Melepaskan Topeng

21 Januari 2022

Oleh Saudari Ting Hua, Prancis

Juni lalu, ketika baru saja mulai melakukan tugasku sebagai seorang pemimpin. Awalnya, karena aku fasih berbahasa Prancis dan dapat berkomunikasi dengan jemaat baru secara langsung, beberapa saudari yang bekerja bersamaku selalu datang meminta bantuanku dengan terjemahan dan meminta bantuanku jika mereka memiliki pertanyaan atau kesulitan lainnya. Di gereja orang percaya baru, di kelompok mana pun yang kukunjungi untuk menyampaikan persekutuan, semua orang mendengarkan dengan penuh perhatian dan, ketika aku selesai, mereka selalu mengatakan itu sangat bermanfaat. Kupikir, dibandingkan dengan saudari yang bermitra denganku, kemampuan bahasaku lebih baik, dan dibandingkan dengan para pendatang baru, aku mampu mempersekutukan kebenaran, jadi itu berarti aku adalah bagian dari kelompok yang sangat dibutuhkan Ini benar-benar memuaskan kesombonganku. Namun akibatnya, aku selalu berusaha mempertahankan kesan baik di benak semua orang. Setiap kali seorang saudara atau saudari mengajukan pertanyaan, meskipun jelas sekali tidak tahu jawabannya, aku akan berpura-pura tahu.

Aku ingat suatu kali, aku pergi ke sebuah kelompok untuk bersekutu tentang pelaksanaan suatu pekerjaan. Seorang saudara mengajukan pertanyaan kepadaku, tetapi karena ini adalah pertama kalinya aku melakukan pekerjaan ini, aku tidak terlalu yakin tentang prinsip dan tuntutan penerapan spesifiknya dan tidak tahu bagaimana menjawabnya. Aku terus berpikir dalam hati: "Jika aku mengatakan tidak tahu, akankah saudara ini meremehkanku? Akankah dia berpikir bahwa aku telah percaya kepada Tuhan jauh lebih lama daripada dia, tetapi bahkan tidak bisa menjawab pertanyaan sepele ini dan tidak memahami kebenaran? Itu akan sangat memalukan. Akankah saudara-saudari lainnya tetap mendukungku sebagai pemimpin? Apa pun yang terjadi, aku tidak boleh membiarkan semua orang tahu bahwa aku tidak mengerti." Dengan pemikiran itu, aku bersikap tenang dan menyampaikan beberapa doktrin yang kuingat. Aku tahu dia tidak puas dengan jawabanku. Aku sebenarnya merasa sedikit bersalah—bukankah aku sedang membodohi saudara ini? Namun, untuk menyelamatkan muka, aku tidak mengatakan yang sebenarnya kepada dia. Lain waktu, seorang saudara bertanya kepadaku bagaimana cara mengatur waktu agar lebih efisien dalam melakukan tugas. Dia mengatakan itu sangat mengganggunya dan dia sangat butuh bantuan. Aku tidak tahu bagaimana membantunya saat itu karena aku juga punya masalah yang sama. Aku juga tidak pandai mengatur waktuku dan sering kali merasa waktuku tidak cukup. Namun, jika aku memberi tahu dia bahwa aku memiliki masalah yang sama seperti dia bahkan setelah percaya kepada Tuhan selama ini, akankah dia meremehkanku? Akankah dia berpikir bahwa pemahamanku sama seperti pemahamannya? Akankah gambaran yang dia miliki tentang diriku di benaknya jadi rusak? Aku memberi tahu dia tentang beberapa teori manajemen waktu dan membuatnya percaya bahwa aku juga menggunakannya dalam penerapanku. Dia tidak mengatakan apa pun setelah itu dan aku tidak menindaklanjuti untuk mengetahui apakah dia merasa persekutuanku bermanfaat atau tidak. Aku takut dia akan menanyakan pertanyaan yang lebih terperinci, dan jika aku tidak mampu menjawabnya, itu akan sangat memalukan bagiku. Jadi, aku menutupi masalahnya begitu saja. Ada beberapa kali di mana keadaanku sendiri tidak terlalu bagus. Selama bekerja bersama saudara-saudari, aku menyingkapkan beberapa watak rusak, tetapi selama pertemuan, aku menghindar untuk membicarakan kerusakanku. Aku hanya membicarakan beberapa pemahaman dangkal dari firman Tuhan dan mempersekutukan beberapa doktrin kosong untuk membuat mereka berpikir bahwa aku memahami kebenaran serta memiliki iman dan tingkat pertumbuhan yang lebih besar daripada yang mereka miliki. Suatu ketika, seorang saudari yang telah kusirami sebelumnya mengirimiku pesan mengatakan bahwa dia merindukan pertemuan yang biasa kami lakukan. Biasanya, dalam interaksiku dengan saudara-saudari, aku dapat mengetahui baik melalui komunikasi secara lisan maupun tertulis bahwa mereka menghormati dan mengagumiku. Aku sangat senang dan menikmatinya, merasa sepertinya aku orang penting di gereja, dan aku bahkan berharap semua orang akan terus menghormati dan mendukungku. Terkadang, aku merasa kurang nyaman pada pemikiran bahwa aku selalu berpura-pura menjadi seseorang yang layak dikagumi. Apakah aku sedang membawa orang ke hadapanku sehingga mereka akan mengagumiku? Namun, pemikiran itu hanya sesekali terlintas di benakku; aku tidak terlalu memperhatikannya.

Suatu pagi di awal Oktober, aku dan rekan sekerjaku sedang mendiskusikan pekerjaan dengan seorang pemimpin kelompok. Rekan sekerjaku meminta pemimpin kelompok tersebut untuk menyebutkan masalah dan kekurangan yang kami miliki dalam melakukan tugas kami. Aku benar-benar terkejut ketika pemimpin kelompok tersebut berkata kepadaku: "Aku sangat mengagumi kalian saudara-saudari Tionghoa, khususnya kau. Aku sering berpikir bahwa apa yang kau katakan lebih penting daripada firman Tuhan. Aku hanya ingin mendengarkanmu." Mendengar itu, jantungku berdegup kencang dan wajahku mulai memerah. Dia melanjutkan dengan berkata: "Aku tahu bahwa memuja orang itu salah, tetapi aku telah mengenalmu selama setahun sekarang dan belum melihat kerusakan, kesulitan, atau kelemahanmu. Itu membuatku berpikir bahwa kau pada dasarnya sempurna, tanpa kerusakan. Mau tak mau aku menghormati dan mengagumimu." Mendengar hal itu membuatku terkejut dan merasa takut. Aku tidak mengatakan apa pun selama beberapa menit sampai aku menerjemahkan komentar pemimpin kelompok itu untuk rekan sekerjaku, dengan tergagap-gagap. Kemudian, dia bersekutu dengan pemimpin kelompok itu tentang keadaannya. Aku hanya membantu menerjemahkan karena tidak tahu harus berkata apa. Dan pertemuan itu berakhir dengan canggung seperti itu.

Setelah itu, seluruh tubuhku terasa lemas. Aku terus mendengar perkataan saudari itu bergema di benakku, khususnya bagian tentang tidak melihat kerusakanku, bahwa aku tampak sempurna dan dia mengagumiku, dan bahwa dia menganggap perkataanku lebih penting daripada firman Tuhan. Awalnya, tanpa pengenalan akan diriku sendiri, aku benar-benar merasa teraniaya dan sangat takut. Kupikir, apa yang dia katakan itu berlebihan. Aku tidak pernah memintanya untuk memperlakukan perkataanku sebagai firman Tuhan. Bukankah fakta bahwa dia mengatakan itu berarti natur masalahku benar-benar serius? Bukankah aku sedang membawanya ke hadapanku dan menjadi antikristus? Sore itu aku tidak bisa memikirkan hal lainnya, tetapi terus memikirkan momen itu berulang-ulang di benakku. Aku datang ke hadapan Tuhan untuk berdoa dan mencari: "Tuhan, sungguh terasa menyakitkan dan membuatku takut untuk merenungkan apa yang dikatakan saudari itu hari ini. Aku tak pernah membayangkan dia berpikir seperti itu tentang diriku. Ya Tuhan, aku tidak tahu bagaimana aku bisa berada dalam situasi ini. Aku sendiri belum mengenal diriku sendiri. Kumohon pimpin dan bimbing aku untuk mengenal diriku sendiri. Aku bersedia untuk bertobat dan berhenti melakukan hal-hal yang Engkau benci." Suatu pagi, aku membaca dua bagian firman Tuhan. "Apa pun keadaannya atau di mana pun mereka melaksanakan tugasnya, para antikristus menunjukkan mereka tidak lemah, memiliki kasih yang terbesar kepada Tuhan, penuh iman kepada Tuhan, tidak pernah menjadi negatif, menyembunyikan dari orang lain sikap dan pandangan mereka yang sebenarnya yang mereka pegang di lubuk hati mereka tentang kebenaran dan tentang Tuhan. Sebenarnya, di lubuk hati mereka, apakah mereka benar-benar percaya bahwa mereka mahakuasa? Apakah mereka benar-benar yakin bahwa mereka tidak memiliki kelemahan? Tidak. Jadi, mengetahui bahwa mereka memiliki kelemahan, pemberontakan, dan watak yang rusak, mengapa mereka berbicara dan bertingkah dengan cara seperti itu di depan orang lain? Tujuan mereka jelas: semata-mata untuk melindungi status mereka di antara dan di hadapan orang lain. Mereka percaya bahwa jika, di depan orang lain, mereka secara terbuka bersikap negatif, secara terbuka mengatakan hal-hal yang lemah, memperlihatkan pemberontakan, dan berbicara tentang mengenal diri mereka sendiri, maka ini adalah sesuatu yang merusak status dan reputasi mereka, itu adalah kerugian. Karena itu, mereka lebih memilih mati daripada mengatakan bahwa mereka lemah dan negatif, dan bahwa mereka tidak sempurna, melainkan hanyalah orang biasa. Mereka berpikir jika mereka mengakui bahwa mereka memiliki watak yang rusak, bahwa mereka adalah orang biasa, makhluk yang kecil dan tak berarti, itu artinya mereka akan kehilangan status mereka di benak orang. Jadi, apa pun yang terjadi, mereka tidak bisa melepaskan status ini, melainkan berusaha keras untuk mengamankannya" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri ... (Bagian Sepuluh)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). "Watak macam apakah yang sebenarnya dimunculkan ketika orang selalu mengemas dirinya, selalu menyembunyikan diri mereka yang sebenarnya, selalu berpura-pura agar orang lain menghormati mereka dan tidak dapat melihat kesalahan atau kekurangan mereka, ketika mereka selalu berusaha menampilkan sisi terbaik dan sisi paling sempurna mereka kepada orang-orang? Ini adalah kecongkakan, kepalsuan, kemunafikan, ini adalah watak Iblis, ini adalah sesuatu yang jahat. ... Orang-orang yang tidak mengenali hal-hal ini tidak pernah membicarakan tentang kesalahan, kekurangan, dan keadaan rusak mereka sendiri, juga tidak pernah membicarakan tentang mengenal diri sendiri. Apa yang mereka katakan? 'Aku sudah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun. Engkau semua tidak tahu apa yang sedang kupikirkan ketika aku melakukan sesuatu, apa yang kupertimbangkan, apa yang mungkin kulakukan!' Apakah ini adalah sikap yang congkak? Apa ciri utama dari watak yang congkak? Apa tujuan yang ingin mereka capai? (Untuk membuat orang-orang menghormati mereka.) Tujuan membuat orang-orang menghormati mereka adalah untuk memberi mereka status dalam benak orang-orang ini. Jika engkau memiliki status dalam benak seseorang, maka ketika mereka berada di perusahaanmu, mereka menghormatimu, dan terutama bersikap sopan ketika mereka berbicara denganmu, mereka selalu menghormatimu, mereka selalu memprioritaskan dirimu dalam segala hal, mereka menyanjungmu, dan mereka tidak pernah mengatakan apa pun yang menyakitkan kepadamu, tetapi membicarakan segala sesuatunya denganmu. Bukankah semua ini sebenarnya bermanfaat bagimu? Inilah justru yang diinginkan orang. ... Tujuan mereka ketika mereka menipu orang, ketika mereka berpura-pura, menyembunyikan diri mereka yang sebenarnya, mengemas diri, memperindah diri mereka sendiri sehingga orang lain berpikir mereka sempurna, adalah untuk menikmati berkat status. Jika engkau tidak memercayai hal ini, renungkanlah baik-baik; mengapa engkau selalu ingin membuat orang menghormatimu? Apa yang akan kauperoleh dari status yang kaukejar dengan penuh semangat itu? Status baik bagimu, itu memberimu keuntungan dan hal-hal yang dapat kaunikmati" ("Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Tuhan menyingkapkan bahwa watak antikristus sangat congkak dan jahat. Mereka akan menyamarkan diri sebisa mungkin untuk mempertahankan status dan citra mereka di antara orang lain. Mereka tidak pernah membiarkan orang lain melihat kerusakan, kelemahan, atau kenegatifan mereka, tetapi selalu menginginkan status di benak orang dan menikmati berkat status. Aku melihat bahwa watakku sama dengan watak antikristus yang disingkapkan Tuhan. Sejak menjadi pemimpin di gereja orang percaya baru, aku menyamarkan diriku di setiap kesempatan untuk melindungi status dan citraku, dan menyukai perasaan dihormati dan dikagumi. Saudara-saudari selalu mengajukan pertanyaan kepadaku dengan harapan aku dapat membantu mereka, tetapi aku hanya akan berpura-pura tahu jawabannya. Aku menyampaikan beberapa doktrin kosong hanya untuk mengelabui mereka. Terkadang, watakku yang rusak tersingkap ketika bekerja bersama saudara-saudari, tetapi selama persekutuan, aku selalu menghindar untuk membicarakan keadaanku yang sebenarnya, takut semua orang akan memandang rendah diriku dan heran mengapa aku masih bisa sama rusaknya seperti mereka setelah bertahun-tahun beriman. Aku hampir tidak pernah terbuka dengan saudara-saudari tentang keadaanku yang sebenarnya atau mengatakan apa yang sebenarnya kurasakan. Aku hanya menyampaikan beberapa doktrin untuk menyesatkan orang, tanpa memperhatikan apakah itu benar-benar membantu masalah mereka atau tidak atau apakah persekutuanku dapat bermanfaat bagi mereka atau tidak. Aku hanya ingin mempertahankan statusku sendiri dan kekaguman semua orang. Aku hina dan jahat. Jika kita selalu menyamarkan diri kita agar saudara-saudari tidak melihat kerusakan dan kekurangan kita, dari waktu ke waktu mereka kemungkinan besar akan menghormati kita. Aku mengingat kembali pada tahun saat aku menyirami pendatang baru, ketika saudara-saudari itu tidak tahu apa pun tentang Tuhan, tetapi akhirnya menghormati dan mengagumiku. Mereka bahkan melihat perkataanku lebih penting daripada firman Tuhan. Bukankah aku baru saja membawa mereka ke hadapanku? Aku tidak melakukan tugasku, aku sedang melakukan kejahatan! Aku selalu mengemas diriku dan mengejar kekaguman dari orang lain. Namun, ketika seorang saudari di hadapanku memberitahuku betapa dia menghormati dan mengagumiku, aku tidak merasakan kebahagiaan atau kenikmatan apa pun. Bahkan, aku merasa panik dan cemas, seolah-olah aku baru saja mendatangkan bencana pada diriku sendiri. Menyadari bahwa aku selalu mengejar ketenaran dan status, menyamarkan diri untuk membuat orang lain mengagumiku dan menikmati berkat status, aku menyadari bahwa aku tidak berada di jalan yang benar, tetapi di jalan yang menentang Tuhan. Aku akhirnya memahami bahwa perkataan saudari itu adalah pengingat dari Tuhan, sebuah peringatan. Tuhan sedang melindungiku. Kalau tidak, aku akan terus berpura-pura dan bekerja untuk mengejar status, di mana ini sangat berbahaya.

Kemudian, aku membaca firman Tuhan: "Ada orang-orang yang tidak mengejar kebenaran, dan begitu mereka telah menerima kesempatan untuk menjadi pemimpin, mereka bertindak, melalui berbagai cara, mengerahkan upaya dan membayar harga, untuk memperoleh status. Akhirnya, mereka dapat memperoleh status, menipu orang dan memenangkan hati mereka sehingga lebih banyak orang akan memuja dan menghormati mereka. Setelah mereka memperoleh kekuasaan penuh dan telah sepenuhnya memuaskan keinginan mereka untuk memperoleh status, apa hasil akhirnya? Kebaikan kecil apa pun yang digunakan orang semacam itu untuk menyuap orang, sebanyak apa pun mereka memamerkan bakat dan kemampuan mereka, atau metode apa pun yang mereka gunakan untuk menipu orang agar memiliki kesan yang baik terhadap mereka, dan cara apa pun yang mereka gunakan untuk memenangkan hati orang dan memiliki tempat di hati orang, apa yang telah hilang dari mereka? Mereka telah kehilangan kesempatan untuk memperoleh kebenaran saat melaksanakan tugas kepemimpinan. Pada saat yang sama, karena berbagai cara mereka berperilaku, mereka juga telah mengumpulkan perbuatan jahat yang akan berakibat pada kesudahan akhir mereka. Setelah engkau melihatnya sekarang, akankah engkau mengatakan bahwa menggunakan sedikit kebaikan atau pamer atau menipu orang dengan khayalan adalah jalan yang baik untuk ditempuh, sebanyak apa pun manfaat dan sebesar apa pun kepuasan yang tampaknya diperoleh seseorang yang menerapkan cara ini secara lahiriah? Apakah ini jalan untuk mengejar kebenaran? Apakah ini jalan yang dapat mendatangkan keselamatan bagi seseorang? Jelas sekali tidak. Metode dan tipu daya ini, betapapun briliannya semua ini dirancang, tidak dapat membodohi Tuhan, dan semua itu pada akhirnya dikutuk dan dibenci oleh Tuhan karena yang tersembunyi di balik perilaku semacam itu adalah ambisi pribadi dan sejenis sikap dan esensi dari keinginan orang untuk menempatkan dirinya menentang Tuhan. Di hati-Nya, Tuhan sama sekali tidak akan pernah mengakui orang semacam itu sebagai orang yang melakukan tugas mereka, dan sebaliknya akan menyebut mereka sebagai pelaku kejahatan. Apa kesimpulan Tuhan saat menangani para pelaku kejahatan? 'Pergilah daripada-Ku, engkau yang melakukan kejahatan!' Ketika Tuhan berkata, 'Pergilah daripada-Ku,' Dia sedang menyerahkan orang-orang kepada Iblis, ke tempat di mana Iblis berada, dan Dia tidak lagi menginginkan mereka. Tidak menginginkan mereka berarti Dia tidak akan menyelamatkan mereka. Jika engkau bukan salah satu dari kawanan domba Tuhan, apalagi salah satu dari pengikut-Nya, itu berarti engkau bukan termasuk orang-orang yang akan Dia selamatkan. Seperti inilah orang semacam itu didefinisikan" ("Mereka Berusaha Memenangkan Hati Orang" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Aku takut sekali setelah membaca ini. Aku dapat merasakan bahwa watak Tuhan tidak menoleransi pelanggaran. Aku selalu bersikap pura-pura untuk menipu dan menyesatkan orang untuk mendapatkan popularitas. Pada dasarnya, aku ingin menggantikan Tuhan di hati orang, untuk membuat mereka memperlakukanku seperti Tuhan. Aku sedang bersaing dengan Tuhan, sesuatu yang sangat menyinggung-Nya. Mengingat kembali pada tahun itu saat berinteraksi dengan saudara-saudari, aku berpura-pura setiap hari. Tak seorang pun yang bisa benar-benar memahami orang seperti apakah aku ini, berasumsi bahwa aku memahami kebenaran, memiliki tingkat pertumbuhan dan bebas dari kerusakan. Mereka memujaku dengan membabi buta. Dengan menipu dan membodohi orang, aku sedang melakukan kejahatan dan menentang Tuhan. Itu mengingatkanku pada orang Farisi, yang melayani Tuhan tetapi tidak pernah meninggikan atau bersaksi tentang Dia. Mereka berbicara di sinagoga dan pamer dengan membacakan beberapa doktrin dan pengetahuan tentang Kitab Suci. Mereka sengaja berdiri di jalan untuk berdoa dan membuat kotak gulungan kitab mereka lebih lebar dan jumbai pakaian mereka lebih panjang. Mereka tampak saleh dan memperlihatkan banyak perilaku yang baik, dan mereka sangat dihormati di antara orang-orang, yang semuanya menghormati dan memuja mereka. Namun, Tuhan mengutuk mereka sebagai pelaku kejahatan dan sejenis ular beludak, menghukum mereka dengan tujuh bencana. Tuhan memiliki watak yang benar, kudus, dan tidak menoleransi pelanggaran apa pun terhadap watak-Nya. Dia membenci dan mengutuk orang munafik yang mendambakan popularitas seperti orang Farisi. Dia sama sekali tidak menyelamatkan orang semacam itu. Semua yang kulakukan saat itu sama seperti orang Farisi. Aku menghadiri banyak pertemuan dan menyelesaikan beberapa pekerjaan sambil melakukan tugasku, tetapi niatku bukan untuk memuaskan Tuhan, tetapi untuk melindungi status dan citraku sendiri di antara orang-orang. Aku selalu berpura-pura bahwa aku benar-benar memahami kebenaran dan sepenuhnya memahami segala sesuatu. Aku bahkan menghindar untuk membicarakan kelemahan dan kerusakanku untuk membuat orang lain mengagumi dan memujaku, dan hasilnya adalah aku membawa orang-orang ke hadapanku. Jika saja aku terus menyamar dan menempuh jalan yang sama seperti orang Farisi, aku pasti akan ditolak dan disingkirkan oleh Tuhan. Melihat bahwa Tuhan mengutuk dan menyingkirkan orang-orang semacam itu benar-benar menakutkanku. Aku menyalahkan diriku sendiri dan dipenuhi dengan penyesalan. Tuhan mengangkatku ke posisi kepemimpinan, berharap agar aku selalu menyiram dan menyokong para pendatang baru, membimbing saudara-saudari untuk segera memahami kebenaran dan meletakkan dasar di jalan yang benar. Namun, aku tidak melakukan pekerjaanku dengan benar, aku tidak memenuhi tugas kepemimpinanku. Aku hanya mempertahankan statusku. Aku tidak membantu saudara-saudari dengan jalan masuk kehidupan mereka, tetapi justru menipu dan mencelakakan mereka. Aku terlalu hina, tidak memiliki hati nurani atau nalar. Makin kupikirkan, makin aku merasa menyesal. Aku berlutut di hadapan Tuhan dan berdoa kepada-Nya: "Ya Tuhan, dalam melakukan tugasku, aku tidak mengejar kebenaran, tetapi menempuh jalan yang salah, mengejar ketenaran dan status. Aku benar-benar membuatmu jijik dan membenciku. Tuhan, aku tidak mau terus seperti ini. Aku ingin bertobat dan berubah. Aku berdoa memohon pimpinan dan bimbingan-Mu."

Kemudian, aku melihat bagian lain dari firman Tuhan: "Engkau harus terlebih dahulu memahami apa arti makhluk ciptaan yang sejati: makhluk ciptaan yang sejati bukanlah manusia super, tetapi orang yang hidup dengan lugas dan rendah hati di bumi dan sama sekali tidak luar biasa. Apa artinya tidak menjadi luar biasa? Ini berarti setinggi apa pun engkau dapat berdiri atau setinggi apa pun engkau dapat melompat, faktanya tetap bahwa ketinggianmu yang sesungguhnya tidak akan berubah dan engkau tidak memiliki kemampuan yang luar biasa. Jika engkau selalu ingin mengungguli orang lain atau mendapat peringkat di atas orang lain, ini disebabkan oleh watak jahatmu yang congkak dan itu adalah khayalanmu. Sebenarnya, engkau tidak bisa mencapai ini dan tidak mungkin bagimu untuk melakukannya. Tuhan tidak memberimu bakat atau keterampilan untuk mengungguli orang lain, dan Tuhan juga tidak memberimu esensi seperti itu. Jangan lupa bahwa engkau adalah manusia normal dan biasa, sama sekali tidak berbeda dari yang lain meskipun penampilan, keluarga, dan tahun kelahiranmu mungkin berbeda serta mungkin ada beberapa perbedaan dalam bakat dan karuniamu. Namun, jangan lupakan ini: betapapun berbedanya dirimu, perbedaannya hanya dalam hal-hal kecil ini, tetapi watak rusakmu itu sama seperti watak rusak orang lain. Prinsip, tujuan, dan pedoman yang harus kaupatuhi dalam pelaksanaan tugasmu itu sama dengan prinsip, tujuan, dan pedoman orang lain. Perbedaannya hanyalah dalam kekuatan dan karunia mereka" ("Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Sebagai salah satu makhluk ciptaan, manusia harus berperilaku sesuai dengan statusnya sendiri, dan berperilaku dengan penuh tanggung jawab. Dengan patuh menjaga apa yang dipercayakan kepadamu oleh Sang Pencipta. Jangan bertindak di luar batas, atau melakukan hal-hal di luar jangkauan kemampuanmu atau yang menjijikkan bagi Tuhan. Jangan berusaha menjadi orang hebat, atau menjadi manusia super, atau berada di atas orang lain, jangan berusaha menjadi Tuhan. Ini adalah hal-hal yang seharusnya tidak diinginkan oleh orang. Berusaha menjadi orang hebat atau manusia super itu tidak masuk akal. Berusaha untuk menjadi Tuhan lebih memalukan lagi; itu hal yang menjijikkan, dan tercela. Apa yang patut dipuji, dan apa yang harus terus dilakukan oleh makhluk ciptaan lebih dari apa pun, adalah menjadi makhluk ciptaan yang sejati; ini adalah satu-satunya tujuan yang harus dikejar oleh semua orang" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I"). Dari bagian-bagian ini aku menyadari bahwa aku hanyalah makhluk ciptaan biasa, sama seperti orang lain. Tuhan berharap aku bisa bertahan di posisiku dan bersikap jujur sambil dengan sungguh-sungguh melakukan tugasku. Tuhan memberiku kualitas dan keterampilan bahasa tertentu. Aku seharusnya bersyukur kepada Tuhan untuk hal itu dan menggunakannya untuk melakukan tugasku. Namun, aku menggunakan hal-hal ini sebagai modal untuk sukses. Aku jelas manusia rusak yang dipenuhi dengan watak Iblis yang rusak. Namun, aku berusaha melakukan apa pun untuk menyembunyikan kerusakan dan kekuranganku, menyamarkan diriku sebagai orang yang sempurna untuk membuat orang lain mengagumi dan memujaku. Aku menyadari bahwa apa yang kukejar bersifat munafik dan memalukan. Itu menjijikkan bagi manusia dan keji bagi Tuhan. Aku selalu menyamarkan diriku, menyembunyikan kerusakanku, meskipun orang lain tidak dapat melihatnya, kerusakan itu masih menjadi bagian dari diriku, jadi, bukankah aku sedang menipu diriku sendiri dan juga orang lain? Tanpa pernah membuka diriku untuk mencari kebenaran, watak rusak itu takkan pernah bisa diselesaikan. Aku tidak hanya menderita dalam hidupku sendiri, tetapi juga menyesatkan dan menipu orang lain. Bukankah itu mempersulit diriku sendiri? Kepura-puraan dan kecurangan jelas bukanlah jalan yang baik.

Pada suatu pertemuan, kami membaca beberapa bagian firman Tuhan dan aku menemukan jalan penerapan. "'Berbagi dan membicarakan pengalaman' berarti menyampaikan setiap pemikiran di dalam hatimu, keadaanmu, pengalaman dan pengetahuanmu tentang firman Tuhan, serta watak rusak di dalam dirimu, dan kemudian membiarkan orang lain melihat hal-hal ini, menerima bagian-bagian yang positif, dan mengenali apa yang negatif. Hanya inilah arti berbagi, dan hanya inilah arti berbicara" ("Pengamalan Paling Mendasar untuk Menjadi Orang Jujur" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Untuk membebaskan dirimu dari kendali status atas dirimu, engkau harus terlebih dahulu menyingkirkannya dari niatmu, pemikiranmu, dan dari hatimu. Bagaimana cara menyingkirkannya? Sebelumnya, saat engkau tidak memiliki status, engkau selalu mengabaikan orang-orang yang tidak menarik bagimu. Sekarang setelah engkau memiliki status, saat engkau melihat orang-orang semacam itu, engkau harus meluangkan waktu tambahan untuk bersekutu dengan mereka—engkau sekarang harus melakukan yang sebaliknya. Engkau harus meluangkan lebih banyak waktu untuk membuka hatimu kepada orang-orang, menyingkapkan dirimu sendiri, mempersekutukan masalah dan kelemahanmu, bagaimana engkau tidak menaati Tuhan, serta bagaimana engkau kemudian keluar dari keadaan ini dan mampu memenuhi kehendak Tuhan. Misalnya, engkau berpikir bahwa sekali engkau memiliki status, engkau perlu memiliki wibawa dan berbicara dengan gaya tertentu. Setelah engkau menyadari bahwa ini adalah cara berpikir yang salah, engkau harus meninggalkannya; jangan menempuh jalan itu. Ketika engkau memiliki pemikiran seperti ini, engkau harus keluar dari keadaan itu dan tidak membiarkan dirimu terjebak di dalamnya. Begitu engkau terjebak di dalamnya dan pemikiran serta pandangan itu terbentuk di dalam dirimu, engkau akan menyamarkan dirimu, engkau akan mengemas dirimu, melakukannya dengan rapi dan baik sehingga tak seorang pun bisa melihat dirimu yang sebenarnya atau meraba hati dan pikiranmu. Engkau akan berbicara dengan orang lain seolah-olah dari balik topeng. Mereka tidak akan bisa melihat hatimu. Engkau harus belajar untuk membiarkan orang lain melihat hatimu; belajarlah untuk membukanya kepada mereka dan mendekat kepada mereka—ambil saja pendekatan yang berlawanan. Bukankah ini prinsipnya? Bukankah ini jalan untuk melakukan penerapan? Mulailah dari dalam pemikiran dan kesadaranmu: saat engkau merasa ingin mengemas diri, engkau harus berdoa seperti ini: 'Ya Tuhan! Aku ingin menyamarkan diriku lagi dan hampir sekali lagi terlibat dalam rencana jahat dan penipuan. Aku ini seperti iblis! Aku membuat-Mu sangat membenciku! Saat ini aku sangat jijik terhadap diriku sendiri. Kumohon disiplin aku, tegur aku, dan hukum aku.' Engkau harus berdoa dan menyingkapkan sikapmu. Ini melibatkan bagaimana engkau melakukan penerapan" ("Untuk Menyelesaikan Watak Rusak Seseorang, Dia Harus Memiliki Jalan Penerapan yang Spesifik" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan makin mencerahkanku. Menyingkirkan kuk ketenaran dan status berarti menerapkan