Apakah Benar bahwa “Orang Harus Selalu Waspada terhadap Orang Lain”?

31 Mei 2024

Oleh Saudari Cheng Nuo, Tiongkok

Saat aku masih kecil, ibuku sering memberitahuku, "Kau harus waspada saat berinteraksi dengan orang lain. Jangan bertindak bodoh dan mengatakan apa pun yang terlintas di pikiranmu. Itu bisa membuatmu mudah dicelakai dan ditipu oleh orang lain." Saat itu, ketika mendengar perkataan ini, aku belum pernah mengalaminya sendiri, jadi aku hanya mengangguk. Kemudian, saat aku berinteraksi dengan orang lain di tengah masyarakat, aku melihat bahwa orang-orang di sekitarku saling menipu dan mencelakai satu sama lain demi kepentingan mereka sendiri. Jika seseorang mengatakan hal yang salah, dia akan dijebak oleh orang lain. Aku berpikir, "Hati manusia itu sulit dipahami. Aku harus terus waspada saat berinteraksi dengan orang lain di kemudian hari. Asalkan aku tidak berniat untuk mencelakakan orang lain, tidak akan ada masalah, tetapi aku harus waspada terhadap mereka, jika tidak, aku akan dimanfaatkan." Jadi, baik saat berinteraksi dengan teman maupun tetangga, aku selalu waspada. Aku tak berani mengatakan isi pikiranku, takut jika aku salah bicara, aku akan menyinggung orang dan membawa masalah pada diriku sendiri. Sudah bertahun-tahun aku bekerja jauh dari rumah, dan aku hampir tak punya teman dekat. Setelah mulai percaya kepada Tuhan, aku berinteraksi dengan saudara-saudari, dan aku melihat bahwa ketika mereka berkumpul dan mempersekutukan pengalaman serta pemahaman mereka, mereka dapat benar-benar membuka diri dan mengatakan pemikiran mereka yang terdalam. Mereka tidak menyembunyikan atau menutupi apa pun, dan mereka sangat bebas dan lepas. Perlahan-lahan, aku belajar membuka hatiku dan bersekutu dengan mereka tanpa rasa waswas sama sekali, dan aku merasa bahwa percaya kepada Tuhan sangatlah menyenangkan. Namun, dalam hal-hal yang melibatkan kepentinganku sendiri, aku hanya bisa hidup berdasarkan aturan tentang berinteraksi dengan orang lain "Orang tidak boleh berniat mencelakakan orang lain, tetapi harus selalu bersikap waspada terhadap orang lain sebab mereka mungkin saja akan mencelakakan dirinya."

Pada Maret 2023, karena hasil pekerjaan penulisan di gereja kami buruk, pemimpin mengirimkan beberapa surat yang menanyakan penyebab dari masalah ini dan menanyakan bagaimana kami akan memperbaikinya nanti. Saudari yang bekerja sama denganku, Xinjing, menentang hal ini, dan dia berkata kepadaku serta pemimpin kelompok, Lin Xiao, "Kami sangat sibuk setiap hari sampai-sampai kami tidak punya waktu luang, dan pemimpin mengawasi serta memeriksa pekerjaan kami dengan sangat teliti. Melaksanakan tugas ini sangatlah berat!" Pada saat itu, aku hanya berpikir bahwa dia berkata seperti itu karena keadaannya sedang buruk, dan ada kalanya kami semua merasa negatif dan memperlihatkan kerusakan. Terlebih lagi, keadaanku juga sama seperti dia, hanya saja aku tidak mengatakannya. Oleh karena itu, aku tidak terlalu memikirkan perkataan Xinjing itu. Pemimpin kelompok bersekutu dengan Xinjing, menganalisis alasan yang membuatnya sangat menentang pengawasan pemimpin. Dia berkata bahwa sumber penyebab hal ini adalah karena Xinjing menikmati kenyamanan daging dalam tugasnya dan tidak mau menderita serta membayar harga, dan dia juga bersekutu tentang pentingnya pengawas yang mengawasi pekerjaan. Mendengar persekutuan pemimpin kelompok, Xinjing menyadari bahwa dia sangat malas, dan jika bukan karena pengawas yang memeriksa serta mengawasi, dia akan melaksanakan tugasnya dengan asal-asalan dan pasti akan menunda pekerjaan. Namun, setelahnya, ketika berkumpul dan belajar, Xinjing tetap berbicara menentang pengawasan pemimpin terhadap pekerjaan. Saat itu, kupikir, "Mungkin dia hanya berkata seperti ini karena pekerjaannya belum membuahkan hasil akhir-akhir ini, dan ini telah memengaruhi keadaannya. Mungkin dia akan berubah setelah berkumpul dan bersekutu." Jadi, aku tidak menganggapnya serius.

Suatu hari di bulan Mei, pemimpin datang untuk berkumpul dengan kami. Katanya ada seseorang yang telah melapor bahwa Xinjing suka meluapkan hal-hal yang negatif dan sangat menentang para pemimpin yang mengawasi pekerjaan. Pemimpin juga menggunakan firman Tuhan untuk mempersekutukan dan menganalisis natur serta akibat dari perkataan dan tindakan Xinjing. Aku agak terkejut saat mendengar berita yang tiba-tiba ini. Tebakanku, orang yang melaporkan masalah ini adalah pemimpin kelompok, Lin Xiao, karena hanya kami berdua yang mengetahui perkataan Xinjing itu. Karena bukan aku, pasti Lin Xiaolah yang melaporkannya. Saat memikirkan hal ini, sesuatu terlintas di benakku: "Setelah ini, aku harus lebih berhati-hati saat berbicara. Mengucapkan satu kata yang salah bisa dengan mudah membawa bencana." Namun, aku tidak terlalu memperhatikan pemikiran ini dan membiarkannya berlalu begitu saja. Lebih dari 10 hari kemudian, melihat bahwa sikap Xinjing terhadap tugasnya belum berubah, pemimpin memberhentikan dia. Mendengar berita ini, aku terkejut dan berpikir, "Yang dia lakukan hanyalah membuka diri tentang keadaannya di pertemuan, lalu dia dianggap meluapkan hal-hal negatif dan diberhentikan. Aku harus lebih berhati-hati saat berbicara di pertemuan-pertemuan mendatang. Aku tak mau salah bicara dan diberhentikan." Kemudian, Lin Xiao memberitahuku bahwa dialah yang melaporkan masalah Xinjing. Amarahku bergejolak, dan kupikir, "Ini benar-benar membuktikan 'Dalam mengenal seseorang, kau mungkin mengenal wajahnya, tetapi tidak hatinya'. Dari luar, dia tampak sangat baik, tetapi dia melaporkan masalah seseorang di belakang orang itu. Ke depannya, aku harus berhati-hati di sekitar dia. Aku tak boleh bertindak bodoh dan mengatakan apa pun yang kupikirkan." Kemudian, Lin Xiao menanyakan alasan mengapa hasil pekerjaanku buruk akhir-akhir ini dan apa rencanaku dalam membina orang-orang. Aku tahu bahwa aku belum melaksanakan pekerjaan ini dengan baik. Namun, aku takut jika aku mengatakan hal ini, dia akan melaporkanku di belakangku kemudian pemimpin akan memberhentikanku. Aku akan dipermalukan! Seperti kata pepatah, "orang harus selalu bersikap waspada terhadap orang lain sebab mereka mungkin saja akan mencelakakan dirinya," dan "orang yang banyak bicara banyak melakukan kesalahan". Aku harus bicara sedikit saja tentang situasi pekerjaan dan tidak membahas yang lainnya. Setelah memikirkan hal ini, aku menanggapi pertanyaan Lin Xiao dengan dingin, lalu dia merasa terkekang olehku dan tak berani bertanya tentang pekerjaanku. Aku juga menderita karena hal ini. Aku ingin membuka diri kepadanya dan berbicara tentang keadaanku. Namun, aku memikirkan bagaimana baru-baru ini, ketika Xinjing membicarakan keadaannya dan memberitahukan semuanya, Lin Xiao diam-diam melaporkannya kepada pemimpin, dan akhirnya Xinjing diberhentikan. Jika aku memberi tahu Lin Xiao bahwa keadaanku buruk dan juga memberitahunya tentang penghalang di antara kami berdua, lalu dia pergi melaporkanku kepada pemimpin dan aku diberhentikan, apa yang akan kulakukan? Tidak, aku tidak boleh melakukannya! Aku tidak boleh memberitahunya tentang keadaanku yang sebenarnya. Aku harus berbicara dengan lebih hati-hati. Aku tak boleh mengatakan semuanya. Saat itu, kami berdua sangat canggung, seolah kami tidak saling mengenal. Dia merasa terkekang olehku dan tidak berani memeriksa pekerjaanku.

Suatu hari, pemimpin datang untuk mencari tahu tentang keadaan pekerjaan dan menanyakan keadaanku pada saat itu. Aku berpikir, "Setelah Xinjing diberhentikan, semua pekerjaan menulis tiba-tiba dilimpahkan kepadaku, dan sekarang aku merasa sangat tertekan. Aku juga belum menyingkirkan penghalang di antara diriku dan Lin Xiao. Semua ini sangat menekanku sampai-sampai aku merasa sesak." Aku sungguh ingin membuka diri kepada pemimpin dan membahas hal ini. Namun, aku merenungkannya lagi, kupikir, "Dia adalah pemimpin. Jika aku memberitahukan hal ini kepadanya dan dia mengetahui keadaanku yang sebenarnya, bukankah dia akan berkata bahwa aku tidak mengejar kebenaran dan tidak memetik pelajaran ketika hal-hal terjadi kepadaku, kemudian aku akan diberhentikan?" Jadi, aku tidak memberi tahu pemimpin tentang keadaanku. Karena aku bersikap waspada terhadap orang lain, tidak berani berbicara dengan jujur, dan tertekan dalam tugasku, aku ingin keluar dari situasi ini dan tidak ingin melaksanakan tugasku. Dihadapkan dengan kesulitan dalam pekerjaan dan penghalang di antara diriku dan orang lain, aku tersiksa dan menderita, dan aku hidup dalam suasana hati yang sedih.

Suatu hari, aku membaca satu bagian firman Tuhan dan akhirnya memahami keadaanku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "'Orang tidak boleh berniat mencelakakan orang lain, tetapi harus selalu bersikap waspada terhadap orang lain sebab mereka mungkin saja akan mencelakakan dirimu', dan 'Ketika menggambar seekor macan, engkau menggambar kulitnya, bukan tulangnya; dalam mengenal seseorang, engkau mungkin mengenal wajahnya, tetapi tidak hatinya' adalah prinsip paling dasar tentang cara berinteraksi dengan orang lain yang orang tua tanamkan dalam dirimu, serta standar paling mendasar tentang cara memandang orang dan bersikap waspada terhadap mereka. Tujuan utama orang tua adalah untuk melindungimu dan membantumu untuk melindungi dirimu sendiri. Namun, dari sudut pandang lain, perkataan, pemikiran, dan sudut pandang ini mungkin akan membuatmu makin merasa bahwa dunia ini berbahaya dan bahwa orang-orang tidak dapat dipercaya, membuatmu sama sekali tidak memiliki perasaan positif terhadap orang lain. Namun, bagaimana engkau dapat mengetahui diri orang yang sebenarnya dan memandang orang lain? Orang seperti apa yang dengannya engkau dapat bergaul, dan seperti apa seharusnya hubungan yang benar di antara orang-orang? Bagaimana seharusnya orang berinteraksi dengan orang lain berdasarkan prinsip, dan bagaimana orang dapat berinteraksi dengan adil serta harmonis dengan orang lain? Orang tua tidak tahu apa pun tentang hal-hal ini. Mereka hanya tahu bagaimana menggunakan tipu muslihat, rencana licik, dan berbagai aturan main serta strategi berinteraksi dengan orang lain untuk bersikap waspada terhadap orang-orang, dan untuk memanfaatkan serta mengendalikan orang lain, agar dapat melindungi diri mereka sendiri sehingga tidak dicelakakan orang lain, sebanyak apa pun mereka sendiri mencelakakan orang lain. Sementara mengajarkan pemikiran dan sudut pandang ini kepada anak-anak mereka, hal-hal yang orang tua tanamkan dalam diri mereka hanyalah strategi tertentu tentang cara berinteraksi dengan orang lain. Semua itu tidak lebih dari strategi. Apa sajakah yang termasuk dalam strategi tersebut? Segala macam tipu muslihat, aturan main, cara menyenangkan orang lain, cara melindungi kepentingan sendiri, dan cara memaksimalkan keuntungan pribadi. Apakah prinsip-prinsip ini merupakan kebenaran? (Bukan.) Apakah semua ini adalah jalan yang benar untuk orang tempuh? (Bukan.) Tak satu pun darinya merupakan jalan yang benar. Jadi, apa esensi dari pemikiran yang orang tuamu tanamkan dalam dirimu ini? Semua itu tidak sesuai dengan kebenaran, bukan merupakan jalan yang benar, dan bukan hal yang positif. Lalu, apakah hal-hal tersebut? (Hal-hal tersebut seluruhnya adalah falsafah Iblis yang merusak kami.) Jika melihat akibatnya, semua itu merusak manusia. Jadi, apa esensi dari pemikiran ini? Seperti misalnya 'Orang tidak boleh berniat mencelakakan orang lain, tetapi harus selalu bersikap waspada terhadap orang lain sebab mereka mungkin saja akan mencelakakan dirimu'—apakah ini merupakan prinsip yang benar dalam berinteraksi dengan orang lain? (Tidak, ini sepenuhnya hal negatif yang berasal dari Iblis.) Ini adalah hal-hal negatif yang berasal dari Iblis. Jadi, apa natur dan esensi hal ini? Bukankah ini adalah tipu muslihat? Bukankah ini adalah strategi? Bukankah ini adalah taktik untuk membujuk orang lain agar mau memberi dukungan? (Ya.) Ini bukanlah prinsip penerapan untuk masuk ke dalam kebenaran, ataupun prinsip dan arah positif yang Tuhan ajarkan kepada manusia tentang bagaimana cara berperilaku; ini adalah strategi tentang cara berinteraksi dengan orang lain, ini adalah tipu muslihat" (Firman, Vol. 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran I, "Cara Mengejar Kebenaran (14)"). Setelah merenungkan keadaan yang Tuhan singkapkan, akhirnya aku memahami bahwa aku selalu hidup berdasarkan aturan Iblis "Orang tidak boleh berniat mencelakakan orang lain, tetapi harus selalu bersikap waspada terhadap orang lain sebab mereka mungkin saja akan mencelakakan dirinya," dan "Ketika menggambar seekor macan, engkau menggambar kulitnya, bukan tulangnya; dalam mengenal seseorang, engkau mungkin mengenal wajahnya, tetapi tidak hatinya". Kupikir untuk melindungi diriku sendiri agar tidak dicelakai dan ditipu, aku harus bersikap hati-hati dan waspada terhadap semua orang. Jadi, siapa pun lawan bicaraku, aku sangat berhati-hati dengan caraku berbicara dan bertindak. Biasanya aku tidak memberi tahu orang lain tentang apa yang sebenarnya kupikirkan, dan aku lebih sering diam saja. Dengan demikian, aku tidak harus menderita kerugian, juga tidak akan menyinggung orang lain. Khususnya kali ini, setelah Lin Xiao melaporkan masalah Xinjing, yang tidak bertobat dan kemudian diberhentikan, aku hidup dalam keadaan waspada, tidak berani membuka diri tentang keadaanku kepada orang lain, takut jika suatu hari aku juga akan diberhentikan. Ketika berbicara kepada pemimpin kelompok dan gereja, aku sangat berhati-hati dan tidak berani membuka hatiku. Aku lebih sering mengucapkan beberapa patah kata sederhana untuk sekadar menyelesaikan percakapan. Aku benar-benar terikat oleh racun Iblis, dan bahkan aku merasa sangat ragu untuk meminta persekutuan dari orang lain, tidak memiliki keberanian untuk terbuka dan mengutarakan diriku. Aku hidup tersiksa dan menderita. Aturan Iblis ini tampak seolah dapat melindungi kepentingan orang, padahal ini mengajarkan orang untuk bersikap waspada dan tidak mengungkapkan pikiran mereka saat berinteraksi dengan orang lain, dan mereka harus selalu menahan diri di sekitar orang lain. Dengan demikian, ketika dua orang berinteraksi, salah satunya selalu bersikap waspada sementara yang lain berasumsi, dan mereka tidak saling mempercayai satu sama lain. Mereka saling perhitungan dan memusuhi satu sama lain, berperilaku dengan cara yang munafik. Ini membuat orang menjadi makin licik dan tidak memiliki kemanusiaan. Saat itu, barulah aku mengerti dengan jelas bahwa "Orang tidak boleh berniat mencelakakan orang lain, tetapi harus selalu bersikap waspada terhadap orang lain sebab mereka mungkin saja akan mencelakakan dirinya" sama sekali bukanlah prinsip yang seharusnya membimbing perilaku orang. Ini sepenuhnya merupakan tindakan Iblis yang merusak manusia dan menipu mereka dengan rencana liciknya, dan terlebih lagi merupakan cara yang digunakan Iblis untuk merusak manusia. Hidup mengikuti ungkapan seperti itu hanya dapat membuat orang kehilangan kemanusiaan mereka yang normal.

Kemudian, aku terus membaca firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Pembelajaran dan pembiasaan keluarga kemungkinan besar mencakup lebih banyak aturan main tentang cara berperilaku dan berinteraksi dengan orang lain. Sebagai contoh, orang tua sering berkata, 'Orang tidak boleh berniat mencelakakan orang lain, tetapi harus selalu bersikap waspada terhadap orang lain sebab mereka mungkin saja akan mencelakakan dirimu; engkau terlalu bodoh dan mudah percaya.' ... Pemikiran yang mereka tanamkan dalam dirimu menjadi prinsip dan landasan dalam caramu berinteraksi dengan orang lain. Ketika berinteraksi dengan teman sekelasmu, kolega, rekan kerja, atasan, semua jenis orang di tengah masyarakat, dan dengan orang-orang dari semua lapisan masyarakat, pemikiran protektif yang orang tuamu tanamkan ini tanpa sadar telah menjadi jimat dan prinsipmu yang paling dasar setiap kali engkau menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan hubungan antar pribadi. Prinsip apakah ini? Yaitu: aku tidak akan mencelakakanmu, tetapi aku harus selalu bersikap waspada terhadapmu agar jangan sampai aku ditipu dan dicurangi olehmu, jangan sampai aku mendapat masalah atau tuntutan hukum, jangan sampai kekayaan keluargaku ludes dan anggota keluargaku kehilangan nyawa, dan jangan sampai aku akhirnya masuk penjara. Hidup di bawah kendali pemikiran dan sudut pandang seperti itu, hidup di tengah kelompok sosial ini dengan sikap seperti ini dalam berinteraksi dengan orang lain, engkau hanya menjadi makin tertekan, makin lelah, dan makin letih, baik pikiran maupun tubuhmu. Selanjutnya, engkau menjadi makin menentang dan muak akan manusia dan dunia ini, makin membenci mereka. Saat membenci orang lain, engkau juga mulai menganggap dirimu makin tidak berarti, merasa engkau tidak menjalani kehidupan layaknya manusia, tetapi sebaliknya, engkau menjalani kehidupan yang melelahkan dan depresi. Agar engkau tidak dicelakakan orang lain, engkau harus selalu bersikap waspada, melakukan dan mengatakan hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginanmu. Dalam upayamu melindungi kepentinganmu sendiri dan keselamatan pribadimu, engkau mengenakan topeng kepalsuan dalam setiap aspek kehidupanmu dan menyamarkan dirimu, tidak pernah berani mengatakan yang sebenarnya. Dalam keadaan ini, dalam keadaan bertahan hidup ini, batinmu tidak dapat menemukan kelepasan atau kebebasan. Engkau sering membutuhkan seseorang yang tidak akan mencelakakan dirimu dan yang tidak akan pernah mengancam kepentinganmu, seseorang yang kepadanya engkau dapat membagikan pikiran terdalammu dan meluapkan rasa frustrasimu, tanpa perlu bertanggung jawab atas perkataanmu, tanpa takut dia akan mengejek, menghina, dan mencemooh dirimu, atau tanpa takut akan akibat apa pun. Dalam keadaan di mana pemikiran dan sudut pandang bahwa 'Orang tidak boleh berniat mencelakakan orang lain, tetapi harus selalu bersikap waspada terhadap orang lain sebab mereka mungkin saja akan mencelakakan dirimu' menjadi prinsipmu dalam berinteraksi dengan orang lain, batinmu dipenuhi dengan ketakutan dan perasaan tidak aman. Tentu saja, engkau merasa depresi, tak mampu menemukan kebebasan, dan engkau membutuhkan seseorang untuk menghiburmu, seseorang untuk menjadi tempatmu mencurahkan isi hati. Jadi, dinilai dari aspek-aspek ini, meskipun prinsip tentang cara berinteraksi dengan orang lain yang orang tuamu ajarkan, yakni 'Orang tidak boleh berniat mencelakakan orang lain, tetapi harus selalu bersikap waspada terhadap orang lain sebab mereka mungkin saja akan mencelakakan dirimu', mampu melindungimu, prinsip ini juga merupakan pedang bermata dua. Sementara prinsip ini melindungi kepentingan jasmani dan keselamatan pribadimu hingga taraf tertentu, prinsip ini juga membuatmu merasa depresi dan sengsara, tidak mampu merasa lega, bahkan membuatmu makin membenci manusia dan dunia ini. Pada saat yang sama, di lubuk hatimu, engkau juga mulai sedikit merasa muak karena terlahir di zaman yang jahat seperti ini, di antara sekelompok orang yang sedemikian jahatnya. Engkau tidak mampu memahami mengapa orang harus hidup, mengapa hidup begitu melelahkan, mengapa mereka harus mengenakan topeng dan menyamarkan diri ke mana pun mereka pergi, atau mengapa engkau harus selalu bersikap waspada terhadap orang lain demi kepentinganmu sendiri. Engkau ingin dapat mengatakan yang sebenarnya, tetapi engkau tidak bisa melakukannya karena takut akan akibatnya. Engkau ingin menjadi orang yang apa adanya, berbicara dan berperilaku secara terbuka, dan menghindarkan dirimu agar tidak menjadi orang yang hina atau orang yang diam-diam melakukan kejahatan dan hal memalukan, hidup terpisah dalam kegelapan, tetapi engkau tidak dapat melakukan satu pun dari hal-hal ini" (Firman, Vol. 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran I, "Cara Mengejar Kebenaran (14)"). Firman Tuhan menyentuh lubuk hatiku. Jika mengingat kembali sekitar 20 tahun terakhir, aku selalu hidup berdasarkan racun Iblis seperti "Orang tidak boleh berniat mencelakakan orang lain, tetapi dia harus selalu waspada, sebab mungkin orang lain akan mencelakakan dirinya," dan "orang yang banyak bicara banyak melakukan kesalahan". Aku menjadi culas dan licik, bersikap waspada dan terus berhati-hati di sekitar semua orang, tidak pernah berbicara dengan jujur kepada orang lain. Akibatnya, aku tidak punya teman dekat, padahal sudah bertahun-tahun aku bekerja jauh dari rumah, dan aku sangat kesepian. Setelah percaya kepada Tuhan, aku tetap hidup berdasarkan racun Iblis ini. Saat Lin Xiao melaporkan masalah Xinjing, dia benar-benar hanya melaporkan fakta, dan itu untuk melindungi pekerjaan gereja. Itu sesuai dengan maksud Tuhan. Namun, aku menganggapnya mengadu di belakang orang lain, dan aku takut dia akan mengadukanku kepada pemimpin di kemudian hari, membuatku diberhentikan. Karena inilah aku bersikap waspada terhadapnya. Setelah itu, meskipun hati nuraniku gelisah, aku tak berani membuka diri, terlalu takut jika aku salah bicara atau mengatakan keadaanku yang sebenarnya, aku akan mendapat masalah, jadi aku hidup menderita dan tersiksa. Aku merenung bahwa aku menjalani hidup yang penuh penderitaan dan melelahkan karena ajaran orang tuaku dan pengaruh masyarakat terhadapku sejak usia muda. Racun Iblis ini membuatku menjadi culas serta licik, dan aku tak dapat berinteraksi dengan orang lain secara normal. Andai saja aku menyelesaikan masalah ini lebih awal, aku tak akan menyebabkan kerugian bagi gereja atau mengekang Lin Xiao. Menyadari hal ini, aku merasa sangat menyesal. Aku bertekad untuk bekerja sama secara harmonis dengan saudara-saudari dalam tugasku ke depannya dan menjadi orang yang murni serta terbuka.

