannya, orang-orang mungkin akan memandang rendah diriku. Orang lain dapat melakukan pekerjaan yang membuat mereka menonjol. Aku telah diberi tugas ini, yang tidak membuatku menonjol tetapi membuatku berupaya keras di balik layar, ini tidak adil! Aku tidak akan melaksanakan tugas ini. Tugasku haruslah sebuah tugas yang membuatku menonjol di depan orang lain dan memungkinkanku untuk menjadi terkenal—dan bahkan jika aku tidak terkenal atau menonjol, aku harus tetap mendapatkan manfaat darinya dan merasa nyaman secara fisik.' Apakah ini sikap yang bisa diterima? Bersikap memilah-milah artinya tidak menerima apa yang berasal dari Tuhan; itu artinya membuat pilihan sesuai dengan pilihanmu sendiri. Ini artinya tidak menerima tugasmu; itu artinya penolakan terhadap tugasmu, sebuah perwujudan dari pemberontakanmu. Sikap memilah-milah seperti itu telah dicemari dengan pilihan dan keinginan pribadimu; ketika engkau memikirkan keuntunganmu sendiri, reputasimu, dan sebagainya, sikapmu terhadap tugasmu bukanlah penundukan. Sikap apa yang seharusnya kaumiliki terhadap tugasmu? Pertama, engkau tidak boleh menganalisisnya, atau memikirkan siapa yang telah menugaskannya kepadamu; sebaliknya, engkau harus menerimanya dari Tuhan, sebagai tugas yang dipercayakan kepadamu oleh Tuhan, dan engkau harus menaati pengaturan Tuhan, dan menerima bahwa tugasmu itu adalah dari Tuhan. Kedua, jangan membeda-bedakan antara yang tugas yang tinggi dan yang rendah, dan jangan memusingkan dirimu dengan sifat dari tugas tersebut, apakah tugas itu membuatmu menonjol atau tidak, apakah tugas itu dilakukan di depan umum atau di balik layar. Jangan mempertimbangkan hal-hal ini. Ada juga sikap lainnya: sikap yang taat dan bekerjasama secara aktif" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 2, Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?). Setelah membaca firman Tuhan, kusadar tak ada tugas yang kurang atau lebih penting. Di mata Tuhan, apa pun pekerjaan yang dilakukan di rumah Tuhan, kita memenuhi tugas sebagai makhluk ciptaan. Kita tak boleh membeda-bedakan tugas itu kurang atau lebih penting, juga melihatnya datang dari manusia. Karena semuanya berasal dari kedaulatan Tuhan dan merupakan tanggung jawab yang harus kita penuhi. Merenungkan diri, kulihat aku selalu memprioritaskan preferensiku, hanya memilih pekerjaan yang membuatku menonjol dan tak tunduk pada pengaturan gereja. Setiap kali tugas tak sesuai dengan keinginanku dan tak membantuku menonjol, aku tak mau menerimanya, dalam hati menentang dan mengeluh. Saat pemimpin menugaskanku menjadi tuan rumah pertemuan, karena aku suka pekerjaan itu, itu memuaskan hasratku dan membuatku bisa menonjol, aku senang dan bekerja keras dalam tugas itu. Namun, saat pemimpin menugaskanku membagikan Injil, aku kesal kepadanya karena tugas itu tak akan membantuku menonjol, dan yakin dia tak menganggapku, jadi aku kecewa, sedih, bahkan mengembangkan bias terhadapnya. Aku pilih-pilih tentang tugas yang kukerjakan, tak menerima itu datang dari Tuhan, dan tak benar-benar tunduk. Karena punya konsepsi salah tentang tugasku, aku tak serius dalam pekerjaan Injil dan tak terlalu memikirkannya. Akibatnya, kami mendapat hasil buruk dan pekerjaan Injil secara langsung terhambat. Aku menyadari kesalahanku. Apa pun tugas yang diberikan kepadaku, entah suka atau tidak, selama diperlukan pekerjaan gereja, aku harus tunduk dan berusaha yang terbaik. Ini seharusnya pertimbangan pertamaku, tapi aku selalu memikirkan tugas menurut preferensi sendiri. Aku tak patuh dan tak setia. Syukur kepada Tuhan! Aku sangat senang telah mengenali kerusakanku dengan membaca firman Tuhan ini. Aku bertekad: Apa pun tugas yang diberikan kepadaku, aku akan tunduk.
Kutenangkan pikiran dan bertanya kepada diriku: Kenapa jika suatu tugas memenuhi preferensi dan hasratku, memungkinkanku menonjol, aku bersyukur kepada Tuhan, tapi jika tak suka tugas itu, aku tak mau melakukannya, bahkan mengeluh dan tak tunduk? Aku menemukan jawabannya dalam firman Tuhan. Firman Tuhan katakan: "Kecintaan para antikristus akan status dan gengsi melampaui apa yang dirasakan oleh manusia normal, dan merupakan sesuatu yang ada dalam watak dan esensi mereka; itu bukanlah kepentingan yang sifatnya sementara ataupun efek sementara dari lingkungan mereka—itu adalah sesuatu yang ada dalam hidup mereka, dalam naluri mereka, dan dengan demikian, itulah esensi mereka. Dengan kata lain, dalam segala sesuatu yang antikristus lakukan, pertimbangan pertama mereka adalah status dan gengsi mereka sendiri, tidak ada yang lain. Bagi antikristus, status dan gengsi adalah hidup dan tujuan mereka di sepanjang hidup. Dalam segala hal yang mereka lakukan, pertimbangan pertama mereka adalah: 'Apa yang akan terjadi dengan statusku? Dan apa yang akan terjadi dengan gengsiku? Apakah melakukan hal ini akan memberiku kehormatan? Apakah melakukan hal ini akan meningkatkan statusku di benak orang?' Itulah hal pertama yang mereka pikirkan, yang merupakan bukti yang cukup bahwa mereka memiliki watak dan esensi para antikristus; jika tidak, mereka tidak mau mempertimbangkan masalah-masalah ini. Dapat dikatakan bahwa bagi antikristus, status dan gengsi bukanlah tuntutan tambahan, apalagi sesuatu yang tidak diperlukan oleh mereka. Status dan gengsi adalah bagian dari natur para antikristus, kedua hal tersebut ada dalam naluri mereka, tertanam dalam karakter mereka, status dan gengsi adalah hakikat mereka. Para antikristus tidak acuh tak acuh apakah mereka memiliki status dan gengsi atau tidak; ini bukanlah sikap mereka. Lantas, apa sikap mereka terhadap kedua hal ini? Status dan gengsi berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari mereka, dengan keadaan sehari-hari mereka, dengan apa yang mereka perjuangkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian bagi antikristus, status dan gengsi adalah hidup mereka. Bagaimanapun cara mereka hidup, di lingkungan mana pun mereka tinggal, pekerjaan apa pun yang mereka lakukan, apa pun yang mereka perjuangkan, apa pun tujuan mereka, apa pun arah hidup mereka, semua itu berkisar tentang bagaimana memiliki reputasi yang baik dan posisi yang tinggi. Dan tujuan ini tidak berubah; mereka tidak pernah mampu melepaskannya. Inilah wajah para antikristus yang sebenarnya dan esensi mereka" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 3, Bab Sembilan: Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Tiga)). Melalui firman Tuhan, kulihat bagaimana antikristus mendambakan reputasi dan status. Mereka selalu ingin menjadi yang terbaik dan punya tempat di hati orang-orang. Apa pun keadaannya, pertimbangan pertama mereka selalu apakah mereka bisa mendapatkan kekaguman dan pujian orang. Orang normal mungkin akan sedikit kecewa jika tak mendapatkan reputasi dan status, tapi untuk antikristus, mereka benar-benar tak bisa berfungsi dan merasa sangat tersiksa, sampai ke titik tak bisa melanjutkan hidup. Bagi antikristus, reputasi dan status adalah harga mati. Aku punya watak yang sama: selalu ingin mendapatkan reputasi, status dan pujian orang. Di antara adik-kakak, aku selalu ingin menjadi favorit orang tuaku. Di antara teman-teman, aku ingin menjadi yang paling populer. Di sekolah, aku ingin mendapatkan persetujuan dari guruku dan sebagai orang percaya Tuhan, aku ingin menjadi seperti pengkhotbah, memberikan khotbah di depan orang banyak dan dikagumi semua orang. Setelah menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, aku tetap mengejar hal yang sama: kupikir dengan mengadakan pertemuan, aku bisa membuktikan diri, dipuji orang lain dan sangat dihormati para pemimpin. Jadi, saat ditugaskan menjadi tuan rumah pertemuan, aku merasa sangat senang, serta menyukai perasaan dihormati dan dipuji oleh semua orang. Namun, membagikan Injil adalah tugas di belakang layar yang tak diperhatikan siapa pun. Meski diberi gelar "pemimpin", aku tetap tak akan menerimanya, berpikir itu pekerjaan tak penting, dan terus bertanya-tanya kapan bisa menjadi tuan rumah pertemuan lagi. Saat hasratku tak terpenuhi, aku mulai asal-asalan dalam pekerjaanku, yang mengakibatkan hasil buruk dalam pekerjaan Injil. Dahulu, semua doaku tentang ingin berusaha yang terbaik dalam tugasku tidaklah benar dan jujur—aku menipu Tuhan! Aku hanya melakukan tugasku untuk melindungi status dan reputasi, serta mendapatkan kekaguman saudara-saudari, bukan untuk memuaskan Tuhan. Aku mengkhianati watak antikristusku dan berjalan di jalan menentang Tuhan. Menyadari semua ini, aku merasa sangat takut. Jika terus bertindak dengan watak antikristus yang parah, kesudahanku akan sama dengan antikristus, serta pasti dikutuk dan dihukum oleh Tuhan! Itu sangat berbahaya! Aku berdoa dalam hati kepada Tuhan: "Ya Tuhan, aku di tempat yang sangat berbahaya—aku mengejar reputasi dan status, menempuh jalan yang salah. Aku siap bertobat dan berdoa untuk penyelamatan-Mu."
Aku membaca kutipan firman Tuhan dalam sebuah pertemuan yang membantu memperbaiki persepsiku yang salah tentang pekerjaan Injil. Firman Tuhan katakan: " Aku memperingatkan semua orang dan membuat mereka semua tahu bahwa mengabarkan Injil bukanlah panggilan khusus untuk satu jenis atau sekelompok orang; itu adalah panggilan untuk setiap orang yang mengikut Tuhan. Mengapa Aku harus membuat orang memahami aspek kebenaran ini? Dan mengapa mereka perlu mengetahui hal ini? Karena mengabarkan Injil adalah tugas dan panggilan yang harus diterima oleh setiap makhluk ciptaan dan setiap pengikut Tuhan, baik tua maupun muda, laki-laki atau perempuan. Jika tugas ini diberikan kepadamu dan tugas ini mengharuskanmu mengorbankan dirimu, membayar harga, dan bahkan menyerahkan nyawamu, apa yang harus kaulakukan? Engkau harus menerimanya, karena engkau berkewajiban untuk melakukannya. Ini adalah kebenaran, dan inilah yang harus kaupahami. Ini bukanlah doktrin sederhana; ini adalah kebenaran. Dan apa yang membuatnya menjadi kebenaran? Karena, bagaimanapun waktu berlalu, atau bagaimanapun zaman berubah, atau bagaimanapun geografi dan ruang berubah, mengabarkan Injil dan memberi kesaksian tentang Tuhan selamanya merupakan hal yang positif; makna dan nilai pengabaran Injil tidak berubah. Mengabarkan Injil tidak berubah dengan berlalunya waktu atau dengan lokasi geografis. Itu ada untuk selama-lamanya, dan itulah yang harus diterima dan dilakukan semua makhluk ciptaan, ini adalah kebenaran kekal. Ada orang-orang yang berkata, 'Tugasku saat ini bukanlah mengabarkan Injil.' Meskipun demikian, kebenaran tentang pengabaran Injil adalah sesuatu yang harus orang pahami. Karena ini adalah kebenaran dalam alam penglihatan, semua orang yang percaya kepada Tuhan harus memahaminya; ini adalah hal yang menjadi sumber iman orang kepada Tuhan, dan ini bermanfaat bagi jalan masuk kehidupan orang. Selain itu, apa pun tugasmu, engkau akan berhubungan dengan orang tidak percaya, jadi engkau memiliki tanggung jawab untuk mengabarkan Injil. Setelah engkau memahami kebenaran tentang mengabarkan Injil, engkau akan tahu di dalam hatimu bahwa: 'Memberitakan pekerjaan baru Tuhan dan memberitakan Injil pekerjaan-Nya untuk menyelamatkan manusia adalah panggilanku; kapan pun dan di mana pun, apa pun kedudukanku atau peranku atau tugas yang sedang kulakukan saat ini, aku memiliki kewajiban untuk pergi dan mengabarkan kabar baik tentang pekerjaan baru Tuhan. Adalah kewajibanku untuk mengabarkannya setiap kali aku memiliki kesempatan atau waktu luang.' Apakah pemikiran ini yang sekarang ada di benak kebanyakan orang? (Tidak.) Apa yang kebanyakan orang pikirkan? 'Saat ini aku memiliki tugas yang tetap; saat ini aku sedang sibuk mempelajari dan meneliti profesi dan spesialisasi yang tetap, jadi mengabarkan Injil tidak ada kaitannya denganku.' Sikap macam apa ini? Ini adalah sikap orang yang melalaikan tanggung jawab dan tugasnya, sikap yang negatif, dan orang semacam itu tidak memikirkan kehendak Tuhan dan tidak taat kepada-Nya. Jika engkau, siapa pun dirimu, tidak memiliki beban untuk mengabarkan Injil, bukankah engkau sedang menunjukkan bahwa dirimu tidak memiliki hati nurani dan nalar? Jika engkau tidak bersemangat dan proaktif dalam bekerja sama, tidak memikul tanggung jawab dan tunduk, artinya engkau hanya bereaksi negatif dan bersikap pasif. Ini adalah sikap yang tidak boleh kaumiliki. Tugas apa pun yang kaulakukan, dan berhubungan dengan profesi atau spesialisasi apa pun tugasmu itu, salah satu aspek terpenting dari semua hasil pekerjaanmu adalah bahwa engkau mampu mengabarkan dan memberi kesaksian tentang Injil pekerjaan Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia. Inilah yang setidaknya harus dilakukan oleh makhluk ciptaan" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 3, Bab Satu: Mereka Berusaha Memenangkan Hati Orang). Setelah membaca firman Tuhan, aku mulai menangis—merasa sangat bersalah. Firman Tuhan dengan jelas menunjukkan membagikan Injil adalah amanat Tuhan, juga tugas dan misi tak terelakkan bagi semua orang. Di gereja, apa pun tugas yang kita lakukan, tujuan akhir kita sama: menyebarkan Injil Tuhan. Sementara itu, aku tak suka membagikan Injil, bahkan salah paham berpikir tak punya peran dalam pekerjaan Injil. Kupikir asalkan mengadakan pertemuan dan menyirami saudara-saudari, aku melakukan tugasku dan memuaskan Tuhan. Aku tak mengerti betapa pentingnya pekerjaan Injil. Barulah aku sadar menyebarkan Injil adalah kehendak Tuhan yang mendesak. Pekerjaan Injil adalah pekerjaan menyelamatkan umat manusia, memberikan kesaksian langsung tentang Tuhan, memungkinkan orang memahami pekerjaan Tuhan dan kembali ke hadapan-Nya untuk diselamatkan. Ini benar-benar pekerjaan yang penuh makna. Namun, aku tak memikirkan bersaksi tentang Tuhan dan sedikit pun tak bertanggung jawab dalam tugasku. Saat pemimpin menugasiku membagikan Injil, aku bahkan menentang, menolak, dan melalaikan tanggung jawabku. Aku tak punya hati nurani dan rasionalitas! Jika tak ada yang mengundangku mendengarkan khotbah, membagikan Injil kepadaku dan bersaksi tentang Tuhan, aku tak akan pernah mendengar suara Tuhan dan punya kesempatan menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Jika tak bisa berperan dalam membagikan Injil dan hanya asal-asalan, Tuhan tak akan menganggapku sebagai orang percaya dan pengikut-Nya, Dia akan berpikir aku tak punya hati nurani dan kemanusiaan. Aku lalai dan menolak tanggung jawabku membagikan Injil, bahkan ingin meninggalkan pekerjaan Injil untuk fokus mengadakan pertemuan. Jika direnungkan, itu kesalahan besar. Aku teringat kisah Nuh: Nuh tak ragu saat mendengar firman Tuhan dan tak memikirkan kepentingannya sendiri. Dia hanya ingin memuaskan Tuhan, memperhatikan kehendak-Nya, dan membangun bahtera sesuai perintah Tuhan. Juga berusaha sebaik mungkin membagikan Injil. Menurutku pengalaman Nuh sangat memotivasi. Aku ingin tunduk pada pengaturan Tuhan dan melakukan tugasku dengan baik seperti Nuh. Aku bersyukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa karena membantuku memahami aspek kebenaran ini dan mengenali kerusakanku. Aku siap bertobat dan apa pun pekerjaan yang ditugaskan kepadaku, aku akan membagikan Injil!
Setelah itu, aku mulai fokus membagikan Injil. Aku tak punya banyak pengalaman, dan bersekutu dengan berbagai jenis orang sulit bagiku. Mereka mungkin menolakku atau aku mungkin terjebak dalam cuaca buruk dan mengalami berbagai kesulitan, tapi aku tak boleh berhenti. Aku teringat firman Tuhan yang mengatakan: "Tugas apa pun yang kaulakukan, dan berhubungan dengan profesi atau spesialisasi apa pun tugasmu itu, salah satu aspek terpenting dari semua hasil pekerjaanmu adalah bahwa engkau mampu mengabarkan dan memberi kesaksian tentang Injil pekerjaan Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia. Inilah yang setidaknya harus dilakukan oleh makhluk ciptaan" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 3, Bab Satu: Mereka Berusaha Memenangkan Hati Orang). Kutipan ini sangat memotivasiku. Tugas yang diberikan kepadaku adalah tanggung jawab yang diberikan oleh Tuhan. Aku siap untuk tunduk. Mungkin akan ada kesulitan, tapi kutahu selama aku tulus berdoa kepada Tuhan, Dia akan membimbingku. Syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa!
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.