Sebuah Evaluasi yang Menyingkapku
Pada pertengahan Mei 2021, Saudari Chen, seorang pemimpin, datang untuk bicara denganku, bertanya apa aku tahu banyak tentang Saudari Lu, apa dia adil terhadap orang lain atau tampak suka menghakimi. Dia terlihat sangat tegas, aku langsung bertanya ada apa dengan Saudari Lu. Dia bilang Saudari Lu sangat congkak dan menghakimi beberapa pemimpin, berkata mereka pemimpin palsu. Dia juga berkata Saudari Lu pembicara andal, dalam pertemuan dia bisa membicarakan pengetahuan tentang dirinya, tetapi sebenarnya sama sekali tidak memahami dirinya. Dia bilang kebanyakan saudara-saudari tidak melihat dia dengan jelas, mereka menyukai persekutuannya. Aku langsung teringat beberapa antikristus yang diusir dari gereja melakukan hal yang sama. Bukankah itu perilaku antikristus? Beda halnya mengatakan pemimpin palsu itu ada, tetapi mengatakan beberapa dari mereka palsu itu congkak. Aku juga teringat pemilihan pemimpin tahun lalu, saat Saudari Lu dan saudari lainnya diam-diam mendiskusikan salah satu kandidat, berkata dia mementingkan wajah dan status, bertindak demi pamer, dan tidak melakukan kerja nyata. Mau tak mau aku mulai merasa bias terhadap Saudari Lu dan kupikir dia benar-benar suka menghakimi.
Lalu, pemimpin itu mendesakku menulis evaluasi tentang Saudari Lu. Aku juga ingat interaksi dengannya baru-baru ini saat beberapa orang mengkritiknya karena sesuatu, dan pada awalnya dia defensif, tetapi setelahnya dia merenung, lalu berubah dan menemukan jalan masuk. Dia menerima kebenaran. Dalam percakapan dengannya, aku bisa lihat dia peduli tentang merenungkan diri dan mengenal diri, dia berdoa, mencari prinsip kebenaran, dan menemukan firman Tuhan untuk masuk. Dia juga menulis beberapa kesaksian, dan aku merasa dia pencari kebenaran. Namun, saat memikirkan bagaimana pemimpin itu berkata dia congkak, pembicara andal, sangat menyesatkan, dan mudah menghakimi para pemimpin, jika aku berkata dia orang yang bisa menerima dan mencari kebenaran, akankah pemimpin itu berkata daya pengamatanku kurang, bahwa aku bodoh? Jika kesanku buruk di matanya, aku bisa kehilangan kesempatan melakukan tugas-tugas tertentu. Karena itu, aku mengatakan dalam evaluasiku bahwa Saudari Lu sulit menerima kebenaran, dan cenderung mencari pembenaran saat menghadapi masalah. Aku juga menuliskan kerusakan yang dia tunjukkan dalam keseharian. Aku menulis tentang dia sudah pasti mencari kebenaran juga, tetapi menambahkan komentar aku tidak yakin apakah dia benar-benar pencari kebenaran. Aku merasa sedikit tidak nyaman setelah menulis evaluasi itu. Pengalamanku dengan Saudari Lu tidak pernah seperti gambaran pemimpin itu. Dia memang punya sedikit watak congkak, terkadang blak-blakan dan perkataannya sulit diterima, tetapi hatinya tidak buruk, dan dia menjunjung kepentingan rumah Tuhan. Dia cukup berani berbicara saat melihat orang lain melanggar prinsip kebenaran. Contohnya, saat melihat seorang saudari bekerja sekenanya dan kemajuan pekerjaannya terpengaruh, dia bisa mengesampingkan hubungan mereka dan langsung angkat bicara, dia juga memberi tahu pemimpin tentang itu. Melihat perilaku Saudari Lu yang biasa, dia menjunjung kepentingan rumah Tuhan dan dia orang yang tepat, tetapi pemimpin itu berkata lain. Aku bertanya-tanya apakah pemimpin itu bias. Dengan mengumpulkan evaluasi tentang Saudari Lu, aku bertanya-tanya apakah dia akan diberhentikan dari tugas atau dikeluarkan dari gereja. Makin dipikirkan, aku makin tidak nyaman, jadi aku bertanya kepada pemimpin itu apakah dia pernah bersekutu dengan Saudari Lu tentang masalahnya, apa dia memahaminya. Namun, pemimpin itu menghindari pertanyaan, berkata Saudari Lu cenderung menghakimi para pemimpin sebelumnya, dan dia mulai melakukannya lagi. Dia bilang seorang pemimpin berpikir untuk mengundurkan diri karena dia, jadi dia sudah menjadi gangguan. Mendengar ini dari pemimpin, kupikir dia lebih memahami masalah ini, bahwa daya pengamatanku lemah dan aku teperdaya perilaku Saudari Lu. Aku tidak mengatakan apa-apa lagi.
Beberapa hari kemudian, seorang pemimpin tingkat atas menyelidiki situasinya dan mengatakan Saudari Lu tidak sembarangan menghakimi pemimpin, tetapi meyingkap pemimpin palsu dengan cara benar. Saudari Chen dilaporkan oleh Saudari Lu, jadi Saudari Chen menyerang dia, berkata dia sembarangan menghakimi pemimpin dan secara sepihak menghentikan tugas Saudari Lu. Beberapa pemimpin palsu yang dilaporkan Saudari Lu telah dipecat, dan dia mendapatkan tugasnya kembali. Jantungku berdebar kencang saat mendengar ini—aku kaget. Aku juga merasa gelisah. Aku mengikuti pemimpin yang mengutuk Saudari Lu karena congkak, sembarangan menghakimi pemimpin, tidak bisa menerima kebenaran. Aku juga mengutuk Saudari Lu. Itu masalah serius. Aku merasa itu bukan masalah kecil, aku harus sungguh-sungguh merenungkan diri. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan, meminta-Nya membimbingku untuk memahami dirikui. Kemudian, aku membaca ini dalam firman Tuhan: "Untuk menempuh jalan hidup manusia yang benar, engkau setidaknya harus hidup dengan bermartabat dan dengan keserupaan dengan manusia; engkau harus membuat orang lain memercayaimu, menghormatimu, dan engkau harus membuat mereka merasa bahwa karakter dan integritasmu memiliki bobot dan bahwa engkau adalah orang yang dapat dipegang perkataannya. ... Kepribadian orang yang bermartabat tidak selalu sepenuhnya cocok dengan orang lain, tetapi mereka jujur, dan pada akhirnya orang lain akan tetap menghormati mereka, karena mereka mampu menerapkan kebenaran, mereka jujur dan bermartabat, mereka memiliki integritas dan karakter, mereka tidak pernah memanfaatkan orang lain, mereka membantu orang ketika menghadapi masalah tertentu, mereka hidup rukun dengan orang lain dengan hati nurani dan akal sehat, serta tidak pernah membuat penilaian tentang orang lain sesuka hati mereka; mereka berbicara secara akurat ketika menilai orang lain atau ketika membicarakan orang lain, mereka mengatakan apa yang mereka ketahui, dan jika mereka tidak mengetahui sesuatu, mereka tidak berbicara sembarangan dan tidak menambahkan perkataan melebih-lebihkan yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Segala sesuatu yang mereka katakan dapat dianggap memiliki kredensial dan dapat dipertimbangkan. Perkataan dan perbuatan orang yang berkarakter memiliki nilai, dan layak dipercaya orang—inilah yang disebut martabat. Tak seorang pun menghormati orang yang tidak berkarakter, tak seorang pun memperhatikan perkataan dan perbuatan mereka, tak seorang pun menganggap mereka serius dan tak seorang pun memercayai mereka karena mereka terlalu banyak berbohong dan mengatakan terlalu sedikit hal-hal yang benar; mereka tidak tulus dan tidak berintegritas ketika mereka berinteraksi dengan orang lain dan ketika mereka melakukan segala sesuatu untuk orang lain, mereka tidak memiliki integritas dan tak seorang pun menyukai mereka. Sudahkah engkau menemukan siapa pun sekarang yang, dalam pikiranmu, layak untuk kaupercayai? Apakah engkau semua menganggap dirimu layak mendapat kepercayaan orang lain? Apakah engkau mampu membuat orang lain memercayaimu? Misalnya, katakanlah seseorang menanyakan pendapatmu tentang orang lain, dan engkau berpikir dalam hati: 'Baguslah mereka bertanya kepadaku. Aku sama sekali tidak akan menilai seseorang atau membuat penilaian tentang seseorang dengan sembarangan. Aku pasti akan memberitahukan kepada mereka apa yang kuketahui, dan aku pasti tidak akan membicarakan hal-hal yang tidak kuketahui. Aku akan memberitahukan kepada mereka hal-hal yang kuyakini, tetapi untuk hal-hal yang kuduga atau yang kubayangkan, aku sama sekali tidak akan menambahkan perkataan melebih-lebihkan yang tidak sesuai dengan kenyataannya dan aku sama sekali tidak akan mengatakan hal-hal seperti itu. Jika itu adalah penilaianku sendiri atau aku telah melihat sesuatu yang tidak terlalu jelas bagiku, maka aku pasti akan mengawalinya dengan mengatakan, "Berdasarkan penilaianku" atau "Berdasarkan pengamatanku dan apa yang telah kutemukan", sehingga mereka dapat melihat kejujuran dan sikapku, sehingga mereka dapat memercayaiku.' Apakah engkau semua mampu melakukan hal ini? (Tidak.) Maka ini membuktikan bahwa engkau semua tidak cukup jujur kepada orang lain, dan bahwa engkau semua tidak memiliki hati yang jujur atau sikap yang jujur dalam perilakumu" ("Hanya dengan Bersikap Jujur, Orang Dapat Hidup dalam Keserupaan dengan Manusia Sejati" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Aku tahu dari firman Tuhan bahwa orang jujur dan lurus menilai orang lain dengan benar dan objektif, tidak hanya asal bicara. Hanya mengatakan yang mereka ketahui, dan tidak lebih. Mereka bisa dipercaya. Namun, orang tidak jujur punya motivasi pribadi dalam penilaian mereka, mengumbar semua yang mereka bayangkan, bahkan memutarbalikkan fakta, menjungkir-balikkan keadaan demi mencapai tujuan. Orang seperti itu terlalu banyak berbohong, terlalu sedikit berkata jujur, dan tidak bisa dipercaya. Mereka tidak punya martabat dan integritas. Aku merenungkan penilaianku terhadap Saudari Lu. Saat mendengar pemimpin itu mengutuk dia congkak dan mudah menghakimi, aku tidak punya kearifan tentang apa pemimpin itu benar, dan tidak tahu apa pemimpin yang dilaporkan Saudari Lu itu pemimpin palsu. Aku hanya langsung mengikuti pemimpin. Meskipun sadar pendapat pemimpin itu tentang Saudari Lu tidak sesuai dengan pengalamanku, dan aku merasa tidak tenang, aku takut dia akan berkata daya pengamatanku lemah dan kesannya terhadapku buruk, lalu aku tidak akan mendapatkan tugas yang lebih penting. Karena itu aku menulis penilaian negatif terhadap Saudari Lu. Aku melawan fakta, memberatkan dia. Itu berarti mengecualikan dan menindas dia, yang menunjukkan watak sangat jahat. Saudari Lu melaporkan dan menyingkap pemimpin palsu tanpa dibatasi oleh status mereka adalah hal yang benar. Aku bukan hanya tidak mendukung dia, tetapi mengutuknya bersama pemimpin itu, menyebut hal baik sebagai sesuatu yang buruk. Itu sangat menyakiti Saudari Lu. Itu artinya melakukan kejahatan, menjadi penolong Iblis. Aku dipenuhi penyesalan dan menyalahkan diri sendiri. Aku merasa bersalah kepada Saudari Lu dan tidak kuasa bertemu dengannya. Aku berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku tak punya kemanusiaan. Aku mengikuti pemimpin palsu, menindas dan mengutuk Saudari Lu. Aku melakukan pelanggaran di hadapan-Mu. Tuhan, aku bersalah, aku ingin bertobat ...."
Aku membaca beberapa kutipan firman Tuhan yang membantuku lebih memahami diriku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Para antikristus berhubungan dengan Kristus dengan cara yang sama mereka memperlakukan orang, meniru perilaku Kristus dalam semua yang mereka katakan dan lakukan, mendengarkan nada suara-Nya, dan mendengarkan dengan saksama untuk mendapatkan makna dalam firman-Nya. Ketika mereka berbicara, tak sepatah kata pun yang nyata atau tulus; mereka hanya tahu mengucapkan perkataan dan doktrin yang kosong. Mereka mencoba menipu dan mengelabui orang ini yang, di mata mereka, hanyalah orang biasa. Mereka berbicara seperti ular yang merayap, jalannya berkelok-kelok dan tidak terus terang. Cara dan arah perkataan mereka seperti tanaman anggur yang sedang merambat naik di sebuah tiang. Ketika engkau mengatakan seseorang berkualitas baik dan dapat dipromosi, mereka segera berbicara tentang betapa baiknya orang ini, dan apa yang diwujudkan dan diungkapkan dalam dirinya; dan jika engkau mengatakan seseorang itu buruk, mereka dengan cepat berbicara tentang betapa buruk dan jahatnya dia, tentang bagaimana dia menyebabkan kekacauan dan gangguan di dalam gereja. Ketika engkau ingin mengetahui kebenaran tentang sesuatu, mereka tidak punya apa pun untuk dikatakan; mereka mengelak, menunggu untuk engkau membuat keputusan, mendengarkan dengan saksama makna dalam perkataanmu, berusaha mencari tahu niatmu. Semua yang mereka katakan adalah sanjungan, kecurangan, dan kepatuhan; tak sepatah kebenaran sedikit pun yang keluar dari mulut mereka" ("Mereka Merendahkan Kebenaran, Melanggar Prinsip Secara Terang-terangan, dan Mengabaikan Pengaturan Rumah Tuhan (Bagian Dua)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). "Antikristus memiliki kemanusiaan yang tidak jujur, yang berarti mereka sama sekali tidak jujur. Segala sesuatu yang mereka katakan dan lakukan bercampur dengan niat dan tujuan mereka sendiri, dan semua yang tersembunyi di dalamnya adalah tipu daya, metode, tujuan, dan persekongkolan mereka yang sangat buruk dan terselubung. Cara mereka berbicara benar-benar sangat tercemar sehingga tidak mungkin untuk mengetahui mana dari perkataan mereka yang betul dan mana yang keliru, mana yang benar dan mana yang salah. Karena mereka tidak jujur, pikiran mereka sangat rumit, penuh belat-belit dan sarat dengan tipu daya. Tak satu pun dari apa yang mereka katakan bersifat terus terang. Mereka tidak mengatakan satu adalah satu, dua adalah dua, ya adalah ya, dan tidak adalah tidak. Sebaliknya, dalam segala hal, mereka bertele-tele dan memikirkan berkali-kali segala sesuatu dalam pikiran mereka, memikirkan sebab dan akibatnya, menimbang untung ruginya dari semua aspek. Kemudian, mereka memanipulasi segala sesuatu dengan bahasa mereka sehingga semua yang mereka katakan terdengar sangat janggal. Orang yang jujur tidak pernah memahami apa yang orang-orang itu katakan dan dengan mudah ditipu dan diperdaya oleh mereka, dan siapa pun yang berbicara dengan orang-orang semacam itu mendapati bahwa pengalaman itu melelahkan dan berat. Mereka tidak pernah mengatakan satu adalah satu dan dua adalah dua, mereka tidak pernah mengatakan apa yang sedang mereka pikirkan, dan mereka tidak pernah menjelaskan segala sesuatu sebagaimana adanya. Semua yang mereka katakan tidak dapat dipahami, dan tujuan serta niat dari tindakan mereka sangat rumit. Dan jika, setelah berbicara, mereka menyingkapkan diri mereka sendiri atau ketahuan, mereka dengan segera mengarang kebohongan lainnya untuk menutupi kebohongan mereka sendiri. ... Prinsip dan cara orang-orang ini berinteraksi dengan orang lain adalah dengan menipu orang dengan kebohongan. Mereka bermuka dua dan berbicara menyesuaikan dengan audiens mereka; mereka memainkan peran apa pun yang sesuai dengan keadaan yang ada. Mereka licik dan licin, mulut mereka penuh dengan kebohongan, dan mereka tidak dapat dipercaya. Siapa pun yang berhubungan dengan mereka selama beberapa waktu menjadi tertipu atau terganggu dan tidak dapat menerima perbekalan, bantuan, atau didikan rohani" ("Lampiran Empat: Meringkas Karakter Kemanusiaan Para Antikristus dan Esensi Watak Mereka (Bagian Satu)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Firman Tuhan mengungkapkan bahwa antikristus selalu punya tipu daya dalam kata-kata dan tindakan mereka, mereka bicara berputar-putar, menipu orang lain, tak punya kredibilitas. Bahkan saat menghadapi Kristus, mereka mencari petunjuk, melihat arah angin, menjadi penjilat. Tidak ada yang tulus tentang mereka. Mereka sangat licin dan jahat. Aku tidak pernah berhubungan langsung dengan Kristus, tetapi aku mendengarkan tanda-tanda, membaca ruangan, dan menebak apa yang diinginkan orang lain. Aku menunjukkan watak antikristus. Beberapa bulan sebelumnya, pemimpin meminta penilaianku terhadap Saudari Lu, dan saat itu kurasa tidak ada opini negatif tentangnya, tetapi kupikir mungkin pemimpin itu ingin mempromosikan dia. Jadi, aku berkata Saudari Lu bisa mencari dan menerima kebenaran saat menghadapi masalah, punya rasa kebenaran dan bisa menjunjung kepentingan gereja. Aku pada dasarnya menuliskan keunggulannya, hampir tidak menyebutkan kelemahannya. Namun, saat pemimpin itu mengkritik Saudari Lu dan mengumpulkan informasi tentang perilakunya, aku tahu pengalamanku berbeda dengan Saudari Lu dibanding dia, tetapi takut dia akan berkata daya pengamatanku kurang, jadi aku mendukungnya, mengatakan Saudari Lu congkak dan suka menghakimi, serta sulit menerima kebenaran. Aku menilai orang yang sama, tetapi mengatakan hal yang bertolak belakang tentang dia. Aku tidak bersikap adil atau objektif. Aku teringat perintah Tuhan Yesus, "Hendaknya perkataanmu demikian, Jika ya katakan ya, jika tidak katakan tidak" (Matius 5:37). Namun, saat menulis tentang Saudari Lu, karena ingin memberi kesan baik kepada pemimpin, aku menebak-nebak apa yang dia inginkan, jadi pendapatku berputar-putar, tidak melihat semuanya secara sederhana. Semua perkataan dan tindakanku ternodai motivasi pribadi tanpa satu kata pun yang tulus dan benar. Aku sungguh licik dan jahat. Kulihat perkataan dan tindakanku tidak berprinsip, aku tidak pantas mendapatkan kepercayaan atau keyakinan. Aku benar-benar kehilangan martabat. Aku makin jijik dengan diriku. Sebelumnya saat melihat pemimpin palsu dan antikristus menindas orang lain untuk nama dan status, aku geram. Tidak pernah kubayangkan akan melakukan kejahatan yang sama. Aku memutarbalikkan kata-kataku untuk tujuan sendiri, melindungi kepentinganku. Aku salah mengartikan orang baik sebagai orang jahat. Aku menggambarkan orang jujur yang melindungi kepentingan rumah Tuhan sebagai orang yang suka menghakimi. Aku menuduh dan menganiaya orang baik. Aku berdiri di sisi pemimpin palsu, mengutuk dan menindas Saudari Lu. Aku sadar punya kedengkian di hatiku.
Dalam suatu perkumpulan, seorang saudari berkata dia mendengar pemimpin ingin mengumpulkan evaluasi Saudari Lu, dan dia merasa Saudari Lu tidak seperti yang digambarkan pemimpin itu. Dia tidak serta merta mendengarkan pemimpin, tetapi punya ketajaman atas perkataan dan tindakan pemimpin itu. Dia juga memberi tahu para pemimpin tingkat atas tentang itu dan menghentikan perlakuan terhadap Saudari Lu itu. Tuhan mengatur lingkungan yang sama untuk kami. Saudari itu bisa mencari kebenaran, dia punya hati yang menghormati Tuhan dan jujur. Dia membela Saudari Lu dan menjunjung kepentingan rumah Tuhan, tetapi aku teperdaya kebohongan dan tipuan pemimpin palsu, mendukung kejahatannya yang tak terkendali, berperilaku seperti antek Iblis. Aku sangat membenci diriku saat melihat itu. Lalu, aku bertanya-tanya mengapa aku begitu mudah percaya saat pemimpin itu bercerita tentang Saudari Lu. Itu karena aku tidak sepenuhnya memahami kebenaran tentang apa itu menghakimi. Sebenarnya, kunci untuk melihat apakah seseorang menghakimi adalah tahu apa motivasinya, apa masalah yang mereka laporkan nyata. Jika seseorang menemukan pemimpin palsu yang melawan prinsip dan tidak melakukan kerja nyata, lalu mereka bersekutu dengan orang lain yang memahami kebenaran untuk membedah mereka, dan niat mereka adalah menjunjung pekerjaan gereja, itu bukan menghakimi, tetapi bersikap jujur. Orang yang suka menghakimi punya motivasi sendiri, memutarbalikkan fakta, mereka memfitnah dan menyerang orang. Mereka mencari kelemahan orang lain, atau mempermasalahkan, dan tanpa pandang bulu mengkritik orang yang menunjukkan kerusakan. Semua itu menindas dan mengutuk. Itulah bersikap menghakimi. Aku tidak punya pemahaman murni tentang apa itu menghakimi, aku salah sangka bahwa jika menemukan masalah pemimpin, kita harus langsung memberitahu mereka atau melaporkannya kepada pemimpin yang lebih tinggi, tetapi jika secara pribadi bicara dengan saudara-saudari, itu menghakimi. Aku tidak melihat konteksnya atau apa yang ada di baliknya. Saat mendengar Saudari Lu bicara dengan para saudari lain secara pribadi, berkata beberapa pemimpin tidak melakukan kerja nyata, bahwa mereka pemimpin palsu, kupikir dia menghakimi, dan sembarangan mengutuk dia. Aku tidak memikirkan apa perkataannya mencerminkan kenyataan. Namun, fakta menunjukkan dia melaporkan yang sebenarnya. Dia berani bicara jujur dan melindungi kepentingan rumah Tuhan. Itu menjunjung kebenaran, bukan menghakimi. Semuanya terlihat mirip di luar, tetapi jika dilihat dari motivasinya, sangat berbeda. Hidup berdasarkan prinsip kebenaran, firman Tuhan, serta melihat konteks situasi, maka kemungkinan kita memfitnah orang akan berkurang.
Aku memetik beberapa hal dari kegagalanku ini. Dalam evaluasi di masa depan, hatiku harus penuh rasa hormat, tidak membabi buta mendengarkan orang lain. Aku harus mengikuti fakta, menilai esensi segala sesuatu menurut firman Tuhan. Jika tidak bisa langsung melihat kebenaran dengan jelas, aku setidaknya harus berterus terang, tidak menjilat orang dan memutarbalikkan fakta. Tuhan berfirman, "Ikutilah jalan Tuhan: apa yang dimaksud dengan 'jalan Tuhan'? Jalan Tuhan adalah takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Dan apa arti takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan? Sebagai contoh, ketika engkau memberikan penilaianmu tentang seseorang—ini berkaitan dengan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Ketika engkau mengatakan apa yang sebenarnya kaupikirkan dan apa yang sebenarnya telah kaulihat, itu artinya engkau sedang bersikap jujur. Dan pertama-tama, berlatih bersikap jujur berarti mengikuti jalan Tuhan. Inilah yang Tuhan ajarkan kepada orang-orang; inilah jalan Tuhan. Apa yang dimaksud dengan jalan Tuhan? Jalan Tuhan adalah takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Apakah bersikap jujur adalah bagian dari takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan? (Ya.) Dan apakah itu berarti mengikuti jalan Tuhan? (Ya.) Jika engkau tidak jujur, maka apa yang kaulihat dan apa yang kaupikirkan tidak sama dengan perkataanmu. Seseorang bertanya kepadamu, 'Apa pendapatmu tentang orang itu? Apakah mereka bertanggung jawab atas pekerjaan rumah Tuhan?' dan engkau menjawab, 'Mereka cukup bagus, mereka mengambil tanggung jawab lebih banyak daripada yang kulakukan, kualitas mereka lebih baik daripada kualitasku, dan kemanusiaan mereka juga baik, sudah dewasa.' Namun, apa yang sedang kaupikirkan di dalam hatimu? Yang sebenarnya kaupikirkan adalah bahwa orang ini memang memiliki kualitas, tetapi mereka tidak dapat diandalkan dan agak licik, serta sangat penuh tipu daya. Inilah yang sebenarnya sedang kaupikirkan dalam benakmu, tetapi ketika tiba saatnya untuk berbicara, engkau berpikir bahwa, 'Aku tidak boleh mengatakan yang sebenarnya, aku tidak boleh menyinggung siapa pun,' jadi engkau dengan segera mengatakan sesuatu yang lain, engkau memilih untuk mengatakan hal-hal yang baik tentang diri mereka, dan tak satu pun dari apa yang kaukatakan adalah yang sebenarnya kaupikirkan, semua yang kaukatakan adalah kebohongan dan kemunafikan. Apakah ini menunjukkan bahwa engkau mengikuti jalan Tuhan? (Tidak.) Engkau telah menempuh jalan Iblis, jalan setan. Apa yang dimaksud dengan jalan Tuhan? (Bersikap jujur.) Meskipun engkau mengutarakan penilaianmu tentang orang tersebut kepada orang lain, Tuhan juga sedang mendengarkan dan mengawasi, serta memeriksa lubuk hatimu. Apakah orang mampu melakukan pemeriksaan seperti itu? Paling banter, orang dapat melihat bahwa engkau tidak sedang mengatakan yang sebenarnya. Mereka bisa melihat apa yang ada di luarnya. Hanya Tuhan yang mampu melihat ke dalam lubuk hatimu, hanya Tuhan yang mampu melihat apa yang sedang kaupikirkan, apa yang sedang kaurencanakan, rencana picik apa yang kaumiliki di dalam hatimu, cara berbahaya atau pemikiran licik apa yang kaumiliki. Dan melihat bahwa engkau tidak sedang mengatakan yang sebenarnya, apa pendapat Tuhan tentang dirimu, apa penilaian-Nya terhadap dirimu? Bahwa dalam hal ini, engkau belum mengikuti jalan Tuhan karena engkau tidak mengatakan yang sebenarnya" ("Bagian Terpenting dari Percaya kepada Tuhan adalah Menerapkan Kebenaran" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Aku tahu dari firman Tuhan bahwa segala sesuatu yang terjadi berkaitan dengan apakah kita bisa takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Tuhan melihat ke dalam hati dan pikiran kita. Tuhan bisa melihat semua pikiran dan tindakan kita. Kita harus menjaga hati penuh hormat dalam mengevaluasi, tidak mengikuti emosi atau dikendalikan motivasi sendiri, tetapi mencari kebenaran dari fakta, hanya mengatakan yang kita ketahui, dan berlaku jujur menurut tuntutan Tuhan. Jika tidak bisa melihat dengan jelas natur perilaku seseorang atau memahami prinsip, kita harus lebih banyak mencari dan berdoa agar tidak sembarangan menghakimi atau melabeli orang. Lalu, aku teringat pekerjaan membersihkan gereja. Memiliki motivasi pribadi, tidak mengikuti fakta atau mengevaluasi orang secara objektif bisa menyesatkan orang lain. Dalam kasus serius, seseorang bisa dikeluarkan secara tak adil, menganiaya mereka. Atau bicara berdasarkan emosi, melindungi orang tidak percaya, pelaku kejahatan, bisa berarti orang yang seharusnya disingkirkan bertahan di gereja untuk melakukan kerusakan lebih lanjut. Prinsipnya sama untuk perubahan tugas. Jika evaluasinya salah, itu bisa mencegah orang baik dipromosikan dan dibina, sementara orang jahat tetap di posisinya. Ini tidak hanya menghambat jalan masuk kehidupan orang, tetapi juga merugikan pekerjaan rumah Tuhan. Aku juga sadar bahwa penilaian harus didasarkan pada perilaku yang konsisten. Untuk mengevaluasi seseorang secara adil, kita tidak bisa hanya terpaku pada kelemahan mereka atau saat satu kerusakan tampak, melabeli mereka. Setelah memahami ini, aku mulai mengingatkan diriku bahwa aku harus menjaga hati yang menghormati Tuhan dalam evaluasi, melakukannya berdasarkan fakta, adil, dan objektif.
Kemudian, aku harus menulis evaluasi lain untuk Saudari Lu karena kebutuhan pekerjaan. Aku tahu Tuhan mengatur ini untuk mengujiku, melihat apakah aku bisa menerapkan kebenaran dan masuk ke dalam prinsip, untuk menilai dia secara adil. Jadi, aku menenangkan hati di hadapan Tuhan dan berdoa, meminta Tuhan memeriksa hatiku dan membantuku berlaku jujur. Aku harus bicara apa adanya, tidak menuruti emosi atau motivasiku sendiri. Aku harus mengatakan yang kutahu, dan mengakui bahwa aku tidak tahu yang tidak kuketahui. Aku merasa jauh lebih baik saat menerapkan itu. Evaluasi Saudari Lu ini membantuku melihat watakku yang licik dan rusak, bahwa jika aku bicara dan bertindak dengan motivasi tersembunyi, aku akan melakukan kejahatan, menyakiti dan tanpa sadar menghakimi orang. Aku juga melihat hanya dengan hidup berdasarkan firman Tuhan, bertindak seperti yang diajarkan Tuhan kepada kita, menjadi orang jujur itu satu-satunya cara hidup dalam keserupaan manusia sejati, mendapatkan perkenanan Tuhan.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.