Saat Melepaskan Status, Aku Dibebaskan

19 Januari 2022

Oleh Saudari Hao li, Tiongkok

Aku menduduki posisi kepemimpinan di gereja pada Agustus 2019. Aku ingat suatu kali setelah menyelesaikan persekutuanku dalam sebuah pertemuan, Saudari He berkata kepadaku, "Persekutuanmu benar-benar mencerahkan dan sangat membantuku dalam masalahku." Saudari Li menimpali dan setuju dengannya. Melihat ekspresi hormat dan kekaguman di mata mereka, aku sangat senang dan berpikir, "Terpilih sebagai pemimpin di antara begitu banyak anggota gereja lain pasti karena aku lebih baik daripada saudara-saudari lainnya. Jika tidak, kenapa mereka memilihku?" Lalu, karena aku berhasil mengatasi beberapa masalah dalam pertemuan, yang lain senang berada di dekatku dan akan mencariku untuk persekutuan saat mengalami kesulitan. Aku merasa memenuhi syarat sebagai pemimpin. Aku tak bisa menahan diri merasa sedikit sombong, serta menyukai perasaan dihargai dan dikagumi orang lain.

Suatu hari saat pergi ke pertemuan diaken seperti biasanya, Saudari Wu menyebutkan dia telah hidup dalam watak congkaknya akhir-akhir ini dan selalu ingin menentukan keputusan akhir di antara rekan kerjanya. Dia tahu bersikap seperti itu tidak benar, tetapi sepertinya tidak bisa menghentikannya. Dia meminta kami berbagi persekutuan untuk membantunya. Begitu aku hendak memulai, Saudari Han, diaken Injil kami, menyela dan mulai berbicara, lalu berbagi pengalamannya terkait firman Tuhan. Aku perhatikan Saudari Wu mendengarkan dengan cermat, dan bahkan tersenyum, mendengarkan serta menganggukkan kepalanya. Pemandangan ini membuatku sangat tidak nyaman dan berpikir, "Aku pemimpin di sini, dan ini seharusnya masalah yang kutangani. Kenapa kau merebutnya dariku? Bukankah ini membuatku terlihat tidak tahu cara menanganinya? Sekarang kau menjadi pusat perhatian, bukan aku. Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu mencuri panggungku. Jika tidak, semua orang akan berpikir, sebagai pemimpin, aku bahkan bukan tandingan diaken. Aku harus segera mengganti topik." Jadi, tanpa mempertimbangkan apakah masalah Saudari Wu telah ditangani dengan memuaskan, begitu kata-kata keluar dari mulut Saudari Han, aku menyela: "Pekerjaan utama di rumah Tuhan saat ini adalah membagikan Injil dan menjadi kesaksian bagi Tuhan. Mari kita bahas pekerjaan Injil kita. Saat ini fokus kita adalah membantu semua orang memahami pentingnya menyebarkan Injil dan memikul beban dalam hal itu." Saat berbicara, aku mengawasi ekspresi Saudari Wu dan tidak merasa tenang sampai melihat dia mendengarkanku dengan penuh perhatian. Namun, ternyata begitu aku selesai, Saudari Han melanjutkan dengan beberapa pendekatan yang harus diambil dalam membagikan Injil. Bahkan yang dia katakan sangat jelas dan itu sesuatu yang tidak terpikirkan olehku. Namun, saat melihat saudara-saudari terhanyut dalam perkataannya, mendengarkan dan menganggukkan kepala, aku merasa sangat jengkel dan itu memalukan bagiku. Aku marah dan berpikir, "Aku adalah pemimpinnya, dan kau seorang diaken. Bagaimana aku bisa menyelesaikan pekerjaanku setelah kau mendapat keunggulan dengan cara ini? Jika semua orang mulai menghormatimu, siapa yang akan mempertimbangkan aku?" Maka aku memotongnya dengan tegas dan mulai berbagi persekutuanku sendiri. Itu benar-benar momen yang canggung. Sore itu, Saudari Wu menyebutkan kurangnya orang yang bekerja di penyiraman. Aku baru hendak menjawab, tetapi sebelum bisa membuka mulut, Saudari Han mulai bicara tentang pengalamannya dalam menyelesaikan kekurangan orang dan menyarankan beberapa pendekatan untuk diambil. Saat itu aku melihat Saudari Wu lagi-lagi mengangguk sesekali dan merasa sangat cemburu. Aku berpikir, "Aku adalah pemimpinnya. Seharusnya aku yang berbagi persekutuan dan mengatur pekerjaan ini. Kau tidak perlu melakukannya. Kau pikir aku tidak tahu cara bersekutu dengannya? Kau sepertinya berpikir dirimu benar-benar cakap dan selalu pamer." Aku benar-benar marah kepada Saudari Han, berpikir, "Aku harus mempermasalahkan pekerjaannya agar dia bisa melihat dirinya tidak terlalu hebat. Dengan begitu dia tidak akan terlalu pamer." Lalu, aku bertanya kepadanya, "Saudari Han, pekerjaan penginjilan kelompok yang kau kelola belum membuahkan hasil. Apakah kau belum bekerja sepenuh hatimu?" Saudari Han tampak sedikit canggung dengan pertanyaan ini, lalu menjawab, "Saudari, aku bisa menerima itu. Aku akan memikirkannya dan menyimpulkan kenapa itu belum berhasil dan merenungkan diriku." Melihatnya tidak nyaman, aku merasa cukup puas dengan diriku dan segera melanjutkan, "Baik, kalau begitu buatlah ringkasan kenapa itu tidak berjalan dengan baik setelah persekutuan kita dan buat beberapa perubahan. Sebagai rekan kerja, kau perlu memberi contoh yang baik dan bekerja sama secara aktif. Jika tidak, bagaimana saudara-saudari akan termotivasi?" Sebagai tanggapan, Saudari Han menganggukkan kepalanya sedikit kaku. Melihatnya menundukan kepala dalam diam, aku merasa puas dan berpikir, "Bagaimana dengan kesombonganmu tadi, seolah-olah aku bukan tandinganmu? Sekarang kau tidak terlihat begitu hebat. Kau senang sekarang?" Jadi, aku mendapatkan kembali rasa penting, berbicara dengan otoritas lagi, dan membuat pengaturan untuk pekerjaan lain. Saat itu hari sudah gelap, Saudari Wu dan aku memiliki tugas lain untuk didiskusikan malam itu. Awalnya aku ingin Saudari Han tinggal dan mendengarkan, tetapi aku khawatir dia akan merebut panggungku lagi. Bukankah itu membuatku terlihat tidak cakap? Kupikir aku akan menyuruhnya pulang saja. Aku memberi tahu Saudari Han dia bisa pulang. Dia menganggukkan kepala dengan enggan, lalu mengumpulkan barang-barangnya dan pergi. Saat melihatnya berjalan pergi dengan ekspresi wajah tidak senang, aku merasa sedikit bersalah. Keesokan paginya dalam perjalanan ke sebuah pertemuan, aku merenungkan keadaanku selama beberapa hari terakhir. Aku merasa sikapku sedikit keterlaluan terhadap Saudari Han kemarin. Persekutuannya tentang kebenaran cukup bagus. Aku kesal saat dia menjadi pusat perhatian, jadi aku berusaha keras untuk menghambatnya. Kurasa dia mungkin terlihat kesal saat pergi karena merasa terkekang olehku. Namun, saat itu aku hanya memikirkannya sekilas dan tidak merenungkannya lebih jauh. Aku membiarkannya berlalu.

Setelah beberapa hari, aku menceritakan sikapku terhadap Saudari Han kepada Saudari Li yang bekerja bersamaku. Dia menanganiku, berkata, "Ini adalah watak antikristus dan kau harus mencari firman Tuhan untuk menyelesaikannya. Saat kau, sebagai pemimpin, mencengkam dan menekan seseorang yang mengunggulimu, itu tidak bisa diterima! Tidakkah anggota rumah Tuhan yang lebih berbakat takkan menginginkanmu di pucuk pimpinan?" Mendengar ini membuatku sedih, dan barulah aku menyadari betapa serius masalah ini. Dalam perjalanan pulang, aku memikirkan perkataan Saudari Li berulang kali, dan mengingat kembali interaksiku dengan Saudari Han, serta apa yang kusingkapkan. Aku telah mengucilkannya agar dia tidak mengungguliku. Bukankah aku menghambatnya? Itu adalah kejahatan! Makin aku memikirkan sikapku, makin aku merasa takut, lalu aku segera datang ke hadapan Tuhan dan berdoa: "Ya Tuhan! Melalui Saudari Li yang menanganiku, aku sadar menekan dan mengucilkan Saudari Han berarti aku menyingkapkan watak antikristus! Dengan tugas yang begitu penting, jika aku tidak menyelesaikan watak ini, entah berapa banyak kejahatan yang akan kulakukan! Tuhan, ini adalah watak yang menakutkan. Aku ingin berubah—tolong bimbing aku."

Aku membaca ini dalam firman Tuhan setelah itu: "Salah satu ciri yang paling jelas dari esensi seorang antikristus adalah bahwa mereka seperti raja lalim yang menjalankan kediktatoran mereka sendiri: mereka tidak mendengarkan siapa pun, mereka memandang rendah semua orang, dan apa pun yang orang lain katakan, lakukan, wawasan, sudut pandang, serta kekuatan yang orang lain miliki—di mata mereka, semuanya lebih rendah dari mereka. Bagi mereka, tampaknya tak seorang pun yang layak untuk berpartisipasi dalam apa yang ingin mereka lakukan, juga tidak memenuhi syarat untuk dimintai pendapat atau memberi saran—itulah jenis watak antikristus. Sebagian orang berkata bahwa ini adalah kemanusiaan yang buruk—bagaimana bisa ini dikatakan hanyalah kemanusiaan yang buruk yang lumrah? Ini sepenuhnya adalah watak jahat; watak semacam ini sangat ganas. Mengapa Kukatakan bahwa watak mereka sangat ganas? Para antikristus menganggap pekerjaan rumah Tuhan, termasuk kepentingan gereja, sebagai milik mereka sepenuhnya, sebagai milik pribadi mereka yang seharusnya mereka kelola sepenuhnya, tanpa campur tangan orang lain. Jadi, satu-satunya hal yang mereka pikirkan ketika melakukan pekerjaan rumah Tuhan adalah kepentingan diri mereka sendiri, status dan gengsi mereka sendiri. Mereka menolak siapa pun yang, di mata mereka, merupakan ancaman bagi status dan reputasi mereka. Mereka menindas dan mengucilkannya; mereka bahkan mengesampingkan dan menindas orang-orang yang berguna bagi gereja dan pantas untuk melaksanakan tugas-tugas khusus tertentu. Mereka tidak mempertimbangkan pekerjaan rumah Tuhan, ataupun kepentingan rumah Tuhan sedikit pun. Jika ada orang-orang yang mungkin menjadi ancaman bagi status mereka, tidak tunduk kepada mereka, mengabaikan mereka, kemudian mereka mengucilkan dan menekan serta menjauhkan diri dari orang-orang itu. Para antikristus tidak mengizinkan orang-orang semacam itu untuk menjadi rekan sekerja mereka, dan tidak akan pernah membiarkan orang-orang itu memiliki kedudukan penting apa pun, memainkan peran penting apa pun, dalam lingkup kekuasaan mereka. Perbuatan baik apa pun yang orang-orang ini lakukan—perbuatan yang bermanfaat bagi rumah Tuhan—para antikristus akan berusaha sekeras mungkin untuk menutupi perbuatan-perbuatan ini. Mereka bahkan akan memutarbalikkan fakta untuk mengeklaim pujian atas hal-hal baik dan menimpakan kesalahan kepada orang lain; mereka menghalangi saudara-saudari agar tidak melihat kelebihan dan kebajikan orang lain, untuk mencegah orang-orang ini dipuji dan didukung oleh saudara-saudari dan mengancam kedudukan mereka. Selain itu, para antikristus juga mengarang kebohongan dan membesar-besarkan fakta di antara saudara-saudari, berbicara buruk tentang orang untuk menjatuhkan mereka, mencari alasan untuk mengucilkan dan menekan mereka apa pun pekerjaan yang orang-orang ini lakukan; demikian pula, para antikristus juga bersikap menghakimi terhadap mereka, mengatakan bahwa mereka ini congkak, dan merasa dirinya benar, bahwa mereka suka pamer, bahwa mereka menyimpan ambisi. Faktanya, semua orang ini memiliki keahlian khusus, mereka semua adalah orang-orang yang mencintai kebenaran dan layak untuk dibina. Hanya kekurangan kecil yang ditemukan di dalam diri mereka, perwujudan watak rusak yang sesekali muncul; mereka semua memiliki kemanusiaan yang relatif baik. Secara keseluruhan, mereka cocok untuk melaksanakan suatu tugas, mereka sesuai dengan prinsip-prinsip bagi orang yang melaksanakan suatu tugas. Namun, di mata para antikristus, mereka berpikir, 'Tidak mungkin aku menoleransi hal ini. Engkau ingin memiliki peran dalam wilayah kekuasaanku, bersaing denganku. Itu tidak mungkin, jangan pernah berpikir kau bisa melakukannya. Kemampuanmu lebih besar daripada kemampuanku, kau lebih pandai bicara daripada diriku, lebih berpendidikan daripada diriku, dan lebih populer daripada diriku. Apa yang akan kulakukan jika engkau mencuri kesempatanku? Kauingin aku bekerja bersamamu? Jangan pernah berpikir kau bisa melakukannya!' Apakah mereka mempertimbangkan kepentingan rumah Tuhan? Tidak. Yang mereka pikirkan hanyalah apakah status mereka sendiri dapat dipertahankan, jadi mereka lebih memilih merugikan kepentingan rumah Tuhan daripada memberdayakan orang-orang ini. Mereka mengecualikan orang-orang ini" ("Mereka Akan Membuat Orang Lain Hanya Taat kepada Mereka, Bukan kepada Kebenaran atau Tuhan (Bagian Satu)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Aku melihat dari firman Tuhan bahwa ciri utama watak antikristus adalah melihat kekuasaan sebagai kehidupan kita, selalu menginginkan monopoli dalam tugas kita, ingin memegang kendali. Saat seseorang mengancam status dan kekuasaan atau mengungguli kita, kita tidak ragu untuk membahayakan pekerjaan rumah Tuhan, mengesampingkan dan menghambatnya. Merenungkan diri, sejak mengambil tugas kepemimpinan, aku tidak fokus pada tanggung jawabku dalam tugas dan bagaimana harus melakukan kerja nyata, justru fokus pada prestise yang didapat dari statusku. Aku tidak ingin siapa pun mengungguliku. Persekutuan Saudari Han tentang kebenaran menyelesaikan masalah Saudari Wu. Itu menunjukkan dia menanggung beban, dan itu hal positif, tetapi aku tidak senang keadaan Saudari Wu membaik. Sebaliknya, aku takut Saudari Han terlihat lebih baik dariku, dan aku akan kehilangan tempatku di hati orang lain, bahwa mereka tidak akan menghormatiku lagi. Aku berusaha keras menjelekkan Saudari Han, sengaja mengubah topik saat yang lain menyetujui persekutuannya, serta memanfaatkan status dan otoritasku untuk mencecar masalah dalam pekerjaannya. Aku sengaja mempersulit dan membuat dia terlihat buruk, serta terus melakukan itu sampai yang lain tidak menghormatinya lagi. Aku sadar, untuk memperkuat posisiku, aku bahkan menindas dan menyerang pengejar kebenaran. Bukankah menggunakan taktik jahat dan tercela menyingkapkan watak antikristus? Lalu, aku teringat seorang antikristus yang ditendang gereja beberapa hari sebelumnya. Manifestasi dirinya adalah terus menekan dan menampik orang yang menyatakan pendapat berbeda atau lebih baik dalam sesuatu, tidak memikirkan pekerjaan rumah Tuhan. Dia akhirnya dikeluarkan karena melakukan segala macam kejahatan. Merenungkan semua yang telah kulakukan kepada Saudari Han, aku sadar, bukankah aku berada di jalan yang sama dengan antikristus itu? Lalu, aku akhirnya melihat betapa jahatnya watak antikristusku.

Aku membaca ini dalam firman Tuhan kemudian: "Apa pun yang kaulakukan, entah itu penting atau tidak, harus selalu ada orang di sana untuk membantumu, memberimu petunjuk, nasihat, dan untuk membantumu dengan segala sesuatu. Dengan demikian, engkau akan melakukan segala sesuatu dengan lebih tepat, akan makin sulit untuk melakukan kesalahan, dan akan makin kecil kemungkinanmu untuk tersesat—di mana semua ini adalah hal-hal yang baik. Khususnya sekarang ini, melayani Tuhan bukanlah perkara kecil. Tidak menyelesaikan watak rusakmu dapat menempatkanmu dalam bahaya!! Para antikristus itu bodoh, mereka tidak menyadari hal ini, mereka berpikir, 'Aku sudah cukup kesulitan mendapatkan otoritasku sendiri, mengapa aku harus membaginya dengan orang lain? Memberikan otoritasku kepada orang lain berarti aku sama sekali tidak memilikinya, bukan? Bagaimana aku bisa menonjol jika aku tidak memiliki otoritas?' Mereka tidak menyadari bahwa yang Tuhan berikan adalah tugas; Dia tidak memberi otoritas kepada orang. Memperlakukan tugas sebagai otoritas sangat berbahaya. Sekarang ini, Tuhan-lah yang kaulayani, dan engkau bekerja di rumah Tuhan—apa artinya? Itu berarti engkau bukan melayani manusia. Jika engkau bekerja untuk manusia, engkau akan mendapatkan gaji, engkau akan menerima upah. Namun, apa arti bekerja untuk rumah Tuhan? Tentu saja, mengatakan bahwa engkau melakukan segala sesuatu untuk Tuhan agak kurang tepat; itu terlalu jauh, itu agak berlebihan. Bekerja di rumah Tuhan berarti menerima amanat, menerima tanggung jawab kudus—tanggung jawab yang serius, entah besar atau kecil. Seberapa serius sebenarnya tanggung jawab tersebut? Secara khusus, hal ini menyangkut apakah engkau dapat memperoleh kebenaran atau tidak dalam hidupmu, dan bagaimana Tuhan memandangmu berdasarkan apa yang kaulakukan. Secara umum, hal ini berkaitan dengan masa depan dan nasibmu di kehidupan selanjutnya; semua yang kaulakukan dalam hidup ini diperhitungkan oleh Tuhan, yang memeriksa, mencatat, menilaimu—dan setelah menilaimu, berdasarkan apa yang telah diperlihatkan dalam dirimu sepanjang hidupmu, Tuhan akhirnya memutuskan kesudahanmu" ("Mereka Akan Membuat Orang Lain Hanya Taat kepada Mereka, Bukan kepada Kebenaran atau Tuhan (Bagian Satu)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Firman Tuhan menunjukkan aku perlu bekerja sama secara harmonis dengan saudara-saudari dan mendengarkan pendapat mereka untuk melayani kehendak Tuhan. Maka aku tidak akan mungkin tersesat. Tuhan memberi setiap orang kualitas berbeda dan tiap orang memiliki pemahaman sendiri. Satu orang memiliki pengalaman terbatas dan hanya bisa melihat sesuatu dari satu sudut pandang. Mencapai hasil yang baik dalam tugas kita membutuhkan kerja sama semua orang, dan kita semua berbagi pencerahan dan penerangan Roh Kudus. Dengan begitu kita bisa saling melengkapi kekurangan satu sama lain. Saudari Han menyarankan pendekatan bagus yang secara sempurna melengkapi hal yang kulewatkan. Itu bagus! Namun, bagiku status lebih penting daripada apa pun, jadi aku hanya ingin pamer dan membuat orang lain menghormati dan mengagumiku. Melihat seseorang mengungkapkan pendapat berbeda atau mengungguliku, aku berusaha mengesampingkan dan menghambat mereka sampai semua orang tunduk di bawah otoritasku. Aku melihat, dengan menyingkap perilaku semacam ini, aku hidup berdasarkan racun Iblis seperti "Di seluruh alam semesta, akulah yang berkuasa," dan "Hanya boleh ada satu laki-laki alfa." Aku tidak peduli apakah kami memiliki pertemuan yang baik atau saudara-saudari bisa menyelesaikan masalah mereka. Aku bahkan tidak mempertimbangkan apakah ada gangguan pada pekerjaan rumah Tuhan, atau apakah Saudari Han merasa terkekang atau terluka. Aku melihat betapa jahat dan tercelanya aku, hidup berdasarkan racun iblis ini. Aku melayani sebagai pemimpin gereja, tetapi gagal membawa saudara-saudari ke hadapan Tuhan, tidak membantu mereka memperdalam pemahaman tentang Tuhan. Sebaliknya, aku ingin memanfaatkan tugasku untuk mengendalikan mereka. Bukankah artinya aku mencoba merebut umat Tuhan dari-Nya? Watak Tuhan tidak menoleransi pelanggaran. Aku tahu jika tetap berada di jalan antikristus dan tidak bertobat, pada akhirnya aku pasti akan menyinggung watak Tuhan dan disingkirkan. Memikirkan kembali bagaimana aku memperlakukan Saudari Han, aku melihat betapa memalukannya perilakuku. Aku melihat betapa jahatnya watakku, betapa hampanya kemanusiaanku. Pada saat itu, aku merasa muak dan membenci diriku. Aku ingin mencari jalan penerapan untuk menyelesaikan watak iblisku sesegera mungkin.

Aku kemudian menonton video pembacaan firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Tuhan memiliki prinsip dalam melakukan segala sesuatu. Dia melindungi manusia, memperhatikan mereka, Dia mengasihi mereka, dan menginginkan yang terbaik bagi mereka; inilah sumber dan maksud awal di balik semua yang Tuhan lakukan. Sebaliknya, Iblis, dia memamerkan dirinya sendiri, memaksakan segala sesuatu pada manusia, kemudian membuat mereka menyembahnya, manusia ditipu dan direndahkan olehnya, dan sedikit demi sedikit, mereka pun menjadi setan-setan hidup. Iblis tidak menginginkan yang terbaik bagi manusia, dia tidak peduli apakah mereka hidup atau mati, dia hanya memikirkan dirinya sendiri serta keuntungan dan kepuasannya sendiri, dia tidak memiliki kasih atau belas kasihan, apalagi toleransi atau pengertian. Hanya Tuhan yang memiliki hal-hal ini. Tuhan telah melakukan begitu banyak pekerjaan di dalam diri manusia—tetapi pernahkah Dia membicarakannya, pernahkah Dia berusaha menjelaskan diri-Nya sendiri, untuk membela diri-Nya sendiri? Tidak. ... Tuhan itu rendah hati dan tersembunyi, sedangkan Iblis memamerkan dirinya sendiri. Apakah ada perbedaan di antara keduanya? Bisakah Iblis digambarkan sebagai makhluk yang rendah hati? (Tidak.) Dinilai dari natur dan esensinya yang jahat, Iblis adalah sampah yang tidak berguna; akan menjadi luar biasa bagi Iblis jika dia tidak memamerkan dirinya sendiri. Bagaimana mungkin Iblis disebut makhluk yang 'rendah hati'? 'Kerendahhatian' mengacu pada Tuhan. Identitas, esensi, dan watak Tuhan itu mulia dan terhormat, tetapi Dia tidak pernah pamer. Tuhan itu rendah hati dan tersembunyi, Dia tidak membiarkan manusia melihat apa yang telah Dia lakukan, tetapi meskipun Dia bekerja dalam ketidakjelasan seperti itu, umat manusia tak henti-hentinya dibekali, dipelihara, dan dibimbing—dan semua ini diatur oleh Tuhan. Bahwa Tuhan tidak pernah memberitahukan dan menyebutkan hal-hal ini, apakah ini adalah ketersembunyian dan kerendahhatian? Tuhan itu rendah hati justru karena Dia mampu melakukan hal-hal ini tetapi tidak pernah menyebutkan atau memberitahukannya, tidak membicarakannya dengan manusia. Apa hakmu untuk berbicara tentang kerendahhatian padahal engkau tidak mampu melakukan hal-hal semacam itu? Engkau tidak melakukan satu pun dari hal-hal tersebut, tetapi bersikeras menuntut pujian untuk itu—ini disebut bersikap tidak tahu malu" ("Mereka Jahat, Berbahaya, dan Curang (Bagian Dua)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Kutipan firman Tuhan ini menunjukkan kepadaku betapa rendah hati dan tersembunyinya Tuhan. Dia adalah Sang Pencipta, melakukan pekerjaan-Nya tanpa henti, membimbing umat manusia, dan memberikan semua yang kita butuhkan untuk bertahan hidup, tetapi Dia tidak pernah memosisikan diri-Nya sebagai Tuhan atau menonjolkan diri-Nya. Dia terutama tidak menuntut semua orang menghormati dan mengagumi-Nya. Dia hanya dengan hening, diam-diam mengungkapkan kebenaran, bekerja untuk menyelamatkan umat manusia. Esensi Tuhan sangat indah, sangat baik! Aku justru ingin menonjolkan diri ke mana pun aku pergi. Begitu mendapatkan tugas kepemimpinan, aku menempatkan diriku di panggung dan menolak turun. Aku tidak mau mendengarkan ide orang lain atau membiarkan siapa pun mengungguliku. Aku sangat congkak! Aku adalah pemimpin, tetapi tidak membantu orang lain menyelesaikan masalah, justru mengucilkan dan menekan mereka yang mengejar kebenaran. Aku tidak hanya menuntut kekaguman mereka, tetapi juga sepenuhnya menghilangkan perbaikan atau manfaat dari mereka. Aku melihat diriku benar-benar tidak tahu malu, tak memiliki hati nurani dan nalar, karakterku pun tercela. Menyadari ini, aku bergegas datang ke hadapan Tuhan dalam doa: "Ya Tuhan! Terima kasih telah menyiapkan lingkungan untuk menyingkap watak antikristusku tepat waktu agar aku bisa mengenal diriku, melihat siapa aku sebenarnya, dan jalan keliru yang kulalui. Tuhan, aku ingin bertobat kepada-Mu, mengambil tempatku yang seharusnya, dan melakukan tugasku sebagaimana mestinya. Aku mengharapkan lebih banyak penghakiman dan hajaran-Mu, untuk membantuku membuang aspek watak rusakku ini." Kemudian aku menemui setiap kelompok untuk berbagi pendekatan Saudari Han dengan semua orang, lalu membuka dan membedah pengungkapan kerusakanku saat memperebutkan status dengan dia dan watak antikristusku. Menerapkan ini membuatku sangat tenang dan damai.

Tak lama kemudian, Tuhan menyiapkan lingkungan lain untuk mengujiku. Suatu hari dalam rapat dengan beberapa pemimpin kelompok, ada Saudari Yang yang cukup supel. Dia tampak cukup energik sejak awal dan aktif terlibat dalam menanggapi pertanyaan orang lain. Dia selalu menjadi pusat perhatian. Saat aku dan Saudari Liu sedang bicara tentang cara membagi pertemuan untuk orang percaya baru, Saudari Yang memberi saran berbeda saat aku selesai berbicara. Meskipun saat itu aku merasa dia benar, ketika melihat saudara-saudari setuju dengannya dan pandangan semua orang beralih kepadanya, aku merasa kehilangan muka. Aku berpikir, "Dia sangat bersemangat sepanjang pertemuan ini, aktif terlibat dalam pertanyaan semua orang, menjadi yang terdepan. Aku menjadi peran pendukung. Akulah pemimpinnya, tetapi kenapa aku hanya seperti properti panggung?" Segera setelah terpikirkan ini, aku menyadari telah mengejar status lagi, berjuang untuk menjadi pusat perhatian. Aku segera datang ke hadapan Tuhan dan berdoa dalam hati kepada-Nya: "Tuhan, aku bisa melihat Kau mengatur situasi ini. Aku bersedia mengesampingkan diriku dan bekerja dengan baik bersama Saudari Yang. Tolong bimbing aku untuk mengubah keadaanku yang salah ini." Saat itu, sebuah kutipan firman Tuhan muncul di benakku: "Buanglah sikapmu yang congkak dan keras kepala, dan kesampingkanlah gelarmu. Jangan pedulikan hal-hal ini, anggaplah semuanya tidak penting, dan jangan memandangnya sebagai simbol status, sebagai kehormatan. Percayalah dalam hatimu bahwa engkau dan orang lain adalah setara; belajarlah untuk menempatkan dirimu setara dengan orang lain, bahkan mampu merunduk untuk meminta pendapat orang lain. Mampukan diri untuk mendengarkan dengan sungguh-sungguh, saksama, dan penuh perhatian pada apa yang orang lain katakan. Dengan cara ini, engkau akan melahirkan kerja sama yang damai antara dirimu sendiri dan orang lain" ("Mereka Akan Membuat Orang Lain Hanya Taat kepada Mereka, Bukan kepada Kebenaran atau Tuhan (Bagian Satu)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Kutipan ini memberiku jalan penerapan. Aku berkata dalam hati, aku tidak bisa terus mengkhawatirkan reputasi dan statusku, atau bersaing dengan orang lain untuk mencari nama. Saudari Yang benar, jadi aku harus menerima sarannya. Itu adalah yang terbaik untuk pekerjaan rumah Tuhan. Setelah dia selesai, aku menyatakan persetujuanku dan meminta saudara-saudari lain menjalankan sarannya. Aku juga melepaskan kebencianku kepadanya. Dalam pertemuan itu, semua orang secara terbuka berbagi pendapat, dan itu pertemuan yang sangat produktif. Aku sangat senang melihat ini dan bersyukur atas bimbingan Tuhan. Aku sadar, bekerja sama dengan baik dengan orang lain, tidak dikekang batasan status, benar-benar sangat membebaskan.

Setelah itu, aku melihat bagaimana aku mengesampingkan dan menindas orang demi meningkatkan statusku dan mengambil jalan antikristus. Aku melihat bagaimana aku hidup dikendalikan watak iblisku dan bisa tersesat, melakukan kejahatan dan menentang Tuhan kapan pun. Tidak mengejar kebenaran sangat berbahaya! Dengan penghakiman firman Tuhan dan pengungkapan fakta, aku dengan jelas melihat diriku berada di jalan yang salah dan bisa sedikit berubah. Aku juga benar-benar mengalami bagaimana Tuhan sepenuhnya ada di sisi kita, dan selama kita sepenuh hati mengejar kebenaran dan bekerja untuk menyelesaikan watak rusak, Tuhan akan memimpin jalannya. Syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa!

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Belajar dari Kritik

Oleh Saudari Song Yu, Belanda Pada Mei tahun ini, seorang saudari melapor kepadaku bahwa Saudari Lu berkata kepadanya setidaknya tiga...