Terbebas dari Pergumulanku untuk Unggul dari Orang Lain
Ketika pertama kali aku mulai melayani sebagai pemimpin tim penyiraman, saudara-saudari dalam tugas itu selalu berkonsultasi denganku saat mereka mengalami masalah dan cukup mengagumiku. Ketika beberapa petobat baru dari luar negeri membutuhkan penyiraman, para pemimpin memintaku secara khusus untuk mengurusnya dan menugaskanku untuk mengajar bahasa Jerman kepada anggota tim lainnya. Jadi, semua orang makin menghormatiku dan sangat ingin berbicara denganku tentang masalah mereka. Aku merasa seolah diriku sangat dibutuhkan oleh tim, dan aku suka dikagumi dan dikelilingi oleh orang lain.
Kemudian para pemimpin meminta Saudari Fang bergabung dengan tim kami, mengatakan bahwa dia akan menyirami para pendatang baru bersama kami. Seiring waktu, aku mendapati dia memiliki kualitas yang baik, persekutuannya tentang kebenaran jelas, dan ketika para pendatang baru memiliki pertanyaan atau masalah, dia tak hanya mampu menemukan firman Tuhan yang relevan, tetapi dia juga memasukkan pengalamannya sendiri ke dalam persekutuannya. Mereka menemukan solusi yang mereka butuhkan dengan sangat cepat. Setelah beberapa waktu, saudara-saudari selalu menemui Saudari Fang ketika mereka menemui hambatan. Ini mengecewakan bagiku. Kupikir, "Sejak dia datang, semua orang mengaguminya dan menemuinya ketika menghadapi masalah. Apakah mereka pikir dia lebih cakap daripada diriku? Namun, akulah pemimpin timnya! Aku tidak boleh membiarkan dia menggantikan posisiku, tetapi aku harus merebut kembali kemuliaan yang menjadi hakku."
Suatu ketika, tepat sebelum pertemuan, Saudari Wang menyusun sebuah dokumen dalam bahasa Jerman dan mengirimkannya kepada kelompok kami, mengatakan bahwa dia telah menggunakan perangkat lunak terjemahan untuk beberapa bagian. Dia ingin aku dan Saudari Fang memeriksanya setelah pertemuan. Setelah membacanya, aku menemukan berbagai macam masalah dengan terjemahannya dan berpikir, "Inilah kesempatanku. Saudari Fang mengetahui sedikit bahasa Jerman, tetapi tidak sebaik diriku. Sekarang aku harus memperlihatkan kepada semua orang bahwa aku lebih cakap daripada dirinya." Jadi aku memeriksa dokumen tersebut, merevisinya, dan memformat ulang. Aku merasa sepertinya segera setelah saudara-saudari melihat bagaimana pekerjaanku membuatnya begitu jelas dan mudah dimengerti, mereka pasti akan melihat bakatku. Akhirnya aku menghabiskan seluruh pertemuan untuk mengerjakan dokumen tersebut, bukannya benar-benar mendengarkan. Bahkan setelah pertemuan, aku menghabiskan sepanjang malam memeriksa dan menyusunnya kembali. Kepalaku terasa sakit dan mataku kering karena bekerja keras, tetapi ketika aku berpikir tentang saudara-saudari yang melihat pekerjaanku di balik layar dan memenangkan kembali kekaguman mereka, keletihanku lenyap. Keesokan harinya, aku mengirim dokumen itu ke kelompok kami, tetapi ketika semua orang mendiskusikan masalah seputar menyiram para pendatang baru, mereka semua bertanya kepada Saudari Fang tentang hal-hal yang tidak mereka pahami. Tak seorang pun yang menyinggung bahwa akulah orang yang memperbaiki terjemahannya. Aku merasa sangat frustrasi dan bertanya-tanya mengapa aku menjadi tidak penting sejak Saudari Fang datang. Dia tidak lebih baik dariku. Aku hanya duduk di depan komputer tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan aku tidak punya keinginan untuk bergabung dalam diskusi. Aku bahkan berpikir untuk sama sekali tidak mau melakukan tugas itu. Saat itu, seorang saudari tiba-tiba mengajukan pertanyaan kepadaku dan aku tidak tahu bagaimana menjawabnya karena aku sama sekali tidak mengikuti diskusinya. Melihatku tidak mengatakan apa pun, Saudari Fang menyela dengan pendapatnya sendiri dan semua orang setuju dengannya. Wajahku memerah. Aku segera mencari bagian dokumen yang berkaitan dan baru kemudian menyadari bahwa mereka telah mempersekutukan sebagian besar darinya, tetapi aku tidak mengikutinya. Aku merasa agak bersalah pada saat itu. Aku adalah pemimpin tim untuk penyiraman, jadi aku seharusnya membimbing proses pembelajaran dan membantu mengatasi masalah orang dalam tugas mereka, tetapi aku selalu membandingkan diriku dengan Saudari Fang dan hanya peduli tentang apa yang orang lain pikirkan tentang diriku. Aku tidak melakukan tugasku dengan sungguh-sungguh. Bagaimana aku bisa melakukan tugasku dengan baik dengan sikap seperti itu?
Setelah pertemuan itu, aku merenungkan keadaan yang kualami baru-baru ini. Sejak Saudari Fang bergabung, semua orang bertanya kepadanya tentang masalah mereka dan aku benar-benar tidak suka, merasa sepertinya peran utama dan kemuliaanku telah direnggut. Aku mencoba segala cara untuk pamer, ingin mendapatkan kembali posisi yang kumiliki di hati semua orang. Ketika aku tidak mendapatkan apa yang kuinginkan, aku kehilangan kepercayaan diriku dan aku bahkan ingin berhenti. Bukankah itu pengkhianatan terhadap Tuhan? Menyadari bahwa aku tidak dalam keadaan yang benar, dalam hati aku berdoa kepada Tuhan, memohon kepada-Nya untuk membimbingku agar mengenal diriku sendiri. Firman Tuhan berkata, "Ketika orang tidak memahami atau melakukan kebenaran, mereka sering hidup di tengah watak Iblis yang rusak. Mereka berada di tengah berbagai jerat Iblis, memeras otak mereka demi masa depan, harga diri, status, dan kepentingan pribadi mereka yang lain. Namun, jika engkau menerapkan sikap ini dalam melakukan tugasmu, dalam mencari dan mengejar kebenaran, engkau akan mendapatkan kebenaran. ... Jika engkau selalu bekerja keras untuk menerapkan kebenaran, sering datang ke hadapan Tuhan, sering mencari kebenaran, engkau akan menuai buah kebenaran, dan apa yang kaujalani akan memiliki keserupaan dengan manusia, dengan kemanusiaan yang normal, dan kebenaran kenyataan. Jika engkau sering merencanakan, merenungkan, menghabiskan waktu untuk memikirkan, dan bekerja keras—bahkan mengorbankan hidupmu—untuk berbagai hal yang bermanfaat bagimu, tanpa peduli berapa pun harganya, maka engkau mungkin akan mendapatkan rasa hormat dari orang, serta mendapatkan berbagai manfaat dan bermacam reputasi—tetapi mana yang lebih penting, hal-hal ini atau kebenaran? (Kebenaran.) Orang-orang memahami pesan ini, tetapi mereka tidak mengejar kebenaran dan hanya menghargai kepentingan dan status mereka sendiri. Jadi, apakah mereka benar-benar memahami hal ini, atau apakah ini adalah pemahaman yang keliru? Sebenarnya, mereka bodoh. Mereka tidak melihat hal-hal semacam itu dengan jelas. Jika mereka mampu melihat diri mereka dengan jelas, mereka akan mendapatkan sedikit tingkat pertumbuhan. Ini menuntut mereka untuk mengejar kebenaran dan mengerahkan upaya pada firman Tuhan; mereka tidak boleh merasa bingung dan bersikap ceroboh. Jika engkau tidak mencari kebenaran dan suatu hari tiba ketika Tuhan berkata bahwa Dia telah selesai berfirman, bahwa Dia tidak ingin mengatakan apa pun lagi kepada umat manusia dan tidak melakukan apa pun lagi, dan bahwa saatnya telah tiba untuk menguji pekerjaan manusia, maka engkau ditakdirkan untuk disingkirkan" (persekutuan Tuhan). Firman Tuhan benar-benar memedihkan bagiku. Aku mengingat kembali perilakuku belakangan ini, dan meskipun aku tampak melakukan tugasku, di setiap saat, aku hanya melindungi kepentingan dan statusku sendiri. Ketika aku melihat Saudari Fang mengungguliku dalam kualitas dan kemampuan, dan bahwa anggota tim lainnya sangat mengaguminya, kurasakan ada suasana yang berbeda, sepertinya posisiku terancam. Aku diam-diam mulai bersaing dengannya, membandingkan diriku dengannya dan ingin semua orang berpikir bahwa aku lebih baik dalam pekerjaan itu daripada dia. Aku hanya ingin memenangkan kembali kekaguman semua orang. Bukankah aku hanya melindungi status pribadiku dengan mengatasnamakan pelaksanaan tugasku? Tuhan mengangkatku untuk bertindak sebagai pemimpin tim agar aku bisa memikirkan kehendak-Nya dan menjunjung tinggi pekerjaan gereja. Juga dengan harapan agar aku dapat menggunakan kesempatan ini untuk belajar memakai kebenaran untuk menyelesaikan masalah dan menerapkan kebenaran dalam tugasku, sehingga watakku yang rusak dapat diubah. Namun, aku sama sekali tidak menerapkan kebenaran. Aku hanya terjebak dalam keadaan mengejar ketenaran dan kekayaan, dan yang kupikirkan hanyalah bagaimana mengalahkan Saudari Fang, dan apakah aku bisa membuat saudara-saudari mengagumiku atau tidak. Aku sama sekali mengesampingkan tugasku. Ketika aku gagal mendapatkan gengsi dan status, aku ingin menyerah dan mengkhianati Tuhan. Itu berarti menentang Tuhan. Pada titik ini aku merasa sedikit takut, dan aku menyadari rohku gelap dan menderita, dan telah kehilangan pekerjaan Roh Kudus karena semua yang kulakukan menjijikkan bagi Tuhan, jadi Dia menyembunyikan wajah-Nya dariku. Jika aku tidak bertobat, Dia akan menyingkirkanku. Saat aku menyadari semua ini, aku segera datang ke hadapan Tuhan dan berdoa, berkata, "Tuhan, aku tidak mau berbicara dan bertindak hanya demi gengsi dan statusku sendiri, tetapi sepertinya aku tidak mampu menahan diriku. Kumohon bimbing aku agar mampu menerapkan kebenaran."
Setelah itu, aku membaca satu bagian firman Tuhan, dan itu menunjukkan kepadaku bagaimana cara melepaskan semua itu. Firman Tuhan berkata, "Mereka yang mampu menerapkan kebenaran dapat menerima pemeriksaan Tuhan ketika melakukan segala sesuatu. Ketika engkau menerima pemeriksaan Tuhan, hatimu menjadi lurus. Jika engkau hanya melakukan hal-hal agar dilihat orang lain, dan tidak menerima pemeriksaan Tuhan, apakah Tuhan masih ada di dalam hatimu? Orang-orang semacam ini tidak menghormati Tuhan. Jangan selalu melakukan segala sesuatu demi kepentinganmu sendiri dan jangan selalu mempertimbangkan kepentinganmu sendiri; jangan memikirkan status, gengsi, atau reputasimu sendiri. Juga jangan mempertimbangkan kepentingan manusia. Engkau harus terlebih dahulu memikirkan kepentingan rumah Tuhan, dan menjadikannya prioritas utamamu. Engkau harus mempertimbangkan kehendak Tuhan dan mulailah dengan merenungkan apakah engkau murni atau tidak dalam memenuhi tugasmu, apakah engkau telah berusaha sekuatmu untuk setia, melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan tanggung jawabmu, dan mengerahkan seluruh tenagamu atau tidak, serta apakah engkau telah dengan sepenuh hati memikirkan tugasmu dan pekerjaan rumah Tuhan atau tidak. Engkau harus memikirkan hal-hal ini. Renungkanlah hal-hal ini sesering mungkin, maka akan menjadi lebih mudah bagimu untuk melaksanakan tugasmu dengan baik" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan sangat jelas. Tuhan memiliki tempat di hati seseorang yang benar-benar memikirkan kehendak-Nya dan mereka dapat menerima pemeriksaan-Nya dalam segala sesuatu yang mereka lakukan. Mereka dapat melepaskan reputasi, status, dan kepentingan pribadi mereka sendiri, dan memikirkan kepentingan Tuhan dalam segala hal, melakukan tugas mereka dengan sungguh-sungguh. Itulah jenis orang yang membawa sukacita bagi Tuhan. Setelah benar-benar merenungkannya, persekutuan Saudari Fang tentang kebenaran sangat jelas dan dapat menyelesaikan masalah, dan sarannya lebih bermanfaat bagi pekerjaan kami daripada saranku. Ini sangat bermanfaat bagi pekerjaan gereja dan kehidupan saudara-saudari. Pekerjaan kami akan lancar jika mereka mencari bantuan Saudari Fang lebih daripada diriku sehingga semua orang bisa belajar dan bertumbuh bersama. Itu adalah hal yang bagus. Namun bukannya memikirkan hal itu, aku hanya peduli dengan kepentingan dan posisiku sendiri. Melihat orang lain mengagumi Saudari Fang, aku merasa sepertinya dia telah mencuri posisiku, jadi aku diam-diam bersaing dengannya. Bukankah aku sedang mengganggu dan merusak kepentingan rumah Tuhan? Aku merasa tidak enak ketika semua ini menjadi jelas bagiku. Aku benar-benar membenci diriku sendiri dan ingin menerapkan kebenaran untuk memuaskan Tuhan. Setelah itu, aku secara sadar berupaya melepaskan reputasi dan statusku, dan ketika kami berada dalam persekutuan dan belajar, aku berhenti berpikir untuk pamer agar terlihat lebih baik darinya. Sebaliknya, aku berfokus untuk menenangkan diri di hadapan Tuhan dan berpikir tentang bagaimana cara bersekutu paling efektif. Melihat saudara-saudari membawa masalah mereka ke Saudari Fang, aku dapat meresponinya dengan benar. Aku merasa bahwa tidak masalah siapa yang mereka tanyakan, selama masalahnya terselesaikan. Dan ketika aku mengalami masalah dalam tugasku, aku juga mulai mencari dia, dan mendengarkan apa yang dia katakan. Aku merasa jauh lebih damai ketika melakukan segala sesuatu dengan cara ini, dan aku mendapat bimbingan Roh Kudus dalam tugasku, yang membantu menyelesaikan beberapa masalah. Hasilnya, pekerjaan tim membaik. Aku bersyukur atas bimbingan Tuhan.
Setelah pengalaman ini, kupikir aku telah sedikit mengenal diriku sendiri dan telah berubah sampai taraf tertentu, tetapi kemudian sesuatu terjadi yang membuatku merenungkan dan mengenal diriku lebih dalam. Suatu sore seorang pemimpin mengirimiku pesan, mengatakan dia ingin Saudari Fang bekerja bersamaku pada salah satu tugasku, agar secepatnya bisa selesai. Aku tidak terlalu senang tentang hal ini. Selama ini aku telah bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut, jadi tiba-tiba Saudari Fang ikut terlibat membuatku merasa sepertinya pemimpin berpikir dia lebih baik dariku, bahwa Saudari Fang dapat membantuku meningkatkan efisiensi kerjaku. Kemudian, jika pekerjaan itu ternyata berjalan dengan baik, upaya Saudari Fang tidak akan luput dari perhatian. Aku tahu bahwa dia efisien dan cerdas, dan kualitas serta kemampuan kerjanya lebih baik dariku, ditambah, semua orang menyukainya. Rasanya itu seperti krisis yang akan terjadi. Jika pemimpin melihat bahwa Saudari Fang melakukan pekerjaan lebih baik dariku, apakah dia akan memintanya menggantikanku sebagai pemimpin tim? Saat memikirkan itu, aku merasa dadaku menegang karena cemas. Aku sadar bahwa aku kembali bersaing dengan Saudari Fang demi status, tetapi ketika memikirkan kemungkinan dia menggantikanku, aku menjadi sangat gelisah, sangat takut kehilangan posisiku. Kupikir, "Aku harus segera membuktikan kepada pemimpin bahwa aku dapat melakukan tugas itu." Jadi, aku membagi pekerjaan itu menjadi dua bagian agar kami masing-masing dapat mengerjakan setengahnya. Dengan begitu pemimpin bisa menilai pekerjaan kami masing-masing dan akan jelas siapa yang lebih baik. Jadi, rasa persaingan yang belum kusingkirkan itu muncul kembali.
Saat membagi pekerjaan, aku tidak menyampaikan detailnya kepada Saudari Fang, tidak mau membagikan semua yang kuketahui kepadanya. Aku takut dia akan memahaminya dengan sangat cepat. Aku hanya mengiriminya pesan seadanya tentang membagi pekerjaan, lalu kami harus bekerja secara terpisah. Selama beberapa hari selanjutnya aku mengerjakan pekerjaan itu tanpa henti, berpikir bahwa asalkan aku menyelesaikannya dengan baik dan cepat, pemimpin akan berpikir aku lebih efisien dan lebih efektif daripada Saudari Fang. Kemudian aku akan mendapatkan persetujuannya dan posisiku akan aman. Pada waktu itu, ketika saudara-saudari membutuhkan bantuan dalam tugas mereka, aku berusaha semampuku untuk menyediakan waktu, merasa makin aku mampu melakukan banyak pekerjaan sekaligus makin aku akan membuktikan betapa pentingnya diriku dalam tim, bahwa aku bisa melakukan semuanya. Lalu kupikir posisiku akan kokoh. Aku juga mengawasi kemajuan Saudari Fang, takut aku akan tertinggal di belakangnya. Aku tak pernah benar-benar mampu menemukan ketenangan dalam tugasku, tetapi justru makin cemas. Aku tidak memiliki wawasan tentang masalah yang kuhadapi, jadi kemajuanku sangat lambat. Aku hanya punya satu tujuan yaitu mengejar ketenaran dan status. Jika pemimpin tidak mengetahui apa yang sedang terjadi, aku pasti takkan merenungkan diriku sendiri. Setelah seminggu, melihat tidak ada kemajuan nyata, pemimpin bertanya kepadaku tentang status pekerjaan dan menanyakan tentang kerja sama kami. Dia juga menunjukkan bahwa tidak ada tugas utamaku yang diselesaikan dengan baik, dan bertanya apa yang sedang kukerjakan. Aku memberinya beberapa alasan, mengatakan aku tidak mengatur waktuku dengan baik dan pekerjaan itu sulit. Sebenarnya, aku tahu bahwa itu karena aku kembali hanya mengejar ketenaran dan kekayaan, jadi aku tidak bekerja dengan baik dengan Saudari Fang dan niatku jahat. Itulah sebabnya aku kehilangan bimbingan Tuhan. Melihatku mencari-cari alasan, pemimpin menanganiku karena tidak memprioritaskan pekerjaanku dengan benar dan bertanya tentang keadaanku. Aku menceritakan kepadanya apa yang telah kusingkapkan belakangan ini.
Dia membacakan satu bagian firman Tuhan kepadaku, dan mempersekutukan serta menganalisis natur dan sumber pengejaran ketenaran dan kekayaan. Ini membantuku memahami watakku yang rusak dengan lebih baik. Firman Tuhan berkata, "Setiap kali para antikristus berada dalam sebuah kelompok, hal pertama yang mereka lakukan adalah memenangkan kepercayaan dan penghargaan orang, serta membuat lebih banyak orang mengagumi mereka, menghormati mereka, dan memuja mereka, demi mencapai tujuan mereka untuk memiliki kekuasaan mutlak dan menjadi penentu keputusan dalam kelompok tersebut. ... Untuk memperoleh status dan menjadi yang teratas di antara orang-orang dalam suatu kelompok, mereka akan melakukan apa saja, tidak membiarkan siapa pun atau faktor apa pun yang mengancam status mereka. Tentu saja, para antikristus pasti menggunakan berbagai cara untuk mencapai hal ini. Siapa pun yang fasih bicara, yang berbicara secara logis, secara tertib dan teratur, menjadi sasaran kecemburuan mereka, sasaran peniruan, dan, selain itu, menjadi sasaran persaingan mereka. Orang yang mengejar kebenaran dan beriman, yang sering kali membantu dan menyokong saudara-saudari sehingga mengeluarkan mereka dari kenegatifan dan kelemahan, juga menjadi sasaran persaingan mereka. Siapa pun yang mahir dalam tugas tertentu dan sangat dihormati oleh saudara-saudari, juga menjadi sasaran persaingan mereka. Orang-orang yang pekerjaannya berhasil dan dipuji oleh Yang di Atas, bahkan lebih lagi menjadi sasaran persaingan mereka. Dan apa ungkapan yang menjadi ciri khas mereka di kelompok mana pun? Orang-orang semacam itu tidak selalu ingin mendapatkan status tertinggi atau memiliki kendali tertentu atas orang lain; hanya saja, mereka memiliki watak tertentu, mentalitas tertentu, yang memerintahkan mereka untuk melakukannya. Apakah mentalitas ini? Mentalitas ini adalah 'Aku harus bersaing! Bersaing! Bersaing!' 'Bersaing': itulah watak mereka. Watak mereka adalah watak yang tak seorang pun dapat mengekangnya. Tak seorang pun mampu mengendalikannya, bahkan mereka sendiri tidak mampu; mereka harus bersaing" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri ... (Bagian Tiga)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Aku merenungkan apa yang diungkapkan bagian ini tentang keadaan-keadaan ini. Ini persis menggambarkan keadaanku belakangan itu. Dalam tugasku, aku selalu ingin memiliki status tertentu dan ingin orang lain menghormatiku. Ketika aku merasa bahwa Saudari Fang tampaknya akan menggantikanku, aku memperlakukannya seperti musuh, diam-diam bersaing dengannya agar aku bisa mempertahankan posisiku. Aku mau membagi pekerjaan untuk melihat siapa di antara kami yang lebih efektif dan ingin membantu saudara-saudari dengan masalah mereka untuk memperlihatkan bahwa aku lebih terbeban daripada dia, bahwa aku memahami kebenaran dan pekerjaan dengan lebih baik, berharap semua orang akan melihat bahwa aku adalah anggota tim yang kuat dan cakap untuk memperkuat posisiku. Aku terobsesi dengan bagaimana aku bisa pamer, membandingkan diriku dengan dia di setiap kesempatan. Bukankah ini justru watak antikristus yang disingkapkan oleh Tuhan? Ketika aku merenungkannya, aku menyadari bahwa sejak awal pemimpin ingin kami bekerja sama agar kami bisa lebih efisien dan menyelesaikan pekerjaan lebih cepat. Namun, dikuasai oleh rencana picik, aku ingin menggunakan tugasku untuk mengukuhkan diriku sendiri dan bahkan pekerjaan gereja tidak terlintas dalam pikiranku. Aku tidak melakukan amanat Tuhan dengan sungguh-sungguh, sebaliknya aku tidak memikirkan apa pun selain bagaimana membuat diriku terlihat baik. Aku membuat rencana jahat dan menyulitkan Saudari Fang demi mempertahankan posisiku, menunda pekerjaan kami. Bagaimana itu bisa disebut melakukan tugasku? Jelas, aku benar-benar melayani Iblis, merusak pekerjaan gereja!
Ada bagian firman Tuhan lainnya yang kubaca. "Antikristus bisa ada di kelompok mana pun, dan mereka bisa saja merupakan seorang yang menyamar, atau seorang pekerja keras, tetapi satu hal yang selalu tersembunyi di lubuk hati mereka: status. Dalam segala sesuatu yang mereka lakukan, mereka harus bersaing dengan orang lain demi status, reputasi, dan keuntungan. Perwujudan yang paling umum adalah bersaing untuk mengejar reputasi yang baik, penilaian yang menguntungkan, dan mendapatkan tempat di hati orang-orang sehingga orang-orang ini menghormati dan mengagumi mereka, serta menjadikan mereka pusat perhatian. Inilah jalan yang ditempuh oleh antikristus—dan hal-hal inilah tepatnya yang diperjuangkan oleh antikristus" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri ... (Bagian Tiga)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). "Jika engkau benar-benar menghargai status dan gengsi, sangat terikat dan tidak sanggup untuk melepaskan semua itu, jika engkau selalu merasa bahwa tanpa status dan gengsi, maka tidak ada sukacita atau harapan dalam hidup, bahwa engkau harus menjalani seluruh hidupmu untuk mengejar status dan gengsi, bahwa engkau harus diarahkan oleh kedua hal ini, bahwa sekalipun engkau pada akhirnya tidak akan mencapai tujuanmu, engkau tidak dapat sepenuhnya menyerah dan harus berkeras untuk mengejarnya sampai akhir selama ada secercah harapan—jika engkau memiliki pemikiran semacam itu, maka kemungkinan besar engkau tidak akan terlalu menuntut dirimu sendiri dalam apa yang kauterapkan, dan cenderung tidak memperhatikan penerapanmu. ... pengejaran status semacam itu memengaruhi kemampuanmu untuk menjadi makhluk ciptaan Tuhan yang layak, dan tentu saja memengaruhi kemampuanmu untuk melaksanakan tugasmu sesuai standar yang dapat diterima. Mengapa Aku mengatakan hal ini? Tidak ada yang lebih menjijikkan bagi Tuhan daripada ketika orang mengejar status, karena pengejaran akan status adalah watak yang rusak; itu terlahir dari kerusakan Iblis, dan dalam pandangan Tuhan, status seharusnya tidak ada. Tuhan tidak menetapkan bahwa status seharusnya diberikan kepada manusia. Jika engkau selalu bersaing dan memperebutkan status, jika engkau selalu menghargainya, jika engkau selalu ingin merebutnya untuk dirimu sendiri, maka bukankah sikap ini mengandung sedikit natur yang menentang Tuhan? Status tidak ditetapkan untuk manusia oleh Tuhan; Tuhan membekali manusia dengan jalan, kebenaran, dan hidup, dan pada akhirnya menjadikan mereka sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang layak, makhluk ciptaan Tuhan yang kecil dan tak berarti—bukan seseorang yang memiliki status dan gengsi serta dihormati oleh ribuan orang. Oleh karena itu, dari sudut pandang mana pun, pengejaran status adalah jalan buntu. Betapapun masuk akalnya alasanmu untuk mengejar status, jalan ini tetaplah jalan yang salah dan tidak dipuji oleh Tuhan. Sekeras apa pun engkau berusaha atau sebesar apa pun harga yang kaubayar, jika engkau menginginkan status, Tuhan tidak akan memberikannya kepadamu; jika status tidak diberikan oleh Tuhan, engkau akan gagal dalam perjuangan untuk mendapatkannya, dan jika engkau terus berjuang untuk mendapatkan status, hanya akan ada satu hasil: kematian! Ini adalah jalan buntu—engkau mengerti akan hal ini, bukan?" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri ... (Bagian Tiga)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Aku merasa ketakutan setelah membaca bagian dalam firman Tuhan ini. Aku tidak mengejar kebenaran dalam tugasku, sebaliknya aku telah mengejar ketenaran dan status untuk memenuhi keinginanku sendiri. Aku berada di jalan antikristus. Aku heran, mengapa aku begitu berfokus mengejar hal-hal ini? Itu karena perusakan Iblis. Sejak kecil, aku telah mendengar hal-hal seperti "Manusia bergelut ke atas; air mengalir ke bawah," dan "Setiap prajurit yang baik bermimpi menjadi jenderal." Di bawah pengaruh racun Iblis ini, aku merasa sepertinya aku tidak berharga jika aku senang menjadi rata-rata. Aku ingin berada di puncak ke mana pun aku pergi, karena kalau tidak, aku takkan memiliki nilai. Itu telah menjadi fondasiku sebagai pribadi. Aku tak mampu menahan diri untuk tidak hidup menurut falsafah iblis ini bahkan setelah menjadi orang percaya. Melihat seseorang yang mampu mengalahkanku, aku pasti ingin bersaing dengan mereka dan melakukan segala cara untuk membuktikan diriku. Aku ingin punya tempat di hati orang-orang, menjadi pusat perhatian dan dihormati. Kupikir itu berarti diriku berharga. Dengan perspektif dan pengejaran semacam itu, aku tidak mampu melakukan tugasku sebagai makhluk ciptaan, sebaliknya aku berpura-pura melakukan tugasku sambil bersaing dengan Tuhan demi mendapatkan status. Aku menyinggung watak Tuhan dan menentang Dia! Aku tahu bahwa jika aku tidak bertobat, cepat atau lambat, Tuhan akan menyingkirkanku. Pemikiran ini benar-benar membuatku takut. Aku menyadari bahwa jalan yang kutempuh sangat berbahaya. Aku segera datang ke hadapan Tuhan dalam doa dan bertobat. Entah aku dapat terus melayani sebagai pemimpin tim atau tidak, entah Saudari Fang akan menggantikan posisiku atau tidak, aku sudah siap untuk tunduk. Dahulu aku selalu berpikir bahwa hal itu hanya menunjukkan sedikit kerusakan, jadi aku tidak terlalu menganggapnya serius. Namun, melalui penghakiman dan penyingkapan firman Tuhan, aku menyadari betapa seriusnya hal itu dan kemudian aku memiliki keinginan yang sungguh-sungguh untuk menyelesaikan kerusakan ini. Setelah itu, aku mulai membaca firman Tuhan yang menyingkapkan orang-orang yang mengejar hal semacam ini. Ada satu bagian yang meninggalkan kesan yang mendalam kepadaku, dan itu membantuku menemukan jalan. "Sebagai salah satu makhluk ciptaan, manusia harus berperilaku sesuai dengan statusnya sendiri, dan berperilaku dengan penuh tanggung jawab. Dengan patuh menjaga apa yang dipercayakan kepadamu oleh Sang Pencipta. Jangan bertindak di luar batas, atau melakukan hal-hal di luar jangkauan kemampuanmu atau yang menjijikkan bagi Tuhan. Jangan berusaha menjadi orang hebat, atau menjadi manusia super, atau berada di atas orang lain, jangan berusaha menjadi Tuhan. Ini adalah hal-hal yang seharusnya tidak diinginkan oleh orang. Berusaha menjadi orang hebat atau manusia super itu tidak masuk akal. Berusaha untuk menjadi Tuhan lebih memalukan lagi; itu hal yang menjijikkan, dan tercela. Apa yang patut dipuji, dan apa yang harus terus dilakukan oleh makhluk ciptaan lebih dari apa pun, adalah menjadi makhluk ciptaan yang sejati; ini adalah satu-satunya tujuan yang harus dikejar oleh semua orang" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I"). Firman Tuhan benar-benar menerangi hatiku dan membantuku memahami kehendak-Nya. Menjadi orang hebat, manusia super bukanlah hal yang seharusnya dikejar oleh makhluk ciptaan. Kita seharusnya mengambil posisi kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan terus-menerus melaksanakan apa yang Tuhan percayakan kepada kita. Inilah pengejaran yang benar, dan satu-satunya pengejaran yang Tuhan perkenankan.
Ketika aku mendapati diriku kembali ingin mengejar ketenaran dan kekayaan setelah itu, aku selalu berupaya untuk berdoa kepada Tuhan dan menyangkali diriku sendiri, dan pergi mencari Saudari Fang untuk membicarakan masalah dalam tugas kami. Saat aku benar-benar terbuka kepadanya, aku mendapati bahwa dia memiliki beberapa ide bagus tentang cara melakukan segala sesuatu dan kami segera memiliki program yang terencana ketika kami bekerja sama. Saudari Fang berinisiatif membagikan beberapa pengalamannya denganku untuk membantu meningkatkan efisiensiku. Aku merasa malu sekaligus sangat tersentuh. Memiliki rekan kerja seperti itu di sisiku sangat membantuku, dan aku membenci diriku sendiri karena telah begitu buta, karena hanya mengejar ketenaran dan kekayaan serta kehilangan begitu banyak kesempatan untuk memperoleh kebenaran. Setelah itu, aku berhenti mengkhawatirkan tentang Saudari Fang menggantikanku sebagai pemimpin tim. Aku menjadi jauh lebih santai dan jauh lebih efektif dalam tugasku. Dan begitu kami bekerja sebagai satu tim, kami menyelesaikan pekerjaan itu sebelum aku menyadarinya. Melewati semua ini, aku benar-benar merasa bahwa Tuhan menyertaiku, dan Dia mengatur begitu banyak situasi untuk mentahirkan dan mengubah watakku yang rusak. Dia juga menghakimi, menyingkapkan, mencerahkan, dan membimbingku dengan firman-Nya, memampukanku untuk sedikit mengenali diriku sendiri. Aku dipenuhi dengan rasa syukur kepada Tuhan dan aku bertekad untuk melakukan tugasku dengan baik dan memuaskan Dia.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.