Iman Berarti Mengandalkan Tuhan

10 Desember 2020

Oleh Saudari Cheng Cheng, Italia

Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Hanya dari dalam imanmulah, engkau akan bisa melihat Tuhan, dan ketika engkau memiliki iman, Tuhan akan menyempurnakanmu. Tanpa iman, Dia tidak bisa melakukan ini. Tuhan akan mengaruniakan kepadamu apa pun yang ingin engkau dapatkan. Jika engkau tidak memiliki iman, engkau tidak bisa disempurnakan dan engkau tidak akan mampu melihat perbuatan Tuhan, apalagi kemahakuasaan-Nya. Jika engkau memiliki iman bahwa engkau akan melihat tindakan-Nya dalam pengalaman praktismu, Tuhan akan menampakkan diri kepadamu dan Dia akan mencerahkan dan membimbingmu dari dalam batinmu. Tanpa iman itu, Tuhan tidak bisa melakukan hal itu. Jika engkau sudah kehilangan harapan kepada Tuhan, bagaimana engkau akan bisa mengalami pekerjaan-Nya? Karena itu, hanya jika engkau memiliki iman dan tidak memendam keraguan terhadap Tuhan, hanya jika engkau memiliki iman yang sejati kepada-Nya apa pun yang Dia lakukan, Dia akan menerangi dan mencerahkanmu melalui pengalamanmu, dan hanya setelah itulah engkau akan bisa melihat tindakan-tindakan-Nya. Semua ini dicapai melalui iman. Iman hanya diperoleh melalui pemurnian, dan tanpa pemurnian, iman tidak dapat berkembang. Apa maksud kata 'iman'? Iman adalah kepercayaan yang murni dan hati yang tulus yang harus manusia miliki ketika mereka tidak bisa melihat atau menyentuh sesuatu, ketika pekerjaan Tuhan tidak sesuai dengan gagasan manusia, ketika itu di luar jangkauan manusia. Inilah iman yang Aku maksudkan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mereka yang Akan Disempurnakan Harus Mengalami Pemurnian"). Firman Tuhan mengajari kita iman yang benar kepada Tuhan itu penting. Ujian apa pun yang mungkin kita hadapi atau seberapa besar kesulitan kita, Tuhan ingin setiap orang memercayai firman-Nya dan memiliki iman kepada-Nya benar-benar mengandalkan dan bekerja sama dengan-Nya. Itu satu-satunya cara untuk menjadi saksi atas kekuasaan Tuhan Yang Mahakuasa dan perbuatan-Nya. Hmm.. Berkat bimbingan Tuhan, aku telah sedikit mengalami ini.

Pada tanggal 18 November 2016, aku menerima pesan daring dari seorang saudara di Italia yang ingin tahu lebih banyak informasi tentang Gereja Tuhan Yang Mahakuasa. Saat membacanya, aku bisa merasakan urgensi dalam kerinduannya dan penantiannya akan kedatangan Tuhan kembali. Kami mulai berkomunikasi melalui aplikasi terjemahan. Dia kecewa terhadap kerusakan dan kebobrokan di Gereja Katolik, jadi dia telah mencari gereja yang benar sejak 1991. Dia membaca buku-buku Watchman Nee, tetapi tidak pernah mendapat makanan rohani. Dia berkata hidup tanpa Tuhan itu menyakitkan, putus asa, dan tidak bermakna. Dia melihat media daring dari Gereja Tuhan Yang Mahakuasa dan tertarik. Dia berkata ini tampaknya gereja yang benar dan ingin mempelajarinya lebih lanjut. Melihat betapa bersemangatnya dia mencari kebenaran membuatku merasakan urgensi yang lebih besar. Banyak sekali yang ingin kukatakan kepadanya, tetapi aku tak bisa mengekspresikan diri dalam bahasa Italia. Terjemahan Italia dari firman Tuhan Yang Mahakuasa belum dipublikasikan. Aku ingin dia menonton film-film Injil, tetapi versi Italia-nya juga belum dirilis. Dia tidak tahu bahasa lain. Yang bisa kulakukan hanyalah mengiriminya video musik. Musik dan tarian bersifat universal. Namun, dia merasa cemas setelah menontonnya dan berkata dengan nada memohon, "Segera beri tahu aku begitu Gereja memiliki situs web bahasa Italia." Melihat ini darinya mengingatkanku kepada firman Tuhan Yang Mahakuasa: "Bagaimana engkau akan menyampaikan apa yang telah engkau lihat dan alami kepada orang-orang percaya agamawi yang taat, malang, dan menyedihkan, yang lapar dan haus akan kebenaran dan yang sedang menantikanmu untuk menggembalakan mereka? Orang-orang macam apakah yang sedang menantimu untuk menggembalakan mereka? Dapatkah engkau membayangkannya? Sadarkah engkau akan beban yang engkau pikul, akan amanatmu, dan tanggung jawabmu? Di manakah rasa bermisimu yang bersejarah itu? Bagaimana engkau akan melayani secara memadai sebagai seorang tuan di masa yang akan datang? Apakah engkau memiliki rasa pertuanan yang kuat? Bagaimana engkau akan menjelaskan tentang tuan atas segala sesuatu? Apakah itu berarti benar-benar tuan atas semua makhluk hidup dan atas semua hal jasmani di dunia? Rencana apa yang engkau miliki bagi kemajuan tahap pekerjaan berikutnya? Berapa banyak orang yang menantikanmu untuk menjadi gembala mereka? Apakah tugasmu berat? Mereka miskin, menyedihkan, buta, dan bingung, meratap dalam kegelapan—di manakah jalan itu? Betapa mereka merindukan terang, seperti bintang jatuh, yang tiba-tiba turun dan melenyapkan kekuatan kegelapan yang telah menindas manusia bertahun-tahun lamanya. Siapa yang dapat mengetahui betapa resahnya mereka berharap, dan bagaimana mereka bertahan, siang dan malam, untuk hal ini? Bahkan di hari ketika cahaya melintas, orang-orang yang sangat menderita ini tetap terkurung di penjara bawah tanah yang gelap, tanpa harapan kebebasan; kapankah mereka akan berhenti menangis? Yang mengerikan adalah kemalangan dari roh-roh yang rapuh ini, yang tidak pernah diberi istirahat, dan yang sudah lama diikat dalam keadaan seperti ini oleh ikatan tanpa ampun dan sejarah yang membeku. Dan, siapa yang pernah mendengar suara ratapan mereka? Siapa yang pernah melihat keadaan mereka yang menyedihkan? Pernahkah terlintas dalam benakmu betapa sedih dan cemasnya hati Tuhan? Bagaimana Dia sanggup menyaksikan manusia lugu yang telah Dia ciptakan dengan tangan-Nya sendiri, menderita siksaan seperti itu?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Bagaimana Seharusnya Engkau Mengelola Misimu yang akan Datang?"). Setelah membaca ini, aku sadar Tuhan memercayakan kita untuk menyebarkan Injil dan menjadi saksi, tetapi bahkan dengan permintaan Tuhan yang mendesak, aku tak berdaya. Aku tak bisa menjadi saksi untuk pekerjaan Tuhan. Aku tak bisa menolong saudara yang tersesat dalam kegelapan itu mendapatkan makanan dari firman Tuhan. Aku merasa sangat buruk. Aku ingin menangis saat membaca pesannya dan merasa berada di antara dua situasi sulit. Jika mundur, aku akan menunda penyelidikan jalan yang benar yang dia cari dan idamkan. Jika maju, aku akan harus bergantung pada alat penerjemah yang tidak akurat. Terkadang alat itu tidak akurat bahkan untuk hal paling sederhana, apalagi istilah rohani. Bagaimana kami bisa berkomunikasi? Aku merasa terbisu. Mataku terbuka lebar, tetapi tak bisa melakukan apa pun. Aku terpikir tentang mencari saudara-saudari yang menguasai bahasa Italia, tetapi aku tak bisa menemukan siapa pun. Pada titik itu, aku merasa tak tahu harus bagaimana. Kupikir, "Bahasa Italia yang kutahu hanyalah 'Halo' dan 'Selamat tinggal'. Jadi, bagaimanapun, aku takkan pernah menjadi saksi untuk pekerjaan Tuhan pada akhir zaman." Aku merasa sedih.

Keesokan harinya, dia mengirimiku pesan yang berkata, hal pertama yang terpikirkan olehnya saat bangun adalah bertanya kepadaku tentang Gereja Tuhan Yang Mahakuasa. Aku merasa gelisah karena dia terus mengirimkan pesan kepadaku. Aku segera berdoa, "Ya Tuhan, aku tak pernah belajar bahasa Italia dan tak tahu cara menyebarkan Injil kepada saudara ini. Tuhan, tolong bimbing aku." Setelah berdoa, aku teringat firman Tuhan: "Engkau harus percaya bahwa segala sesuatu ada di tangan Tuhan, dan bahwa manusia hanya bekerja sama dengan Dia. Jika hatimu tulus, Tuhan akan melihatnya, dan Dia akan membuka semua jalan bagimu, menjadikan yang sulit tidak lagi sulit. Inilah iman yang harus kaumiliki" ("Jalan Masuk Kehidupan adalah Hal Terpenting Dalam Kepercayaan Kita kepada Tuhan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Engkau semua tidak perlu khawatir tentang apa pun juga sementara engkau melaksanakan tugasmu, selama engkau menggunakan semua kekuatanmu dan melakukannya dengan segenap hati. Tuhan tidak akan mempersulit dirimu atau memaksamu untuk melakukan apa yang tak mampu kaulakukan" ("Jalan Masuk Kehidupan adalah Hal Terpenting Dalam Kepercayaan Kita kepada Tuhan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Membaca ini memperkuat iman dan keberanianku. Memang benar bahwa segala sesuatu ada di tangan Tuhan. Semua hal memungkinkan untuk Dia. Hal yang paling Tuhan inginkan dari kita saat mengalami kesulitan adalah ketulusan dan kerja sama kita, bahwa kita benar-benar percaya dan mengandalkan Dia, serta melakukan yang terbaik untuk bekerja bersama-Nya. Lalu, Tuhan akan membantu kita. Namun, saat menghadapi masalah seperti itu, aku sadar Tuhan tidak ada di hatiku. Aku hidup dalam gagasanku sendiri, berpikir karena aku tidak bisa bahasa Italia, aku tidak bisa berkomunikasi dengan saudara itu, jadi aku tidak bisa menjadi saksi bagi pekerjaan Tuhan. Aku menjadi negatif dan menarik diri. Bagaimana aku bisa mendapatkan bimbingan Tuhan dan melihat perbuatan-Nya jika berpikir begitu? Aku harus benar-benar mengandalkan Tuhan dan bekerja sama dengan-Nya, serta percaya bahwa Dia akan membimbingku. Dengan pola pikir itu, aku teringat ayat-ayat Alkitab Italia yang telah kususun tentang pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Aku pikir bisa menggunakannya untuk berkomunikasi dengan saudara itu. Jadi, suatu pagi, aku mengiriminya ayat-ayat untuk membantu komunikasi kami. Lalu, aku sangat terkejut melihat trailer Misteri Ketuhanan telah dirilis dalam bahasa Italia. Aku segera mengirimkan itu kepadanya. Dia lalu berkata dia mengerti film itu mengungkapkan nubuat alkitabiah tentang kedatangan Tuhan kembali. Dia bertanya kepadaku dengan penuh semangat, "Apakah Tuhan sudah datang kembali? Apakah Dia ada di Tiongkok? Siapa namanya sekarang?" Saat itu, aku merasa dia adalah domba tersesat yang tiba-tiba mendengar panggilan gembalanya, dan mencari gembalanya ke mana-mana. Sambil menahan air mata, aku menulis, "Namanya adalah Tuhan Yang Mahakuasa, dan Dia dinubuatkan dalam Kitab Wahyu, 'Yang ada sekarang, yang sudah ada, dan yang akan datang, Yang Mahakuasa' (Wahyu 1:8)." Pada titik ini, aku melihat bagaimana setiap tahap kekuasaan Tuhan cocok dengan yang berikutnya. Aku tidak tahu bahasa Italia selain mengucapkan salam sederhana, tetapi pengalaman ini memberiku kesadaran yang dalam bahwa aku berhasil berkomunikasi melalui bimbingan Tuhan dan telah melihat hasilnya. Aku melihat bahwa semuanya ada di tangan Tuhan, bahwa kita harus benar-benar percaya dan bersandar kepada Tuhan serta bekerja dengan sungguh-sungguh bersama-Nya.

Aku menghadapi ujian lain setelah itu. Saudara ini sering bertanya kepadaku saat menerima kesaksian tentang pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Aku sangat ingin menjawab pertanyaannya, tetapi kami masih memiliki kendala bahasa yang sama, dan aku masih belum menemukan bantuan. Jika orang tidak percaya yang membantu menerjemahkan, mereka tidak akan memahami istilah-istilah rohaninya dan mungkin tak melakukan pekerjaan dengan baik. Memikirkan masalah ini membuatku putus asa. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku seperti cacing kepanasan. Aku berseru kepada Tuhan: "Ya Tuhan, aku tak berdaya. Aku tidak tahu harus berbuat apa dan tidak tahu apa yang harus dipelajari dari hal ini. Tolong bukakan jalan dan bimbing aku." Setelah berdoa, aku teringat kepada Musa saat menyeberangi Laut Merah. Musa menghadapi banyak kesulitan saat memimpin orang Israel keluar dari Mesir, tetapi dia tidak pernah kehilangan iman kepada Tuhan. Dia berdoa dan bekerja sama dengan Tuhan, dan menyaksikan begitu banyak mukjizat Tuhan. Tanpa Laut Merah dan tentara mengejar mereka, serta 40 tahun hidup di gurun, bagaimana bisa Musa memiliki iman dan kesaksian seperti itu? Tanpa menghadapi kesulitan dalam tugasku, bagaimana aku bisa mendapatkan iman yang benar kepada Tuhan? Belum lagi, aku tidak menghadapi hal seperti menyeberangi Laut Merah. Sejak aku bertemu saudara itu secara daring, Tuhan membukakan jalan bagiku, dan aku telah menyaksikan perbuatan-Nya yang menakjubkan. Aku tahu harus memiliki lebih banyak iman kepada Tuhan dan mengandalkan Dia. Pada titik ini aku sadar Tuhan ingin menyempurnakan iman dan kepercayaanku kepada-Nya melalui kesulitan-kesulitan ini untuk memberiku pemahaman nyata tentang kekuasaan Tuhan Yang Mahakuasa melalui pengalamanku sendiri. Setelah memahami kehendak Tuhan, aku yakin Tuhan akan membuka jalan bagiku. Kami memutuskan untuk bertemu secara daring, dan yang lain mengatur agar seorang saudari berusia 15 tahun yang belajar bahasa Italia untuk menerjemahkan. Saat mendengar anak berusia 15 tahun ini akan menerjemahkan, aku memikirkan tentang diriku dan saudari muda ini. Aku masih muda, imanku baru, dan belum pernah berkhotbah sebelumnya. Akankah memiliki seorang gadis muda membantu mengkhotbahkan pekerjaan Injil? Aku merasa sangat tidak yakin. Namun, saat mendengar dia membaca firman Tuhan dalam bahasa Italia dengan lancar dan memberitahuku bahwa dia mengingat kata-kata baru dengan cepat, aku terkejut sekaligus malu. Tuhan telah mengumpulkan semua orang yang tepat untuk pekerjaan menyebarkan Injil. Aku teringat firman Tuhan: "Ketika sebuah komitmen atau janji diucapkan dari mulut Tuhan, segala sesuatu berfungsi ke arah penggenapannya, dan digerakkan demi penggenapannya; semua makhluk ciptaan diatur dan dikelola di bawah kekuasaan Sang Pencipta, memainkan peran mereka masing-masing, dan menjalankan fungsi mereka masing-masing. Ini adalah perwujudan dari otoritas Sang Pencipta" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I"). Melalui pengalaman itu, aku menyadari, Tuhan akan membimbingku asalkan aku secara tulus bersandar kepada-Nya, lalu aku akan melihat perbuatan-Nya.

Setelah menemukan saudari ini untuk menerjemahkan, aku akhirnya bisa berkomunikasi dengan saudara itu. Sebuah beban berat terangkat. Tak lama, aku berhenti memiliki hasrat untuk bersandar kepada Tuhan, dan saudari itu punya kesibukan, jadi dia tak bisa lagi menerjemahkan. Aku merasa duniaku runtuh saat mendengar berita itu. Ada begitu banyak yang ingin kukatakan kepada saudara itu agar dia bisa membangun fondasi jalan yang benar. Namun, tanpa juru bahasaku, tak ada yang bisa kulakukan. Lalu, aku mendengar seseorang mencari jalan yang benar yang telah disesatkan oleh PKT dan komunitas religius, jadi dia tak berani melanjutkan. Aku takut saudara Italia itu akan berhenti mencari jika dia tak segera disirami. Aku merasa tak berdaya dan benar-benar tak tahu harus berbuat apa. Lalu, suatu hari, aku melihat saudara itu mengepos di lamannya sendiri, "Teman-Teman, Saudara-Saudari, Yesus Kristus telah datang kembali! Bersukacitalah!" Melihat ini membuatku berkeringat dingin. Dia memiliki lebih dari 3.000 teman religius. Jika beberapa saja dari mereka adalah antikristus yang bisa menyesatkan dia, bagaimana jadinya? Aku merasa khawatir, jadi aku datang ke hadapan Tuhan dalam doa. "Ya Tuhan, tanpa juru bahasa, saudari ini tak bisa disirami dan aku takut dia akan menjauh setelah disesatkan oleh orang lain. Bagaimana aku harus mengalami firman-Mu dan belajar dari situasi ini? Tolong bimbing aku." Setelah berdoa, aku membaca ini dalam firman Tuhan: "Orang-orang menghabiskan sebagian besar dari waktu mereka untuk hidup dalam keadaan tidak sadar diri. Mereka tidak tahu apakah mereka harus mengandalkan Tuhan atau mengandalkan diri mereka sendiri. Mereka kemudian cenderung memilih untuk mengandalkan diri mereka sendiri dan mengandalkan kondisi serta lingkungan yang menguntungkan di sekitar mereka, juga mengandalkan siapa saja, peristiwa apa pun, dan hal-hal apa pun yang menguntungkan mereka. Orang paling mahir melakukan hal ini. Hal yang paling tidak mahir mereka lakukan adalah mengandalkan Tuhan dan menghormati-Nya, karena mereka merasa bahwa melakukan hal itu sangat merepotkan. Mereka merasa bahwa menghormati Tuhan itu tidak dapat dilihat dan diraba; bahwa melakukan hal itu samar dan tidak realistis. Jadi, dalam aspek pelajaran mereka ini, orang melakukannya dengan sangat buruk, dan jalan masuk mereka ke dalam hal itu paling dangkal. Jika engkau tidak belajar bagaimana menghormati Tuhan dan bersandar kepada-Nya, engkau tidak akan pernah melihat Tuhan bekerja dalam dirimu, menuntunmu, atau mencerahkanmu. Jika engkau tidak mampu melihat hal-hal ini, maka pertanyaan-pertanyaan di lubuk hatimu, seperti 'apakah Tuhan ada dan apakah Dia menuntun segala sesuatu dalam kehidupan umat manusia', akan berakhir dengan sebuah tanda tanya, bukan tanda titik atau tanda seru. 'Apakah Tuhan menuntun segala sesuatu dalam kehidupan umat manusia?' 'Apakah Tuhan mengamati kedalaman hati manusia?' Untuk alasan apa engkau mempertanyakan hal-hal ini? Jika engkau tidak sungguh-sungguh bersandar kepada Tuhan atau menghormati-Nya, engkau tidak akan mampu memiliki iman yang sejati kepada-Nya. Jika engkau tidak mampu memiliki iman yang sejati kepada-Nya, maka bagimu, tanda tanya tersebut akan selamanya ada, menyertai apa pun yang Tuhan lakukan, dan tidak akan pernah ada tanda titik" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kepercayaan kepada Tuhan Harus Dimulai dengan Memahami yang Sebenarnya Mengenai Tren Jahat Dunia"). Firman Tuhan membangunkanku dan aku sadar telah melupakan Tuhan. Saat aku merasa tak bisa berkomunikasi, dan tak tahu harus melakukan apa, Tuhan menjadi penyelamatku. Namun, saat situasi dan orang-orang yang tepat ada di sana, aku mengandalkan orang-orang karena itu terasa lebih nyata. Saat saudari muda itu datang untuk membantu saat aku membutuhkan, aku tahu itu perbuatan Tuhan. Namun, setelahnya, aku masih berpikir entah saudara itu akan menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, sepenuhnya bergantung kepada juru bahasa itu. Imanku kepada Tuhan tidak tulus. Aku teringat firman Tuhan Yesus; "Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari segalanya; dan tidak seorang pun yang dapat merebut mereka dari tangan Bapa-Ku" (Yohanes 10:29). Domba Tuhan mendengar suara-Nya. Tak ada rumor, kebohongan, atau kesulitan yang bisa merebut mereka dari tangan-Nya. Ini adalah otoritas Tuhan. Aku harus memercayai firman Tuhan, melakukan tugasku, dan menjelajahi setiap jalan menuju persekutuan bersama saudara itu. Entah dia disesatkan oleh rumor dan kebohongan bukanlah keputusanku.

Setelahnya, aku membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa; "Iblis telah merusak manusia selama ribuan tahun. Ia telah melakukan kejahatan yang tak terhitung jumlahnya, telah menipu generasi demi generasi, dan telah melakukan kejahatan keji di dunia. Ia telah melecehkan manusia, menipu manusia, menggoda manusia untuk menentang Tuhan, dan telah melakukan tindakan jahat yang telah berulang kali mengacaukan dan merusak rencana pengelolaan Tuhan. Namun, di bawah otoritas Tuhan, segala sesuatunya dan makhluk hidup terus mematuhi aturan dan hukum yang ditetapkan oleh Tuhan. Dibandingkan dengan otoritas Tuhan, natur kejahatan dan amukan Iblis begitu buruk, begitu menjijikkan dan keji, dan begitu kecil dan rentan. Meski Iblis berjalan di antara segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan, ia tidak mampu membuat perubahan sekecil apa pun dalam diri orang-orang, hal, dan objek apa pun yang diperintah oleh Tuhan" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I"). Firman Tuhan membantuku untuk merelakan. Memang benar bahwa semua hal ada di bawah kekuasaan Tuhan, dan tak seorang pun bisa menghalangi jalan yang Tuhan inginkan. Tak seorang pun bisa mengambil domba Tuhan. Jika seorang penipu bisa masuk ke dalam rumah Tuhan, mereka akan disingkap dan disingkirkan. Ini adalah kuasa Tuhan. Aku sadar diriku tak memahami Tuhan. Aku adalah contoh hidup dari hal itu. Sebelum menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa, aku telah lama mendengarkan kebohongan-kebohongan PKT dan dunia religius. Meskipun banyak yang menghalangiku, firman Tuhan menarikku untuk menerima pekerjaan-Nya pada akhir zaman. Lalu, sekarang, tak ada kesesatan atau kebohongan yang bisa menghalangiku mengikuti Tuhan Yang Mahakuasa. Semua itu hanya membantuku melihat wajah Iblis lebih jelas dan memperkuat imanku untuk mengikuti Tuhan. Ini semua dicapai dengan firman Tuhan. Aku memikirkan kembali sepanjang hampir sebulan berkomunikasi dengan saudara itu. Kami berbeda bahasa dan tak bisa berkomunikasi, tetapi kami tetap melanjutkan sampai dia menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Dia bahkan menyebutkan menyebarkan Injil dan mendirikan sebuah gereja di Italia. Dapatkah semua itu tercapai tanpa bimbingan Tuhan, tanpa firman Tuhan yang menaklukkan orang-orang? Aku kurang memahami Tuhan. Saat menyebarkan Injil, aku berkata otoritas Tuhan tiada banding, dan tak ada kekuatan yang bisa menghalangi pekerjaan-Nya, tetapi selalu menganalisis semuanya berdasarkan logika. Saat dihadapkan dengan kendala bahasa, aku takut saudara itu akan dijauhkan oleh rumor dan kebohongan para antikristus. Aku hidup dalam ketakutan. Namun, entah dia bisa menerima jalan yang benar ada di tangan Tuhan, itu ditetapkan oleh Tuhan. Alih-alih khawatir, aku seharusnya melakukan tugasku dengan baik dan bertanggung jawab. Dengan itu, aku berdoa kepada Tuhan, bersedia tunduk pada kekuasaan dan pengaturan-Nya. Yang mengejutkan, saudari muda itu mengirimu pesan untuk memberitahuku dia senggang dan bisa menerjemahkan lagi. Aku akhirnya bisa berkomunikasi tanpa kendala dengan saudara itu.

Meskipun terkadang aku merasa patah semangat dan sangat gelisah dalam proses menyebarkan Injil dengan saudara itu, saat aku mengadalkan Tuhan, aku menyaksikan bimbingan dan perbuatan-Nya yang menakjubkan. Aku sadar pekerjaan Tuhan dilakukan oleh Dirinya sendiri, dan imanku kepada-Nya bertambah. Ini ada kasih karunia dan rahmat Tuhan. Kupikir menyebarkan Injil adalah untuk menyelamatkan orang lain, tetapi aku kemudian sadar dalam prosesnya, akulah yang mengalami pekerjaan dan firman Tuhan. Melalui pengalaman ini, aku, seorang "Tomas yang ragu-ragu", benar-benar mengalami otoritas dan kesetiaan Tuhan. Seperti firman Tuhan, "Ketika seseorang menghadapi masalah yang sangat sulit, ketika mereka tidak memiliki siapa pun untuk berpaling, dan ketika mereka merasa sangat tidak berdaya, mereka menaruh satu-satunya harapan mereka kepada Tuhan. Seperti apa doa mereka? Bagaimana keadaan pikiran mereka? Apakah mereka tulus? Apakah ada kepalsuan pada saat itu? Ketika engkau memercayai Tuhan seolah-olah Dia adalah orang terakhir yang kauharapkan untuk menyelamatkan hidupmu, berharap bahwa Dia akan membantumu, barulah itu berarti hatimu tulus. Meskipun engkau mungkin tidak banyak bicara, hatimu telah tergerak. Artinya, engkau memberikan hatimu yang tulus kepada Tuhan, dan Tuhan mendengar. Ketika Tuhan mendengar, Dia melihat kesulitanmu, dan Dia akan mencerahkan, membimbing, dan membantumu" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kepercayaan kepada Tuhan Harus Dimulai dengan Memahami yang Sebenarnya Mengenai Tren Jahat Dunia"). Mengenal Tuhan menuntut kita untuk menerapkan dan mengalami firman-Nya melalui hal-hal yang kita temui setiap hari dan dalam proses melakukan tugas kita. Itulah satu-satunya cara untuk mengenal dan takut akan Tuhan. Pengalamanku telah mengajarkanku ini. Syukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Aib dari Masa Laluku

Oleh Saudari Li Yi, TiongkokPada Agustus 2015, aku dan keluargaku pindah ke Xinjiang. Aku pernah mendengar bahwa Partai Komunis telah...

Iri Hati Membusukkan Tulang

Oleh Saudari Su Wan, Tiongkok Pada November 2020, aku terpilih menjadi pemimpin tim penyiraman—aku sangat senang. Terpilih sebagai pemimpin...