Iri Hati Membusukkan Tulang

12 Februari 2022

Oleh Saudari Su Wan, Tiongkok

Pada November 2020, aku terpilih menjadi pemimpin tim penyiraman—aku sangat senang. Terpilih sebagai pemimpin tim, aku merasa sepertinya memahami kebenaran dan memiliki jalan masuk kehidupan yang lebih baik daripada orang lain. Aku ingin melakukan tugasku dengan baik agar semua orang mengagumiku. Setelah beberapa waktu, aku mulai mengalami sedikit kemajuan, dan saudara-saudari mengatakan persekutuanku jelas, bahwa aku mampu menyelesaikan beberapa masalah. Pujian ini membuatku merasa sangat bangga pada diriku sendiri. Namun sebulan kemudian, kedatangan Saudari Yu mengubah segalanya. Dia pernah menjadi pemimpin sebelumnya, persekutuannya mencerahkan, dan memiliki kualitas yang baik serta kecakapan dalam bekerja. Segera setelah datang, dia menemukan beberapa masalah dalam pekerjaan kami dan segera menemukan firman Tuhan untuk mempersekutukan segala sesuatu. Setelah beberapa waktu, aku melihat saudara-saudari selalu mencarinya untuk bersekutu, dan aku mulai merasa kesal. Aku adalah pemimpin tim, jadi jika kemampuanku untuk menyelesaikan masalah tidak sebaik dirinya, apa yang akan mereka pikirkan tentang diriku? Akankah mereka pikir aku bukan pemimpin tim yang baik, bahwa aku tidak mampu menyelesaikan masalah? Pemikiran itu benar-benar membuatku malu dan berprasangka terhadap Saudari Yu. Aku merasa dia sedang pamer dan tidak menghormatiku sebagai pemimpin tim, dan dengan sengaja membuatku malu. Kupikir meskipun dia pernah menjadi pemimpin sebelumnya dan memiliki sedikit pengalaman, kualitasku tak kalah jauh, jadi kupikir dia tak mungkin mengalahkanku. Untuk menyelamatkan muka, aku berusaha merenungkan firman Tuhan dalam pertemuan agar dapat bersekutu lebih baik daripada dia. Ketika saudara-saudari menghadapi masalah, aku berusaha mencari firman Tuhan untuk menyelesaikannya, dan memikirkan pengalaman apa pun yang bisa kubagikan agar orang lain dapat melihat siapa yang sebenarnya memiliki kenyataan kebenaran. Aku hidup dalam keadaan iri hati, selalu bersaing dengan orang lain.

Suatu ketika dalam sebuah pertemuan, seorang saudari mengemukakan beberapa kesulitan yang dia hadapi dalam tugasnya. Kupikir aku harus punya jawabannya, dan harus menemukan beberapa firman Tuhan untuk membantu menyelesaikan masalahnya. Dengan begitu, orang lain takkan melihatku lebih rendah daripada Saudari Yu. Namun makin kupikirkan, makin aku merasa bingung. Aku membolak-balik halaman tanpa menemukan bagian firman yang cocok. Akhirnya, Saudari Yu menemukan satu bagian firman untuk didiskusikan dengannya. Aku merasa seperti orang gagal, dan wajahku memerah karena malu. Aku benar-benar ingin bersembunyi saja. Makin ingin membuktikan diri, makin aku membuatku diriku terlihat bodoh. Aku merasa aku takkan pernah mampu menandingi Saudari Yu, sekeras apa pun aku berusaha. Aku benar-benar merasa sengsara. Kupikir aku pasti kehilangan muka dengan melakukan tugas itu, dan orang lain telah benar-benar melihat diriku yang sebenarnya, dan saudara-saudari pasti melihat Saudari Yu lebih cakap sebagai pemimpin tim. Jika demikian, mungkin aku harus mengundurkan diri lebih cepat untuk menyelamatkan muka. Sebenarnya aku tahu pemikiran semacam ini tidak sejalan dengan kehendak Tuhan, tetapi aku tak berdaya selain merasa iri terhadapnya. Aku menderita dan merasa sedih, dan tidak tahu bagaimana melepaskan diri dari ikatan reputasi dan status itu. Aku juga membatasi diriku sendiri, berpikir karena selalu mengejar reputasi dan status, mungkin naturku memang seperti ini dan tak mampu mengubahnya. Aku ingin membuka diri kepada saudara-saudari tentang keadaanku, tetapi takut mereka akan memandang rendah diriku. Selain itu, aku tidak mau mengakui bahwa aku tidak sebaik Saudari Yu. Jadi aku terus merasa sedih dan makin berprasangka terhadap Saudari Yu. Aku melihat betapa aktifnya dia dalam pertemuan, jadi kupikir dia sedang pamer, berusaha bersaing denganku untuk mendapatkan status. Aku tak mau berinteraksi dengannya. Aku bahkan berpikir untuk membuka diri tentang keadaanku kepada saudari lain agar dia berpikir semua kesedihanku disebabkan oleh Saudari Yu. Aku ingin dia berpihak padaku dan berprasangka terhadap Saudari Yu, sehingga dia akan mengkritiknya bersamaku. Aku tahu di lubuk hatiku bahwa aku sedang bersekongkol melawan Saudari Yu, tetapi aku tidak terlalu memikirkannya. Suatu malam, aku mulai berbicara dengan seorang saudari tentang betapa sedihnya perasaanku. Biasanya Saudari Yu-lah yang menyarankan firman Tuhan mana yang harus kami persekutukan, dan juga memimpin doa. Aku merasa dia mengabaikanku. Aku merasa terkekang dan bahkan tidak mau lagi menjadi pemimpin tim. Kupikir dia akan berpihak padaku, tetapi dia berkata aku harus memperlakukan Saudari Yu dengan baik. Beberapa hari kemudian, aku melihat dia bergaul akrab dengan Saudari Yu, aku merasa sangat tidak nyaman. Kupikir aku telah bercerita begitu banyak kepadanya, jadi mengapa dia tidak berprasangka terhadap Saudari Yu? Aku agak terkejut memiliki pemikiran itu. Bagaimana aku bisa berpikir begitu? Bukankah artinya aku sedang berusaha membentuk kelompok tertutup untuk mengucilkan Saudari Yu? Aku merasa makin takut dan mulai merenungkan diriku sendiri.

Aku teringat beberapa firman Tuhan: "Jika beberapa orang melihat seseorang yang lebih baik daripada mereka, mereka menekannya, mulai membuat kabar bohong tentang dirinya, atau menggunakan beberapa cara yang jahat sehingga orang lain tidak memandang tinggi dirinya, dan bahwa tidak ada seorang pun yang lebih baik daripada orang lain. Maka, inilah watak rusak berupa kecongkakan dan sikap merasa diri benar, serta kebengkokan, kelicikan dan hati yang busuk, dan tidak sesuatu pun dapat menghentikan orang-orang ini untuk mencapai tujuan mereka. ... Pertama-tama, berbicara dari sudut pandang natur dari persoalan ini, bukankah orang-orang yang bertindak dengan cara seperti ini hanya berbuat sesuka hati mereka? Apakah mereka mempertimbangkan kepentingan keluarga Tuhan? Mereka hanya memikirkan perasaan mereka sendiri dan mereka hanya ingin mencapai tujuan mereka sendiri, terlepas dari kerugian yang ditanggung oleh pekerjaan keluarga Tuhan. Orang-orang semacam ini bukan saja congkak dan merasa diri benar, mereka juga egois dan hina; mereka sama sekali tidak mempertimbangkan maksud Tuhan, dan orang-orang seperti ini, tanpa diragukan lagi, tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Inilah sebabnya mereka melakukan apa pun yang mereka inginkan dan bertindak ceroboh, tanpa rasa bersalah, tanpa rasa takut, tanpa kekhawatiran atau kecemasan, dan tanpa mempertimbangkan konsekuensinya" ("Lima Keadaan Manusia Sebelum Mereka Memasuki Jalur yang Benar dalam Kepercayaan Mereka kepada Tuhan" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Aku tidak pernah merenungkan diriku sendiri dengan terang firman ini sebelumnya. Kemudian akhirnya aku sadar bahwa Tuhan sedang menyingkapkan keadaanku sendiri. Aku tak pernah membayangkan aku bisa begitu jahat. Selama ini aku bersaing dengan Saudari Yu karena aku merasa iri terhadapnya. Persekutuannya lebih baik dan dia mampu menyelesaikan masalah nyata orang lain. Aku merasa tidak senang akan hal itu dan merasa itu mempermalukanku. Karena ingin meningkatkan citraku di mata orang lain, aku memeras otak untuk berusaha mengalahkannya. Ketika tidak mampu melakukan itu, aku membencinya, dan mengkritik dia sedang pamer dan berusaha mengambil tugasku. Aku sedang membentuk faksi, menyebarkan prasangka terhadapnya agar semua orang selalu mengucilkan dan mengkritiknya. Aku sadar aku sangat congkak dan tidak suka ada orang yang lebih baik daripadaku. Aku akan melakukan apa pun demi mempertahankan jabatanku sebagai pemimpin tim—ini jahat dan keji. Apa bedanya diriku dengan antikristus yang bersaing dan mengucilkan orang lain hanya demi status? Aku jelas tidak memiliki jalan masuk kehidupan dan tidak mampu menyelesaikan masalah orang lain. Aku tidak mau membiarkan Saudari Yu memberikan bantuan dan persekutuan. Bukankah aku sedang menghalangi jalan masuk kehidupan orang lain, merugikan saudara-saudariku? Aku tak punya kemanusiaan sedikit pun! Dengan pemikiran ini, aku merasa makin bersalah karena telah benar-benar mengecewakan saudara-saudari. Lalu aku mengumpulkan keberanianku untuk membuka diri tentang keinginanku baru-baru ini untuk bersaing dengan Saudari Yu, dan meminta maaf padanya. Dia berkata dia tahu aku tidak terlalu senang saat dia menyampaikan persekutuan dan merasa terkekang, dan tidak mau bersekutu terlalu banyak, takut aku akan terpengaruh. Saat itulah aku menyadari pergumulanku telah memengaruhi dia secara negatif, dan aku merasa buruk. Aku tahu pertemuan adalah tempat untuk menyembah Tuhan, bukan tempat untuk mengejar ketenaran dan kekayaan. Namun, pikiranku keliru—aku ingin bersaing dengannya, yang mengganggu pekerjaan rumah Tuhan dan menghalangi jalan masuk kehidupan saudara-saudari. Aku benar-benar dipenuhi dengan penyesalan. Hidup menurut watak Iblis seperti ini merugikan orang lain, dan akhirnya kita hidup dalam kepahitan dan penderitaan. Iri hati terhadap orang lain sebenarnya memang menyakiti kita juga.

Aku terus mencari jalan penerapan. Aku membaca bagian ini dalam firman Tuhan: "Untuk menjadi pemimpin gereja, orang tidak hanya harus belajar menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalah, tetapi juga menggunakan kebenaran untuk menemukan dan membina orang-orang berbakat, yang kepadanya orang sama sekali tidak boleh menekan atau iri hati. Pelaksanaan tugas seperti itu memenuhi standar, dan para pemimpin serta pekerja yang melakukannya memenuhi standar. Jika engkau semakin mampu untuk bertindak sesuai dengan prinsip dalam segala sesuatu, maka engkau akan sesuai yang diharapkan dengan kesetiaanmu. Ada beberapa orang yang selalu takut bahwa orang lain lebih baik daripada mereka dan lebih tinggi daripada mereka, bahwa orang lain akan dihargai sedangkan mereka sendiri diabaikan. Ini mengakibatkan mereka menyerang dan mengecualikan orang lain. Bukankah ini contoh perasaan iri terhadap orang-orang yang lebih mampu daripada diri mereka sendiri? Bukankah perilaku semacam itu egois dan hina? Watak macam apa ini? Ini adalah watak yang jahat! Ini adalah watak yang hanya memikirkan kepentingannya sendiri, hanya memuaskan keinginannya sendiri, tidak menunjukkan perhatian terhadap tugas orang lain atau kepentingan rumah Tuhan—orang-orang semacam ini memiliki watak yang buruk, dan Tuhan tidak mengasihi mereka. Jika engkau benar-benar mampu memikirkan kehendak Tuhan, engkau akan mampu memperlakukan orang lain dengan adil. Jika engkau merekomendasikan orang yang baik dan membina mereka sampai memiliki kemampuan, sehingga sesudahnya akan ada lebih banyak orang yang berbakat di rumah Tuhan, bukankah pekerjaanmu akan menjadi lebih mudah untuk dilakukan? Bukankah engkau akan sesuai yang diharapkan dengan kesetiaanmu dalam tugas ini? Ini adalah perbuatan baik di hadapan Tuhan; inilah hati nurani dan akal yang minimal harus dimiliki oleh orang yang menjadi pemimpin. ... Jangan selalu melakukan segala sesuatu demi kepentinganmu sendiri dan jangan selalu mempertimbangkan kepentinganmu sendiri; jangan memikirkan status, gengsi, atau reputasimu sendiri. Juga jangan mempertimbangkan kepentingan manusia. Engkau harus terlebih dahulu memikirkan kepentingan rumah Tuhan, dan menjadikannya prioritas utamamu. Engkau harus mempertimbangkan kehendak Tuhan dan mulailah dengan merenungkan apakah engkau murni atau tidak dalam memenuhi tugasmu, apakah engkau telah berusaha sekuatmu untuk setia, melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan tanggung jawabmu, dan mengerahkan seluruh tenagamu atau tidak, serta apakah engkau telah dengan sepenuh hati memikirkan tugasmu dan pekerjaan rumah Tuhan atau tidak. Engkau harus memikirkan hal-hal ini. Renungkanlah hal-hal ini sesering mungkin, maka akan menjadi lebih mudah bagimu untuk melaksanakan tugasmu dengan baik" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan mengajariku bahwa para pemimpin dan pekerja harus belajar bagaimana mengenali dan membina orang-orang berbakat, dan merasa iri terhadap mereka adalah sesuatu yang Tuhan benci. Persekutuan Saudari Yu sangat berwawasan dan dia mampu menyelesaikan masalah nyata. Itu baik bagi pekerjaan gereja dan bagi jalan masuk kehidupan saudara-saudari. Aku harus memikirkan kehendak Tuhan dan melepaskan reputasi dan statusku, untuk bekerja dalam keharmonisan dengannya dan melakukan tugasku. Dan terpilih sebagai pemimpin tim adalah Tuhan memberiku kesempatan untuk berlatih. Itu bukan berarti aku tahu segalanya. Memiliki pemahaman yang dangkal akan kebenaran dan beberapa masalah lainnya adalah normal, jadi aku seharusnya belajar dari Saudari Yu. Namun, aku selalu memosisikan diriku sebagai pemimpin tim, dan merasa harus mampu melihat dan menyelesaikan semua masalah, bahwa aku harus lebih cakap daripada orang lain, jadi aku selalu bersaing dengan Saudari Yu dan akan merasa sedih jika aku tidak bisa lebih baik daripada dia. Aku sangat bodoh. Tuhan tidak pernah menuntut agar para pemimpin mampu menyelesaikan semua masalah. Dia ingin kita menjadi orang yang jujur, hanya mempersekutukan apa yang kita pahami, dan mendiskusikan apa pun yang tidak kita pahami bersama saudara-saudari. Itulah kehendak Tuhan. Setelah memahami kehendak Tuhan, aku berhenti merasa iri terhadap Saudari Yu, dan mulai mampu menerima dan melaksanakan setiap gagasan bagus apa pun yang dia miliki. Kami bekerja sama untuk bersekutu dan membantu siapa pun yang mengemukakan masalah dalam pertemuan, dan banyak masalah diselesaikan dengan cara itu.

Setelah semua itu, kupikir aku telah berubah, dan tidak begitu berfokus pada reputasi dan status. Namun, aku telah dirusak sedemikian dalam oleh Iblis. Ketika situasi yang tepat datang, aku tetap tak berdaya selain menyingkapkan sisi itu. Pada Juli 2021, aku diberhentikan karena tidak mampu menangani tugas pemimpin tim. Saudari Yu terpilih untuk menggantikanku. Aku tahu dalam hatiku ini adalah perubahan positif dan merasa sepertinya dia benar-benar akan melakukan pekerjaan yang lebih baik. Memilihnya akan menguntungkan kehidupan saudara-saudari. Namun kemudian, aku melihat betapa dia terbeban untuk memenuhi tugasnya, dan dapat dengan segera menangani setiap kesulitan yang dihadapi anggota tim. Dia juga merangkum beberapa penyimpangan dalam kehidupan bergereja kami. Itu memunculkan beberapa perasaan di hatiku. Jika Saudari Yu mencapai lebih banyak dalam waktunya sebagai pemimpin tim, bukankah itu akan membuatku terlihat buruk? Apa yang akan semua orang pikirkan tentang diriku? Aku yakin mereka pasti berpikir aku tidak berguna dan berkualitas buruk. Dengan pemikiran itu, aku berhenti berharap ada perbaikan kehidupan bergereja. Sebelumnya, entah kami sedang mempersekutukan firman Tuhan atau membicarakan masalah dalam pekerjaan kami, aku proaktif, dan membantu membuat semua orang tetap terlibat. Namun sekarang, aku menjadi orang terakhir yang berbicara dalam pertemuan, dan terkadang ketika aku mendapatkan sedikit pencerahan, aku tidak mau membicarakannya. Dengan enggan aku mengucapkan beberapa patah kata di akhir persekutuan kami. Ketika Saudari Yu memintaku untuk melanjutkan, aku tidak mau berbicara lebih banyak. Selama beberapa waktu, beberapa kesulitan dalam tugas mereka membuat saudara-saudari dalam keadaan buruk, dan Saudari Yu terlalu sibuk untuk segera menanganinya. Aku tidak menawarkan bantuan, dan bahkan menikmati keadaan sulit itu, berpikir, "Kau juga bukan pemimpin yang luar biasa—tidak lebih baik daripadaku!" Aku melihat orang lain dalam keadaan buruk dan kehidupan bergereja menderita, dan bahkan berharap segala sesuatunya terus berlanjut seperti itu. Kemudian, aku melihat Saudari Yu dengan segera meluangkan waktu untuk menyelesaikan masalah-masalah ini. Aku merasa sangat tidak senang. Aku makin tidak menyukainya. Sampai pada titik apa pun yang dia katakan, pendapat apa pun yang dia kemukakan, aku bahkan tidak mau mendengarnya. Aku akan berbalik dan melihat ke arah lain ketika dia sedang bersekutu dalam pertemuan. Aku tahu sikap iri hatiku makin buruk, makin beracun, bahwa itu dapat menyakiti dia dan merugikan kehidupan bergereja kami. Aku tidak mau itu berlanjut, tetapi aku tak mampu melepaskan diri darinya. Dalam penderitaan, aku berdoa, "Ya Tuhan, aku tidak mau merasa iri hati terhadap Saudari Yu, tetapi aku tak berdaya. Kumohon selamatkan aku agar mampu melihat bahaya reputasi dan status, agar dibebaskan dari ikatan kerusakanku." Setelah berdoa, aku menceritakan keadaanku ini kepada saudara-saudari. Saudari Yu berkata dia tak pernah membayangkan aku akan merasa seperti itu terhadapnya, dan dia merasa sangat sedih Mendengar hal itu, aku merasa sangat bersalah. Kami sudah saling mengenal begitu lama, aku merasa sangat iri terhadapnya dan aku telah mengkritik dia di belakangnya, tetapi dia sama sekali tidak marah. Dia selalu peduli, mempersekutukan kebenaran untuk membantuku. Bersikap seperti itu terhadap dirinya sangat jahat dan tidak manusiawi.

Kemudian dalam pertemuan, aku membaca firman Tuhan ini: "Antikristus menganggap status dan reputasi mereka sendiri lebih penting daripada apa pun. Orang-orang ini tidak hanya curang, licik dan jahat, tetapi pada dasarnya juga ganas. Apa yang mereka lakukan ketika mereka mendeteksi bahwa status mereka sedang berada dalam bahaya, atau ketika mereka kehilangan tempat di hati orang-orang, ketika mereka kehilangan dukungan dan kasih sayang orang-orang ini, ketika orang-orang tidak lagi memuja dan menghormati mereka, dan kehilangan reputasi mereka? Mereka tiba-tiba berubah. Begitu mereka kehilangan status mereka, mereka tidak mau melakukan apa pun, dan semua yang mereka lakukan buruk. Mereka tidak berminat untuk melaksanakan tugas mereka. Namun, ini bukan perwujudan yang terburuk. Apa perwujudan terburuknya? Begitu orang-orang ini kehilangan status mereka, dan tak seorang pun menghormati mereka, dan tak seorang pun tertipu oleh mereka, muncullah kecemburuan dan balas dendam, dan muncullah kebencian. Mereka bukan hanya tidak takut akan Tuhan, tetapi juga tidak memiliki sedikit pun ketaatan. Di dalam hatinya, mereka bahkan cenderung membenci gereja, rumah Tuhan, dan para pemimpin dan pekerja; mereka berharap pekerjaan gereja mengalami masalah atau terhenti; mereka ingin menertawakan rumah Tuhan dan saudara-saudari. Mereka juga membenci siapa pun yang mengejar kebenaran dan takut akan Tuhan. Mereka menyerang dan mencemooh siapa pun yang setia pada tugas mereka dan rela membayar harga. Inilah watak antikristus—dan bukankah itu kejam?" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Dua)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Tuhan memperlihatkan kepada kita bahwa antikristus itu licik, jahat, dan memiliki natur yang ganas. Jika mereka kehilangan status atau dukungan orang lain, mereka mulai merasa iri dan ingin membalas dendam. Mereka tak hanya bersikap asal-asalan dalam tugas mereka, tetapi juga ingin segala sesuatunya berjalan buruk dalam pekerjaan gereja. Mereka ingin mengolok-olok rumah Tuhan dan saudara-saudari. Aku sadar bahwa aku berada dalam keadaan yang persis sama dengan bagaimana Tuhan menggambarkan antikristus dalam firman-Nya. Setelah diberhentikan, aku melihat betapa terbebannya Saudari Yu terhadap tugasnya, dan mampu menangani masalah nyata. Aku takut jika hasil pekerjaannya sangat baik dan kehidupan bergereja membaik, itu akan memperlihatkan betapa dia jauh lebih baik daripadaku. Demi melindungi status dan citraku, aku berharap kehidupan bergereja berjalan dengan buruk. Aku tidak mau menyampaikan pemahaman yang kuperoleh dengan sangat jelas. Aku merasa senang ketika melihat Saudari Yu tidak menyelesaikan masalah tepat waktu, aku menertawakannya. Aku tidak menyukai apa pun tentang dirinya dan sama sekali menolaknya. Aku sedang memperlihatkan watak jahat antikristus. Aku tahu bahwa kehidupan bergereja memiliki dampak langsung pada jalan masuk kehidupan saudara-saudari, di mana mereka mampu melakukan tugas mereka dengan baik hanya ketika mereka dalam keadaan baik dan memiliki jalan masuk kehidupan. Namun, aku ingin mempertahankan statusku di mata orang lain, jadi aku tidak hanya gagal mempertahankan kehidupan bergereja, tetapi juga merasa senang melihat masalah orang tidak terselesaikan, tidak melihat hasil apa pun dari tugas mereka. Aku sangat jahat dan kejam. Ketika rumah Tuhan mempromosikan atau memberhentikan seseorang, itu adalah demi pekerjaan. Aku tidak mampu menangani pekerjaanku, jadi aku diberhentikan, dan kemudian calon yang lebih baik menggantikannya. Aku merasa tidak senang akan hal itu dan tak mau bekerja secara harmonis dengannya, dan bahkan meremehkan, mengganggu dan menyakitinya. Apakah aku masih manusia? Dengan pemikiran itu, aku dipenuhi dengan penyesalan dan air mataku mulai mengalir. Aku benci betapa kejamnya diriku, dan tahu bahwa aku tidak layak hidup di hadapan Tuhan. Aku teringat ayat Alkitab ini: "Iri hati membusukkan tulang" (Amsal 14:30). Benar sekali. Iri hati menimbulkan kebencian dan dapat menyebabkan orang melakukan hal-hal yang tidak masuk akal.

Malam itu, aku membaca bagian lain firman Tuhan: "Jika engkau selalu mengganggu, mengacaukan, dan menghancurkan hal-hal yang ingin Tuhan jagai, dan jika engkau selalu membenci hal-hal tersebut serta memiliki gagasan dan pemikiranmu sendiri, lalu apa artinya ini? Ini menyiratkan bahwa engkau ingin memperdebatkan apa yang telah Tuhan tetapkan, menentang-Nya, dan bahwa engkau tidak menganggap pekerjaan dan kepentingan rumah-Nya sebagai hal yang penting. Engkau selalu berusaha untuk merusaknya, selalu ingin menghancurkan, selalu ingin mengambil keuntungan darinya, dan selalu ingin membuat masalah dan melakukan hal-hal buruk. Dengan melakukan demikian, apakah Tuhan akan marah kepadamu atau tidak? (Dia akan marah.) Dan seperti apa kemarahan ini? (Dia akan menghukum kami.) Dia pasti akan menghukummu. Tuhan tidak akan mengampunimu; sama sekali tidak akan mengampunimu. Ini karena hal-hal buruk yang kaulakukan, merusak, mencemarkan, dan mengganggu pekerjaan gereja, semua itu bertentangan dengan kepentingan pekerjaan rumah Tuhan, kejahatan yang besar, semua itu adalah penentangan terhadap Tuhan, dan pelanggaran langsung terhadap watak Tuhan—jadi bagaimana mungkin Tuhan tidak marah kepadamu? Jika beberapa orang tidak mampu melakukan suatu pekerjaan karena kualitas mereka yang buruk, dan mereka secara tidak sengaja melakukan beberapa kesalahan kecil, Tuhan mungkin menangani mereka dengan cara yang tepat sesuai dengan tingkat keparahan kesalahan mereka. Namun, jika, demi kepentingan pribadimu sendiri, engkau dengan sengaja terlibat dalam kecemburuan dan perselisihan, serta dengan sadar melanggar dan melakukan beberapa hal yang mengganggu, mengacaukan, dan menghancurkan pekerjaan Tuhan, maka engkau telah menyinggung watak-Nya. Akankah Dia mengampunimu? Tuhan telah mengerahkan seluruh upaya-Nya ke dalam pekerjaan rencana pengelolaan-Nya selama enam ribu tahun. Jika engkau menentang Dia, dengan sengaja merugikan kepentingan rumah-Nya dan mengejar kepentinganmu sendiri dengan mengorbankan kepentingan rumah-Nya, mengejar ketenaran dan status pribadi, tidak peduli apakah tindakanmu menghancurkan pekerjaan rumah Tuhan atau menyebabkannya dihalangi dan dihancurkan, dan bahkan menyebabkan kerugian materi dan keuangan yang sangat besar terhadap rumah Tuhan, apakah menurutmu seseorang sepertimu itu harus diampuni? (Tidak.)" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Satu)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Dari firman-Nya, aku merasakan watak Tuhan yang tak boleh disinggung. Aku ingin menjaga statusku dengan semua orang, jadi aku menentang Saudari Yu, bahkan berharap dia terlihat buruk. Aku memengaruhi pekerjaan gereja. Aku tak hanya menentang orang lain, tetapi juga menentang Tuhan. Aku mengorbankan kepentingan rumah Tuhan demi mencapai tujuanku sendiri. Tuhan telah membayar harga yang begitu mahal untuk menyelamatkan umat manusia, hanya berharap agar kita akan mendapatkan kebenaran, mengubah watak kita, dan diselamatkan oleh-Nya. Hanya ketika saudara-saudari memiliki kehidupan bergereja dan pemimpin yang baik barulah mereka dapat masuk ke dalam kenyataan kebenaran dan memperoleh keselamatan Tuhan. Aku adalah makhluk ciptaan, pengikut Tuhan, tetapi sama sekali tidak memikirkan kehendak Tuhan. Ketika melihat kehidupan bergereja menderita, aku merasa senang. Aku bahkan berharap semuanya akan berjalan seperti itu. Bagaimana aku bisa begitu hina dan jahat? Iblis berharap rencana pengelolaan Tuhan tidak selesai, dan pekerjaan rumah Tuhan tertunda, serta semua orang mengkhianati Tuhan dan kehilangan keselamatan-Nya, dan pada akhirnya masuk neraka bersama Iblis. Dengan berpikir seperti itu dan bertindak seperti itu, bukankah aku sama seperti Iblis, mengganggu pekerjaan rumah Tuhan? Watak Tuhan takkan menoleransi pelanggaran. Aku tahu jika aku tetap tidak mau bertobat, suatu hari aku pasti melakukan kejahatan yang lebih besar, menyinggung watak Tuhan, dan disingkirkan oleh-Nya. Saat itulah aku benar-benar memahami bahwa mengejar reputasi dan status bukanlah jalan yang baik. Aku teringat apa yang Tuhan katakan: "Iblis menggunakan ketenaran dan keuntungan untuk mengendalikan pikiran manusia, sampai satu-satunya yang orang pikirkan adalah ketenaran dan keuntungan. Mereka berjuang demi ketenaran dan keuntungan, menderita kesukaran demi ketenaran dan keuntungan, menanggung penghinaan demi ketenaran dan keuntungan, mengorbankan semua yang mereka miliki demi ketenaran dan keuntungan, dan mereka akan melakukan penilaian atau mengambil keputusan demi ketenaran dan keuntungan. Dengan cara ini, Iblis mengikat orang dengan belenggu yang tak kasat mata, dan mereka tidak punya kekuatan ataupun keberanian untuk membuang belenggu tersebut. Mereka tanpa sadar menanggung belenggu ini dan berjalan maju dengan susah payah. Demi ketenaran dan keuntungan ini, umat manusia menjauhi Tuhan dan mengkhianati Dia dan menjadi semakin jahat. Jadi, dengan cara inilah, generasi demi generasi dihancurkan di tengah ketenaran dan keuntungan Iblis" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"). Aku tidak menganggap serius masalah mengejar reputasi dan status, tetapi kupikir aku hanya ingin orang lain menghormatiku. Kupikir aku takkan pernah merugikan saudara-saudari atau kepentingan rumah Tuhan. Namun, firman Tuhan dan fakta memperlihatkan kepadaku bahwa reputasi dan status adalah alat yang dipakai Iblis untuk menyakiti orang, untuk merugikan mereka. Itu adalah belenggu yang Iblis kenakan atasku. Ketika waktunya tiba, itu menguasaiku dan aku tak berdaya selain menentang Tuhan. Jika aku tidak mengejar kebenaran dan menerima penghakiman dan hajaran Tuhan, tetapi terus mengejar hal-hal itu, aku benar-benar akan membunuh diriku sendiri. Sejak zaman dahulu, dalam pengejaran akan status dan kekuasaan, teman terbaik orang telah menjadi musuh bebuyutan, dan orang-orang yang paling mereka cintai menjadi penuh perhitungan dan kejam satu sama lain. Aku juga sama terhadap Saudari Yu. Hanya memikirkan statusku, aku tidak tahan lagi dengannya. Kupikir dia mencuri kedudukanku, jadi aku ingin bersaing dengannya, dan ketika tidak mampu mengunggulinya, aku ingin membentuk faksi untuk mengkritiknya. Aku tidak berusaha melindungi kehidupan bergereja ketika kulihat itu tidak berjalan dengan baik, dengan sikap dingin aku diam saja, sangat ingin melihatnya gagal sehingga aku dapat menertawakannya. Aku bahkan rela melihat pekerjaan rumah Tuhan menderita. Aku sadar dengan mengejar reputasi dan status, aku berada di jalan yang menentang Tuhan. Pada saat itu aku merasakan semacam ketakutan mencengkeram hatiku dan tahu bahwa jika aku tidak bertobat, tetapi terus mengejar reputasi dan status, mengganggu pekerjaan rumah Tuhan, paling banter aku mungkin akan kehilangan tugasku, tetapi yang terburuk, aku bisa menjadi antikristus dan dikeluarkan dari gereja. Aku pasti kehilangan kesempatan untuk diselamatkan. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan setelah menyadari hal ini. Aku belum pernah melihat esensi reputasi dan status atau kerugian yang diakibatkan dengan mengejarnya, dan aku tidak pernah benar-benar rela melepaskan pengejaran itu. Kali ini Tuhan sedang mengatur situasi nyata bagiku untuk secara pribadi mengalami penderitaan hidup di bawah kekuasaan Iblis, melihat diriku yang sebenarnya yang mengejar hal itu. Melalui penghakiman firman-Nya, aku juga dapat mengalami watak Tuhan yang tak boleh disinggung. Aku pernah merasa negatif dan lemah sebelumnya, merasa terlalu rusak untuk berubah, dan tidak memiliki keyakinan untuk mengejar kebenaran. Namun kemudian, aku memahami bahwa meskipun aku terlalu menghargai reputasi dan status, asalkan aku mau mengejar kebenaran dan perubahan pribadi, Tuhan akan membimbingku untuk memahami kebenaran, melepaskan belenggu itu, dan berada di jalan keselamatan.

Kemudian, aku membaca bagian ini dalam firman Tuhan: "Watak apakah itu ketika orang selalu berusaha menjadi lebih baik daripada orang lain, ketika mereka selalu berusaha mengungguli orang lain, ketika mereka selalu berusaha terlihat paling menonjol? (Watak yang congkak.) Ini bukanlah sikap yang memperhatikan beban Tuhan—Tuhan tidak memintamu untuk memperhatikan beban-Nya dengan cara ini. Beberapa orang mengatakan bahwa ini adalah karena mereka bersikap kompetitif. Pada dasarnya, bersikap kompetitif adalah sesuatu yang negatif. Ini adalah penyingkapan—perwujudan—watak congkak Iblis. Jika engkau memiliki watak seperti itu, engkau akan selalu berusaha mengalahkan orang lain, selalu berusaha mengungguli mereka, selalu berebut, selalu berusaha mengambil dari orang lain. Engkau sangat iri hati, engkau tidak menaati siapa pun, dan selalu berusaha menonjolkan dirimu sendiri. Ini adalah masalah; seperti inilah cara Iblis bertindak. Jika engkau benar-benar ingin menjadi makhluk ciptaan Tuhan, janganlah mengejar hal-hal semacam itu. Bersikap kompetitif, memamerkan kemampuanmu—semua ini bukanlah hal yang baik; hanya belajar untuk taatlah yang menunjukkan bahwa engkau memiliki akal." "Apa prinsip-prinsipmu dalam berperilaku? Engkau semua harus berperilaku sesuai dengan posisimu, menemukan posisi yang tepat untukmu, dan berdiri teguh di posisimu. Sebagai contoh, jika ada orang yang cakap di suatu profesi dan dapat memahami prinsip-prinsipnya, maka mereka seharusnya melakukan pemeriksaan akhir berkenaan dengan hal ini; ada orang yang dapat memberikan gagasan dan wawasan sehingga memungkinkan semua orang lainnya untuk membangun di atas gagasan mereka dan melaksanakan tugas ini dengan lebih baik—maka mereka seharusnya memberikan gagasan. Jika engkau dapat menemukan posisi yang tepat untukmu dan bekerja dalam keharmonisan dengan saudara-saudarimu, engkau akan memenuhi tugasmu dan engkau akan berperilaku sesuai dengan posisimu" ("Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Ini memberiku jalan penerapan. Tuhan memberikan karunia dan kualitas yang berbeda kepada setiap orang. Dia berharap kita akan tunduk pada pengaturan-Nya dan memainkan peran kita sesuai kedudukan kita. Saudari Yu lebih berkualitas daripadaku dan mampu menangani masalah nyata. Dia adalah pemimpin tim yang efektif, dan itu adalah hal yang baik. Aku harus belajar dari kelebihannya dan melakukan tugasku sendiri dengan baik. Itulah satu-satunya pendekatan yang masuk akal. Namun, aku takut disebut tidak cakap. Aku congkak dan tak mengenal diriku sendiri. Aku tidak mengetahui posisiku sendiri. Saudari Yu berfokus pada jalan masuk ke dalam kehidupan dan memiliki kasih bagi orang lain. Dia juga sangat membantu ketika dia melihat masalah dalam diriku, jadi aku harus menghargai kesempatan untuk bekerja bersamanya dan berfokus untuk mengenal diriku sendiri di lingkungan yang Tuhan atur. Itu akan bermanfaat bagi jalan masuk kehidupanku. Pola pikir itu memberiku rasa kebebasan. Setelah itu, aku melepaskan rasa iriku terhadapnya, dan dalam pertemuan, aku terlibat aktif dan bekerja sama dengannya, melakukan yang terbaik dalam persekutuan dan berusaha sekuat tenaga untuk membantu orang lain. Melakukan hal itu memberiku perasaan damai yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Tuhan menempatkan saudara-saudari yang cakap di sekeliling kita agar kita dapat belajar dari kelebihan mereka dan melengkapi kekurangan kita. Maka kita akan bertumbuh lebih cepat dalam hidup. Itu adalah berkat yang tak ternilai harganya.

Pengalaman ini memberiku lebih banyak pemahaman tentang naturku yang rusak. Aku menyadari betapa dalam Iblis telah merusakku, bahwa aku selalu melakukan apa pun demi reputasi dan statusku sendiri, bahwa aku benar-benar jahat. Aku juga mengalami keselamatan Tuhan. Terjebak dalam pengejaran akan status dan iri hati sungguh menyakitkan, dan penghakiman firman Tuhan-lah yang membuatku melihat lebih jelas esensi dari apa yang sedang kulakukan, melepaskanku dari belenggu kerusakanku sehingga aku dapat hidup lebih bebas. Dari lubuk hatiku, aku bersyukur atas keselamatan Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Kerugian Akibat Iri Hati

Oleh Saudari Yi Ning, Tiongkok Belum lama ini, aku terpilih sebagai pemimpin gereja, memimpin pekerjaan beberapa gereja. Tak lama kemudian,...