Kemudian, aku membaca lebih banyak firman Tuhan. "Ada orang-orang yang tidak yakin bahwa rumah Tuhan mampu memperlakukan orang dengan adil. Mereka tidak yakin bahwa Tuhan berkuasa di rumah-Nya dan kebenaran berkuasa di sana. Mereka yakin bahwa apa pun tugas yang dilaksanakan seseorang, jika masalah muncul dalam tugas itu, rumah Tuhan akan segera menangani orang tersebut, mengambil haknya untuk melaksanakan tugas, mengusir mereka, atau bahkan mengeluarkan mereka dari gereja. Benarkah seperti itu? Tentu saja tidak. Rumah Tuhan memperlakukan setiap orang sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Tuhan itu adil dalam memperlakukan setiap orang. Dia tidak hanya melihat bagaimana orang berperilaku dalam satu kali peristiwa; Dia melihat esensi natur orang itu, melihat niatnya, sikapnya, dan Dia terutama melihat apakah orang itu mampu merenungkan dirinya sendiri ketika melakukan kesalahan, apakah mereka menyesal, dan apakah mereka mampu memahami esensi masalah berdasarkan firman-Nya, memahami kebenaran, membenci diri sendiri, dan benar-benar bertobat. ... Katakan pada-Ku, jika orang telah melakukan kesalahan, namun dia mampu memiliki pemahaman yang benar dan mau bertobat, apakah rumah Tuhan tidak akan memberinya kesempatan? Karena rencana pengelolaan Tuhan selama 6.000 tahun akan segera berakhir, ada begitu banyak tugas yang harus dilaksanakan. Namun, jika engkau tidak memiliki hati nurani atau nalar, dan tidak mengurus pekerjaanmu dengan semestinya, jika engkau telah memperoleh kesempatan untuk melaksanakan tugas tetapi tidak tahu bahwa engkau harus menghargainya, tidak sedikit pun mengejar kebenaran, membiarkan waktu terbaik berlalu begitu saja, engkau akan disingkapkan. Jika engkau selalu bersikap asal-asalan dalam melaksanakan tugasmu, dan engkau sama sekali tidak tunduk ketika dihadapkan pada pemangkasan, akankah rumah Tuhan tetap memakaimu untuk melaksanakan tugas? Di rumah Tuhan, kebenaranlah yang berkuasa, bukan Iblis. Tuhan-lah yang menjadi penentu keputusan atas segalanya. Dialah yang melakukan pekerjaan menyelamatkan manusia, Dialah yang berdaulat atas segala sesuatu. Tidak perlu bagimu untuk menganalisis apa yang benar dan apa yang salah; engkau hanya perlu mendengarkan dan tunduk. Ketika dihadapkan pada pemangkasan, engkau harus menerima kebenaran dan mampu memperbaiki kesalahanmu. Jika engkau melakukannya, rumah Tuhan tidak akan mengambil hakmu untuk melaksanakan tugas. Jika engkau selalu takut disingkirkan, selalu mencari-cari alasan, selalu membenarkan dirimu, itu berarti masalah. Jika engkau membiarkan orang lain melihat bahwa engkau tidak sedikit pun menerima kebenaran, dan engkau tidak mau menerima penalaran apa pun, engkau berada dalam masalah. Gereja akan berkewajiban untuk menanganimu. Jika engkau sama sekali tidak menerima kebenaran dalam pelaksanaan tugasmu dan selalu takut dirimu tersingkap dan disingkirkan, artinya ketakutanmu ini dinodai oleh niat manusia dan watak Iblis yang rusak dalam dirimu, dan oleh kecurigaan, sikap waspada, dan kesalahpahaman. Orang tidak boleh memiliki satu pun dari sikap-sikap ini" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Dari firman Tuhan, aku mengerti bahwa aku takut diberhentikan karena aku tidak mengetahui watak Tuhan yang benar atau memahami prinsip-prinsip rumah Tuhan dalam memberhentikan orang. Sebenarnya, saat rumah Tuhan memberhentikan dan menyingkirkan seseorang, ini tidak dilakukan semata-mata berdasarkan perilaku sementara orang itu atau kesalahan yang dia perbuat. Sebaliknya, orang itu diberi kesempatan untuk bertobat semaksimal mungkin, dan dia akan diberhentikan hanya jika dia tidak pernah berubah dan menyebabkan kerugian pada pekerjaan. Sementara itu, ada orang-orang yang memperlihatkan kerusakan, tetapi berkat persekutuan dan bantuan saudara-saudari, mereka mampu bertobat kepada Tuhan dan meluruskan penyimpangan mereka. Orang-orang seperti itu tidak akan diberhentikan dan disingkirkan. Xinjing menikmati kenyamanan daging dan tidak memiliki rasa tanggung jawab atas tugasnya. Dia menentang pemimpin yang mengawasi dan memeriksa pekerjaan, bahkan dia menyebarkan kenegatifan pada pertemuan. Lin Xiao berkali-kali menunjukkan masalah Xinjing dan membantunya, tetapi dia sama sekali tidak memperlihatkan tindakan pertobatan. Saat itu, barulah Lin Xiao melaporkan masalah Xinjing. Pemberhentian Xinjing sesuai dengan prinsip dan merupakan keadilan Tuhan. Namun, aku tidak menyelidikinya, juga tidak mengetahui watak Tuhan yang benar, dan aku hidup dalam keadaan waswas dan salah paham. Kupikir keadaanku juga bertentangan dengan pengawasan pemimpin, jadi aku khawatir, jika aku mengatakan keadaanku yang sebenarnya, aku akan diberhentikan. Karena itu, aku takut Lin Xiao dan pemimpin akan mengetahui keadaanku. Sebenarnya, firman Tuhan berkali-kali menyatakan bahwa Tuhan menyelamatkan umat manusia yang rusak. Kerusakan yang manusia perlihatkan dan penyimpangan dalam pekerjaan mereka adalah hal yang wajar. Yang penting adalah apakah mereka dapat merenung dan bertobat kepada Tuhan atau tidak. Seperti yang Tuhan firmankan: "Belas kasih dan toleransi Tuhan tidaklah langka—pertobatan sejati manusialah yang langka" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II"). Selain itu, berkali-kali Lin Xiao bersekutu dengan Xinjing dan membantunya setelah mengetahui masalahnya. Karena Xinjing tetap tidak berubah, Lin Xiao harus segera melapor sesuai dengan prinsip. Ini adalah tanggung jawab yang harus dilakukan oleh setiap umat pilihan Tuhan, dan ini dilakukan untuk melindungi pekerjaan gereja. Namun, aku malah mengeluh bahwa Lin Xiao telah melaporkan masalah Xinjing kepada pemimpin secara diam-diam, dan aku bersikap waspada serta salah paham terhadapnya. Saat itu, barulah aku mengerti bahwa bukan hanya watakku yang licik, pemahamanku juga sangat menyimpang.

Aku memiliki pandangan keliru yang lain ketika Xinjing diberhentikan. Aku yakin jika aku membuka diri tentang keadaanku yang sebenarnya saat pertemuan, aku akan dianggap meluapkan hal-hal negatif, jadi aku tak berani mengatakan apa yang kupikirkan. Kemudian, aku membaca satu bagian dari firman Tuhan yang dikutip dalam artikel kesaksian pengalaman dan akhirnya memahami bahwa pandangan ini tidak sesuai dengan kebenaran. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Pada dasarnya, inilah berbagai keadaan dan perwujudan dari orang-orang yang menyebarkan kenegatifan. Ketika keinginan mereka untuk mengejar status, ketenaran dan keuntungan belum terpenuhi, ketika Tuhan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan gagasan dan imajinasi mereka, hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan mereka, mereka menjadi terjerat dalam emosi pembangkangan dan ketidakpuasan. Dan saat mereka memiliki emosi-emosi ini, pikiran mereka mulai menghasilkan alasan, dalih, pembenaran, pembelaan diri, dan pemikiran yang mengeluh lainnya. Pada saat ini, mereka tidak memuji Tuhan ataupun tunduk kepada-Nya, dan terlebih lagi, mereka tidak mencari kebenaran untuk mengenal diri mereka sendiri; sebaliknya, mereka menentang Tuhan dengan menggunakan gagasan, imajinasi, ide dan pendapat, atau sikap mereka yang terburu nafsu. Dan bagaimana cara mereka menentang? Mereka menyebarkan emosi pembangkangan dan ketidakpuasan tersebut, menggunakannya untuk menjelaskan pemikiran dan pendapat mereka kepada Tuhan, berusaha membuat Tuhan bertindak sesuai dengan keinginan dan tuntutan mereka untuk memuaskan keinginan mereka; baru setelah itulah emosi mereka mereda. Secara khusus, Tuhan mengungkapkan banyak kebenaran untuk menghakimi dan menghajar orang, menyucikan watak mereka yang rusak, menyelamatkan orang dari pengaruh Iblis, dan siapa yang tahu berapa banyak impian orang untuk diberkati telah diakhiri oleh kebenaran ini, menghancurkan khayalan diangkat ke dalam surga yang mereka harapkan siang dan malam. Mereka berupaya sebaik mungkin untuk membalikkan hal-hal ini—tetapi mereka tidak berdaya, mereka hanya bisa jatuh ke dalam bencana dengan kenegatifan dan kebencian mereka. Mereka merasakan penentangan terhadap semua hal yang telah Tuhan atur tersebut, karena apa yang Tuhan lakukan bertentangan dengan gagasan, kepentingan, dan pemikiran mereka. Khususnya, ketika gereja melakukan pekerjaan pembersihan dan menyingkirkan banyak orang, orang-orang ini berpikir bahwa Tuhan tidak menyelamatkan mereka, bahwa Dia telah membenci dan menolak mereka, bahwa mereka sedang diperlakukan tidak adil, dan karena itu mereka ingin bersatu untuk menentang, mereka berusaha menyangkal bahwa Tuhan adalah kebenaran, menyangkal identitas dan esensi Tuhan, dan menyangkal watak benar Tuhan. Tentu saja, mereka juga berusaha menyangkal fakta bahwa Tuhanlah yang berdaulat atas segala sesuatu. Dan dengan cara apakah mereka menyangkal semua ini? Caranya adalah melalui penentangan dan perlawanan. Maksud mereka yang sebenarnya adalah, 'Apa yang Tuhan lakukan bertentangan dengan gagasanku, jadi aku tidak tunduk, aku tidak percaya bahwa Engkau adalah kebenaran. Aku akan berteriak menentang-Mu, dan akan menyebarkan penentanganku ini kepada orang-orang di gereja dan di antara orang-orang! Aku akan mengatakan apa pun yang kuinginkan, dan aku tidak peduli apa pun konsekuensinya. Aku memiliki kebebasan berbicara, Engkau tidak boleh membungkamku, aku akan mengatakan apa yang kuinginkan. Memangnya apa yang bisa Kaulakukan?' Ketika orang-orang ini bersikeras untuk menyebarkan gagasan dan sudut pandang mereka yang keliru ini, apakah mereka sedang membicarakan pemahaman mereka sendiri? Apakah mereka sedang mempersekutukan kebenaran? Sama sekali tidak. Mereka sedang menyebarkan kenegatifan, mereka sedang menyiarkan kesesatan dan kekeliruan. Mereka tidak sedang berusaha untuk mengetahui atau mengungkapkan kerusakan mereka sendiri atau mengungkapkan hal-hal yang telah mereka lakukan yang bertentangan dengan kebenaran, mereka juga tidak mengungkapkan kesalahan yang telah mereka lakukan; sebaliknya, mereka berusaha sekuat tenaga untuk merasionalisasi dan membela kesalahan mereka untuk membuktikan bahwa mereka benar, dan pada saat yang sama mereka juga membuat penilaian yang tidak masuk akal, dan menyebarkan sudut pandang yang menyimpang dan menyesatkan, serta doktrin yang keliru dan tidak benar. Akibatnya terhadap umat pilihan Tuhan di gereja adalah menyesatkan dan membingungkan mereka; akibatnya bahkan dapat menjerumuskan beberapa orang ke dalam kenegatifan dan kebingungan—yang semuanya merupakan akibat dan gangguan merugikan yang disebabkan oleh orang-orang yang menyebarkan kenegatifan" (Firman, Vol. 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (17)"). Dari firman Tuhan, aku mengerti bahwa bagi orang yang meluapkan hal-hal negatif, ketika terjadi sesuatu yang tidak mereka sukai atau melibatkan reputasi, status, ataupun kepentingan daging mereka, mereka tidak mencari kebenaran atau berusaha merenungkan maksud Tuhan, tetapi justru menunjukkan ketidaktaatan, kekecewaan, dan penentangan, menyebarkan gagasan dan imajinasi atau pandangan mereka yang keliru. Inilah yang dimaksud dengan meluapkan hal-hal negatif. Ketika seseorang yang benar-benar percaya kepada Tuhan menghadapi sesuatu yang tidak dia sukai, meskipun dia memperlihatkan kerusakan dan memiliki gagasan serta kesalahpahaman, dia memiliki hati yang takut akan Tuhan dan dapat mencari kebenaran serta tidak sembarangan berbicara mengenai hal-hal yang tidak dia pahami. Jika dia membuka diri tentang keadaannya kepada saudara-saudari, tujuannya adalah untuk mencari kebenaran, memperbaiki kerusakannya, dan meraih pertobatan dan perubahan yang sejati. Sementara itu, orang yang memperlihatkan kenegatifan dan menyebarkan gagasan tampak seperti membuka diri tentang keadaan mereka, padahal mereka bukan melakukannya untuk mencari kebenaran dan menyelesaikan masalah mereka, tetapi membuka diri tentang keadaan mereka adalah cara untuk meluapkan ketidaktaatan dan kekecewaan mereka. Mudah bagi orang yang tidak memahami yang sebenarnya atau tidak memahami kebenaran untuk disesatkan oleh mereka, memihak mereka dan memiliki gagasan terhadap Tuhan, serta salah memahami Tuhan atau salah memahami pekerjaan rumah Tuhan. Xinjing melihat bahwa pemimpin memeriksa pekerjaannya dengan teliti, yang berarti dagingnya pasti menderita dan membayar harga, sehingga dia menjadi enggan, berkali-kali menyebarkan gagasan dan meluapkan kekecewaannya selama pertemuan. Lin Xiao bersekutu dengannya dan membantunya berkali-kali, tetapi dia tidak pernah berubah. Ketika dia membuka diri tentang keadaannya, itu bukan untuk mencari kebenaran atau menyelesaikan masalahnya; dia hanya meluapkan kekecewaannya terhadap para pemimpin dan pekerja. Dinilai dari perilaku ini, Xinjing meluapkan hal-hal negatif. Sementara itu, aku secara keliru percaya bahwa mengatakan keadaanku yang rusak dalam pertemuan berarti bahwa aku meluapkan hal-hal negatif, jadi aku tidak berani mengatakan apa yang kupikirkan. Pemahamanku benar-benar sangat menyimpang. Menyadari hal ini, aku berdoa, bertobat kepada Tuhan, "Tuhan, sudah bertahun-tahun aku percaya kepada-Mu, tetapi ketika masalah menimpaku, aku tidak mencari kebenaran. Sebaliknya, aku hidup dalam keadaan yang licik, curiga, dan bersikap waspada terhadap orang lain. Tuhan, mohon bimbinglah aku agar dapat menemukan jalan penerapan yang benar dan keluar dari pandangan yang keliru ini."

Kemudian, saat aku sedang mencari cara untuk menyelesaikan masalahku, aku membaca bagian dari firman Tuhan ini: "Keluargamu sering memberitahumu, 'Orang tidak boleh berniat mencelakakan orang lain, tetapi harus selalu bersikap waspada terhadap orang lain sebab mereka mungkin saja akan mencelakakan dirimu.' Sebenarnya, berlatih melepaskan pemikiran ini mudah: bertindaklah berdasarkan prinsip-prinsip yang Tuhan beritahukan kepada manusia. 'Prinsip-prinsip yang Tuhan beritahukan kepada manusia.' Kalimat ini cukup luas. Bagaimana cara menerapkannya secara spesifik? Engkau tidak perlu menelaah apakah engkau memiliki niat untuk mencelakakan orang lain, dan engkau juga tidak perlu bersikap waspada terhadap orang lain. Lalu, apa yang harus kaulakukan? Di satu sisi, engkau harus mampu dengan cara yang benar mempertahankan hubungan yang harmonis dengan orang lain; di sisi lain, ketika berinteraksi dengan berbagai orang, engkau harus menggunakan firman Tuhan sebagai dasar dan kebenaran sebagai standar untuk mengenali orang macam apa mereka sebenarnya, dan kemudian memperlakukan mereka berdasarkan prinsip-prinsip yang relevan. Sesederhana itu. Jika mereka adalah saudara-saudari, perlakukanlah mereka seperti itu; jika mereka bersungguh-sungguh dalam pengejaran mereka, rela berkorban dan mengorbankan diri mereka, perlakukanlah mereka sebagai saudara-saudari yang melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh. Jika mereka adalah pengikut yang bukan orang percaya, tidak mau melaksanakan tugas mereka, hanya ingin menjalani hidup mereka, engkau tidak boleh memperlakukan mereka sebagai saudara-saudari, melainkan perlakukan mereka sebagai orang tidak percaya. Ketika engkau memandang orang, engkau harus melihat watak mereka, kemanusiaan mereka, sikap mereka terhadap Tuhan dan kebenaran, serta orang macam apa mereka. Jika mereka mampu menerima kebenaran dan mau menerapkannya, perlakukanlah mereka sebagai saudara-saudari sejati, sebagai keluarga. Jika kemanusiaan mereka buruk, dan mereka hanya di mulut saja mengatakan kesediaan mereka untuk menerapkan kebenaran, jika mereka memiliki kemampuan untuk membahas doktrin tetapi tidak pernah menerapkan kebenaran, perlakukanlah mereka sebagai orang yang berjerih payah saja, bukan sebagai keluarga. Apa yang prinsip-prinsip ini ajarkan kepadamu? Bahwa inilah prinsip yang harus kaugunakan dalam memperlakukan berbagai macam orang. Inilah prinsip yang telah sering kita bahas, yaitu, engkau harus memperlakukan orang dengan penuh hikmat. Hikmat adalah sebuah istilah umum, tetapi secara khusus, ini berarti engkau harus memiliki cara dan prinsip yang jelas dalam berinteraksi dengan berbagai macam orang. Semuanya harus didasarkan pada kebenaran, bukan pada perasaan pribadi, kesukaan pribadi, pandangan pribadi, bukan pada apakah mereka menguntungkanmu atau merugikanmu, ataupun pada usia mereka, melainkan hanya didasarkan pada firman Tuhan. Jadi, dalam berinteraksi dengan orang lain, engkau tidak perlu memeriksa apakah engkau berniat untuk mencelakakan orang lain ataukah engkau bersikap waspada terhadap orang lain. Jika engkau memperlakukan orang berdasarkan prinsip dan cara-cara yang telah Tuhan berikan kepadamu, semua pencobaan akan dapat kauhindarkan, dan engkau tidak akan terjerumus dalam pencobaan atau konflik apa pun. Sesederhana itu" (Firman, Vol. 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran I, "Cara Mengejar Kebenaran (14)"). Dari firman Tuhan, aku menemukan jalan penerapan. Seseorang harus terlebih dahulu mengenali berbagai macam orang berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran. Jika seseorang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan dan mencintai kebenaran, dia harus diperlakukan sebagai saudara atau saudari, dan orang lain dapat sepenuhnya membuka diri kepada mereka. Pemimpin dan Lin Xiao adalah dua saudari yang dengan sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan dan mengejar kebenaran. Mereka bertanggung jawab atas pekerjaan kami, dan jika ada masalah atau jika aku mengalami kesulitan dalam pekerjaan, atau jika ada penghalang di antara kami, aku harus sepenuhnya membuka diri kepada mereka, meminta persekutuan. Dengan demikian, mereka dapat memahami keadaanku dan segera membantuku menyelesaikannya, yang bermanfaat bagi jalan masuk kehidupanku dan juga bagi pekerjaan gereja. Sebaliknya, jika aku tidak pernah membuka diri, selalu hidup dalam keadaan yang keliru, selain hidupku akan menderita kerugian, aku juga akan menunda pekerjaan. Kini, setelah memahami maksud Tuhan dan tuntutan-Nya, nanti saat aku berinteraksi dengan saudara-saudari, aku harus jujur, murni, dan terbuka.

Kemudian, seorang saudari bernama Su Rui ditunjuk untuk bertanggung jawab atas pekerjaan kami. Saat itu, hasil pekerjaanku buruk, dan keadaanku sedikit negatif. Ketika Su Rui datang untuk berkumpul bersama kami, dia bertanya tentang keadaanku dan pekerjaanku akhir-akhir itu. Aku berpikir, "Keadaanku masih belum sepenuhnya berubah, dan masih ada beberapa penyimpangan dalam pekerjaanku. Jika aku menceritakan keadaanku yang sebenarnya, akankah Su Rui melaporkan masalahku kepada pemimpin dan membuatku diberhentikan?" Aku tak mau mengatakan keadaanku yang sebenarnya. Namun, kupikir, jika aku tidak mengatakannya, masalah ini tidak akan pernah terselesaikan, dan aku sangat bingung. Kemudian, Su Rui bertanya kepada saudari yang bekerja sama denganku tentang keadaannya belakangan itu, dan aku melihat bahwa saudari itu mampu mengatakan semuanya. Aku sangat iri padanya, kupikir, "Mengapa aku tidak berani membuka diri?" Setelah itu, aku membaca firman Tuhan yang berbunyi: "Apa pun pemikiran itu, jika itu salah dan bertentangan dengan kebenaran, satu-satunya jalan yang benar yang harus kaupilih adalah melepaskannya. Penerapan yang tepat untuk melepaskannya adalah sebagai berikut: standar atau landasan yang kaugunakan untuk memandang, membereskan, atau menangani masalah ini tidak boleh lagi pemikiran keliru yang keluargamu tanamkan, tetapi harus didasarkan pada firman Tuhan. Meskipun proses ini mungkin mengharuskanmu untuk sedikit membayar harga, membuatmu merasa seolah-olah engkau sedang bertindak di luar kehendakmu, membuatmu kehilangan muka, dan bahkan membuat kepentingan dagingmu dirugikan, apa pun yang kauhadapi, engkau harus terus-menerus melakukan penerapanmu berdasarkan firman Tuhan dan prinsip-prinsip yang Dia beritahukan kepadamu, dan engkau tidak boleh menyerah. Proses perubahan ini pasti akan penuh tantangan, tidak akan berjalan mulus. Mengapa tidak akan berjalan mulus? Karena ini adalah pertarungan antara hal negatif dan hal positif, pertarungan antara pemikiran jahat dari Iblis dan kebenaran, dan juga pertarungan antara kehendak dan keinginanmu untuk menerima kebenaran serta hal-hal yang positif melawan pemikiran dan sudut pandang keliru yang ada dalam hatimu. Karena ada pertarungan, orang mungkin akan menderita dan harus membayar harga. Inilah yang harus kaulakukan" (Firman, Vol. 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran I, "Cara Mengejar Kebenaran (14)"). Firman Tuhan memberiku keberanian untuk menerapkan kebenaran. Jika aku ingin melepaskan pemikiran dan pandangan yang keliru ini, aku harus memberontak terhadap dagingku, meninggalkan kepentinganku, dan melakukan penerapan berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran. Su Rui bertanggung jawab atas pekerjaanku; aku harus membuka diri kepadanya tentang keadaanku yang sebenarnya dan penyimpangan pekerjaanku. Jika aku tetap licik, menipu, dan bersikap waspada terhadapnya, masalahku tidak akan segera terselesaikan, dan aku tidak akan bisa segera membereskan penyimpangan dalam pekerjaanku. Jadi, aku menceritakan keadaanku serta penyimpangan ini kepadanya, dan dia menggunakan firman Tuhan untuk bersekutu denganku, membantuku sedikit mengubah keadaanku. Setelah mengalami semua ini, aku memahami secara langsung bahwa ketika orang hidup berdasarkan pemikiran dan pandangan Iblis yang keliru, selain tidak bermanfaat bagi mereka, semua itu juga menyebabkan mereka hidup tanpa kemanusiaan yang normal. Hanya jika seseorang memandang orang lain serta hal-hal, berperilaku, dan bertindak berdasarkan firman Tuhan, barulah dia dapat menemukan ketenangan pikiran dan kebebasan dalam hatinya.

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait