Belajar Tunduk Melalui Tugasku

31 Januari 2022

Oleh Saudara Novo, Filipina

Pada tahun 2012, saat bekerja di Taiwan, aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Aku kemudian tahu bahwa aku salah satu orang Filipina pertama yang menerimanya. Aku senang dan merasa diberkati. Setelah kembali ke Filipina tahun 2014, aku mulai mengkhotbahkan Injil Kerajaan Tuhan Yang Mahakuasa di negaraku. Tak lama, banyak orang Filipina menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Aku sangat bahagia dan bangga bisa menggenapi tugas mengkhotbahkan Injil. Kupikir mengkhotbahkan Injil dan bersaksi tentang Tuhan itu tugas istimewa yang tidak semua orang bisa lakukan, karena orang perlu memahami kebenaran untuk menggenapi tugas ini. Biasanya, saat bertemu saudara-saudariku, mereka iri kepadaku karena aku termasuk orang pertama di Filipina yang menerima pekerjaan Tuhan. Mereka pikir aku sangat beruntung, kagum karena aku bisa memberitakan Injil dan bersaksi tentang Tuhan. Saat melihat bagaimana mereka iri dan menghormatiku, aku selalu merasakan superioritas, dan merasa pantas mendapatkan tugas penting seperti mengkhotbahkan Injil.

Suatu hari, kudengar saudara yang bertugas mengurus pekerjaan harian dan mengemudi di gereja harus memperbarui SIM-nya dan sementara ini tidak bisa mengemudi. Pemimpin kami tahu aku bisa mengemudi dan bertanya apa aku bisa mengambil alih tugas saudara itu, mengemudi dan membeli keperluan gereja, juga mengambil alih pekerjaan harian gereja. Saat itu, aku merasa khawatir dan tersiksa. Kupikir, "Kenapa kau tiba-tiba ingin aku mengemudi? Apa pendapat saudara-saudari jika aku menjadi sopir?" Dalam pikiranku, memberitakan Injil dan bersaksi tentang Tuhan adalah tugas penting yang bisa membawa banyak orang yang mendambakan penampakan Tuhan ke hadapan-Nya, tetapi mengemudi hanya pekerjaan sehari-hari, tugas biasa, tugas yang pada dasarnya tidak bisa bersaksi tentang Tuhan atau membuat orang menghormatiku. Siapa pun bisa melakukan tugas sederhana, tetapi tidak sembarang orang bisa memberitakan Injil dan bersaksi tentang Tuhan. Aku merasa sangat kecewa ditempatkan di posisi itu. Aku merasa tugas mengemudi tidak cocok untukku. Aku tidak bisa mengerti bagaimana ini terjadi kepadaku dan khawatir pemimpinku akan membuatku mempertahankan tugas ini. Aku punya banyak pikiran negatif, tidak bisa melakukan tugas ini dengan taat, bahkan tidak ingin saudara-saudariku tahu tugasku telah berubah. Esok harinya, beberapa saudara-saudari menyapaku dan berkata, "Kudengar kau bertugas mengemudi sekarang?" Mendengar mereka mengatakan ini membuatku sangat malu dan tertekan. Aku sama sekali tidak menginginkan tugas ini. Aku seharusnya memberitakan Injil, yang bisa memberiku reputasi bagus. Aku tidak mau saudara-saudariku merendahkanku. Aku merasa marah dan memberontak, juga dipenuhi pikiran negatif, tetapi di luar, aku pura-pura tidak keberatan. Aku tidak ingin mereka melihat kelemahanku dan meremehkanku, jadi aku menjawab, "Ini pengaturan Tuhan, dan aku bersyukur kepada-Nya untuk itu." Saat mengatakan itu, aku sadar, meskipun tahu ungkapan "Tuhan punya kedaulatan atas segala sesuatu," saat Tuhan membentuk suatu lingkungan, aku tidak benar-benar mengakui kedaulatan-Nya. Kata-kataku tidak sesuai dengan hatiku. Di luar aku taat, tetapi sebenarnya tidak mau menerima atau menaati lingkungan yang Tuhan ciptakan. Aku tidak bisa menahan diri berpikir, "Kenapa aku tiba-tiba mengalami semua ini? Apakah pemimpin membuat kesalahan memberikutugas mengemudi? Tugas ini tidak tepat untukku. Aku seharusnya memberitakan Injil, kenapa aku menjadi sopir?" Aku merasa sangat negatif. Kupikir pasti karena dia merasa aku tidak cocok memberitakan Injil, lalu menjadikanku sopir. Karena merasa mengemudi hanya membutuhkan tangan, tidak memerlukan jalan masuk kehidupan atau mencari prinsip kebenaran, dan hanya kerja kasar, aku hanya mengemudi dan membeli barang untuk gereja sesuai perintah. Setelah beberapa waktu, aku tidak mendapatkan jalan masuk kehidupan, aku sudah muak, dan merasa tugas mengemudiku makin tak tertahankan.

Suatu hari, seorang saudara yang dahulu memberitakan Injil denganku menelepon dan bertanya, "Saudara, bagaimana kabarmu? Kau sudah terbiasa dengan tugas barumu? Ada tempat yang ingin kami kunjungi. Kapan kau punya waktu mengantar kami?" Mendengar itu membuatku sedih dan malu. Kupikir, "Mungkin bagi saudaraku, aku hanya sopir tanpa status. Dia pasti meremehkanku." Aku merasa sangat sedih dan negatif, juga kehilangan motivasi dalam tugas. Aku tidak ingin membaca firman Tuhan atau ikut pertemuan, dan sering bertanya-tanya apa pendapat saudara-saudariku tentangku. Saat itu, meskipun aku menjalankan tugas dan tidak membangkang, hatiku bergejolak dan tidak bisa menerima tugas ini. Meski secara teori aku tahu, apa pun yang terjadi aku harus memenuhi tugas sebagai makhluk ciptaan, aku tidak bisa lepas dari keadaan negatif dan pasif. Lambat laun, aku tidak lagi merasakan pekerjaan Roh Kudus, dan tugasku terasa seperti pekerjaan duniawi, datang, pulang, dan menunggu hari berlalu. Hatiku penuh kegelapan dan kesengsaraan, aku tidak mendapat pencerahan Roh Kudus dalam pertemuan dan selalu merasa hampa. Aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, aku tahu keadaanku salah, tetapi saat mengemudi dan mengantar barang, aku masih peduli dengan pendapat saudara-saudariku tentangku. Tolong bimbing aku agar bisa taat dan menerima tugas ini."

Kemudian, aku membaca firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Apakah arti ketundukan yang sejati? Setiap kali Tuhan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginanmu, dan engkau merasa bahwa segalanya memuaskan dan pantas, dan engkau diizinkan untuk unggul, engkau merasa bahwa ini sungguh mulia, dan engkau berkata, 'Terima kasih, Tuhan,' dan dapat tunduk pada pengelolaan dan pengaturan-Nya. Namun, setiap kali engkau ditugaskan di tempat yang biasa-biasa saja, di mana engkau tidak pernah dapat menjadi unggul, dan di mana tak seorang pun pernah mengakuimu, engkau tidak lagi merasa bahagia, dan mengalami kesulitan untuk tunduk. ... Tunduk ketika situasinya menguntungkan biasanya mudah. Jika engkau juga bisa tunduk dalam keadaan yang tidak menguntungkan—keadaan di mana segala sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginanmu dan perasaanmu menjadi terluka, keadaan yang membuatmu lemah, yang membuatmu menderita secara fisik dan memukul reputasimu, yang tidak dapat memuaskan keangkuhan dan kebanggaan dirimu, dan yang membuatmu menderita secara psikologis—maka engkau benar-benar telah bertumbuh" (persekutuan Tuhan). Firman Tuhan menyingkap kerusakan di hatiku. Aku ingat saat menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, aku berdoa kepada Tuhan dan berkata, "Apa pun lingkungan yang Tuhan atur, entah aku menghadapi kesulitan atau ujian berat, aku akan menerima dan taat. Apa pun yang terjadi, aku akan mengikuti Tuhan." Namun, sekarang, lingkungan sesungguhnya telah muncul, tetapi aku tidak bisa menaatinya. Tiba-tiba aku sadar ketaatanku pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan hanya di bibir. Awalnya, saat gereja mengatur agar aku memberitakan Injil, aku yakin perlu orang istimewa untuk melakukan tugas ini, dan kenyataan aku yang mendapat tugas sangat penting itu, membuatku terlihat baik. Saudara-saudariku juga memuji dan menghormatiku. Aku sangat menyukai tugasku, jadi aku sangat antusias, dan bekerja sangat keras dalam tugas itu. Namun, saat pemimpin menjadikanku sopir, seolah aku berubah dari orang yang sangat dihormati menjadi pengemudi yang tidak dipedulikan siapa pun, dan itu sangat memalukan. Selain itu, kupikir mengemudi tidak terlalu penting dan tidak dihormati siapa pun. Jika melakukan tugas ini, saudara-saudariku tidak akan menghormatiku seperti dulu, jadi dari lubuk hatiku, aku tidak bisa menerima tugas ini, aku tidak bisa menaati kedaulatan dan pengaturan Tuhan, bahkan berpikir pengaturan pemimpinku salah. Aku terlalu mementingkan martabat dan statusku, juga pilih-pilih dan memperlakukan tugas berdasarkan preferensi. Aku ingin tugas yang membuatku bisa menunjukkan wajah dan dihormati, bukan tugas tidak mencolok dan tidak terlihat. Saat tugas yang diatur untukku tidak membuat orang lain menghormatiku, hatiku dipenuhi perlawanan dan keluhan. Di luar, aku tidak menentangnya, tetapi di dalam, aku tidak bisa memaksa diri untuk taat, yang membuatku kehilangan pekerjaan Roh Kudus dan hidup dalam kegelapan. Dari firman Tuhan, aku mengerti jika ingin benar-benar taat kepada Tuhan dan punya tingkat pertumbuhan nyata, aku harus menaati pengaturan Tuhan, tak hanya saat lingkungannya sesuai untukku, tetapi yang lebih penting, aku harus taat saat itu tidak sesuai. Bahkan jika kehilangan muka atau saudara-saudariku tidak menghormatiku, aku harus menerima dan menaatinya.

Lalu, di sebuah pertemuan, aku secara terbuka bersekutu tentang keadaanku, dan saudara-saudariku mengirimiku sebuah kutipan firman Tuhan yang membantuku memahami akar ketidaktaatanku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Apa yang Iblis gunakan untuk membuat manusia tetap berada dalam kendalinya? (Ketenaran dan keuntungan.) Jadi, Iblis menggunakan ketenaran dan keuntungan untuk mengendalikan pikiran manusia, sampai satu-satunya yang orang pikirkan adalah ketenaran dan keuntungan. Mereka berjuang demi ketenaran dan keuntungan, menderita kesukaran demi ketenaran dan keuntungan, menanggung penghinaan demi ketenaran dan keuntungan, mengorbankan semua yang mereka miliki demi ketenaran dan keuntungan, dan mereka akan melakukan penilaian atau mengambil keputusan demi ketenaran dan keuntungan. Dengan cara ini, Iblis mengikat orang dengan belenggu yang tak kasat mata, dan mereka tidak punya kekuatan ataupun keberanian untuk membuang belenggu tersebut. Mereka tanpa sadar menanggung belenggu ini dan berjalan maju dengan susah payah. Demi ketenaran dan keuntungan ini, umat manusia menjauhi Tuhan dan mengkhianati Dia dan menjadi semakin jahat. Jadi, dengan cara inilah, generasi demi generasi dihancurkan di tengah ketenaran dan keuntungan Iblis. Sekarang melihat tindakan Iblis, bukankah motif jahat Iblis benar-benar menjijikkan? Mungkin hari ini engkau semua masih belum dapat memahami motif jahat Iblis karena engkau semua berpikir orang tidak dapat hidup tanpa ketenaran dan keuntungan. Engkau berpikir jika orang meninggalkan ketenaran dan keuntungan, mereka tidak akan mampu lagi melihat jalan di depan, tidak mampu lagi melihat tujuan mereka, bahwa masa depan mereka akan menjadi gelap, redup, dan suram. Namun, perlahan-lahan, engkau semua suatu hari nanti akan menyadari bahwa ketenaran dan keuntungan adalah belenggu mengerikan yang Iblis gunakan untuk mengikat manusia. Ketika hari itu tiba, engkau akan sepenuhnya menentang kendali Iblis dan sepenuhnya menentang belenggu yang Iblis gunakan untuk mengikatmu. Ketika saatnya tiba di mana engkau ingin membuang semua hal yang telah Iblis tanamkan dalam dirimu, engkau kemudian akan memutuskan dirimu sepenuhnya dari Iblis, dan engkau akan dengan sungguh-sungguh membenci semua yang telah Iblis bawa kepadamu. Baru setelah itulah, umat manusia akan memiliki kasih dan kerinduan yang nyata kepada Tuhan" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"). Setelah merenungkan firman Tuhan, aku sadar tidak bisa mematuhi tugas yang datang kepadaku karena merasa itu merusak martabat dan statusku, dan ini kerusakan yang disebabkan Iblis. Iblis memakai ketenaran dan kekayaan untuk mengendalikan hati orang. Membuat orang berjuang dan mengorbankan segalanya demi ketenaran dan kekayaan. Aku juga secara tidak sadar mengikuti filosofi Iblis dalam hidupku. Aku ingat, ketika kecil orang tuaku mengajariku mendapatkan rasa hormat dan kekaguman dari orang lain, jadi bahkan saat kecil, aku percaya harus berada di atas orang lain dan menjadi luar biasa. Masyarakat dan media juga mendukung pandangan ini, dan aku melihat orang terkenal, kaya, dan berstatus tinggi menikmati perlakuan lebih baik daripada orang biasa, jadi aku bertekad ada di depan dan dikagumi semua orang. Setelah menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, aku masih menerapkan sudut pandang ini, menjalankan tugas tanpa fokus pada mencari kehendak Tuhan atau mengejar kebenaran, dan salah mengira melakukan tugas penting seperti memberitakan Injil adalah satu-satunya cara dikagumi dan dihormati orang. Kupikir tidak seorang pun menghargai pekerja kasar. Aku memandang ada tugas lebih baik atau lebih buruk, dan ingin melakukan tugas yang membuatku menonjol. Saat pemimpinku mengatur agar aku mengemudi berdasarkan kebutuhan pekerjaan kami, dalam hati, aku tidak bisa menerima atau taat, merasa layak untuk mengkhotbahkan Injil, tetapi tidak untuk tugas mengemudi. Aku hanya memedulikan citra dan status, tetapi tidak mencari kehendak Tuhan, dan tidak memikirkan kebutuhan pekerjaan gereja. Aku sangat egois dan tercela! Aku ingin melanjutkan tugas memberitakan Injil bukan karena mempertimbangkan kehendak Tuhan. Aku hanya menginginkan tugas itu agar dikagumi semua orang. Aku ingin memakai tugasku untuk pamer dan membuat orang menghormatiku agar bisa mendapatkan ketenaran dan kekayaan, menikmati prestise yang kudapatkan. Saat pemimpin mengatur tugas ini untukku, ambisiku untuk sangat dihormati hancur, jadi tekadku menyusut dan bahkan kehilangan energi untuk melakukan tugas. Aku melihat bagaimana pikiran dan pendapat iblis ini berakar di hatiku serta telah menjadi naturku. Itu mengendalikan perkataan, tindakan dan caraku memperlakukan tugas, membuatku memberontak dan menentang Tuhan. Pengejaranku akan ketenaran dan kekayaan membuatku kehilangan nalar. Aku teringat beberapa saudara-saudari punya status duniawi dan banyak orang mendukung mereka, tetapi setelah beriman dan mengemban tugas, mereka mampu melepaskan reputasi dan status, lalu apa pun pengaturan gereja, bahkan dalam tugas sederhana, mereka bisa menerima dan taat. Dibandingkan dengan mereka, aku merasa malu. Aku bukan orang percaya kepada Tuhan sejati. Aku tidak punya tempat untuk Tuhan di hatiku atau bahkan ketaatan paling dasar kepada Tuhan. Kini aku sadar betapa tak tahu malu dan tercela mengejar ketenaran dan kekayaan. Jika terus seperti ini, aku tidak akan pernah mengerti kebenaran, dan cepat atau lambat, aku akan disingkirkan.

Setelah itu, aku membaca firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Masuk ke dalam kenyataan kebenaran bukanlah perkara sederhana. Kuncinya adalah berfokus pada mencari kebenaran dan menerapkan kebenaran. Engkau harus menyimpan hal-hal ini di dalam hatimu setiap hari. Masalah apa pun yang engkau hadapi, jangan selalu melindungi kepentinganmu sendiri; sebaliknya, belajarlah untuk mencari kebenaran dan refleksi diri. Kerusakan apa pun yang disingkapkan dalam dirimu, engkau tidak boleh membiarkannya begitu saja; yang terbaik adalah jika engkau dapat berefleksi dan mengenali esensi rusakmu. Jika, dalam situasi sehari-hari, pikiranmu tertuju pada bagaimana menyelesaikan watak rusakmu, bagaimana menerapkan kebenaran, dan apa prinsip-prinsip kebenaran itu, itu berarti engkau mampu belajar cara menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalah-masalahmu sesuai dengan firman Tuhan. Dengan melakukannya, engkau akan mencapai perubahan watak, dan dengan demikian secara berangsur masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Jika benakmu dipenuhi pemikiran tentang bagaimana mencapai posisi yang lebih tinggi, tentang bagaimana bertindak di depan orang lain, bagaimana membuat mereka mengagumimu, engkau sedang berada di jalan yang salah. Itu berarti engkau sedang melakukan sesuatu untuk Iblis; engkau sedang memberikan pelayanan. Jika benakmu dipenuhi dengan pemikiran tentang bagaimana agar engkau berubah sehingga engkau akan semakin serupa dengan manusia, semakin sesuai dengan maksud Tuhan, mampu tunduk kepada-Nya dan menghormati-Nya, serta menunjukkan penguasaan diri dan menerima pemeriksaan-Nya dalam segala hal yang kaulakukan, maka keadaanmu akan menjadi semakin baik. Inilah artinya menjadi orang yang hidup di hadapan Tuhan. Dengan demikian, ada dua jalan: jalan yang satu hanya menekankan perilaku, memenuhi ambisi, keinginan, niat, dan rencananya sendiri; ini artinya hidup di hadapan Iblis dan hidup di bawah wilayah kekuasaannya. Jalan lainnya menekankan bagaimana memuaskan kehendak Tuhan, memasuki kenyataan kebenaran, tunduk kepada Tuhan, dan tidak memiliki kesalahpahaman atau ketidaktaatan terhadap-Nya, sehingga orang pun menghormati Tuhan dan melaksanakan tugasnya dengan baik. Inilah seseorang yang selalu hidup di hadapan Tuhan" ("Hanya Jika Orang Melakukan Kebenaran, Mereka Dapat Memiliki Kemanusiaan yang Normal" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Setelah membaca firman Tuhan, aku sadar, jika ingin mendapatkan kebenaran dan menghindari kerusakan, aku harus berhenti mengejar tujuan yang salah. Terlepas dari apakah aku bisa pamer atau dikagumi orang lain dalam tugas, aku harus menerima tugasku dan melakukannya dengan setia. Inilah sikap terhadap tugas dan nalar yang harus dimiliki makhluk ciptaan. Jika melakukan tugas hanya untuk mendapatkan rasa hormat dari saudara-saudariku, ini berarti aku menguntungkan Iblis, karena Iblis membuat orang mengejar ketenaran, kekayaan, dan status, meninggalkan Tuhan, serta mengkhianati Tuhan. Jika tidak mengubah tujuanku mengejar ketenaran dan kekayaan, atau mengubah watak rusakku, pada akhirnya, aku hanya bisa tersingkir. Mengejar kebenaran dan perubahan watak, menerima pengaturan Tuhan, meninggalkan pikiran mengejar ketenaran dan kekayaan, bertindak sesuai tuntutan Tuhan, dan melakukan tugas dengan baik adalah satu-satunya cara untuk hidup di hadapan Tuhan, pengejaran ini juga satu-satunya cara mengubah watak rusakku. Setelah memahami ini, aku punya arah. Aku tahu harus mengejar kebenaran dalam keyakinanku kepada Tuhan dan tugasku, kemudian bersedia menerima tugasku. Apa pun pandangan orang terhadapku, aku harus menjalankan tugas sebaik mungkin.

Setelah itu, aku membaca kutipan lain dari firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Saat ini, ketika engkau semua melaksanakan tugas di rumah Tuhan, apakah tugas itu besar atau kecil, apakah tugas itu melibatkan pekerjaan jasmani atau menggunakan otakmu, apakah tugas itu dilakukan di luar atau di dalam gereja, tugas yang kaulaksanakan bukanlah kebetulan; ini bukan pilihanmu, ini diatur oleh Tuhan. Hanya karena amanat Tuhan-lah engkau tergerak, dan memiliki rasa akan misi dan tanggung jawab ini, serta mampu melaksanakan tugas ini. Di antara orang-orang tidak percaya, ada banyak orang yang menarik, cerdas, atau cakap. Namun apakah Tuhan berkenan pada mereka? (Tidak.) Tuhan hanya berkenan kepada engkau semua, kelompok orang yang ini. Dia membuatmu melakukan segala macam peran, melaksanakan segala macam tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan pengelolaan-Nya, dan ketika pada akhirnya rencana pengelolaan Tuhan sampai pada kesudahannya dan digenapi, sungguh ini akan menjadi sebuah kemuliaan dan hormat! Jadi, sementara melaksanakan tugas mereka sekarang ini, orang-orang mengalami sedikit kesulitan ketika mereka harus melepaskan segalanya dan mengorbankan diri mereka, ketika mereka membayar harga, ketika mereka kehilangan status, ketenaran dan kekayaan di dunia, tampaknya seolah-olah Tuhan telah merenggut hal-hal itu dari mereka—tetapi mereka telah mendapatkan sesuatu yang lebih besar dan lebih baik. Apa yang telah mereka dapatkan dari Tuhan? Hanya ketika engkau telah melakukan tugasmu dengan baik, ketika engkau telah menyelesaikan amanat Tuhan bagimu, ketika engkau menjalani seluruh hidupmu bagi misi dan amanatmu, dan engkau menjalani kehidupan yang berharga—baru pada saat itulah engkau menjadi manusia yang sesungguhnya! Mengapa Kukatakan engkau adalah manusia yang sesungguhnya? Karena Tuhan telah memilihmu, Dia telah memperkenankanmu untuk melaksanakan tugas makhluk ciptaan Tuhan dalam pengelolaan-Nya, dan tidak mungkin ada nilai atau makna yang lebih besar lagi bagi hidupmu" ("Prinsip-Prinsip Penerapan Mengenai Ketundukan kepada Tuhan" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Jika engkau ingin mendedikasikan diri dalam segala sesuatu yang engkau lakukan untuk memenuhi kehendak Tuhan, engkau tidak bisa hanya mengerjakan satu tugas; engkau harus menerima amanat apa pun yang Tuhan berikan kepadamu. Entah itu sesuai dengan seleramu dan termasuk dalam minatmu atau tidak, ataukah merupakan sesuatu yang tidak engkau sukai atau belum pernah dilakukan sebelumnya, atau sesuatu yang sulit, engkau tetap harus menerimanya dan tunduk. Engkau tidak hanya harus menerimanya, tetapi engkau juga harus secara proaktif bekerja sama, dan mempelajarinya, serta memperoleh jalan masuk. Bahkan seandainya engkau menderita dan belum mampu menampilkan diri dan bersinar, engkau tetap harus menjalankan pengabdianmu. Engkau harus menganggapnya sebagai tugas yang harus kaupenuhi, bukan sebagai urusan pribadimu, melainkan sebagai tugasmu. Bagaimana seharusnya orang memahami tugas mereka? Tugas seseorang muncul pada saat Sang Pencipta—Tuhan—memberikan kepada orang tersebut tugas untuk dilakukan. Tugas yang diberikan Tuhan kepadamu, amanat yang diberikan Tuhan kepadamu—semua ini adalah tugasmu. Ketika engkau mengejarnya sebagai tujuanmu, dan engkau benar-benar memiliki hati yang mengasihi Tuhan, dapatkah engkau tetap menolak amanat Tuhan? (Tidak.) Ini bukan soal apakah engkau bisa atau tidak—engkau tidak boleh menolaknya. Engkau harus menerimanya. Inilah jalan penerapan. Apa yang dimaksud dengan jalan penerapan? (Bersikap penuh pengabdian dalam segala sesuatu.) Mengabdikan diri dalam segala sesuatu untuk memenuhi kehendak Tuhan. Di manakah letak titik fokusnya di sini? Titik fokusnya terletak pada 'segala sesuatu'. 'Segala sesuatu' tidak selalu berarti hal-hal yang engkau sukai atau hal-hal yang cakap kaulakukan, juga tidak selalu hal-hal yang sudah engkau ketahui dengan baik. Terkadang, engkau tidak cakap dalam sesuatu, terkadang engkau perlu belajar, terkadang engkau akan menghadapi kesulitan, dan terkadang engkau harus menderita. Namun, tugas apa pun itu, asalkan itu diamanatkan oleh Tuhan, engkau harus menerimanya sebagai tugas dari Tuhan, menganggapnya sebagai tugasmu, dengan setia memenuhinya, dan menggenapi kehendak Tuhan: inilah jalan penerapannya. Apa pun yang terjadi padamu, engkau harus selalu mencari kebenaran dan begitu engkau yakin penerapan seperti apa yang sejalan dengan kehendak Tuhan, engkau harus menerapkannya. Hanya bertindak dengan cara inilah yang disebut menerapkan kebenaran, dan hanya bertindak dengan cara inilah yang disebut memasuki kenyataan kebenaran" ("Hanya dengan Menjadi Orang yang Jujur, Orang Bisa Benar-Benar Bahagia" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Setelah membaca firman Tuhan, aku sadar tidak ada tugas yang datang kepadaku secara kebetulan, juga diatur oleh manusia. Semua itu berasal dari kedaulatan dan ketetapan Tuhan. Meskipun mengemudi bukan tugas yang kusukai atau minati, itu diatur untukku berdasarkan kebutuhan pekerjaan gereja, jadi aku tidak bisa mengikuti minatku. Meski itu membuatku menderita atau tidak dikagumi, aku tidak punya alasan menolaknya. Aku harus melakukan hal yang bijaksana dan taat karena tugas ini datang dari Tuhan. Tuhan memberiku tugas, artinya Dia memberiku tanggung jawab dan misi, jadi sesulit apa pun, aku harus melakukan tugas dengan sepenuh hati, melakukan tugasku sebagai makhluk ciptaan, dan menggenapi amanat Tuhan. Hidup dengan cara ini sangat bermakna dan tidak sia-sia. Sebelumnya, aku tersihir ketenaran dan kekayaan, tidak memahami kedaulatan Tuhan, jadi tidak bisa menangani tugasku dengan benar, aku juga memandang ada tugas yang lebih baik dan lebih buruk. Yang benar adalah tidak ada tugas yang lebih baik atau lebih buruk di rumah Tuhan, kita hanya melakukan fungsi yang berbeda. Memberitakan Injil dan mengemudi adalah bagian penting dari pekerjaan gereja. Tugas apa pun yang kita lakukan di rumah Tuhan, Tuhan ingin kita mengejar jalan masuk kehidupan. Jika melakukan tugas untuk dikagumi, mendapatkan ketenaran dan kekayaan, aku tidak melakukan tugas makhluk ciptaan, tetapi menyusun rencana untuk kepentinganku sendiri. Meski aku dikagumi orang lain, Tuhan tidak akan memberi perkenanan. Saat pemimpinku mengatur tugasku sebagai pengemudi, meski aku tidak punya status di antara orang dan itu sedikit melelahkan, lingkungan ini mengajariku untuk taat, membantuku memahami kebenaran, dan secara bertahap membuatku melepaskan hasrat akan ketenaran dan kekayaan. Ini penyelamatan Tuhan untukku. Sebenarnya, setelah dipikirkan, saat mengemudi untuk menangani urusan gereja, aku menemui berbagai hal yang menyangkut mempertimbangkan kepentingan rumah Tuhan, yang semuanya menuntut pencarian kebenaran dan bertindak menurut prinsip. Bukankah ini kesempatan bagus menerapkan kebenaran dan menggenapi tugasku memuaskan Tuhan? Setelah menyadari ini, aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, maafkan ketidaktahuanku. Aku mengecewakan-Mu dalam banyak hal. Mulai sekarang, aku akan serahkan segalanya pada pengaturan-Mu, menerima pengamatan-Mu, dan menjalankan tugas dengan hati penuh kasih untuk-Mu." Setelah berdoa, aku merasakan kebebasan dan yakin bisa melakukan tugasku dengan benar.

Suatu kali, aku mengantar saudara-saudariku membeli keperluan gereja. Kulihat mereka memilih barang dengan sangat hati-hati, membandingkan harga dan kualitas agar kepentingan keluarga Tuhan tidak dirugikan. Aku merenungkan bagaimana, sejak mulai mengemudi, karena hasratku untuk dihormati tak terpuaskan, sikapku keliru terhadap tugas. Aku hanya melakukan apa pun yang telah diatur tiap hari, tidak pernah serius memikirkannya, juga mempertimbangkan bagaimana melakukan tugas dengan baik. Saat belanja, aku jarang mencari kualitas tinggi dan harga rendah, hanya membeli yang tampak bagus. Aku hampir tidak pernah belanja dengan hati-hati. Aku benar-benar tidak bekerja sepenuh hati. Aku tidak ingin menjadi pelaku pelayanan lagi. Kemudian, aku tidak lagi khawatir apakah aku dihormati orang lain dalam tugas. Sebaliknya, aku berpikir serius tentang tugasku dan kepentingan gereja, juga berhati-hati dan cermat saat membeli barang untuk gereja. Saat melakukan tugasku seperti itu, aku merasa damai, dan itu tidak melelahkan lagi. Aku mendapat banyak hal dari pengalamanku, dan mengerti Tuhan memberiku tugas yang tidak kusukai agar aku merenung dan sadar, pengejaranku akan reputasi dan status itu salah. Dia menuntunku ke jalan mengejar kebenaran. Ini kasih Tuhan untukku. Aku mengalami niat baik Tuhan dan melihat bagaimanapun Tuhan mengatur sesuatu, bahkan jika tidak sesuai dengan gagasanku, itu semua bermanfaat bagi hidupku. Aku tidak boleh lagi memberontak melawan Tuhan. Aku harus taat kepada Tuhan untuk memuaskan-Nya.

Tidak lama kemudian, saudaraku mendapat SIM baru dan kembali untuk mengemudi lagi, lalu pemimpin mengatur agar aku menangani urusan umum. Saat mendapat berita itu, kupikir, "Aku tidak bisa membiarkan preferensi menentukan caraku memperlakukan tugas. Aku harus menerima serta menaati pengaturan dan penataan Tuhan. Aku tahu ini kesempatan lain yang Tuhan berikan untukku, menyempurnakanku melalui firman dan pekerjaan-Nya, memungkinkanku mengalami dan menerapkan firman-Nya dalam tugas berbeda." Dengan pengalamanku sebelumnya, aku tidak punya pikiran negatif lagi dalam tugas baruku, aku tidak lagi meremehkan tugasku, juga berusaha dikagumi orang lain. Sebaliknya, aku melakukan tugas dengan cara membumi dan berusaha memuaskan kehendak Tuhan. Aku membaca sebagian firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Bagi semua orang yang melaksanakan tugas mereka, sedalam atau sedangkal apa pun pemahaman mereka akan kebenaran, cara penerapan paling sederhana yang dapat digunakan untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran adalah dengan memikirkan kepentingan rumah Tuhan dalam segala sesuatu, dan melepaskan keinginan yang egois, niat, motif, reputasi, dan status individu. Prioritaskan kepentingan rumah Tuhan—inilah setidaknya yang harus orang lakukan. Jika orang yang sedang melaksanakan tugasnya bahkan tidak bisa berbuat sebanyak ini, lalu bagaimana mungkin dia bisa disebut melaksanakan tugasnya? Ini bukanlah melaksanakan tugas. Engkau harus terlebih dahulu memikirkan kepentingan rumah Tuhan, memikirkan kepentingan Tuhan sendiri, dan memikirkan pekerjaan-Nya, serta menempatkan pertimbangan ini sebagai yang pertama dan terutama; baru setelah itulah engkau dapat memikirkan tentang stabilitas kedudukanmu atau bagaimana orang lain memandangmu. Bukankah engkau semua merasa bahwa hal ini menjadi sedikit lebih mudah apabila engkau membaginya ke dalam langkah-langkah ini dan melakukan beberapa kompromi? Jika engkau melakukan hal ini selama beberapa waktu, engkau akan mulai merasa bahwa memuaskan Tuhan tidaklah sulit. Selain itu, engkau harus mampu memenuhi tanggung jawabmu, melaksanakan kewajiban dan tugasmu, mengesampingkan keinginanmu yang egois, mengesampingkan niat dan motifmu sendiri, memikirkan kehendak Tuhan, dan mengutamakan kepentingan Tuhan dan rumah-Nya. Setelah mengalami hal ini selama beberapa saat, engkau akan merasa bahwa ini adalah cara hidup yang baik. Ini berarti menjalani hidup dengan jujur dan tulus, tanpa menjadi orang yang hina atau tak berguna, serta hidup secara adil dan terhormat, bukan berpikiran sempit atau jahat; engkau akan merasa bahwa inilah cara orang seharusnya hidup dan bertindak. Lambat laun, keinginan di dalam hatimu untuk memuaskan kepentinganmu sendiri akan berkurang" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan mencerahkan hatiku. Saat kita menggenapi tugas, kita harus menerima pengamatan Tuhan, melepaskan hasrat, mempersembahkan hati yang tulus, bertindak demi kepentingan rumah Tuhan, dan berusaha terbaik dalam segala hal yang harus kita lakukan. Inilah menggenapi tugas makhluk ciptaan, hidup dengan cara yang benar, dan melakukan tugas manusia. Saat menerapkan ini, aku merasa sangat kokoh dan nyaman. Aku sangat senang dengan tugasku sekarang dan telah mendapatkan banyak hal. Aku tahu tanpa disingkap oleh fakta dan penghakiman firman Tuhan, aku tidak akan mengenali kerusakanku. Untuk mengatasi kerusakan, pemberontakan, dan pandangan salahku tentang pengejaran, Tuhan menempatkanku di lingkungan yang tidak kusukai agar aku mengenal diriku, dan membuatku memahami sikap dan pandangan terhadap tugas yang sejalan dengan kehendak Tuhan. Setelah mengalami ini, aku juga sadar, tugas yang kulakukan diatur oleh Tuhan, dan itu didasarkan pada kebutuhanku dalam jalan masuk kehidupan, jadi aku harus menerima dan taat, menjalankan tugas dengan segenap hati dan pikiran, mengejar kebenaran saat melakukan tugas, menjadi orang yang benar-benar taat kepada Tuhan dan mendapatkan perkenanan Tuhan.

Sebelumnya: Beban Kemunafikan

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Untuk Apa Semua Penderitaan itu?

Oleh Saudari En Xi, Italia Setelah menjadi orang percaya, aku melihat banyak pemimpin yang benar-benar mampu menanggung banyak kesukaran....