Bersikap Rendah Hati Membawa Kedamaian

14 Desember 2024

Ketika aku mulai bekerja menyirami anggota baru di gereja pada tahun 2017, aku bergegas belajar dan memperoleh pengetahuan tentang semua prinsip kebenaran yang relevan agar aku dapat segera menjadi kompeten dalam pekerjaanku. Aku bekerja keras dan membayar harga yang tinggi dalam tugasku, dan hasilnya menjadi makin baik. Setelah sekitar satu tahun, aku terpilih untuk melayani sebagai pemimpin kelompok. Semua saudara-saudari berkata bahwa terjadi kemajuan yang cepat setelah aku menjadi pemimpin kelompok dan mereka semua datang padaku untuk bersekutu ketika mereka memiliki masalah. Aku berpikir, "Sepertinya semua orang benar-benar berkenan denganku. Selama aku terus mengejar kebenaran, aku pasti akan memiliki kesempatan untuk dipromosikan ke posisi yang lebih tinggi nanti. Semua orang nanti pasti akan menghormatiku."

Tak lama setelah itu, pengawas kelompok kami diberhentikan karena tidak melakukan pekerjaan nyata. Aku berpikir, "Aku sudah selalu sangat proaktif dalam melaksanakan tugasku, aku mampu menyelesaikan beberapa masalah dan kesulitan saudara-saudari dan aku telah bekerja dengan efektif. Sekarang aku menjadi pemimpin kelompok dan kami akan segera memilih pengawas baru, aku pasti akan menjadi pilihan utama. Ini adalah kesempatan yang sangat bagus untuk menonjolkan diriku!" Namun, hanya beberapa hari kemudian, pemimpin kami memindahkan seorang saudari dari gereja lain untuk menjadi pengawas kami, mengatakan bahwa dia memiliki kualitas yang baik, mengejar kebenaran, dan layak untuk dibina. Aku sangat kecewa ketika mendengar berita ini. Aku berpikir, "Jadi saudari ini adalah kandidat yang baik untuk dibina sedangkan aku bukan?" Namun, kemudian terlintas dalam pikiranku bahwa jika saudari itu benar-benar bisa melakukan pekerjaan nyata, itu adalah hasil yang positif. Setelah menyadari hal itu, aku lebih mampu untuk tunduk. Kemudian, ketika saudari itu dipindahkan kembali ke tugas lain karena kebutuhan tertentu pada pekerjaan gereja, aku menjadi sangat bersemangat dan berpikir, "Kali ini mereka pasti akan mempertimbangkanku untuk posisi pengawas." Namun hanya beberapa hari kemudian, pemimpin kami mempromosikan Saudari Adele ke posisi pengawas. Kali ini, aku tidak lagi menerima berita tersebut dengan setenang itu. Aku berpikir, "Aku melaksanakan tugasku dengan sangat keras dan aku mampu menyelesaikan beberapa masalah nyata. Mengapa pemimpin tidak mempromosikanku? Apakah dia pikir aku tidak layak untuk dibina? Apakah dia meremehkanku? Setelah dua kali aku tidak dipromosikan, sekarang apa yang dipikirkan saudara-saudari tentangku? Adele baru saja dipindahkan ke sini dan sering datang padaku untuk meminta saran karena dia belum menguasai pekerjaan ini, tetapi pemimpin kami menghargai dan membinanya?" Aku merasa sangat frustrasi dan merasa diperlakukan tidak adil ketika semua ini terjadi padaku. Kemudian, ketika Adele mencariku untuk mengejar ketertinggalan dalam pekerjaan dan terlalu banyak bertanya, aku menjadi tidak sabar. Aku berpikir, "Bukankah kau adalah pengawasnya? Jika kau terus bertanya tentang hal-hal yang sudah kujawab, berarti kualitasmu tidak sebaik itu!" Kadang ketika saudara-saudari datang kepada Adele dengan pertanyaan dan kesulitan mengenai penyiraman pendatang baru yang belum pernah dia tangani sebelumnya, dia tidak tahu bagaimana caranya bersekutu dan menyelesaikannya, serta meminta bantuanku. Aku dengan sengaja menjawab, "Ini adalah masalah sederhana. Kau hanya perlu mengenali inti masalahnya dan mempersekutukan kebenaran tentang hal itu dengan jelas." Aku kemudian memberikan contoh bagaimana dahulu aku menyelesaikan masalah serupa. Aku berpikir, "Aku harus menunjukkan kepada semua orang bahwa aku memiliki bakat. Bukannya aku tidak memiliki keterampilan, tetapi aku belum diberikan kesempatan untuk menjadi pengawas." Kemudian, Adele menyarankan agar kami tinggal bersama sehingga dia bisa berkonsultasi denganku setiap kali muncul masalah. Aku berpikir, "Berkonsultasi denganku setiap kali muncul masalah? Namun kemudian, kaulah yang mendapatkan semua pujian ketika masalah itu terselesaikan, bukan aku. Mengapa aku harus menjadi pembantumu di balik layar?" Setelah memikirkan ini, aku menolaknya dengan alasan bahwa "aku tidak memiliki waktu luang karena sibuk menyirami pendatang baru." Adele beberapa kali memintanya lagi kepadaku, tetapi aku tidak pernah setuju. Lambat laun, aku menyadari bahwa Adele tampak agak terkekang olehku dan telah menjadi sedikit pasif dalam mendiskusikan pekerjaan. Namun, aku tidak merenungkan dan mengenal diriku sendiri, tetapi hanya berpikir bahwa Adele kesulitan menjalankan tugas sebagai pengawas. Terlebih lagi, aku berpikir, jika aku secara aktif bekerja sama dengannya, sehingga keadaannya membaik dan dia dapat melakukan pekerjaannya dengan baik, aku tidak akan punya kesempatan untuk dipromosikan. Sebaliknya, ketika dia terpuruk ke dalam kenegatifan, aku jadi terlihat antusias dan berinisiatif. Jadi, ketika kami membahas pekerjaan, aku sangat proaktif dan antusias serta berperan sebagai pemimpin untuk menonjolkan diriku.

Kemudian, karena makin banyak orang menerima pekerjaan Tuhan di akhir zaman dan beberapa penyiram baru lainnya ditugaskan ke kelompok kami, Adele memintaku untuk menghabiskan lebih banyak waktu untuk membantu saudara-saudari yang baru datang. Aku menggunakan kesempatan ini untuk memberi tahu orang-orang tentang bagaimana aku mencari kebenaran untuk membereskan gagasan dan kebingungan para pendatang baru, menjelaskan kepada mereka secara sistematis pengalaman pribadiku dan jalan penerapanku. Setelah itu, kapan pun saudara-saudari memiliki masalah, mereka akan mencariku untuk berdiskusi. Dalam beberapa kasus, orang-orang bahkan datang kepadaku dengan masalah yang bahkan tidak bisa diselesaikan oleh Adele sendiri. Aku merasa sangat gembira dengan diriku sendiri, dan berpikir, "Sepertinya semua kerjaku akhir-akhir ini membuahkan hasil dan semua orang berkenan kepadaku. Aku mungkin bukan seorang pengawas, tetapi aku bisa menangani banyak pekerjaan seorang pengawas. Lain kali, ketika ada pemilihan pekerja dan pemimpin, saudara-saudari pasti akan memilihku."

Tak lama setelah itu, tiba waktunya pemilihan tahunan, dan aku merasa sangat bersemangat. Aku berpikir, "Jika aku terpilih sebagai pemimpin, aku akan punya kuasa untuk mengambil keputusan tentang proyek-proyek gereja. Jika pekerjaan ini berkembang di bawah pengawasanku, saudara-saudari pasti akan menganggapku layak menempati posisiku dan akan lebih menghormatiku." Namun, tak kusangka, ketika hasilnya diumumkan, namaku tidak disebutkan. Wajahku memerah dan aku merasa sangat malu. Lebih parah lagi, saudara-saudari berkata bahwa aku memiliki watak yang congkak, sering mengekang orang, tidak memprioritaskan jalan masuk kehidupan, jarang merenungkan diriku sendiri, tidak memperoleh pengetahuan atau memetik pelajaran dari berbagai hal; singkatnya, aku tidak mengejar kebenaran. Ketika aku mendengar semua itu, aku merasa sangat tidak nyaman; sekarang semua saudara-saudari tahu bahwa aku tidak mengejar kebenaran. Aku tidak hanya gagal menonjolkan diriku, tetapi aku juga benar-benar mempermalukan diriku sendiri. Selama hari-hari itu, aku takut saudara-saudari akan bertanya padaku pelajaran apa yang telah kudapat dari situasi tersebut, tetapi aku juga khawatir bahwa tidak akan ada orang yang mau berbicara denganku, bahwa mereka akan memahami yang sebenarnya tentang diriku dan menghindariku. Emosiku sangat kacau dan yang bisa kupikirkan hanyalah apa yang telah terjadi. Aku tidak bisa sungguh-sungguh melaksanakan tugasku dan aku merasa sangat sedih serta tersiksa. Aku terus bertanya-tanya mengapa aku harus menghadapi cobaan seperti ini. Kemudian, beberapa saudara-saudari bersekutu denganku dan mendorongku untuk lebih banyak merenungkan pelaksanaan tugasku. Mereka juga menunjukkan bahwa meskipun aku memiliki beberapa kemampuan dalam pekerjaanku, aku tidak memprioritaskan mengejar kebenaran, hanya mencari reputasi serta status dan sedang menempuh jalan yang salah. Aku tahu bahwa nasihat dan bantuan saudara-saudari berasal dari Tuhan, jadi aku datang ke hadirat-Nya dalam doa, "Ya Tuhan, disingkapkan seperti ini sangatlah berat bagiku. Ya Tuhan, mohon berikan aku pencerahan dan izinkan aku mengenal diriku sendiri serta memahami maksud-Mu."

Suatu hari, ketika membaca firman Tuhan, aku menemukan beberapa bagian di mana Tuhan mengungkapkan bagaimana antikristus mencari reputasi dan status. Firman Tuhan berkata: "Tugas apa pun yang antikristus lakukan, mereka akan mencoba menempatkan diri mereka pada posisi yang tinggi, pada posisi yang unggul. Mereka tidak pernah merasa puas dengan posisi mereka sebagai pengikut biasa. Dan apa yang paling ingin mereka sukai? Berdiri di depan orang-orang untuk memberi perintah dan menyuruh orang pergi, membuat orang menuruti apa yang mereka katakan. Mereka tidak pernah berpikir tentang bagaimana melaksanakan tugas mereka dengan semestinya—terlebih dari itu, saat melaksanakan tugas, mereka tidak mencari prinsip-prinsip kebenaran agar dapat menerapkan kebenaran dan memuaskan Tuhan. Sebaliknya, mereka memeras otak mencari cara untuk menonjolkan diri, membuat para pemimpin menghormati mereka dan mempromosikan mereka, sehingga mereka sendiri dapat menjadi seorang pemimpin atau pekerja, serta dapat memimpin orang lain. Inilah yang mereka pikirkan dan harapkan sepanjang hari. Antikristus tidak mau dipimpin oleh orang lain, dan mereka juga tidak mau menjadi pengikut biasa, apalagi melaksanakan tugas mereka secara diam-diam. Apa pun tugas mereka, jika mereka tidak bisa menjadi yang terdepan atau pusat perhatian, jika mereka tidak bisa mengungguli orang lain, dan memimpin orang lain, mereka akan merasa melaksanakan tugas itu sangatlah membosankan, lalu menjadi negatif dan mulai bermalas-malasan. Tanpa orang lain memuji dan memuja mereka, tugas itu menjadi makin tidak menarik bagi mereka, dan bahkan hasrat mereka untuk melaksanakan tugas pun menjadi makin berkurang. Namun, jika mereka bisa menjadi yang terdepan dan pusat perhatian sementara melaksanakan tugas serta dapat menjadi penentu keputusan, mereka akan merasa dikuatkan, dan akan menderita kesulitan apa pun. Mereka selalu memiliki niat pribadi dalam pelaksanaan tugas mereka, dan mereka selalu ingin menonjolkan diri sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan mereka untuk mengungguli orang lain, dan memuaskan hasrat dan ambisi mereka" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tujuh)). "Bagi antikristus, reputasi dan status bukanlah tuntutan tambahan, apalagi sesuatu yang sepele yang dapat mereka abaikan. Reputasi dan status adalah bagian dari natur para antikristus, kedua hal tersebut ada di dalam tulang mereka, dalam darah mereka, yang sudah menjadi bawaan lahiriah mereka. Para antikristus tidak acuh tak acuh apakah mereka memiliki reputasi dan status atau tidak; ini bukanlah sikap mereka. Lantas, apa sikap mereka terhadap kedua hal ini? Reputasi dan status berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari mereka, dengan keadaan sehari-hari mereka, dengan apa yang mereka kejar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian bagi antikristus, reputasi dan status adalah hidup mereka. Bagaimanapun cara mereka hidup, di lingkungan mana pun mereka tinggal, pekerjaan apa pun yang mereka lakukan, apa pun yang mereka kejar, apa pun tujuan mereka, apa pun arah hidup mereka, semuanya berpusat pada memiliki reputasi yang baik dan status yang tinggi. Dan tujuan ini tidak berubah; mereka tak pernah mampu melepaskan hal-hal semacam ini. Inilah wajah para antikristus yang sebenarnya dan esensi mereka. Seandainya engkau menempatkan mereka di hutan primer jauh di pedalaman pegunungan, mereka tetap tidak akan mengesampingkan pengejaran mereka akan reputasi dan status. Engkau dapat menempatkan mereka di antara kelompok orang mana pun, dan satu-satunya yang mereka pikirkan tetaplah reputasi dan status. Meskipun para antikristus juga percaya kepada Tuhan, mereka memandang pengejaran akan reputasi dan status setara dengan iman kepada Tuhan dan menganggapnya memiliki bobot yang sama. Artinya, pada saat mereka menempuh jalan iman kepada Tuhan, mereka juga mengejar reputasi dan status mereka sendiri. Dapat dikatakan bahwa di dalam hati para antikristus, mereka percaya bahwa mengejar kebenaran dalam iman mereka kepada Tuhan adalah mengejar reputasi dan status; pengejaran akan reputasi dan status juga adalah pengejaran akan kebenaran, dan mendapatkan reputasi dan status berarti mendapatkan kebenaran dan hidup. Jika mereka merasa bahwa mereka tidak memiliki reputasi, ketenaran, atau status, bahwa tak seorang pun mengagumi mereka, atau menghargai mereka, atau mengikuti mereka, maka mereka merasa sangat kecewa, mereka yakin tidak ada gunanya percaya kepada Tuhan, itu tidak bernilai, dan mereka berkata dalam hati, 'Apakah iman kepada tuhan seperti itu adalah sebuah kegagalan? Apakah artinya tidak ada harapan?' Mereka sering kali memikirkan hal-hal semacam itu di dalam hatinya, mereka memikirkan bagaimana mereka dapat memiliki kedudukan di rumah Tuhan, bagaimana mereka dapat memiliki reputasi yang tinggi di gereja sehingga orang-orang mendengarkan ketika mereka berbicara, dan mendukung mereka ketika mereka bertindak, dan mengikuti mereka ke mana pun mereka pergi; agar mereka memiliki hak bicara di gereja, dan memiliki ketenaran, keuntungan, dan status—mereka sangat berfokus pada hal-hal semacam itu di dalam hati mereka. Semua ini adalah hal-hal yang dikejar oleh orang-orang semacam itu" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tiga)). Firman Tuhan mengungkapkan bagaimana antikristus menempatkan reputasi dan status sebagai hal yang paling penting. Di manapun dan kapan pun, tujuan utama mereka adalah untuk mendapatkan reputasi yang bagus dan status yang tinggi. Mereka hanya percaya kepada Tuhan dan melaksanakan tugasnya untuk menonjolkan diri serta mendapatkan penghormatan dari orang lain. Mereka selalu berusaha mendapatkan posisi yang memiliki status, untuk memegang keputusan akhir dan kuasa sebagai pengambil keputusan, serta memperoleh otoritas atas orang lain. Jika mereka tidak mampu memperoleh status dan reputasi, mereka mulai berpikir bahwa percaya kepada Tuhan tidak ada artinya dan tidak ada alasan untuk melaksanakan tugas mereka. Setelah mempertimbangkan firman Tuhan, aku menyadari bahwa watak yang kuperlihatkan dan pandanganku tentang pengejaran tidak ada bedanya dengan yang dimiliki antikristus. Aku selalu berjuang untuk menjadi seorang pengawas atau pemimpin, karena aku berpikir bahwa para pemimpin dan pekerja memiliki keputusan akhir, dapat membuat keputusan penting, serta sangat dihormati, didukung, dan dihargai. Sebagai pemimpin kelompok, ruang lingkup kewenanganku terbatas, dan aku jarang bisa menonjolkan diriku, jadi setiap kali pekerjaanku membuahkan hasil, aku tiba-tiba merasa terdorong untuk mendapatkan lebih banyak kekuasaan dan otoritas agar lebih banyak orang menghormatiku dan berkumpul di sekelilingku. Ketika aku mendengar bahwa gereja akan memilih pengawas baru, aku sangat menantikan pemilihan itu karena aku berpikir bahwa kesempatanku untuk menonjolkan diri akhirnya tiba. Namun kemudian, ketika pemimpin justru memindahkan seorang pengawas dari gereja lain, aku sangat kecewa dan tak mau menerima hasil ini, percaya bahwa pemimpin tidak mau memberiku kesempatan untuk berlatih dan tidak menyukaiku. Untuk membuktikan bahwa aku lebih baik daripada pengawas yang sedang menjabat, aku sengaja mempersulit dan mengucilkannya, sehingga membuatnya merasa terkekang. Agar bisa terpilih sebagai pengawas, aku menggunakan setiap kesempatan untuk membantu saudara-saudari supaya dapat memamerkan diri dan membangun citra diriku, agar lebih banyak orang berkenan kepadaku dan memilihku di pemilihan berikutnya. Semua yang kucari hanyalah status dan reputasi, dan segala yang kulakukan hanya demi memperoleh status. Aku sedang menempuh jalan antikristus. Ketika menyadari hal ini, aku merasa sangat menyesal, jadi aku berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku belum mengejar kebenaran dalam melaksanakan tugasku, aku mengejar status serta reputasi dan telah menentang serta memberontak terhadap-Mu. Ya Tuhan, aku tidak ingin terus seperti ini lagi dan aku siap untuk bertobat. Tolong berilah pencerahan agar aku bisa mengenal diriku sendiri."

Suatu ketika, ketika bersaat teduh, aku menemukan bagian dari firman Tuhan ini: "Jika watak Iblis telah mengakar dalam diri orang dan menjadi naturnya, maka ini pasti akan menanamkan kegelapan dan kejahatan di dalam hatinya, dan menuntunnya untuk mengejar dan memilih jalan yang salah. Di bawah pengaruh kuat watak rusak Iblis, apa yang akan menjadi cita-cita, harapan, ambisi, dan tujuan serta arah hidup manusia? Bukankah semua itu bertentangan dengan hal-hal positif? Sebagai contoh, manusia selalu ingin terkenal atau menjadi selebritas; mereka ingin mendapatkan ketenaran dan martabat yang besar, dan ingin membawa kehormatan bagi leluhur mereka. Apakah ini hal-hal positif? Ini sama sekali tidak sejalan dengan hal-hal positif; selain itu, semua ini bertentangan dengan hukum kedaulatan Tuhan atas nasib manusia. ... Apakah engkau selalu ingin mengepakkan sayapmu dan terbang, apakah engkau selalu ingin terbang sendiri, menjadi elang daripada menjadi burung kecil? Watak apakah ini? Inikah prinsip manusia dalam bertindak? Pengejaranmu dalam berperilaku sebagai manusia haruslah didasarkan pada firman Tuhan; hanya firman Tuhan yang adalah kebenaran. Engkau semua telah dirusak sedemikian dalamnya oleh Iblis, dan selalu menganggap budaya tradisional—perkataan Iblis—sebagai kebenaran, sebagai objek pengejaranmu, yang membuatmu dengan mudahnya mengambil jalan yang salah, menempuh jalan yang menentang Tuhan. Pemikiran dan pandangan manusia yang rusak, serta hal-hal yang mereka perjuangkan bertentangan dengan keinginan Tuhan, dengan kebenaran, dan dengan hukum kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu, bahwa Dia mengatur segala sesuatu, dan bahwa Dia mengendalikan nasib manusia. Jadi, betapa pun pantas dan masuk akalnya pengejaran seperti itu menurut pemikiran dan gagasan manusia, di mata Tuhan, semua itu bukanlah hal yang positif, dan semua itu tidak sesuai dengan maksud-Nya. Karena engkau menentang fakta kedaulatan Tuhan atas nasib manusia, dan karena engkau ingin melakukan semuanya seorang diri, mengendalikan nasibmu sendiri, engkau selalu membentur tembok penghalang, sedemikian kerasnya hingga darah mengucur dari kepalamu, dan tak pernah ada yang berjalan lancar bagimu. Mengapa tidak ada yang berjalan lancar bagimu? Karena aturan yang Tuhan tetapkan tidak bisa diubah oleh makhluk ciptaan mana pun. Otoritas dan kuasa Tuhan berada di atas segalanya, tak dapat dilanggar oleh makhluk ciptaan mana pun. Orang terlalu menganggap hebat kemampuan mereka. Apa yang selalu membuat orang ingin lepas dari kedaulatan Tuhan, dan selalu ingin mengendalikan nasib mereka sendiri serta merencanakan masa depan mereka sendiri, dan ingin mengendalikan prospek, arah, dan tujuan hidup mereka sendiri? Berasal dari manakah titik awal ini? (Dari watak rusak Iblis dalam diri kami.) Lalu apa akibatnya jika orang memiliki watak rusak Iblis dalam dirinya? (Mereka menentang Tuhan.) Apa yang terjadi dengan orang yang menentang Tuhan? (Penderitaan.) Penderitaan? Yang terjadi adalah kebinasaan! Ini jauh lebih buruk daripada penderitaan. Yang engkau lihat tepat di depan matamu adalah penderitaan, kenegatifan, dan kelemahan, dan itu merupakan penentangan dan keluhan—akibat apa yang akan dihasilkan semua ini? Kebinasaan! Ini bukan masalah kecil dan ini bukan lelucon" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Watak yang Rusak Hanya Dapat Diselesaikan dengan Menerima Kebenaran"). Melalui pengungkapan firman Tuhan, aku menyadari bahwa setelah manusia dirusak oleh Iblis, hidupnya diatur oleh watak rusak Iblis yang ditandai oleh kecongkakan dan kesombongan, serta kejahatan dan kelicikan. Dia tidak lagi bisa tunduk pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan, serta selalu dipenuhi ambisi dan keinginan, berusaha untuk menjadi orang yang hebat dan terkenal serta berusaha untuk memperoleh status yang tinggi dan menjadi manusia terhebat. Filsafat Iblis seperti "Manusia bergelut ke atas; air mengalir ke bawah" dan "Prajurit yang tidak ingin menjadi jenderal bukanlah prajurit yang baik" telah lama mengakar di dalam hatiku, membuatku memandang pencarian akan reputasi dan status sebagai tujuan yang dapat dibenarkan. Di sekolah, aku berusaha untuk menjadi siswa terbaik dan jika aku tidak mendapat nilai yang bagus dalam ujian, aku merasa tertekan selama beberapa hari setelahnya. Setelah lulus dan masuk ke dunia kerja, aku bekerja dengan rajin untuk menjadi salah satu karyawan terbaik; aku bersedia bekerja lembur dengan sukarela dan memilih pekerjaan yang paling sulit untuk memenangkan hati bosku dan mendapatkan kesempatan untuk dipromosikan. Setelah beriman kepada Tuhan, aku percaya bahwa aku bisa mendapatkan penghormatan dan dukungan dari orang lain dengan menjadi seorang pengawas atau pemimpin di gereja, sehingga aku berusaha untuk memperoleh status yang tinggi. Terutama ketika aku menjadi pemimpin kelompok dan mendapatkan penerimaan dari saudara-saudari, ambisi dan keinginanku makin tinggi. Aku menjadi makin congkak, berpikir bahwa aku memiliki modal dan kualifikasi untuk dipromosikan sebagai pengawas, atau bahkan pemimpin. Ketika pemimpinku mempromosikan Adele ketimbang diriku, aku merasa menentang, marah, serta tidak mau mendukung dan bekerja sama dengannya dalam pekerjaan kami. Aku juga selalu berusaha menyainginya. Aku sering memanfaatkan kesempatan untuk menunjukkan bagaimana aku mampu menyelesaikan masalah; di satu sisi, aku ingin membuat Adele berpikir bahwa dia tidak selevel denganku, di sisi lain, aku berusaha menunjukkan kepada saudara-saudari bahwa aku lebih berbakat darinya. Dengan begitu, aku berharap semua orang akan datang kepadaku ketika mereka memiliki masalah dan akan memikirkanku terlebih dahulu jika diadakan pemilihan lagi. Aku menganggap status lebih penting dari yang lainnya dan aku tidak pernah merenungkan diriku sendiri meski berulang kali mengalami kemunduran. Terlebih lagi, aku merasa kesal dan marah, berpikir bahwa aku memiliki modal karena aku mampu melakukan beberapa pekerjaan dengan baik sehingga harus diangkat sebagai pemimpin bagi orang lain. Aku benar-benar congkak dan tidak tahu malu! Setelah merenungkan ini, aku menyadari bahwa aku hanya percaya kepada Tuhan untuk mencari status. Aku tidak mengutamakan mengejar kebenaran dan memiliki sangat sedikit kenyataan kebenaran; dengan demikian, aku tidak akan mampu melakukan pekerjaan penting yang harus dilakukan pemimpin dan pekerja. Aku juga memiliki kemanusiaan yang buruk, yang membuatku makin tidak memenuhi syarat untuk menjadi pemimpin. Jika saja aku terpilih sebagai pemimpin, pasti itu akan merugikan saudara-saudari serta gereja!

Setelah itu, aku membaca dua bagian lagi dari firman Tuhan yang membantuku lebih memahami sifat dan konsekuensi dari mengejar reputasi dan status. Firman Tuhan berkata: "Jika ada orang yang berkata bahwa mereka mencintai kebenaran dan bahwa mereka mengejar kebenaran, padahal pada dasarnya, tujuan yang mereka kejar adalah untuk membedakan diri mereka sendiri, pamer, membuat orang mengagumi mereka, mencapai kepentingan mereka sendiri, dan pelaksanaan tugas mereka bukanlah untuk tunduk kepada Tuhan atau memuaskan-Nya, melainkan untuk memperoleh ketenaran, keuntungan, dan status, maka pengejaran mereka itu tidak dapat dibenarkan. Dengan demikian, dalam hal pekerjaan gereja, apakah tindakan mereka adalah penghambat, atau apakah membantu memajukannya? Tindakan mereka jelas merupakan penghambat; semua itu tidak memajukan pekerjaan gereja. Ada orang yang di luarnya terlihat sedang melakukan pekerjaan gereja, tetapi mereka sebenarnya mengejar ketenaran, keuntungan, dan status pribadi mereka, menjalankan urusan mereka sendiri, membentuk kelompok tertutup mereka sendiri, kerajaan kecil mereka sendiri—apakah orang semacam ini sedang melaksanakan tugas mereka? Semua pekerjaan yang mereka lakukan pada dasarnya mengacaukan, mengganggu, dan merusak pekerjaan gereja. Apa akibat pengejaran mereka akan ketenaran, keuntungan, dan status? Pertama, ini memengaruhi bagaimana umat pilihan Tuhan makan dan minum firman Tuhan secara normal dan memahami kebenaran, ini menghalangi jalan masuk kehidupan mereka, menghentikan mereka memasuki jalur yang benar dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, dan membawa mereka ke jalan yang salah—yang merugikan umat pilihan, dan membawa mereka menuju kehancuran. Dan pada akhirnya, apa akibatnya terhadap pekerjaan gereja? Itu mengakibatkan gangguan, kerusakan, dan kehancuran. Inilah akibatnya jika orang mengejar ketenaran, keuntungan, dan status. Ketika mereka melaksanakan tugas mereka dengan cara ini, bukankah ini dapat didefinisikan bahwa mereka sedang menempuh jalan antikristus? Ketika Tuhan meminta agar orang-orang mengesampingkan ketenaran, keuntungan, dan status, bukan berarti Dia sedang merampas hak orang untuk memilih; sebaliknya, itu karena ketika mengejar ketenaran, keuntungan, dan status, orang mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja dan jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan, dan bahkan dapat memengaruhi orang lain dalam makan dan minum firman Tuhan, memahami kebenaran, dan memperoleh keselamatan dari Tuhan. Ini adalah fakta yang tak terbantahkan. Saat orang mengejar ketenaran, keuntungan, dan status mereka sendiri, mereka pasti tidak akan mengejar kebenaran dan mereka pasti tidak akan melaksanakan tugas mereka dengan setia. Mereka hanya akan berbicara dan bertindak demi ketenaran, keuntungan, dan status, dan semua pekerjaan yang mereka lakukan, tanpa terkecuali, adalah demi hal-hal tersebut. Berperilaku dan bertindak dengan cara seperti ini tentu saja berarti menempuh jalan antikristus; itu adalah pengacauan dan gangguan terhadap pekerjaan Tuhan, dan semua akibatnya menghalangi penyebarluasan injil Kerajaan dan pelaksanaan kehendak Tuhan di dalam gereja. Jadi, dapat dikatakan dengan pasti bahwa jalan yang ditempuh oleh mereka yang mengejar ketenaran, keuntungan, dan status adalah jalan penentangan terhadap Tuhan. Ini adalah penentangan yang disengaja terhadap-Nya, perlawanan terhadap-Nya—ini artinya bekerja sama dengan Iblis dalam menentang Tuhan dan melawan Dia. Inilah natur dari pengejaran orang akan ketenaran, keuntungan, dan status" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Satu)). "Tuhan paling benci ketika orang mengejar status, karena mengejar status adalah watak Iblis, itu adalah jalan yang salah, itu lahir dari perusakan Iblis, itu adalah sesuatu yang dikutuk oleh Tuhan, dan itu adalah hal yang Tuhan hakimi dan tahirkan. Tuhan paling benci ketika orang mengejar status, tetapi engkau tetap dengan penuh semangat bersaing untuk mendapatkan status, engkau tak henti-hentinya menghargai dan melindunginya, selalu berusaha mengambilnya untuk dirimu sendiri. Dan pada dasarnya, bukankah semua ini bertentangan dengan Tuhan? Status tidak ditetapkan untuk manusia oleh Tuhan; Tuhan membekali manusia dengan jalan, kebenaran, dan hidup, dan pada akhirnya menjadikan mereka makhluk ciptaan yang layak, makhluk ciptaan kecil dan tidak begitu berarti—bukan seseorang yang memiliki status dan gengsi serta dihormati oleh ribuan orang. Oleh karena itu, dari sudut pandang mana pun, pengejaran akan status adalah jalan buntu. Betapapun masuk akalnya alasanmu untuk mengejar status, jalan ini tetaplah jalan yang salah dan tidak diperkenan oleh Tuhan. Sekeras apa pun engkau berusaha atau sebesar apa pun harga yang kaubayar, jika engkau menginginkan status, Tuhan tidak akan memberikannya kepadamu; jika status tidak diberikan oleh Tuhan, engkau akan gagal dalam perjuangan untuk mendapatkannya, dan jika engkau terus berjuang untuk mendapatkan status, hanya akan ada satu hasil: engkau akan disingkapkan dan disingkirkan, dan engkau akan menemui jalan buntu. Engkau mengerti hal ini, bukan?" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tiga)). Ketika aku membaca firman Tuhan dan melihat analisis serta karakterisasi-Nya tentang mereka yang mencari status dan reputasi, hatiku benar-benar tertohok. Aku benar-benar tidak menyadari betapa seriusnya natur dan konsekuensi dari mencari status dan reputasi. Ketika orang-orang mencari hal-hal ini, mereka secara langsung merusak dan menghancurkan pekerjaan gereja serta menjadi kaki tangan Iblis. Tuhan mengutuk tindakan semacam itu. Mencari status bertentangan dengan tuntutan Tuhan dan merupakan tindakan melawan-Nya secara langsung; bersikap demikian adalah jalan menuju kehancuran! Pengawas kami yang sebelumnya diberhentikan karena tidak melakukan pekerjaan nyata, sehingga kedatangan Adele sangat bermanfaat bagi pekerjaan gereja, karena dia adalah seorang pencari kebenaran dan benar-benar mengutamakan pencarian akan prinsip-prinsip kebenaran ketika berbagai hal menimpanya, dan dia bisa melakukan pekerjaan nyata. Aku seharusnya mendukung dan bekerja sama dengannya, tetapi karena aku sangat terobsesi dengan reputasi dan status, aku tidak bisa menerima bahwa Adele yang diangkat sebagai pengawas. Ketika dia mengusulkan agar kami mendiskusikan pekerjaan bersama, aku berulang kali menolak untuk bekerja sama dengannya. Ini membuat Adele merasa terkekang dan menjadi negatif dan pekerjaan gereja pun terkena dampak negatifnya. Aku bukan hanya tidak merenungkan diriku sendiri, melainkan juga tidak bertanggung jawab atas apa yang telah kulakukan padanya, berpikir bahwa dia menjadi negatif hanya karena dia tidak layak untuk posisi pengawas. Aku bahkan menantikan saat dia akhirnya menyadari bahwa ini terlalu berat baginya lalu mengundurkan diri, karena saat itu aku akan bisa mengambil posisinya. Bukankah aku sedang menghalangi dan mengganggu pekerjaan gereja? Aku bahkan memanfaatkan kesempatan saat berdiskusi tentang pekerjaan dan membantu saudara-saudari untuk menonjolkan diri, agar mereka datang kepadaku ketika memiliki masalah, membuat Adele menjadi pemimpin pajangan saja. Aku bertindak sebagai kaki tangan Iblis dan mengganggu serta merusak pekerjaan gereja. Aku melakukan kejahatan dan menentang Tuhan! Firman Tuhan berkata: "Sekeras apa pun engkau berusaha atau sebesar apa pun harga yang kaubayar, jika engkau menginginkan status, Tuhan tidak akan memberikannya kepadamu; jika status tidak diberikan oleh Tuhan, engkau akan gagal dalam perjuangan untuk mendapatkannya, dan jika engkau terus berjuang untuk mendapatkan status, hanya akan ada satu hasil: engkau akan disingkapkan dan disingkirkan, dan engkau akan menemui jalan buntu." Aku menyadari bahwa dalam mencari status, aku sedang menempuh jalan menentang Tuhan, dan satu-satunya hasilnya adalah kematian. Ini membuatku sangat takut. Pencarianku akan status dan reputasi telah menjadi masalah serius dan jika aku terus seperti ini, ambisi dan keinginanku akan terus membesar. Siapa yang tahu hal jahat apa yang akan kulakukan jika aku benar-benar memperoleh status? Jika aku tidak segera bertobat dan terus menempuh jalan pengejaran yang salah ini, pada akhirnya aku akan melakukan kejahatan besar dan disingkirkan serta dihukum oleh Tuhan.

Kemudian, saat pertemuan, aku melihat bagian firman Tuhan ini: "Sebagai salah satu manusia yang diciptakan, manusia wajib menjaga posisinya masing-masing, dan berperilaku dengan penuh tanggung jawab. Dengan patuh menjaga apa yang dipercayakan kepadamu oleh Sang Pencipta. Jangan bertindak di luar batas, atau melakukan hal-hal di luar jangkauan kemampuanmu atau yang menjijikkan bagi Tuhan. Jangan berusaha menjadi orang hebat, manusia super, atau orang agung, dan jangan berusaha menjadi Tuhan. Ini adalah hal-hal yang seharusnya tidak diinginkan oleh orang. Berusaha menjadi orang hebat atau manusia super itu tidak masuk akal. Berusaha untuk menjadi Tuhan lebih memalukan lagi; itu hal yang menjijikkan, dan tercela. Apa yang patut dipuji, dan apa yang harus terus dilakukan oleh makhluk ciptaan lebih dari apa pun, adalah menjadi makhluk ciptaan yang sejati; ini adalah satu-satunya tujuan yang harus dikejar oleh semua orang" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I"). Melalui firman Tuhan, aku menyadari bahwa manusia hanyalah makhluk ciptaan, dan kita seharusnya tetap berada di posisi yang telah ditetapkan serta fokus pada tugas kita saat ini. Karena ambisi, keinginan, dan watak Iblis dalam diri manusia, mereka selalu berhasrat untuk menjadi orang yang unggul dan berstatus tinggi. Ditetapkan sebagai pemimpin gereja bukanlah tentang memperoleh status, tetapi lebih kepada melaksanakan tugas dengan baik berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran. Entah aku memiliki status atau tidak, aku tetap harus berperilaku jujur dan melaksanakan tugasku. Diam-diam aku bertekad bahwa siapa pun yang terpilih sebagai pemimpin, aku akan tetap teguh pada posisiku saat ini, dan melaksanakan tanggung jawabku dengan jujur. Terlepas dari apakah aku terpilih atau memperoleh status yang tinggi, aku akan mendukung pekerjaan pemimpin dan melaksanakan tugas dengan baik bersama yang lainnya, sehati dan sepikir. Beberapa hari kemudian, ketika pemimpin yang baru terpilih datang untuk menanyaiku mengenai pekerjaan kami, aku menjelaskan segalanya dengan sespesifik mungkin agar pemimpin dapat memahami pekerjaan dengan baik dan dapat melanjutkannya dengan efisien. Saat mendiskusikan pekerjaan, aku mempertimbangkan cara mana yang paling bermanfaat bagi pekerjaan kami dan langsung mengemukakan saran-saran baik yang kumiliki. Tidak peduli siapa pun yang menjabat sebagai pemimpin, yang penting adalah bekerja sama dalam melaksanakan pekerjaan kami dan menyelesaikan masalah apa pun yang muncul. Begitu aku mulai fokus pada pekerjaan yang ada dan memikirkan bagaimana bekerja sama dengan semua orang untuk melaksanakan tugas kami dengan cara yang paling efisien, aku merasa jauh lebih tenang.

Dua bulan kemudian, pemimpin tersebut dipindahkan ke tugas lain dan dalam pemilihan yang baru, aku akhirnya terpilih menjadi pemimpin. Seorang saudari berkata kepadaku, "Sebenarnya, kau memang pekerja yang berbakat dan bertanggung jawab dalam tugasmu, hanya saja sebelum ini kau tidak mengejar kebenaran sehingga kami tidak berani memilihmu. Sekarang kami telah melihat bagaimana setelah mengalami penghakiman dan penyingkapan firman Tuhan, kau telah menyadari watak rusakmu, mengalami beberapa perubahan, menjadi lebih mantap dan tenang dalam ucapan dan tindakanmu serta lebih banyak membagikan pemikiran yang terdalam dan nyata ketika kau bersekutu dalam pertemuan. Bahkan meski kau baru mengalami sedikit perubahan ini, semua orang bisa melihat perbedaannya, sehingga kami pun memilihmu." Setelah mendengar ucapan baik dari saudari itu, aku merasa sangat bersyukur kepada Tuhan. Penghakiman dan penyingkapan firman Tuhan-lah yang telah membantuku menyadari tingkat pertumbuhan, status, dan identitasku yang sebenarnya. Aku hanyalah makhluk biasa yang telah dirusak sedemikian dalamnya oleh Iblis dan tidak memiliki kenyataan kebenaran. Bahkan jika aku memiliki bakat dan kualitas, aku tidak lebih baik daripada saudara-saudara lainnya. Secara bertahap, ambisi dan keinginanku akan status mulai melemah dan aku mulai berperilaku lebih rendah hati. Setelah terpilih menjadi pemimpin, aku tidak terlalu berpuas diri; sebaliknya, aku justru merasakan tanggung jawab dan beban dari tugasku. Karena keselamatan dari Tuhan-lah aku mampu membuat perubahan kecil ini. Puji syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa!

Sebelumnya: Setelah Mimpiku Hancur

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait