Mengapa Aku Takut Melaporkan Masalah?

21 Maret 2025

Oleh Saudari Kristina, Amerika Serikat

Pada 2011, ketika melayani sebagai diaken penginjilan, aku memperhatikan pemimpinku, Zhang Min, sering pamer dengan mengkhotbahkan doktrin. Aku tahu hal ini merugikan saudara-saudari dan dirinya, jadi setelah menyadarinya, aku memberitahukan masalah ini kepadanya. Tak disangka-sangka, hanya seminggu kemudian dia menggantikanku dan memberi tahu saudara-saudari bahwa aku digantikan karena aku bersaing dengannya untuk mendapatkan status. Kemudian, Zhang Min disingkapkan sebagai antikristus dan dikeluarkan karena menyerang dan membalas dendam pada orang, melakukan segala macam kejahatan dan tidak mau bertobat. Hanya setelah itu, barulah aku diizinkan untuk melaksanakan tugasku lagi. Setelah mengalami hal ini, aku berkata pada diriku: "Ke depannya aku harus hati-hati berbicara. Sedikit bicara, lebih banyak bertindak, dan tidak mencampuri urusan orang lain. Aku sama sekali tak bisa mengungkapkan pendapatku seperti sebelumnya. Jika kebetulan aku bertemu dengan antikristus yang lain Dan tak sengaja menyinggung perasaan mereka, lalu akhirnya aku ditindas dan digantikan, aku tak akan bisa lagi melaksanakan tugasku. Kalau begitu, akankah ada kesempatan bagiku untuk diselamatkan?" Setelah itu, aku sangat berhati-hati dan waspada saat berinteraksi dengan orang lain.

Kemudian, aku bermitra dengan Liu Xiao untuk menangani pekerjaan penginjilan. Selama pertemuan, kuperhatikan bahwa Liu Xiao hanya mempersekutukan aspek-aspek positif dari jalan masuk dirinya, seolah-olah dia telah mengatasi banyak masalah dan telah memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat baik. Aku belum pernah mendengar dia menganalisis atau menunjukkan pemahamannya tentang kerusakannya sendiri. Aku tak bisa menahan diri dan berkata kepadanya: "Kita sudah lama saling kenal, tapi aku belum pernah mendengarmu membahas pengenalan akan dirimu." Di luar dugaanku, Liu Xiau menjadi sangat kesal dan memasang muka masam. Dengan tegas dia menjawab: "Kita tidak bisa hanya mengenal diri kita; semua pengenalan akan diri kita tak berguna jika kita tidak mengalami perubahan watak! Sekarang ini siapa yang tidak bisa membahas pengenalan akan diri sendiri? Memangnya ada dari antara mereka yang sudah berubah?" Dari sinilah, kupikir pemahamannya menyimpang. Inti perubahan watak adalah mengenal diri sendiri; jika kita tidak mengenali kerusakan kita sendiri, bagaimana kita akan berubah? Dia tidak menerima penghakiman dan hajaran dari firman Tuhan dan tidak merenungkan dirinya berdasarkan firman Tuhan. Bagaimana bisa dia melontarkan komentar konyol seperti itu? Jadi, aku memberitahunya pemahamanku berdasarkan firman Tuhan, tapi dia bukan saja tidak menerimanya, dia juga membalasku: "Aku sering mendengarmu membahas tentang memahami diri sendiri, tapi memangnya kau sudah berubah? Jika kau sudah mengenal dirimu, mengapa kau masih memperlihatkan kerusakanmu?" Aku merasa pemahamannya sangat menyimpang dan dia tidak menerima kebenaran. Setelah itu, sikap Liu Xiao terhadapku berubah. Dia sering mengabaikanku, dan jarang bicara kepadaku, semuanya membuatku merasa sangat terkekang. Setelah melihat bahwa pemahaman Liu Xiao menyimpang dan dia tidak menerima saran orang lain, kupikir dia tidak begitu cocok menjadi pengawas, dan aku berpikir untuk melaporkan masalahnya kepada pemimpin, tapi kemudian kupikir: "Liu Xiao sudah lama percaya dan sudah memberitakan Injil selama ini, dan pemimpin kami juga sangat menghargainya. Aku baru saja memulai tugas ini; jika aku melaporkan masalah Liu Xiao, apa nantinya anggapan pemimpin tentang diriku? Akankah pemimpin menganggapku kritis dan iri terhadap Liu Xiao? Lupakan saja, makin sedikit masalah makin baik. Lebih baik aku mengurus diriku terlebih dahulu. Dia yang tak mengenali dirinya dan pemahaman menyimpangnya adalah masalahnya sendiri dan itu tak ada kaitannya dengan diriku. Ke depannya, aku tidak mau membahas pemahamanku akan diriku di hadapannya. Dengan begitu, dia tidak bisa mengetahui kekuranganku dan tidak akan mempersulit diriku."

Kemudian, PKT melancarkan tindakan keras yang besar dan terkoordinasi terhadap orang-orang percaya dan Liu Xiao tidak lagi memberitakan Injil karena merasa segan dan takut. Beberapa hari kemudian, pemimpin bersurat menanyakan kemajuan pekerjaan Injil kami dan menyemangati kami untuk melakukan yang terbaik dalam memberitakan Injil selama situasinya aman. Liu Xiao berkata: "Sekarang ini situasinya berbahaya. Bagaimana jika kita ditangkap saat memberitakan Injil? Pemimpin kita membuat keputusan yang meragukan di sini; ini bukan pertama kalinya dia membuat keputusan yang meragukan." Kritik Liu Xiao juga memengaruhi pendapatku tentang pemimpin. Kupikir: "Bagaimana jika ada yang tertangkap saat memberitakan Injil? Siapa yang akan bertanggung jawab? Mungkin kita harus menundanya sebentar." Dengan begitu, pekerjaan Injil terhenti selama lebih dari sebulan. Pemimpin mengirim surat lain yang menekankan pentingnya pekerjaan Injil dan bahwa pekerjaan Injil adalah amanat Tuhan dan tidak boleh terhenti. Bahkan dalam situasi yang buruk seperti ini, injil masih dapat diberitakan kepada kenalan dekat, kerabat, dan teman-teman. Pemimpin juga bertanya mengapa kami sudah menghentikan pekerjaan Injil. Setelah membaca surat tersebut, aku sadar bahwa kami telah menyimpang dari penerapan kami, tapi saat kutunjukkan surat itu kepada Liu Xiao, dia tampak acuh tak acuh dan sama sekali tak peduli, dan dia tidak berniat untuk memperbaiki kesalahan kami. Setelah mengamati sikap Liu Xiao, kupikir: "Jika dia tidak mau memberitakan Injil, aku akan melakukannya sendiri." Dengan itu, aku pergi bersekutu bersama saudara-saudari tentang memperbaiki kesalahan kami. Liu Xiao hanya tinggal di dalam kamarnya sepanjang hari dan tak pernah benar-benar memantau pekerjaan Injil. Terkadang dia bahkan menonton TV selama berjam-jam. Aku benar-benar ingin menyinggung hal ini kepadanya, tapi mengingat bagaimana terakhir kali aku memberinya saran, dia bukan saja tidak menerimanya, tapi juga menggunakan kerusakanku yang kuperlihatkan untuk memanfaatkanku dan mengabaikanku setelahnya, aku pun mulai ragu: "Jika aku mengemukakan masalahnya lagi, dia mungkin akan membantah. Akan sangat menyakitkan jika harus berurusan dengannya yang bersikap dingin padaku jika aku menyinggung perasaannya! Lupakan saja, aku akan diam saja dan mengurus urusanku sendiri." Kemudian, pemimpin bersekutu bersama kami tentang bagaimana saudara-saudari dari gereja-gereja lain memberitakan Injil dan hasil yang telah mereka peroleh. Aku merasa sangat bersalah. Ini adalah masa-masa sulit, tetapi saudara-saudari dari gereja lain tetap tekun dalam memberitakan Injil. Sementara itu, gereja kami sendiri telah sepenuhnya menghentikan pekerjaan Injil dan belum memperoleh hasil apa pun. Aku benar-benar ingin menyurati pemimpin untuk memberi tahunya tentang perilaku Liu Xiao dan keadaan pekerjaan Injil saat ini, tapi setiap kali aku mengambil pena untuk menulis, aku selalu teringat betapa mengerikannya saat aku dikutuk dan ditindas oleh antikristus itu, kemudian aku menjadi ragu: "Jika aku melaporkan masalah Liu Xiao, akankah pemimpin memercayaiku? Jika dia tidak memercayaiku dan menyelidiki situasiku, bukankah itu hanya akan menambah masalahku? Selain itu, aku belum mengenal pemimpinnya; bagaimana kalau dia ternyata antikristus, tak mampu menyelesaikan masalah dengan adil dan menindasku? Sekarang aku senang dengan keadaan tenang dan damai dalam tugasku. Aku tidak ingin menimbulkan masalah bagi diriku dengan melaporkan masalah ini." Setelah menyadari ini, sekali lagi aku memilih tetap diam. Namun, melihat kami terus memperoleh hasil buruk dalam pekerjaan membuatku benar-benar cemas dan gelisah. Aku diliputi kegelapan dan merasa tersiksa; tidak tahu bagaimana menghadapi situasi ini. Jadi, aku berdoa, memohon Tuhan agar membimbing dan membantuku untuk memahami bagaimana menghadapi situasi ini.

Suatu hari, kutemukan dua bagian firman Tuhan yang membuat hatiku yang mati rasa merasa campur aduk. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Orang-orang yang egois dan hina bersikap asal-asalan dalam tindakan mereka dan menjauh dari apa pun yang tidak berkaitan dengan mereka secara pribadi. Mereka tidak memikirkan kepentingan rumah Tuhan, mereka juga tidak menunjukkan perhatian kepada maksud Tuhan. Mereka tidak terbeban untuk melaksanakan tugas mereka ataupun bersaksi bagi Tuhan, dan mereka tidak memiliki rasa tanggung jawab. ... Ada orang-orang yang tidak mau bertanggung jawab dalam tugas apa pun yang sedang mereka laksanakan. Mereka juga tidak segera melaporkan masalah yang mereka temukan kepada atasan mereka. Ketika mereka melihat orang-orang mengacaukan dan mengganggu, mereka mengabaikannya. Ketika mereka melihat orang jahat melakukan kejahatan, mereka tidak berusaha menghentikannya. Mereka tidak melindungi kepentingan rumah Tuhan atau memikirkan apa tugas dan tanggung jawab mereka. Ketika melaksanakan tugasnya, orang-orang semacam ini tidak melakukan pekerjaan nyata apa pun; mereka adalah para penyenang orang dan rakus akan kenyamanan; mereka berbicara dan bertindak hanya demi kesombongan, reputasi, status, dan kepentingan mereka sendiri, dan hanya mau mencurahkan waktu dan upaya mereka untuk hal-hal yang menguntungkan mereka" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Dengan Menyerahkan Hatinya kepada Tuhan, Orang Dapat Memperoleh Kebenaran"). "Jika engkau sering merasa tertuduh dalam hidupmu, jika hatimu selalu tidak tenang, jika engkau tidak memiliki kedamaian dan sukacita, dan sering dilanda kekhawatiran dan kecemasan tentang segala macam hal, menunjukkan apakah hal ini? Ini hanya menunjukkan bahwa engkau tidak menerapkan kebenaran, tidak tetap teguh dalam kesaksianmu tentang Tuhan. Jika engkau hidup berdasarkan watak Iblis dalam dirimu, kemungkinan besar engkau akan sering gagal menerapkan kebenaran, mengkhianati kebenaran, menjadi egois dan keji; engkau hanya akan melindungi citramu, reputasi dan statusmu, serta kepentinganmu. Selalu hidup bagi dirimu sendiri membuatmu sangat menderita. Engkau memiliki begitu banyak keinginan yang egois, keterikatan, belenggu, kekhawatiran, dan kekesalan sehingga engkau sama sekali tidak memiliki kedamaian atau sukacita. Hidup demi daging yang rusak adalah hidup yang penuh penderitaan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Jalan Masuk Kehidupan Dimulai dengan Pelaksanaan Tugas"). Aku merasa sangat bersalah setelah membaca firman Tuhan. Aku sadar, alasan aku tidak berani melaporkan masalah Liu Xiao kepada pemimpin adalah karena aku terlalu egois dan tercela. Aku hanya memikirkan kepentinganku sendiri, hanya ingin melaksanakan tugasku dengan tenang, tak mau menyinggung perasaan orang lain dan menimbulkan masalah bagi diriku. Begitu kulihat Liu Xiao punya pemahaman yang menyimpang dan tidak menerima kebenaran, aku ingin melaporkannya kepada pemimpin, tapi aku khawatir pemimpin akan salah memahamiku dan mengira aku iri terhadap Liu Xiao dan memanfaatkan kesalahannya untuk menyerangnya. Karena itu, aku tetap diam. Ketika kulihat dia telah berhenti memberitakan Injil, menonton TV di rumah sepanjang hari, tak berminat dalam pekerjaannya dan hanya menikmati manfaat dari statusnya, aku seharusnya segera melaporkan dia ke pemimpin, tapi aku memilih melindungi diriku dan sama sekali tidak memikirkan kepentingan pekerjaan gereja. Bahkan saat melihat betapa buruknya hasil pekerjaan penginjilan kami, aku tetap diam saja, dan sebesar apa pun perasaan bersalahku, aku tidak melaporkan apa yang benar-benar sedang terjadi. Aku hanya diam. Aku benar-benar egois, tercela, dan tak punya kemanusiaan. Aku merasa berutang kepada Tuhan, dan aku membenci diriku karena tidak menerapkan kebenaran, yang telah menyebabkan penundaan yang lama dalam kemajuan pekerjaan.