kebenaran dan menjadi orang yang jujur. Kita harus menyingkapkan hati kita dan membuka diri tentang kerusakan dan kekurangan kita kepada saudara-saudari untuk memperlihatkan diri kita yang sesungguhnya kepada semua orang. Ketika orang lain bertanya, kita harus menjawab sebaik mungkin dan bersikap jujur ketika kita tidak memahami sesuatu, agar kita semua bisa mencari kebenaran bersama-sama. Dengan menerapkan hal ini lebih lagi, kita secara perlahan dapat membebaskan diri kita dari kuk ketenaran dan status. Pada saat itu, aku merasa bahwa aku harus membuka diri kepada orang lain dan menyingkapkan kepada mereka bagaimana aku menyamarkan diriku sendiri. Namun, aku bingung tentang apa yang akan terjadi jika aku membuka diri seperti itu: "Jika aku memberi tahu mereka tentang watakku yang sebenarnya, apa yang akan dipikirkan semua orang? Akankah mereka memandang rendah diriku?" Itu membuatku makin gelisah. Aku menyadari bahwa aku hanya sedang berusaha untuk berpura-pura lagi, jadi dalam hati, aku berdoa kepada Tuhan. Aku teringat tentang betapa dahulu aku selalu peduli tentang bagaimana orang lain memandang diriku dan tidak pernah memikirkan apa yang Tuhan tuntut dariku. Aku memutuskan untuk berhenti berusaha menyelamatkan reputasi dan melindungi statusku. Aku harus menerapkan kebenaran dan menjadi orang yang jujur, membuka diri kepada semua orang dan menyingkapkan kerusakanku sendiri untuk membiarkan mereka tahu bahwa aku manusia yang rusak, tidak layak dikagumi seperti itu. Aku merasa jauh lebih tenang setelah memikirkan segala sesuatunya seperti itu, dan aku bersekutu tentang bagaimana, untuk melindungi reputasi dan statusku, aku telah menyembunyikan kerusakan dan kekuranganku sendiri. Aku juga membagikan apa yang kupelajari tentang bahaya mengejar status agar saudara-saudari dapat belajar dari kegagalanku. Setelah persekutuan, aku merasa sangat damai dan terbebaskan, dan yang lain mengatakan mereka benar-benar mendapat manfaat darinya. Aku juga benar-benar merasakan kedamaian dan sukacita dalam menerapkan kebenaran dan menjadi orang yang jujur. Sekarang, ketika bersama saudara-saudari, aku membuka hatiku untuk bersekutu dengan mereka dan berbicara tentang bagaimana berbagai keadaan menyingkapkan kerusakanku, bagaimana aku menyadari bahwa aku memiliki kerusakan, dan bagaimana aku mencari kebenaran. Jika tidak tahu cara melakukan penerapan pada saat itu, aku mengatakannya dengan jujur tanpa memikirkan apa yang mungkin mereka pikirkan tentang diriku. Ketika melakukan tugas bersama saudara-saudariku, aku secara sadar membuka diri tentang hal-hal yang membingungkan atau sulit bagiku. Aku juga memberi tahu mereka tentang hal-hal yang tidak kupahami atau tidak bisa kulakukan dan mendorong mereka untuk memberikan saran dan masukan agar kita semua bisa saling belajar. Saudara-saudari secara berangsur menjadi mampu memikul beban dalam tugas mereka dan mulai merenungkan kerusakan yang mereka singkapkan, dan kemudian membaca firman Tuhan untuk mengenal diri mereka sendiri. Melihat semua ini, aku berulang-ulang mengucap syukur kepada Tuhan dalam hatiku. Dari pengalaman ini, aku sangat merasakan bahwa bagian terpenting dari makhluk ciptaan adalah menjadi orang yang setia, melakukan tugas kita sebaik mungkin, dan bersikap jujur dengan Tuhan dan dengan orang lain. Inilah satu-satunya jalan orang lain dapat menerima manfaat dan dididik oleh apa yang kita hidupi.

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait