Pergumulan untuk Berkata Jujur

31 Januari 2022

Oleh Saudari Weniela, Filipina

Aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman pada tahun 2017. Masa bersekutu dengan saudara-saudari biasanya sangat menyenangkan bagiku karena aku selalu bisa belajar lebih banyak kebenaran dan mendapatkan sesuatu darinya. Pada awalnya, semua persekutuan itu melalui obrolan teks, yaitu, kami mengetikkan semua percakapan kami. Jadi, aku tidak menyembunyikan apa pun, dan aku sangat ingin menyampaikan pemahamanku tentang firman Tuhan. Para pemimpin selalu berkata aku memiliki pemahaman yang baik dan saudara-saudari menghormatiku. Mereka mengatakan bahwa mereka senang mendengarkan persekutuanku dan aku fasih berbahasa Inggris. Aku senang mendengar pujian mereka dan merasa baik-baik saja. Kemudian, seorang saudari menyarankan agar kami mulai melakukan panggilan suara untuk pertemuan, dan masalahku muncul ke permukaan.

Dalam pertemuan sore, setelah kami membaca firman Tuhan, beberapa saudari menyampaikan pemahaman mereka tentang bagian firman itu. Namun, aku merasa gugup dan tidak benar-benar mendengarkan persekutuan mereka. Selama ini semua persekutuan menggunakan teks, jadi aku tidak terlalu terbiasa bersekutu dengan bersuara. Persekutuan dengan bersuara adalah kelemahanku. Ketika menggunakan teks, aku bisa mempersiapkan perkataanku dan memperbaikinya. Namun, menggunakan obrolan langsung, aku tak punya cukup waktu untuk mempersiapkannya. Meskipun aku memiliki sedikit pemahaman tentang firman Tuhan, persekutuanku pasti kacau dan tidak teratur, jadi aku takut saudara-saudariku merasa kecewa padaku. Selama pertemuan berlangsung, aku disibukkan dengan hal ini. Aku ragu-ragu apakah aku mau menyampaikan persekutuan atau tidak. Jika tidak, yang lain akan mengira aku tidak terlibat secara aktif dan pemimpin akan merasa kecewa padaku. Namun, jika bersekutu, aku akan menjadi pusat perhatian dan jika aku bersekutu dengan buruk, saudara-saudari akan memandang rendah diriku. Ini akan merusak citraku yang baik dengan mereka. Pemikiran ini membuatku merasa sangat gugup sehingga aku tak mampu berbicara. Aku merasa malu, terutama karena para saudari yang telah mempertobatkanku ada di pertemuan itu. Kupikir mereka pasti merasa kecewa karena dalam komunikasi kami melalui teks, aku menunjukkan pemahaman yang baik dan benar-benar terlibat, tetapi pada waktu itu aku tidak berbicara sedikit pun. Kemudian Flora Shi, seorang pemimpin, berkata kepadaku, "Saudari Weniela, apakah kau ingin mempersekutukan sesuatu? Semua orang sudah. Apakah kau lupa untuk menyampaikan persekutuan?" Nada bicaranya membuatku merasa sepertinya dia merasa kecewa. Aku benar-benar merasa canggung dan malu. Untuk menyembunyikan kekuranganku ini dan mempertahankan citraku di mata mereka, aku memutuskan bahwa sejak saat itu aku akan menuliskan apa yang ingin kupersekutukan sebelum pertemuan, dan aku cukup hanya membacakannya saat giliranku tiba. Jadi aku takkan merasa terlalu gugup. Mereka akan mengira aku adalah pembicara yang bagus dan persekutuanku tepat sasaran dan bermanfaat bagi mereka. Kupikir itu ide yang bagus.

Suatu malam, dua saudari dari Tiongkok memimpin pertemuan kami. Kami semua menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi demi kenyamanan. Saudara-saudari setempat merasa sangat malu karena bahasa Inggris mereka tidak terlalu bagus, tetapi mereka tetap mampu mempersekutukan pemahaman mereka tentang firman Tuhan. Saat giliranku tiba, aku sangat terlibat dan terdengar sangat percaya diri karena sudah menuliskan semuanya sebelumnya. Aku adalah yang terakhir. Aku telah menghabiskan banyak waktu untuk menuliskan persekutuanku dan berupaya keras untuk berbicara secara alami sehingga mereka takkan menyadari bahwa aku sedang membaca. Setelah itu, mereka semua memuji persekutuanku dan mengatakan itu membantu mereka dan mengatakan bahasa Inggrisku hebat. Aku diam-diam senang mendengar pujian mereka dan merasa sepertinya aku telah mendapatkan rasa hormat mereka. Kemudian, setiap kali saudara-saudari mengatakan bahwa mereka menyukai persekutuanku dan berkata aku berbakat, aku tak mampu menahan kegembiraan yang kurasakan. Kemudian, aku terpilih menjadi pemimpin kelompok. Aku jauh lebih fokus pada apa yang orang lain pikirkan tentang diriku. Namun, setelah beberapa saat, aku mulai merasa bersalah, agak gelisah setiap kali orang lain memujiku. Aku