Saat mencari, aku menemukan bagian firman Tuhan ini: "Bagi semua orang yang melaksanakan tugas, sedalam atau sedangkal apa pun pemahaman mereka akan kebenaran, cara paling sederhana untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran adalah dengan memikirkan kepentingan rumah Tuhan dalam segala sesuatu, dan melepaskan keinginan mereka yang egois, niat pribadi, motif, kesombongan, dan status mereka. Prioritaskan kepentingan rumah Tuhan—inilah setidaknya yang harus orang lakukan. Jika seseorang yang melaksanakan tugas bahkan tak mampu berbuat sebanyak ini, lalu bagaimana mungkin dia bisa disebut melaksanakan tugasnya? Itu bukanlah melaksanakan tugas. Engkau harus terlebih dahulu memikirkan kepentingan rumah Tuhan, mempertimbangkan maksud-maksud Tuhan, dan mempertimbangkan pekerjaan gereja. Menempatkan hal-hal ini sebagai yang pertama dan terutama; baru setelah itulah engkau dapat memikirkan tentang stabilitas statusmu atau tentang bagaimana orang lain memandangmu. Bukankah engkau semua akan merasa bahwa akan menjadi sedikit lebih mudah apabila engkau membaginya menjadi kedua langkah ini dan melakukan beberapa kompromi? Jika engkau menerapkan hal ini selama beberapa waktu, engkau akan mulai merasa bahwa memuaskan Tuhan bukan hal yang sesulit itu. Selain itu, engkau harus mampu memenuhi tanggung jawabmu, melaksanakan kewajiban dan tugasmu, dan mengesampingkan keinginanmu yang egois, niat dan motifmu; engkau harus terlebih dahulu memikirkan maksud-maksud Tuhan, dan kepentingan rumah Tuhan, pekerjaan gereja, dan tugas yang harus kaulaksanakan. Setelah mengalami hal ini selama beberapa waktu, engkau akan merasa bahwa ini adalah cara yang baik dalam bertindak. Ini berarti menjalani hidup dengan jujur dan tulus, dan tidak menjadi orang yang hina dan jahat; ini berarti hidup secara adil dan terhormat, bukan hidup dengan tercela, hina dan tidak berguna. Engkau akan merasa bahwa inilah cara orang seharusnya bertindak dan citra diri yang seharusnya mereka jalani. Lambat laun, keinginanmu untuk memuaskan kepentinganmu sendiri akan berkurang" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Firman Tuhan mengarahkanku kepada jalan penerapan. Ketika menghadapi pilihan antara pekerjaan gereja dan kepentingan pribadi, kita harus selalu memprioritaskan pekerjaan gereja. Yang terpenting adalah terlebih dahulu menjaga pekerjaan gereja. Ini adalah tugas yang tak terelakkan yang harus kita semua laksanakan. Aku harus menerapkan berdasarkan firman Tuhan dan tidak melihat dengan apatis. Aku harus segera melaporkan masalah pekerjaan kami kepada pemimpin. Jika memang ada masalah dengan perilaku Liu Xiao, para pemimpin dan pekerja dapat segera membereskannya dan menghindari penundaan apa pun dalam pekerjaan. Jika pemahamanku tentang masalah tertentu keliru, aku dapat memperbaiki kekuranganku dengan mencari. Bagaimana nantinya pandangan pemimpin dan pekerja terhadapku kurang penting dibandingkan dengan hal-hal ini. Setelah menyadari semua ini, aku merasa agak lebih bebas, dan memberi laporan mendetail tentang situasi Liu Xiao kepada pemimpin. Namun, setelah lebih dari dua minggu, aku masih belum melihat respons apa pun yang diterapkan. Aku berpikir: "Apakah pemimpin menganggap serius laporanku tentang masalah ini? Mengapa dia belum juga menyelesaikan masalah ini? Apakah dia menganggap tidak ada masalah dengan perilaku Liu Xiao dan akulah yang membuat laporan yang keliru?" Aku merasa sangat tertekan dan ingin melaporkan masalah ini kepada pemimpin lain, tapi kemudian kupikir: "Ya, aku sudah melaporkan masalah ini kepada salah satu pemimpin, jadi aku telah melaksanakan tugasku. Aku tidak boleh banyak bicara; kalau tidak, jika tak hati-hati, aku mungkin akan menyinggung perasaan orang lalu ditindas dan dihukum." Aku tidak ingin mengusut hal ini lebih lanjut, tapi aku tetap merasa sangat bersalah. Kupikir: "Aku melaporkan masalah ini untuk mencari kebenaran dan menjaga pekerjaan gereja, bukan karena aku sedang berusaha mempersulit hidup siapa pun. Tuhan menyelidiki segala sesuatu, jadi apa yang harus kukhawatirkan? Mengapa aku selalu sangat berhati-hati dan ragu dalam melaporkan masalah, seolah-olah mulutku sudah terkunci rapat?" Aku datang di hadapan Tuhan untuk mencari dan berdoa, memohon bimbingan-Nya agar aku memahami masalahku, bergumul melawan diriku dan menerapkan kebenaran.

Kemudian, kutemukan dua bagian firman Tuhan yang membantuku untuk mengenal diriku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Orang-orang seperti antikristus selalu memperlakukan keadilan dan watak Tuhan sesuai gagasan mereka sendiri, dengan sikap yang meragukan dan menentangnya. Mereka berpikir, 'Bahwa tuhan itu adil, hanyalah sebuah teori. Apa benar ada yang namanya keadilan di dunia ini? Selama bertahun-tahun aku hidup, belum pernah sekalipun aku menemukan atau melihatnya. Dunia ini sangat gelap dan jahat, orang-orang jahat dan para setan hidup makmur, hidup penuh dengan kepuasan. Aku belum pernah melihat mereka mendapatkan apa yang pantas mereka terima. Aku tak bisa melihat di mana keadilan tuhan dalam hal ini; aku bertanya-tanya, apakah keadilan tuhan itu benar-benar ada? Siapa yang pernah melihatnya? Tak seorang pun pernah melihatnya, dan tak seorang pun bisa membuktikannya.' Inilah yang mereka pikirkan dalam hati mereka. Mereka tidak menerima semua pekerjaan Tuhan, semua firman-Nya, dan semua pengaturan-Nya atas dasar keyakinan bahwa Dia adalah adil, melainkan selalu meragukan dan menghakimi, selalu penuh dengan gagasan, yang berarti mereka tidak pernah mencari kebenaran untuk membereskannya. Antikristus percaya kepada Tuhan selalu dengan cara seperti ini. ... Pada waktu-waktu biasa, orang tidak dapat melihat hal ini, tetapi ketika sesuatu menimpa mereka, keburukan antikristus pun tersingkap. Seperti seekor landak, dengan semua duri berdiri tegak, mereka melindungi diri mereka sendiri dengan sekuat tenaga, berharap tak perlu memikul tanggung jawab apa pun. Sikap macam apa ini? Bukankah ini sikap yang tidak percaya bahwa Tuhan itu adil? Mereka tidak percaya bahwa Tuhan memeriksa semuanya atau bahwa Dia itu adil; mereka ingin menggunakan cara mereka sendiri untuk melindungi diri mereka. Mereka yakin, 'Jika aku tidak melindungi diriku sendiri, tak seorang pun akan melakukannya. Tuhan juga tidak bisa melindungiku. Mereka berkata bahwa dia adil, tetapi ketika orang menghadapi masalah, apakah dia benar-benar memperlakukan mereka dengan adil? Sama sekali tidak, tuhan tidak melakukan hal itu.' Ketika dihadapkan dengan masalah atau penganiayaan, mereka merasa tidak dibantu, dan berpikir, 'Jadi, di manakah tuhan? Manusia tidak bisa melihatnya atau menyentuhnya. Tak seorang pun bisa membantuku; tak seorang pun bisa bersikap adil terhadapku dan memastikan keadilan ditegakkan bagiku.' Mereka menganggap satu-satunya cara untuk melindungi diri mereka adalah dengan cara mereka sendiri, karena kalau tidak, mereka akan dirugikan, diintimidasi, dan dianiaya—dan rumah Tuhan pun tidak terkecuali dalam hal ini. Antikristus sudah merencanakan segala sesuatunya untuk kepentingan mereka sendiri sebelum sesuatu menimpa mereka. Di satu sisi, yang mereka lakukan adalah berusaha keras menyamarkan diri mereka sebagai seseorang yang berkuasa sehingga tak seorang pun berani mengganggu mereka, mengganggu mereka, atau menindas mereka. Di sisi lain, mereka mematuhi falsafah dan aturan kelangsungan hidup Iblis. Apa sajakah falsafah tersebut, yang terutama? 'Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri,' 'Biarkan hal-hal berlalu jika tidak memengaruhi seseorang secara pribadi,' 'Tetaplah diam untuk melindungi diri sendiri dan berusahalah agar tidak disalahkan,' jika keadaan memungkinkan, mereka bertindak licin dan licik, 'Aku tidak akan menyerang kecuali aku diserang,' 'Keharmonisan adalah harta karun; kesabaran adalah kecerdikan,' 'Ucapkan kata-kata baik yang sesuai dengan perasaan dan nalar orang lain karena berkata jujur mengganggu sesame,' 'Orang bijak mengalah pada keadaan,' dan falsafah Iblis lain semacam itu. Mereka tidak mencintai kebenaran, melainkan menerima falsafah Iblis seolah-olah semua itu adalah hal-hal positif, meyakini bahwa semua itu mampu melindungi mereka. Mereka hidup berdasarkan hal-hal ini; mereka tidak mengatakan yang sebenarnya kepada siapa pun, tetapi selalu mengatakan hal-hal yang terdengar menyenangkan, yang menyanjung, tidak menyinggung siapa pun, memikirkan cara untuk memamerkan diri mereka agar orang lain akan menghormati mereka. Mereka hanya memedulikan pengejaran mereka sendiri akan ketenaran, keuntungan, dan status, dan sama sekali tidak melakukan apa pun untuk menjunjung tinggi pekerjaan gereja. Terhadap siapa pun yang melakukan hal buruk dan merugikan kepentingan rumah Tuhan, mereka tidak menyingkapkan atau melaporkannya, melainkan bertindak seolah-olah mereka tidak melihatnya. Jika melihat prinsip mereka dalam menangani berbagai hal dan perlakuan mereka terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka, apakah mereka memiliki pengetahuan tentang watak adil Tuhan? Apakah mereka memiliki iman dalam hal itu? Mereka tidak memilikinya. 'Tidak memiliki' di sini bukan berarti mereka tidak memiliki kesadaran akan hal ini, melainkan mereka selalu memiliki keraguan akan watak adil Tuhan di dalam hati mereka. Mereka tidak menerima, juga tidak mengakui bahwa Tuhan itu adil" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sepuluh (Bagian Satu)). "Ada orang-orang yang takut akan pembalasan antikristus terhadap mereka sehingga mereka tidak berani menyingkapkan mereka. Bukankah ini bodoh? Engkau tidak mampu melindungi kepentingan rumah Tuhan, yang pada dasarnya memperlihatkan bahwa engkau tidak setia kepada Tuhan. Engkau takut antikristus akan menemukan sesuatu yang dapat dimanfaatkannya untuk membalas dendam terhadapmu—apa masalahnya? Mungkinkah karena engkau tidak percaya akan keadilan Tuhan? Tidak tahukah engkau bahwa kebenaranlah yang berkuasa di rumah Tuhan? Sekalipun antikristus berhasil mengetahui masalah kerusakan tertentu dalam dirimu dan mempermasalahkannya, engkau tidak seharusnya takut. Di rumah Tuhan, masalah ditangani berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran. Melakukan pelanggaran bukan berarti seseorang itu adalah orang jahat. Rumah Tuhan tidak pernah menangani seseorang karena memperlihatkan kerusakan sementara atau melakukan pelanggaran yang sesekali saja. Rumah Tuhan menangani para antikristus dan orang-orang jahat yang secara konsisten menciptakan gangguan dan melakukan kejahatan, dan yang tidak menerima kebenaran sedikit pun. Rumah Tuhan tidak akan pernah memperlakukan orang baik secara tidak adil. Rumah Tuhan memperlakukan semua orang dengan adil. Sekalipun pemimpin palsu atau antikristus menuduh orang baik secara keliru, rumah Tuhan akan membenarkan mereka. Gereja tidak akan pernah memberhentikan atau menangani orang baik yang mampu menyingkapkan antikristus dan yang memiliki rasa keadilan. Orang selalu takut antikristus akan menemukan sesuatu yang dapat dimanfaatkannya untuk membalas dendam terhadap mereka. Namun, bukankah engkau seharusnya takut menyinggung Tuhan dan memicu kebencian dan penolakan-Nya?" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Delapan)). Tuhan menyingkapkan bagaimana antikristus tidak percaya pada kebenaran Tuhan dan Dia menyelidiki semua hal. Antikristus menganut falsafahnya sendiri saat berurusan dengan dunia dalam semua aspek kehidupan, menggunakan caranya sendiri untuk melindungi diri dan mereka sangat licik dan licin. Setelah membandingkan diriku dengan penyingkapan firman Tuhan, aku menyadari bahwa aku tak ada bedanya dengan antikristus. Aku tidak memahami watak benar Tuhan, aku tidak percaya bahwa kebenaran berkuasa dalam rumah Tuhan, dan hidup berdasarkan falsafah Iblis saat berurusan dengan dunia dalam semua aspek. Saat masih kecil, orang tuaku sering memperingatkanku, "Mulut orang bodoh adalah kehancurannya, biarkan tindakanmu yang berbicara kepada dunia." Setelah bertumbuh dewasa dan mulai bekerja, aku melihat kegelapan, kejahatan, dan ketidakadilan di masyarakat dan aku menjadi yakin bahwa hanya dengan belajar bersikap bijaksana dan cerdik, bersikap manis dan tidak mengatakan yang sebenarnya aku akan mampu melindungi diriku dan hidup tenang. Falsafah Iblis dalam berurusan dengan dunia seperti "Diam itu emas, dan orang yang banyak bicara banyak melakukan kesalahan", "Ketika kau tahu sesuatu itu salah, lebih baik jangan terlalu membicarakannya" menjadi prinsipku dalam berperilaku. Aku hidup berdasarkan keyakinan ini, sehingga aku bukan saja menjadi segan dan enggan bicara, tapi juga sangat egois, acuh tak acuh, licik, dan licin. Meskipun aku punya wawasan tentang suatu pembahasan, aku tidak langsung mengungkapkan pandanganku. Aku tidak mau membagikan pemikiran terdalamku dan tidak mengatakan yang sebenarnya, dan selalu khawatir akan mengatakan sesuatu yang salah, menyinggung perasaan orang, dan menimbulkan masalah bagi diriku. Setelah menjadi orang percaya, aku tetap menggunakan falsafah Iblis untuk melindungi diriku. Aku berkata pada diriku aku harus lebih banyak bertindak dan sedikit berbicara, agar tidak menyinggung perasaan siapa pun dan tidak menimbulkan masalah bagi diriku. Ketika mendapati bahwa Liu Xiao tidak pantas bekerja sebagai pengawas, aku tahu aku harus segera melaporkan hal ini kepada pemimpin, tapi aku khawatir pemimpin tidak akan menangani masalah tersebut dengan adil, sehingga aku akan ditindas dan dihukum. Jadi, demi melindungi diriku, aku tetap diam, tak berani mengatakan satu pun hal yang sebenarnya. Aku sangat egois, licik, licin, dan bahkan sama sekali tak punya rasa keadilan. Aku hidup dengan cara yang tercela dan kotor. Sebenarnya, dari pengalamanku sendiri aku bisa tahu bahwa meskipun aku ditindas dan digantikan setelah memberi saran kepada seorang pemimpin, pemimpin yang bersangkutan disingkapkan sebagai antikristus dan tak lama kemudian dikeluarkan. Setelah itu, aku mulai melaksanakan tugasku lagi, dan tidak kehilangan kesempatanku untuk mengejar kebenaran dan memperoleh keselamatan karena ditindas oleh antikristus itu untuk sementara. Aku melihat sendiri bagaimana rumah Tuhan diatur berdasarkan kebenaran dan keadilan. Rumah Tuhan menangani semua hal dan memperlakukan semua orang secara adil dan berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, dengan memastikan bahwa tak seorang pun diperlakukan secara tak adil. Namun, naturku terlalu jahat dan licik serta tidak memahami kebenaran Tuhan. Aku percaya bahwa rumah Tuhan seperti masyarakat, dan para pemimpin serta pekerja seperti otoritas pemerintah. Kupikir jika aku menyinggung perasaan mereka, tak akan ada lagi tempat bagiku di gereja. Pemikiran dan pandangan semacam ini sangat jahat!

Kemudian kutemukan dua bagian lain dari firman Tuhan: "Berapa banyak falsafah cara berinteraksi dengan orang yang ada di dalam dirimu? Sudahkah engkau membuang falsafah hidupmu? Jika hatimu tidak dapat sepenuhnya berbalik kepada Tuhan, engkau bukan berasal dari Tuhan—engkau berasal dari Iblis, pada akhirnya engkau akan dikembalikan kepada Iblis, dan engkau tidak layak menjadi salah satu umat Tuhan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Sangatlah Penting untuk Membangun Hubungan yang Normal dengan Tuhan"). "Aku memutuskan tempat tujuan setiap orang bukan berdasarkan usia, senioritas, jumlah penderitaan, dan yang utama, bukan berdasarkan sejauh mana mereka mengundang rasa kasihan, tetapi berdasarkan apakah mereka memiliki kebenaran. Tidak ada pilihan lain selain ini. Engkau semua harus menyadari bahwa semua orang yang tidak mengikuti kehendak Tuhan juga akan dihukum. Ini adalah fakta yang tak dapat diubah" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Persiapkan Perbuatan Baik yang Cukup demi Tempat Tujuanmu"). Setelah merenungkan firman Tuhan, aku sadar bahwa yang menentukan apakah seorang percaya dapat memperoleh keselamatan adalah apakah mereka memiliki kebenaran dan menerapkannya atau tidak. Jika orang tidak mampu hidup berdasarkan kebenaran dalam kepercayaan mereka, dan justru menganut falsafah Iblis dalam berurusan dengan dunia, maka mereka berasal dari Iblis, bukan dari Tuhan. Meskipun di luarnya mereka melaksanakan tugas penting, atau dianggap baik oleh seorang pemimpin, mereka akhirnya tetap saja akan disingkirkan oleh Tuhan karena mereka tidak menerapkan kebenaran dan belum memperoleh kebenaran. Aku melihat dengan jelas Liu Xiao mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja, tapi aku tak berani melaporkannya kepada pemimpin, karena takut akan ditindas oleh antikristus dan kehilangan tugasku, yang berarti kehilangan kesempatanku untuk memperoleh keselamatan. Betapa bodoh dan konyolnya gagasanku! Kemampuanku untuk memperoleh keselamatan tidak dapat ditentukan oleh orang lain; itu akan ditentukan berdasarkan apakah aku menerapkan kebenaran atau tidak. Jika aku terus hidup berdasarkan falsafah Iblis, melindungi diriku dan tidak menjaga pekerjaan gereja, meskipun aku melaksanakan tugasku, aku tetap tak akan memperoleh keselamatan. Setelah menyadari hal ini, aku merasa sangat menyesal dan bersalah. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan, memohon Dia untuk membimbingku dalam menerapkan kebenaran dan menjadi orang yang jujur dan tulus.

Melalui pencarian dan perenungan, aku juga sadar bahwa alasan aku takut pemimpin akan menindasku jika aku melaporkan masalah adalah karena aku tidak memahami kedaulatan Tuhan Yang Mahakuasa, tidak menerima situasi yang kuhadapi dari Tuhan, dan sebaliknya yakin semua itu terjadi karena aku terlalu ikut campur. Bukankah ini pandangan orang tidak percaya? Aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Antikristus dan orang jahat muncul di beberapa gereja dan menimbulkan gangguan, dan dengan melakukannya, ada orang-orang yang disesatkan oleh mereka—apakah ini hal yang baik atau buruk? Apakah ini kasih Tuhan, ataukah Tuhan sedang mempermainkan manusia dan menyingkapkan mereka? Engkau tidak dapat memahami hal ini, bukan? Tuhan menghadirkan segala sesuatu ke dalam pelayanan-Nya untuk menyempurnakan dan menyelamatkan orang-orang yang ingin Dia selamatkan, dan yang pada akhirnya diperoleh oleh mereka yang sungguh-sungguh mencari kebenaran dan menerapkan kebenaran adalah kebenaran. Namun, ada orang-orang yang tidak mencari kebenaran, mereka mengeluh dan berkata, 'Cara kerja Tuhan tidak benar. Itu membuatku sangat menderita! Aku hampir mengikuti antikristus. Jika gangguan ini benar-benar diatur oleh Tuhan, bagaimana mungkin Dia membiarkan manusia mengikuti antikristus?' Apa yang sedang terjadi di sini? Fakta bahwa engkau tidak mengikuti antikristus membuktikan bahwa engkau memiliki perlindungan Tuhan; jika engkau mengikuti antikristus, itu adalah pengkhianatan terhadap Tuhan dan Tuhan tidak lagi menginginkanmu. Jadi, apakah gangguan yang ditimbulkan antikristus dan orang-orang jahat di dalam gereja merupakan suatu hal yang baik atau buruk? Di luarnya, kelihatannya itu merupakan hal yang buruk, tetapi ketika para antikristus dan orang-orang jahat ini disingkapkan, engkau akan bertumbuh dalam kepekaan, mereka dikeluarkan, dan tingkat pertumbuhanmu meningkat. Jika kelak engkau bertemu lagi dengan orang-orang semacam itu, engkau akan mampu mengenali mereka bahkan sebelum mereka menunjukkan diri mereka yang sesungguhnya, dan engkau akan menolak mereka. Hal ini akan membuatmu dapat memetik pelajaran dan mendapatkan manfaat; engkau akan tahu cara mengenali antikristus dan tidak lagi disesatkan oleh Iblis. Jadi, katakan kepada-Ku, bukankah baik jika antikristus mengganggu dan menyesatkan orang? Hanya jika mereka telah mengalami tahap ini, barulah orang mampu memahami bahwa Tuhan tidak bertindak sesuai dengan gagasan dan imajinasi mereka, dan bahwa Tuhan mengizinkan si naga merah yang sangat besar menimbulkan gangguan dengan heboh dan mengizinkan antikristus menyesatkan umat pilihan Tuhan agar Dia dapat memanfaatkan Iblis dalam pelayanan-Nya untuk menyempurnakan umat pilihan-Nya, dan baru pada saat itulah orang memahami maksud baik Tuhan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Menyelesaikan Gagasannya Orang Dapat Memasuki Jalur yang Benar dalam Kepercayaan kepada Tuhan (1)"). Firman Tuhan menyadarkanku bahwa Tuhan mengizinkan antikristus untuk muncul di gereja agar kita dapat memperoleh kebenaran dan kebijaksanaan, serta terbebas dari tipu daya dan kendali Iblis. Jika kita tidak menghadapi antikristus, kita tidak akan belajar untuk mengenali mereka dan akan tetap ada kemungkinan untuk ditipu oleh mereka. Setelah ditindas oleh antikristus tersebut, aku dapat mengenali antikristus dan juga merenungkan serta mengenali watak rusakku sendiri. Selama waktu itu, aku selalu mengejar status dalam tugasku, memiliki banyak keinginan dan ambisi. Aku sedang menempuh jalan antikristus, tapi aku sepenuhnya tak menyadari bahwa aku sedang menempuh jalan itu. Hanya setelah ditindas oleh antikristus tersebut dan digantikan, barulah aku mulai merenungkan diriku. Melalui pencerahan dan penerangan firman Tuhan, aku menyadari bahwa mengejar status adalah jalan menuju kehancuran. Aku juga belajar bahwa dalam iman kita, kita harus berusaha untuk melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan—inilah yang harus kita kejar. Aku mulai berfokus pada mengejar kebenaran, dan akan secara sadar berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam tugas apa pun yang dipercayakan kepadaku. Perubahan kecil ini merupakan penyelamatan dan perlindungan besar Tuhan. Meskipun telah menderita hingga taraf tertentu, aku belajar cukup banyak selama proses ini dan inilah yang paling bermanfaat bagi hidupku. Makin aku merenungkan, makin aku memahami—Aku tahu bahwa yang perlu kulakukan adalah melaksanakan tugas dan tanggung jawabku Serta melaporkan pemahamanku tentang situasi ini kepada pemimpin. Tentang bagaimana nantinya perlakukan pemimpin terhadapku dan situasi apa pun yang akan kuhadapi, semuanya atas seizin Tuhan. Aku harus menyerahkan diriku ke dalam tangan Tuhan dan tunduk pada kedaulatan serta pengaturan-Nya. Jadi, aku melaporkan masalah tersebut kepada pemimpin lain.

Setelah menerima suratku dan mengonfirmasi laporanku, pemimpin langsung menggantikan Liu Xiao. Semua ini meninggalkan perasaan yang meluap-luap dalam diriku. Sejak aku memperhatikan Liu Xiao bermasalah hingga saat aku melaporkan masalah tersebut kepada pemimpin, aku telah menunda lebih dari dua bulan. Memikirkan bagaimana pekerjaan Injil terdampak dan tertunda selama dua bulan terakhir, aku merasa sangat menyesal dan bersalah, dan aku membenci diriku karena telah sedemikian dalamnya dirusak oleh Iblis dan betapa egois serta liciknya diriku. Saat hidup berdasarkan falsafah Iblis dalam berurusan dengan dunia, aku bukan saja telah merugikan diriku, tapi juga memengaruhi pekerjaan gereja. Hanya setelah membaca firman Tuhan barulah aku dapat mengenal diriku, tidak lagi dikendalikan oleh status dan otoritas serta dengan jujur melaporkan masalah yang ada. Syukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Aku Teguh di Jalan Ini

Oleh Saudari Han Chen, Tiongkok Beberapa tahun yang lalu, aku ditangkap karena memberitakan Injil. Partai Komunis menghukumku tiga tahun...