tahu apa yang kulakukan salah, di mana aku tidak membiarkan mereka melihat diriku yang sebenarnya. Aku merasa tidak tenang akan hal itu, tetapi aku terus melakukan hal yang sama. Dalam pertemuan, aku tidak sungguh-sungguh mendengarkan persekutuan orang lain. Aku sama sekali tidak mendengarkan mereka, tetapi aku sibuk menulis pemahamanku sendiri, dan akibatnya, tidak mungkin aku benar-benar belajar dari persekutuan mereka. Pertemuan itu tidak ada artinya bagiku. Aku selalu berfokus menulis sesuatu yang terdengar bagus untuk memuaskan kesombonganku dan menjaga reputasiku. Hal itu membuatku tidak mendapatkan lebih banyak dari pertemuan-pertemuan itu. Aku ingin berubah, untuk bersekutu dengan lebih bebas, tetapi aku takut untuk mengambil langkah itu. Aku takut jika yang lain tahu bahwa aku telah menuliskan persekutuanku sebelumnya, mereka akan memandang rendah diriku dan mungkin mengatakan aku sangat tidak jujur, bahwa aku berbohong dan menipu. Aku ingin berhenti melakukan itu berkali-kali karena hal itu sama sekali tidak memberiku manfaat, dan membuatku merasa sangat tidak nyaman, tetapi kegelisahan itu tidak memiliki bobot apa pun dibandingkan dengan citraku dan kekaguman orang lain. Aku lebih peduli dengan reputasiku. Namun, setiap kali melakukan hal itu, aku merasa sangat bersalah. Aku bahkan berusaha meyakinkan diriku sendiri bahwa aku hanya melakukannya agar dapat menyampaikan pemahamanku dengan lebih jelas dan akurat, dan kemudian orang lain akan dapat memahami apa yang kukatakan dengan lebih baik. Aku terus mengatakan pada diriku sendiri bahwa itu tidak apa-apa, tetapi kegelisahan dan rasa bersalahku terus menyiksaku. Kupikir, jika aku mampu melepaskan harga diriku dan mengatakan yang sebenarnya kepada semua orang, aku akan mampu melepaskan diri dari hal itu. Namun, jika mereka mengetahui bahwa bahasa Inggrisku tidak terlalu bagus, kupikir mereka akan menertawakanku. Lalu, bagaimana aku bisa berhadapan dengan mereka? Aku bergumul dengan hal ini untuk waktu yang lama, tetapi aku tetap tidak mampu membuka hatiku. Tak tahu harus berbuat apa lagi, aku berusaha melatih kemampuan bahasaku. Aku berlatih bersekutu sendiri di rumah, merekam sendiri dan kemudian mendengarkannya untuk melihat bagaimana kedengarannya. Kupikir aku dapat secara berangsur meningkatkan keterampilan berbicaraku dengan cara itu, maka aku tidak harus terus menuliskan persekutuanku terlebih dahulu, tetapi bisa langsung bersekutu. Jadi, aku tidak perlu mengatakan yang sebenarnya kepada semua orang. Asalkan aku masih bisa bersekutu dengan baik dan bahasa Inggrisku terdengar lancar, aku akan mempertahankan rasa hormat mereka terhadapku. Namun, sebanyak apa pun aku telah berlatih, aku merasa gugup setiap kali kami semua bersekutu, jadi aku selalu hanya membacakan persekutuanku seperti yang telah kulakukan selama ini. Aku merasa kecewa pada diriku sendiri dan terjebak dalam keadaan negatif. Itu juga memengaruhi tugasku. Akhirnya aku diberhentikan dari kedudukanku sebagai pemimpin kelompok.

Suatu kali, dalam sebuah pertemuan, seorang saudari membagikan bagian firman Tuhan ini: "Jika engkau ingin orang lain memercayaimu, pertama-tama engkau harus jujur. Sebagai orang yang jujur, engkau harus terlebih dahulu membuka hatimu sehingga semua orang dapat memeriksa isi hatimu, melihat semua yang kaupikirkan, dan melihat sekilas dirimu yang sebenarnya; engkau tidak boleh berusaha menyamarkan atau mengemas dirimu agar terlihat baik. Baru setelah itulah, orang akan memercayaimu dan menganggapmu jujur. Inilah penerapan yang paling mendasar dan prasyarat menjadi orang yang jujur. Engkau selalu bersandiwara, selalu berpura-pura suci, penuh kebajikan, hebat, dan berpura-pura bermoral tinggi. Engkau tidak membiarkan orang lain melihat kerusakan dan kekuranganmu. Engkau menampilkan citra yang palsu kepada orang-orang, sehingga mereka percaya bahwa engkau adalah orang yang tulus hati, hebat, rela berkorban, tidak memihak, dan tidak mementingkan diri sendiri. Ini adalah kecurangan. Jangan menyamar, dan jangan mengemas dirimu sendiri; sebaliknya, ungkapkan dirimu dan ungkapkan hatimu agar orang lain dapat melihatnya. Jika engkau dapat mengungkapkan hatimu agar orang lain dapat melihatnya, dan mengungkapkan semua pemikiran dan rencanamu—baik yang positif maupun yang negatif—bukankah itu berarti engkau sedang bersikap jujur? Jika engkau dapat mengungkapkan dirimu agar orang lain dapat melihatnya, maka Tuhan juga akan melihatmu dan berkata, 'Engkau telah mengungkapkan dirimu agar orang lain dapat melihatnya, maka engkau juga pasti jujur di hadapan-Ku.' Jika engkau hanya mengungkapkan dirimu kepada Tuhan ketika tidak dilihat orang lain, dan selalu berpura-pura hebat dan penuh kebajikan atau adil dan tidak mementingkan diri sendiri saat bersama-sama dengan mereka, lalu apa yang akan Tuhan pikirkan dan katakan? Dia akan berkata: 'Kau benar-benar curang; engkau sangat munafik dan picik; dan engkau bukan orang yang jujur.' Tuhan akan mengutukmu karenanya. Jika engkau ingin menjadi orang yang jujur, maka kapan pun engkau berada di hadapan Tuhan atau di hadapan orang lain, engkau harus dapat memberikan penjelasan yang murni dan terbuka tentang apa yang diwujudkan di dalam dirimu, dan tentang perkataan di dalam hatimu. Apakah ini mudah dicapai? Ini membutuhkan waktu; ini membutuhkan perjuangan di dalam hati kita, dan kita harus terus-menerus melakukan penerapan. Sedikit demi sedikit, hati kita akan terbuka dan kita akan mampu mengungkapkan diri kita" ("Pengamalan Paling Mendasar untuk Menjadi Orang Jujur" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Tuhan menyukai orang yang jujur, dan Dia tidak menyukai kelicikan atau ketidakjujuran. Entah itu sesuatu yang bagus atau buruk, kita harus membuka hati dalam persekutuan, tidak berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan diri kita, tidak menutupi diri kita sendiri. Itulah artinya bersikap jujur. Aku merasa sangat bersalah ketika membaca bagian ini karena tahu aku bukan orang yang jujur. Aku benar-benar ingin membuka diri kepada semua orang, untuk melepaskan kesombongan dan keinginanku akan reputasi, dan meskipun aku sudah berusaha beberapa kali, aku tak pernah mampu melepaskannya. Aku terlalu mendambakan reputasi. Aku terpenjara oleh kesombonganku sendiri. Aku sadar bahwa aku benar-benar sangat rusak Aku merasa sangat bersalah sekaligus jengkel. Mengapa aku selalu berpura-pura, memberi orang kesan positif yang palsu tentang diriku? Mengapa aku tak mampu menerapkan kebenaran? Mengapa aku menyia-nyiakan imanku kepada Tuhan? Apakah semua pertemuan dan tugas itu sia-sia? Aku merasa sepertinya aku takkan pernah lepas dari ikatan kesombonganku sendiri. Aku ingin meninggalkan kelompok kami dan mengambil waktu untuk memperbaiki keadaanku, kemudian aku bisa kembali ke pertemuan dan berhenti melakukan hal-hal itu. Jadi, aku keluar dari kelompok dan berhenti menggunakan akun yang kumiliki, ingin menyendiri dan merenungkan diriku sendiri. Aku benar-benar merasa kesal dan frustrasi selama beberapa waktu, dan juga kesepian. Aku merasa kecewa pada diriku sendiri. Aku telah menjadi orang percaya selama dua tahun, tetapi aku masih belum mampu bersikap jujur dan melepaskan kesombonganku. Aku terlalu peduli dengan pendapat orang lain tentang diriku. Hanya membayangkan reaksi orang lain setelah mengetahui yang sebenarnya selalu membuatku merasa sangat malu.

Yang kulakukan selama waktu itu hanyalah membaca firman Tuhan. Suatu hari, aku melihat bagian ini: "Mengejar kebenaran adalah hal yang terpenting, dan menerapkannya sebenarnya sangat sederhana. Engkau harus mulai dengan menjadi orang yang jujur dan berbicara dengan jujur, serta membuka hatimu. Jika ada sesuatu yang tentangnya engkau terlalu malu untuk mengatakannya kepada saudara-saudarimu, engkau harus berlutut dan mengatakannya kepada Tuhan melalui doa. Apa yang harus kaukatakan kepada Tuhan? Katakan kepada Tuhan apa yang ada dalam hatimu; jangan mengatakan basa-basi kosong atau berusaha menipu-Nya. Mulailah dengan bersikap jujur. Jika engkau lemah, katakanlah bahwa engkau lemah; jika engkau jahat, katakanlah bahwa engkau jahat; jika engkau telah bersikap curang, katakanlah bahwa engkau telah bersikap curang; jika engkau memiliki pemikiran-pemikiran yang jahat dan licik, beri tahu Tuhan tentang semua itu. Jika engkau selalu bersaing untuk mendapatkan kedudukan, katakan juga kepada-Nya hal ini. Biarkan Tuhan mendisiplinkan dirimu; biarkan Dia mengaturkan sebuah lingkungan untukmu. Izinkan Tuhan menolongmu melewati semua kesulitanmu dan menyelesaikan semua masalahmu. Engkau harus membuka hatimu kepada Tuhan; jangan menutupnya. Bahkan seandainya engkau menutup dirimu terhadap-Nya, Dia tetap dapat melihat hingga ke dalam batinmu. Namun, jika engkau terbuka kepada-Nya, engkau dapat memperoleh kebenaran. Jadi, menurutmu, jalan mana yang harus kaupilih? Mulailah dengan bersikap jujur dan tentu saja tidak bersandiwara. Selama bertahun-tahun, kita telah mempersekutukan kebenaran tentang bersikap jujur, tetapi sekarang ini, masih banyak orang yang tetap bersikap acuh tak acuh, yang berbicara dan bertindak hanya berdasarkan pada niat, keinginan, dan tujuan mereka sendiri, dan tidak pernah terpikirkan untuk bertobat. Apakah ini sikap orang yang jujur? (Tidak.) Mengapa Tuhan meminta orang untuk bersikap jujur? Apakah untuk membuat mereka lebih mudah dikendalikan? (Tidak.) Bersikap jujur adalah awal menjadi normal, awal dikasihi Tuhan, awal memperoleh kebenaran; dan bersikap jujur juga merupakan tanda paling mendasar orang memiliki kemanusiaan dan keserupaan dengan manusia sejati. Oleh karena itu, siapa pun yang tidak pernah bersikap jujur, atau dianggap jujur, adalah orang yang tidak mampu memahami kebenaran atau memperoleh kebenaran. Jika engkau tidak percaya kepada-Ku, pergi dan lihatlah sendiri, atau pergi dan alamilah ini sendiri. Hatimu hanya bisa terbuka jika engkau menerapkan kejujuran, dan hanya setelah hatimu terbuka, kebenaran dapat masuk ke dalam dirimu, dan pada gilirannya, engkau dapat memahami dan memperoleh kebenaran. Jika hatimu selalu tertutup, dan engkau tidak pernah berbicara dengan jujur kepada siapa pun, dan engkau selalu mengelak dan sulit dipahami, lalu apa yang akan terjadi dengan semua pengelakanmu itu? Pada akhirnya engkau akan merusak dirimu sendiri, dan engkau tidak akan mampu memahami atau memperoleh kebenaran apa pun" ("Enam Indikator Kemajuan dalam Kehidupan" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Ini menunjukkan kepadaku bahwa memahami kebenaran lebih penting daripada apa pun, lebih daripada reputasi dan kesombonganku. Untuk memperoleh kebenaran, aku harus mulai dengan bersikap jujur. Satu adalah satu, dan dua adalah dua—tidak ada lagi kepura-puraan atau kecurangan. Untuk waktu yang cukup lama, aku telah berpura-pura, menipu orang lain. Aku selalu menuliskan apa yang ingin kupersekutukan jadi mereka pasti mengira aku memiliki pemahaman yang baik dan fasih berbahasa Inggris, maka mereka akan terus memujiku. Aku diliputi rasa bersalah dan kegelisahan, tetapi aku tidak memiliki keberanian untuk membuka diri kepada saudara-saudari. Aku tidak mau mereka melihat kekuranganku dan memandang rendah diriku, mengatakan aku pembohong. Aku bahkan lebih suka meninggalkan kelompok kami daripada mengatakan yang sebenarnya kepada mereka. Aku benar-benar licik. Aku sadar bahwa menjadi sangat tertekan adalah kerugian yang Iblis lakukan terhadap diriku dan mungkin menahan jalan masuk kehidupanku. Bahkan itu bisa menghancurkanku. Aku seharusnya memiliki keberanian untuk memberi tahu orang lain apa yang sebenarnya ada di hatiku agar aku benar-benar mampu menerapkan sedikit kejujuran. Secanggung apa pun mengatakan yang sebenarnya, aku tahu aku harus menjauh dari melakukan segala sesuatu dengan cara yang salah. Tuhan menyukai orang yang jujur dan muak dengan orang yang licik. Jika aku terus berpura-pura, memberi kesan palsu kepada orang lain dan tidak bersikap jujur, aku akan terus hidup dalam kegelapan dan takkan pernah mendapatkan pekerjaan Roh Kudus. Aku takkan pernah memperoleh kebenaran. Aku harus membuka diriku kepada Tuhan sehingga Dia dapat membantuku menyelesaikan kecurangan dalam diriku ini. Aku berdoa, memohon Tuhan untuk membimbingku menerapkan kebenaran dan menjadi orang yang jujur.

Kemudian, akhirnya aku membuka diri kepada pemimpin kami, Saudari Connie. Aku mengatakan kepadanya alasan aku meninggalkan kelompok kami dan menonaktifkan akunku. Setelah mendengarkanku, Saudari Connie berkata, "Aku takkan pernah memandang rendah dirimu karena hal itu, dan sangat menghargai kejujuranmu." Aku sangat lega mendengarnya mengatakan itu. Aku benar-benar mengalami betapa indahnya bersikap jujur. Kejujuran ini membebaskanku dari semua kegelisahanku dan memampukanku mengoreksi pandanganku yang keliru. Dia juga memberiku beberapa nasihat, bahwa ketika menyampaikan pemahamanku tentang firman Tuhan, aku tidak perlu berbicara dengan sangat fasih atau menyampaikan teori tingkat tinggi apa pun. Cukuplah itu berasal dari hati, jujur saja. Itu membawa sukacita bagi Tuhan. Aku menerima nasihatnya dan merasa siap untuk melakukannya.

Kemudian, saudari lainnya mengirimiku satu bagian firman Tuhan. "Alih-alih mencari kebenaran, kebanyakan orang memiliki agenda kecil mereka sendiri. Kepentingan, reputasi, dan posisi atau kedudukan mereka di mata orang lain sangatlah penting bagi mereka. Semua ini adalah satu-satunya hal yang mereka hargai. Mereka menggenggam semua ini dengan sangat erat. Dan bagaimana hal-hal ini dipandang atau diperlakukan oleh Tuhan, itu dianggap kurang penting; untuk saat ini, mereka mengabaikan hal itu; untuk saat ini, mereka hanya memikirkan apakah mereka adalah pemimpin kelompok atau bukan, apakah orang lain menghormati mereka dan mendengarkan apa yang mereka katakan atau tidak. Semua ini dianggap sebagai hal yang utama bagi mereka. Ketika mereka berada dalam sebuah kelompok, hampir semua orang mencari kedudukan dan peluang seperti ini. Jika mereka sangat berbakat, tentu saja mereka ingin menjadi yang terbaik; jika mereka memiliki kemampuan yang biasa-biasa saja, mereka tetap ingin memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada orang biasa lainnya dalam kelompok tersebut; dan jika mereka memiliki kedudukan yang rendah dalam kelompok, karena memiliki kualitas dan kemampuan rata-rata, mereka juga ingin orang lain menghormati mereka, mereka tidak mau orang lain memandang rendah diri mereka. Reputasi dan martabat orang-orang ini adalah batas minimum yang harus mereka miliki: mereka harus memegang erat hal-hal ini. Mereka boleh tidak memiliki integritas dan tidak mendapatkan perkenanan ataupun persetujuan Tuhan, tetapi dalam kelompok, mereka tidak pernah melewatkan kesempatan untuk bersaing memperebutkan reputasi, status, dan kekaguman orang lain—yang merupakan watak Iblis. Kebanyakan orang tidak memiliki kesadaran akan hal ini. Keyakinan mereka adalah, mereka harus memegang erat reputasi ini sampai akhir. Mereka tidak menyadari bahwa hanya jika hal-hal yang sia-sia dan dangkal ini dilepaskan dan dikesampingkan sepenuhnya barulah mereka akan menjadi orang yang memiliki tekad. Orang yang menjadikan status sebagai hidup mereka, kehilangan hidup mereka. Mereka tidak tahu apa yang dipertaruhkan. Jadi, ketika mereka bertindak, mereka selalu menyembunyikan sesuatu, mereka selalu berusaha melindungi reputasi dan status mereka sendiri, mereka mengutamakan hal-hal ini, berbicara hanya untuk tujuan mereka sendiri, untuk pembelaan palsu mereka sendiri. Segala sesuatu yang mereka lakukan adalah untuk diri mereka sendiri. Mereka bergegas melakukan hal-hal mulia, membiarkan semua orang tahu bahwa mereka adalah bagian dari hal tersebut. Sebenarnya hal itu tidak ada kaitannya dengan mereka, tetapi mereka tidak pernah mau berada di balik layar, mereka selalu takut orang lain memandang rendah diri mereka, mereka selalu takut orang lain mengatakan bahwa mereka bukan apa-apa, bahwa mereka tidak mampu melakukan apa pun, bahwa mereka tidak memiliki keterampilan. Bukankah semua ini dikendalikan oleh watak jahat mereka? Jika engkau mampu melepaskan semua ini, engkau akan jauh lebih tenang dan bebas di dalam batinmu; engkau akan mulai menjejakkan kaki di jalan untuk menjadi orang yang jujur. Namun bagi banyak orang, hal ini tidak mudah untuk dicapai. Saat kamera muncul, mereka berebut ke depan; mereka suka wajah mereka disorot kamera, semakin banyak disorot kamera semakin baik; mereka takut tidak mendapatkan sorotan kamera yang cukup, dan akan membayar berapa pun harganya untuk kesempatan mendapatkannya. Dan bukankah semua ini dikendalikan oleh watak jahat mereka? (Ya.) Semua ini adalah watak jahat mereka. Memangnya kenapa jika engkau disorot kamera? Memangnya kenapa jika orang-orang mengagumimu? Memangnya kenapa jika mereka memujamu? Apakah semua ini membuktikan bahwa engkau memiliki kebenaran? Tak satu pun dari hal ini yang bernilai. Ketika engkau mampu mengatasi hal-hal ini—ketika engkau menjadi acuh tak acuh terhadapnya, dan tidak lagi merasa semua itu penting, ketika reputasi, kesombongan, status, apa yang orang lain pikirkan tentang dirimu tidak lagi mengendalikan pemikiran dan perilakumu, dan juga tidak mengendalikan bagaimana engkau melaksanakan tugasmu—maka pelaksanaan tugasmu akan menjadi semakin efektif dan semakin murni" ("Hanya Jika Orang Melakukan Kebenaran, Mereka Dapat Memiliki Kemanusiaan yang Normal" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Di bagian ini Tuhan menyingkapkan betapa orang menghargai reputasi dan status mereka lebih daripada hidup mereka, dan hal pertama yang mereka pikirkan ketika menghadapi sesuatu adalah reputasi, kesombongan, dan kedudukan mereka, sama sekali bukan kehendak Tuhan. Tuhan tidak ingin kita berpura-pura, dan Dia tidak ingin kita mengutamakan reputasi kita atau mengejar status kita di antara orang-orang. Bukan itu yang membantu kita mendapatkan perkenanan Tuhan, dan itu tidak dapat membantu mengubah watak kita atau diselamatkan. Reputasi dan status adalah ikatan yang dipakai Iblis untuk mengikat kita dan mengejar hal-hal ini membuat kita makin sombong dan licik. Dengan demikian kita kehilangan bimbingan Tuhan dan akhirnya akan kehilangan keselamatan-Nya. Tuhan tidak suka orang yang licik dan Dia tidak ingin orang berpura-pura cerdas untuk mendapatkan perkenanan-Nya atau kekaguman orang lain. Dia ingin kita melepaskan reputasi dan status kita, mengejar kebenaran dan menjadi orang yang jujur. Entah itu di hadapan Tuhan atau di hadapan orang lain, kita tidak boleh bersikap curang atau tidak jujur. Dari waktu ke waktu, aku tidak membuka diri dan menceritakan pergumulanku dengan orang lain karena aku terlalu peduli dengan reputasi dan kesombonganku. Dikendalikan dengan kuat oleh watak jahatku, aku tidak mampu menerapkan kebenaran. Keinginanku untuk reputasi dan status terlalu kuat.

Kemudian, saudari itu mengirimiku lebih banyak firman Tuhan yang di dalamnya ada bagian yang sangat membantu bagiku. "Setelah engkau melihatnya sekarang, akankah engkau mengatakan bahwa menggunakan sedikit kebaikan atau pamer atau menipu orang dengan khayalan adalah jalan yang baik untuk ditempuh, sebanyak apa pun manfaat dan sebesar apa pun kepuasan yang tampaknya diperoleh seseorang yang menerapkan cara ini secara lahiriah? Apakah ini jalan untuk mengejar kebenaran? Apakah ini jalan yang dapat mendatangkan keselamatan bagi seseorang? Jelas sekali tidak. Metode dan tipu daya ini, betapapun briliannya semua ini dirancang, tidak dapat membodohi Tuhan, dan semua itu pada akhirnya dikutuk dan dibenci oleh Tuhan karena yang tersembunyi di balik perilaku semacam itu adalah ambisi pribadi dan sejenis sikap dan esensi dari keinginan orang untuk menempatkan dirinya menentang Tuhan. Di hati-Nya, Tuhan sama sekali tidak akan pernah mengakui orang semacam itu sebagai orang yang melakukan tugas mereka, dan sebaliknya akan menyebut mereka sebagai pelaku kejahatan. Apa kesimpulan Tuhan saat menangani para pelaku kejahatan? 'Pergilah daripada-Ku, engkau yang melakukan kejahatan!' Ketika Tuhan berkata, 'Pergilah daripada-Ku,' Dia sedang menyerahkan orang-orang kepada Iblis, ke tempat-tempat yang dipenuhi dengan setan-setan, dan Dia tidak lagi menginginkan mereka. Tidak menginginkan mereka berarti Dia tidak akan menyelamatkan mereka. Jika engkau bukan salah satu dari kawanan domba Tuhan, apalagi salah satu dari pengikut-Nya, itu berarti engkau bukan termasuk orang-orang yang akan Dia selamatkan. Seperti inilah orang semacam itu didefinisikan" ("Mereka Berusaha Memenangkan Hati Orang" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Dari firman Tuhan aku memahami bahwa beberapa orang bersikap munafik dan palsu untuk mendapat tempat di hati orang. Sepertinya mereka mendapatkan rasa hormat orang lain dan ambisi serta keinginan mereka terpenuhi. Namun, apa yang mereka peroleh pada akhirnya? Mereka bisa membodohi orang untuk sesaat, tetapi mereka tidak bisa membodohi Tuhan. Tuhan melihat ke dalam hati dan pikiran kita, dan akhirnya mereka kehilangan kesempatan mendapatkan keselamatan Tuhan dan tidak pernah bisa memperoleh kebenaran atau perkenanan Tuhan. Firman Tuhan jelas. Dia membenci orang yang tidak mengejar kebenaran dan menyimpan niat mereka sendiri, yang ingin mendapatkan tempat di hati orang lain. Dia memandang mereka sebagai pelaku kejahatan dan Dia tidak mengakui tugas yang mereka lakukan. Ini membuatku takut. Aku takut Tuhan akan meninggalkanku, bahwa Dia akan melemparkanku kepada Iblis dan aku pasti kehilangan keselamatan-Nya. Aku sadar bahwa aku benar-benar telah menempuh jalan yang salah. Karena semua pemikiran dan tindakanku adalah demi dipuji dan dikagumi orang lain, Aku tidak pernah memikirkan kehendak Tuhan atau apa yang akhirnya kuperoleh dari tindakan seperti itu. Sekalipun mendapatkan hati beberapa orang, aku takkan pernah memperoleh kebenaran karena aku berada di jalan yang menentang Tuhan. Jika terus berada di jalan itu, akhirnya aku pasti hancur. Dengan pemikiran ini, aku tahu bahwa Tuhan membenci apa yang telah kulakukan dan bukan itu yang Dia ingin aku kejar. Aku tidak mampu menenangkan perasaanku. Aku benar-benar ingin berubah dan melepaskan diri dari keadaan itu, menjadi diriku yang sesungguhnya, dan tidak pernah lagi bersikap curang.

Kemudian, Saudari Connie mendorongku untuk menyampaikan persekutuan dan terbuka dengan yang lain, bersikap jujur agar aku dapat merasakan sedikit kedamaian dan sukacita. Namun, ketika berpikir untuk membuka diri kepada saudara-saudari tentang kerusakan dan kekuranganku, aku benar-benar ragu. Kemudian, aku melihat bagian lain firman Tuhan: "Engkau harus mencari kebenaran untuk menyelesaikan setiap masalah yang timbul, apa pun masalahnya, dan sama sekali tidak menyamarkan dirimu atau mengenakan kedok di hadapan orang lain. Kekuranganmu, kelemahanmu, kesalahanmu, watakmu yang rusak—terbukalah sepenuhnya mengenai semua itu, dan bersekutulah tentang semuanya itu. Jangan menyembunyikannya di dalam hati. Belajar untuk bersikap terbuka adalah langkah awal untuk masuk ke dalam kebenaran, dan inilah rintangan pertama, yang paling sulit untuk diatasi. Begitu engkau berhasil mengatasinya, masuk ke dalam kebenaran menjadi mudah. Mengambil langkah ini menandakan bahwa engkau sedang membuka hatimu dan menunjukkan semua yang kaumiliki, baik atau buruk, positif atau negatif; menelanjangi dirimu agar dilihat oleh orang lain dan oleh Tuhan; tidak menyembunyikan apa pun dari Tuhan, tidak menutupi apa pun, tidak menyamarkan apa pun, bebas dari kecurangan dan tipu muslihat, dan juga bersikap terbuka serta jujur dengan orang lain. Dengan cara ini, engkau hidup dalam terang, dan bukan saja Tuhan akan memeriksamu, tetapi orang lain juga akan bisa melihat bahwa engkau bertindak dengan prinisp dan dengan suatu tingkat keterbukaan. Engkau tidak perlu menutupi apa pun juga, melakukan perubahan, atau menggunakan cara apa pun demi reputasi, harga diri, serta statusmu sendiri, dan ini juga berlaku untuk kesalahan apa pun yang telah kaubuat; pekerjaan sia-sia seperti itu tidak diperlukan. Jika engkau tidak melakukan hal-hal itu, engkau akan hidup dengan mudah serta tanpa merasa lelah, dan sepenuhnya berada dalam terang. Hanya orang seperti itulah yang dapat memperoleh pujian dari Tuhan. Selanjutnya, engkau harus belajar bagaimana membedah pemikiran dan gagasanmu. Hal-hal apa pun yang engkau lakukan secara salah, dan apa pun perilakumu yang tidak Tuhan sukai, engkau harus mampu membalikkannya dengan segera dan memperbaikinya. Apa tujuan memperbaikinya? Tujuannya adalah untuk menerima kebenaran, sambil menyingkirkan hal-hal yang ada di dalam dirimu yang merupakan milik Iblis dan menggantikannya dengan kebenaran. Dahulu engkau mengandalkan natur jahatmu, seperti kelicikan dan kecurangan, tetapi sekarang engkau tidak lagi mengandalkan semua itu; sekarang, ketika engkau melakukan segala sesuatu, engkau bertindak dengan mentalitas kejujuran, kemurnian, dan ketaatan. Jika engkau tidak menyembunyikan apa pun, jika engkau tidak menyamar, berpura-pura, menutup diri, jika engkau membuka diri kepada saudara-saudari, tidak menyembunyikan pemikiran dan perenungan terdalammu, tetapi membiarkan orang lain melihat sikap jujurmu, maka kebenaran berangsur-angsur akan berakar di dalam dirimu, itu akan berbunga dan berbuah, itu akan membuahkan hasil, sedikit demi sedikit. Jika hatimu semakin jujur, dan semakin memiliki kecenderungan kepada Tuhan, dan jika engkau tahu untuk melindungi kepentingan rumah Tuhan ketika engkau melaksanakan tugasmu, dan hati nuranimu terganggu ketika engkau gagal melindungi kepentingan ini, ini adalah bukti bahwa kebenaran telah memengaruhimu, dan telah menjadi hidupmu" ("Hanya Mereka yang Menerapkan Kebenaran yang Takut akan Tuhan" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Aku dapat memahami bahwa firman Tuhan benar-benar dapat mengubah orang. Ketika orang belajar bagaimana membuka diri tentang kerusakan mereka yang sebenarnya dan mencari kebenaran, gagasan kita yang keliru dan watak kita yang rusak secara berangsur dapat diubah. Tuhan menyingkapkan pemikiranku yang keliru dan menyingkapkan pengejaran reputasi dan statusku yang salah, kemudian membimbingku melalui firman-Nya untuk menemukan jalan penerapan yang benar. Aku harus mengambil langkah pertama untuk membuka diri kepada orang lain, berhenti memikirkan reputasiku, berhenti bersikap licik, curang, dan tidak jujur. Aku harus menerapkan firman Tuhan dan mengizinkan firman memimpin di dalam diriku.

Minggu pagi itu, aku ikut pertemuan seperti biasa dan berkata pada diriku sendiri bahwa aku harus bersikap jujur, dengan bebas menyampaikan pemahamanku dengan semua orang. Aku berdoa, "Ya Tuhan, kali ini aku mau menerapkan kebenaran, untuk melepaskan diri dari ikatan Iblis dan menyingkapkan kemunafikan dan kecuranganku. Aku takkan peduli sekalipun mereka memandang rendah diriku. Aku hanya ingin menjadi orang yang jujur untuk memuaskan-Mu. Kumohon tolong aku agar aku bisa terbuka dan bersikap jujur." Setelah berdoa, aku merasa lebih tenang. Selama pertemuan, aku benar-benar merenungkan firman Tuhan dan dengan serius mendengarkan persekutuan orang lain tentang pengalaman dan pemahaman mereka. Aku tidak menggunakan waktu itu untuk menuliskan persekutuanku sendiri, dan tidak memikirkan tentang persekutuan seperti apa yang diinginkan semua orang. Ketika melakukan hal itu, aku mendapatkan pencerahan baru dari persekutuan orang lain. Saat giliranku tiba, aku tidak berpikir tentang seberapa baik atau fasihnya persekutuanku, dan meskipun aku merasa gugup, itu tidak menghentikanku untuk terus bersekutu. Kemudian aku membahas satu bagian firman Tuhan yang benar-benar menyentuhku. "Kejujuran berarti memberikan hatimu kepada Tuhan, bersungguh-sungguh kepada Tuhan dalam segala sesuatu, terbuka kepada-Nya dalam segala sesuatu, tidak pernah menyembunyikan yang sebenarnya, tidak berusaha menipu mereka yang di atas dan di bawahmu, dan tidak melakukan sesuatu semata-mata demi mengambil hati Tuhan. Singkatnya, jujur berarti kudus dalam tindakan dan perkataanmu, dan tidak menipu baik Tuhan maupun manusia. ... Jika engkau memiliki banyak rahasia yang enggan engkau bagikan, jika engkau sama sekali menolak menyingkapkan rahasiamu—kesulitan-kesulitanmu—di depan orang lain untuk mencari jalan terang, maka Aku katakan bahwa engkau adalah seseorang yang tidak akan memperoleh keselamatan dengan mudah, dan yang tidak akan dengan mudah keluar dari kegelapan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tiga Peringatan"). Aku menghubungkan bagian firman Tuhan ini dengan pengalamanku sendiri, dan kemudian membuka diriku pada akhirnya, menyingkapkan jati diriku yang sesungguhnya kepada mereka. Aku sama sekali tidak khawatir tentang apa yang akan mereka katakan tentang diriku. Aku mengatakan kepada mereka, "Selama ini, aku telah berpura-pura, berpura-pura fasih berbahasa Inggris. Sebenarnya aku telah menuliskan semua persekutuanku sebelumnya dan bahkan merekamnya untuk latihan sehingga terdengar alami agar kalian semua mengira aku hebat. Itu hanya untuk mendapatkan pujian kalian, dan membuat kalian menghormatiku. Aku telah menipu kalian. ..." Kupikir mereka akan memandang rendah diriku setelah aku membuka diri, tetapi mereka berkata kepadaku aku tidak perlu khawatir tentang tidak bersekutu dengan baik, kita semua sama. Tuhan ingin kita bersikap tulus, tidak berkata muluk-muluk dan tidak praktis. Jika aku tidak bersekutu dari hati, dan itu hanyalah doktrin harfiah, apa gunanya? Aku sangat tersentuh oleh hal ini. Mereka sama sekali tidak memandang rendah diriku, dan beberapa dari mereka mengatakan bahwa mereka dapat memahami alasanku melakukannya, dan pengalamanku membantu mereka. Ini adalah kejutan yang menyenangkan bagiku. Setelah membuka diri kepada semua orang tentang kerusakanku, rasanya seperti duri dicabut dari hatiku. Akhirnya aku bebas, dan bisa lepas dari ikatan watak jahatku. Iblis menggunakan kesombongan dan reputasi untuk menghalangiku agar tidak menerapkan kebenaran, tetapi ketika aku mengenal diriku melalui firman Tuhan, berlatih menjadi orang yang jujur dan membuka diri dengan jujur, aku merasa telah selangkah lebih dekat dengan Tuhan dan menyingkirkan keraguan dan penghalang antara diriku dan saudara-saudariku ini. Selama ini, aku tidak mampu melepaskan kesombonganku atau mengatakan yang sebenarnya karena aku begitu peduli dengan reputasiku, tetapi tidak peduli dengan kehendak Tuhan. Selama ini, aku telah memilih untuk menyamar demi memuaskan kesombonganku dan menikmati pujian orang lain, tetapi bukan itu yang Tuhan inginkan. Sebenarnya, selama ini aku telah menyakiti Tuhan. Namun, Tuhan selalu mengampuni dan sabar, menungguku untuk berbalik. Aku sangat bersyukur atas kasih Tuhan yang luar biasa.

Pengalaman ini mengajarkanku pentingnya mengejar kebenaran. Satu-satunya jalan untuk melepaskan diri dari belenggu watak jahat adalah menjadi orang yang jujur dan menerapkan kebenaran. Satu-satunya jalan untuk mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian sejati adalah dengan memilih kebenaran. Dahulu aku sangat licik, sangat munafik, tetapi sekarang aku memutuskan untuk menerapkan kebenaran dan bersikap jujur. Inilah yang paling penting bagiku. Yang kuinginkan hanyalah agar Tuhan terus membimbingku sehingga aku dapat menerapkan lebih banyak kebenaran.

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait